Anda di halaman 1dari 9

Ayu Farida Haryono

31102200023

LEARNING ISSUE LBM 2 SGD 4

1. Bagaimana mekanisme erupsi gigi?


2. Bagaimana tahapan perkembangan gigi saat pra erupsi, erupsi, dan setelah erupsi?
3. Jelaskan bagaimana proses resorbsi fisiologis erupsi gigi!
4. Bagaimana pergerakan abnormal pada erupsi gigi?

Jawaban :

1. Bagaimana mekanisme erupsi gigi?


Jawaban :
Mekanisme erupsi dipengaruhi oleh korelasi antara ruang untuk proses erupsi yang
dibentuk oleh folikel mahkota, tekanan erupsi yang dipicu oleh persyarafan membran
apikal gigi, dan kemampuan adaptasi ligamen periodontal dengan gerakan erupsi. Proses
erupsi ini terbagi ke dalam erupsi aktif dan pasif. Erupsi aktif adalah proses mahkota gigi
pertama bergerak dari dalam rahang ke dalam rongga mulut, proses berlanjut sampai gigi
berjumpa dengan gigi antagonis pada rahang yang berlawanan. Erupsi aktif mulai ketika
mahkota gigi telah sempurna dan sebagian dari akar mulai terbentuk. Sebagian dari akar
telah terbentuk ketika gigi muncul ke dalam rongga mulut, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Erupsi aktif dimana pergerakan gigi yang didominasi oleh gerakan ke arah
vertikal, sejak mahkota gigi bergerak dari tempat pembentukannya di dalam rahang
sampai mencapai oklusi fungsional dalam rongga mulut, sedangkan erupsi pasif adalah
pergerakan gusi ke arah apeks yang menyebabkan mahkota klinis bertambah panjang dan
akar klinis bertambah pendek sebagai akibat adanya perubahan pada perlekatan epitel di
daerah apikal.
2. Bagaimana tahapan perkembangan gigi saat pra erupsi, erupsi, dan setelah erupsi?
Jawaban :
Proses erupsi gigi terdiri atas 3 tahap:
1. Tahap pre erupsi
Tahap praerupsi yaitu saat mahkota gigi terbentuk dan posisinya dalam tulang rahang
cukup stabil (intraosseus), ketika akar gigi mulai terbentuk dan gigi mulai bergerak di
dalam tulang rahang ke arah rongga mulut, penetrasi mukosa, dan pada saat akar gigi
terbentuk setengah sampai tiga perempat dari panjang akar. Tahap praerupsi terdiri
dari :

a. Inisiasi (Bud Stage) Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal


dan pembentukan kuntum gigi yang dikenal sebagai organ enamel pada minggu
ke-10. Perubahan yang paling nyata dan paling dominan adalah proliferasi
jaringan ektodermal dan jaringan mesenkimal yang terus berlanjut. Selama sel-
sel dalam organ enamel berproliferasi, jaringan mesenkimal yang mengelilingi
organ enamel mulai berkondensasi. Kondensasi jaringan mesenkimal ini
merupakan tanda awal pembentukan papila dentis pada gigi insisivus, kaninus,
dan molar pertama desidui.
b. Proliferasi (Cap Stage)
Dimulai pada minggu ke-11, sel-sel organ enamel masih terus berproliferasi
sehingga organ enamel lebih besar sehingga berbentuk cekung seperti topi.
Bagian yang cekung diisi oleh kondensasi jaringan mesenkim dan berproliferasi
membentuk papila dentis yang akan membentuk dentin. Papila dentis yang
dikelilingi oleh organ enamel akan berdiferensiasi menjadi pulpa. Jaringan
mesenkim di bawah papila dentis membentuk lapisan yang bertambah padat dan
berkembang menjadi lapisan fibrosa yaitu kantong gigi (dental sakus) primitif
yang akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar.

c. Histodiferensiasi (Bell Stage)


Tahap bel merupakan perubahan bentuk organ enamel dari bentuk topi menjadi
bentuk bel. Perubahan histodiferensiasi mencakup perubahan sel-sel perifer
papila dentis menjadi odontoblas (sel-sel pembentuk dentin). Pada tahap ini
terjadi diferensiasi. Sel-sel epitel enamel dalam (inner email ephithelium)
menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas yang akan
berdiferensiasi menjadi enamel dan sel-sel bagian tepi dari papila dentis menjadi
odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.
d. Morfodiferensiasi
Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk
menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi sebelum
deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila epitel enamel
bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel enamel dan
odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk.
Dentinoenamel junction mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola
pembentuk setiap macam gigi. Terdapat deposit enamel dan matriks dentin pada
daerah tempat sel-sel ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan
gigi sesuai dengan bentuk dan ukurannya.

e. Aposisi
adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi (email, dentin, dan
sementum). Pertumbuhan aposisi ditandai oleh pengendapan yang teratur dan
berirama dari bahan ekstraseluler yang mempunyai kemampuan sendiri untuk
pertumbuhan yang akan datang. Pembentukan matriks keras gigi baik pada
enamel, dentin, dan sementum terjadi pada tahap ini. Matriks enamel terbentuk
dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke arah tepi dan telah terjadi proses
kalsifikasi sekitar 25%-30%.

f. Kalsifikasi
Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-garam.
Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah mengalami
deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya dengan
penambahan lapis demi lapis. Kalsifikasi gigi desidui di mulai pada minggu ke-
14, diikuti dengan kalsifikasi gigi molar pertama pada minggu ke-15 . Gigi
insisivus lateral mengalami kalsifikasi pada minggu ke16 , gigi kaninus pada
minggu ke-17 , sedang gigi molar kedua pada minggu ke-18. Gangguan pada
tahap ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti
hipokalsifikasi.

2. Tahap erupsi
Erupsi gigi adalah suatu proses pergerakan gigi secara aksial yang dimulai dari
tempat perkembangan gigi di dalam tulang alveolar sampai akhirnya mencapai posisi
fungsional di dalam rongga mulut. Teori mekanisme erupsi gigi dapat dibagi dalam 2
kelompok, yaitu:
1. Gigi didorong atau di desak keluar sebagai hasil dari kekuatan yang dihasilkan
dari bawah dan disekitarnya, seperti pertumbuhan tulang alveolar, akar, tekanan
darah atau tekanan cairan dalam jaringan (proliferasi).
2. Gigi mungkin keluar sebagai hasil dari tarikan jaringan penghubung di sekitar
ligamen periodontal.

3. Tahap post erupsi


Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal dan
berlangsung bertahun-tahun. Selama tahap ini gigi bergerak ke arah oklusal, mesial,
dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap ini bertujuan untuk mengimbangi
kehilangan substansi gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik
kontak proksimal dipertahankan. Pada tahap ini, tulang alveolar masih mengalami
pertumbuhan terutama pada bagian soket gigi sebelah distal. Demikian halnya
dengan sementum pada akar gigi yang menimbulkan interpretasi bahwa bergeraknya
gigi ke arah oklusal dan proksimal pada tahap ini berhubungan dengan pertumbuhan
tulang alveolar dan sementum. Interpretasi ini tidak benar, pertumbuhan tulang
alveolar dan sementum bukanlah penyebab bergeraknya gigi tetapi pertumbuhan
tulang alveolar dan sementum yang terjadi merupakan hasil dari pergerakan gigi.
3. Jelaskan bagaimana proses resorbsi fisiologis erupsi gigi!

Jawaban :

- Resorbsi akar gigi sulung merupakan proses fisiologis yang terjadi pada pergantian gigi
permanen. Sel yang bertanggung jawab pada proses resorbsi tersebut adalah sel
odontoklas. Prekursor sel odontoklas tersebut menggalami differensiasi dan memberikan
signal untuk memulai proses resorbsi gigi sulung pada area dan waktu yang spesifik.
Proses resorbsi akar gigi sulung dimulai dari bagian akar gigi sulung tersebut yang paling
dekat dengan bagian benih gigi permanen. Adanya diferensiasi makrofag menjadi
odontoklas, akan meresorbsi sementum permukaan akar serta dentin akar.
- Mekanisme resopsi tulang :
a. Perlekatan osteoklast pada permukaan tulang
b. Pembentukan lingkungan asam melalui aktifitas pompa proton membuat tulang
mengalami demineralisasi dan keluarnya matrik organik.
c. Degradasi matrik organik yang mengandung asam amino oleh aktifitas enzim seperti
asam fostase
d. Terjadi pelarutan ion mineral dsn asam amino oleh osteoklast.

4. Bagaimana pergerakan abnormal pada erupsi gigi?

Jawaban : Masalah-masalah yang dihubungkan dengan fase erupsi gigi diantaranya:

1. Ankylosis : adalah suatu penggabungan jaringan keras antara tulang dan gigi. Ini
kemungkinan terjadi sebagai hasil dari suatu kerusakan dalam interaksi antara resorbsi
normal dan perbaikan jaringan keras selama proses penggantian gigi desidui dengan gigi
permanen. Ankylosis secara khas terjadi setelah erupsi parsial gigi ke dalam rongga yang
digambarkan sebagai suatu fusi dari cementum atau dentin ke tulang alveolar selama
perubahan selular dalam ligamen periodontal yang disebabkan oleh trauma dan penyakit
lain. Ankylosis dapat memicu terjadinya kehilangan panjang lengkung, ekstrusi pada gigi
yang berada dilengkung yang berseberangan, gangguan terhadap urutan erupsi gigi.
2. Eruption Hematoma adalah suatu lesi kebiru-biruan, buram, lesi asymptomatic yang
melapisi gigi yang sedang erupsi. Bengkak terjadi dalam kaitannya dengan terjadinya
akumulasi darah, cairan jaringan, yang terjadi dalam follicular kantung yang meluas di
sekitar erupsi mahkota.

3. Ectopic Eruption adalah suatu keadaan yang biasanya terlihat ketika gigi permanent
mulai menggantikan gigi desidui pada usia sekitar 6 tahun. Merupakan erupsi yang
abnormal dari suatu gigi permanen dalam hal ini gigi ke luar dari jalur normal dan
menjadi penyebab resorbsi abnormal suatu gigi desidui yang akan diganti. Sering terlihat
adanya dua jalur gigi pada area anterior rahang bawah. Gigi incisivus permanent tumbuh
dibelakang gigi insisivus desidui.10 Ectopic Eruption mungkin berhubungan dengan
salah satu dari tiga proses yang berbeda : gangguan perkembangan, proses patologis, dan
aktifitas iatrogenic. Etiologi dari gigi ektopik tidaklah diketahui. Interaksi jaringan yang
abnormal selama perkembangan mungkin berpotensi mengakibatkan perkembangan gigi
dengan erupsi ektopik.
Etiologi dari erupsi ektopik suatu maxillary permanen geraham pertama tidaklah dengan
jelas dipahami meskipun demikian satu atau lebih kondisi-kondisi berikut mungkin
terkait dengan hal tersebut:
a) Akibat dari ukuran Molar pertama Permanen dan atau gigi molar kedua desidui lebih
besar dari normalnya
b) Gigi bererupsi pada suatu sudut abnormal terhadap dataran oklusal
c) Pertumbuhan tuberositas terlambat, menghasilkan panjang lengkung yang abnormal
d) Morfologi dari permukaan distal mahkota gigi molar kedua desidui dan akar
memberikan hambatan erupsi sehingga terjadi abnormalitas kemiringan gigi permanen
molar pertama

Anda mungkin juga menyukai