Anda di halaman 1dari 6

PAPPER

BLOK 4 : TUMBUH KEMBANG MANUSIA

SKENARIO 3

PROSES DAN POLA ERUPSI GIGI

DOSEN PENGAMPU : DR. ZAHRENI HAMZAH, DRG., MS.

TITO KARA LESMANA PUTRA MUSTIKA

201610101146

KELOMPOK TUTORIAL O

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2020
1. Deposisi Sementum

Sementum adalah struktur terklasifikasi yang menutupi akar anatomis gigi. Sementum
tterdiri atas matriks terklasifikasi yang mengandung serabut kolagen. Kandungan yang berada
pada zat anorganik dalam sementum sekitar 45-50%.

Tulang dan gigi adalah jaringan keras yag termineralisasi dan mengandung protein.
Secara struktural, tulang terdiri dari tulang kompak, spongiosa dan sumsum tulang. Sumsum
tulang terdapat di dalam tulang spongiosa yang menyediakan darah untuk aktivitas metabolisme
dalam tulang.

Gigi secara struktural terdiri dari enamel, dentin, sementum, dan pula gigi. Pulpa gigi
berfungsi menyediakan nutrisi untuk gigi. Komposisi utama tulang dan jaringan keras gigi
adalah matriks ektraseluler termineralisasi yang mengandung bahan organic dan anorganik,
seperti mineral kalsium, fosfor dan protein.

Ada dua susunan serabut kolagen pada sementum. Serabut utama adalah serabut ligamen
perodontal yang tertanam sebagai serabut sharpey pada matriks klasifikasi dan tergabung pada
sementum ketika sementum dideposisikan. Serabut ini tersusun tegak lurus terhadap permukaan
sementum. Serabut lainnya membentuk anyaman padat dan tidak teratur pada matriks.

Pada sementum aselular serabut sharpey tersusun padat dan sangat terkalsifikasi. Pada
sementum selular, serabut tersusun longgar dan terkalsifikasi sebagian. Berbeda dengan tulang,
di sini tidak terlihat adanya remodeling sementum misalnya melalui resorpsi internal dan
deposisi. Meskipun demikian, ada deposisi kontinu dari sementum permukaan karena aktivitas
sementoblas terus berlanjut di sepanjang kehidupan.

Sementoid atau presementum adalah nama yang digunakan untuk menyebut matriks
sementum sebelum kalsifikasi. Selama kalsifikasi kristal hidroksiapit didepositkan di bawah
serabut kolagen sejajar terhadap permukaannya, kemudian pada daerah permukaan dan akhirnya
pada matriks sementoid. Permukaan sementum berbentuk tonjolan konus di sekitar serabut atau
bundel tunggal.
Pada saat pertama kali terbentuk, sementum belum terklasifikasi, disebut sementoid.
Setelah lapisan baru terbentuk. matriks yang telah tersusun sebelumnya terklasifikasi dan
menjadi sementum matang.

Secara mikroskopis, sementum dapat dibagi menjadi dua tipe: selular dan aselular,
namun tidak berbeda dalam fungsinya. Sementum selular terdiri atas lakuna yang berisi sel – sel
sementosit. Sel – sel saling berhubungan melalui kanalikuli. Penyebaran sementum selular dan
aselular pada akar gigi bervariasi, Biasanya sementum yang menutup bagian koronal akar gigi
adalah sementum aselular, sedangkan yang menutup bagian apikal adalah sementum selular.
Sementum selular juga lebih banyak terdapat pada daerah bifurkasi dan trifurkasi serta sekitar
apeks gigi, dan merupakan sementum yang lebih awal terbentuk selama penyembuhan luka.

Pembentukan sementum yang berlebihan atau disebut juga sebagai hupersementosis,


dapat terjadi setelah adanya penyakit pulpa atau stres oklusal. Hipersementosis menyeluruh yang
mengenai semua gigi umumnya herediter. Keadaan ini juga terjadi pada penyakit paget. Resorpsi
sementum dapat disebabkan karena stres oklusal yang berlebihan, gerakan ortodonti, tekanan
dari tumor atau kista, defisiensi kalsium atau vitamin A dan D. Keadaan ini juga dapat
ditemukan pada penyakit metabolisme tetapi patogenesisnya tidak jelas. Deposisi sementum
dapat berlangsung setelah adanya resorpsi bisa penyebabnya sudah dihilangkan. kadang –
kadang ankilosis sementum dan soket tulang, juga dapat terjadi.

Deposisi mineral pada matriks tulang menyebabkan menjadi kuat sehingga dapat
menahan beban berat tubuh, membentuk rangka tubuh dan menjadi perlekatan bagi otot serta
melindungi organ-organ penting dalam tubuh. Kuat dan lemahnya tulang ini dipengaruhi oleh
matrik penyusun tulang yang mengandung banyak mineral didalamnya.Matrik tulang ini terdiri
dari osteoblas, osteosit dan osteoklas.

Tulang, dentin dan sementum secara umum mempunyai kemiripan, akan tetapi dalam
beberapa aspek berbeda. Selama kehidupan, jaringan tulang selalu melakukan proses remodeling
yang berjalan secara kontinue. Dentin dan sementum tidak melakukan remodeling, akan tetapi
mereka mempunyai kemampuan untuk menjaga stabilitas selselnya dengan cara membentuk
jaringan reparasi.
2. Reduce Enamel Epithelium

Lapisan ini dibentuk oleh dua lapisan, yakni lapisan sel ameoblast dan lapisan sel yang
berdekatan dengan kuboid. Saat sel dari epitel email berkurang berdegenerasi, gigi terungkap
secara progresif dengan erupsi kedalam mulut. Degerasi epitel email yang berkurang juga
menjadi perantara perlekatan epitel awal gigi yang disebuat epitel junctional.

Minggu ketiga setelah pembuahan, asal mula mulut terbentuk. Beberapa minggu
kemudian, lidah, rahang, dan palatum berkembang. Selama minggu keenam, terbentuk sel
embrionik atau tooth buds yang merupakan awal dimulainya pembentukan gigi. Minggu
kedelapan, tooth buds gigi desidui sudah terlihat perbedaannya. Minggu kedua puluh, tooth buds
gigi permanen mulai berkembang.

Perkembangan gigi dimulai dari tahap lamina dental. Tahap ini disebut tahap inisiasi
dimana merupakan penebalan lapisan epitelium rongga mulut yang berbatasan dengan
kondensasi lapisan ektomesenkim. Tahap ini adalah awal permulaan pembentukan gigi dari
jaringan epitel mulut. Selanjutnya adalah tahap proliferasi yang disebut juga cap stage dimana
proyeksi dari lamina dental meluas sampai ke dasar mesenkim yang menghasilkan pembentukan
benih gigi di ujung distal dari lamina dental.

Kemudian bell stage, tahap ini ditandai dengan adanya tahap histodifrensiasi dan tahap
morfodifrensiasi. Terjadi proses histodifrensiasi dari organ enamel yaitu perubahan bentuk dari
bentuk cap menjadi bentuk bel (bell stage). Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm, dan
jaringan mesoderm mendorong lagi jaringan epitel selama perkembangan tahap ini, maka
perubahan sel ini menghasilkan epitelium enamel bagian luar, retikulum stelata, epithelium
bagian dalam yang pecah menjadi stratum intermediat dan ameloblas. Kemudian dilanjutkan
dengan tahap morfodifrensiasi.

Dengan berlanjutnya proliferasi dan difrensiasi benih gigi, organ enamel akan terlihat
berbentuk seperti sebuah bel yang menyelubungi papila dental. Dalam hal ini ameloblas,
odontoblas dan sementoblas mengendapkan enamel, dentin dan sementum serta memberikan
bentuk dan ukuran yang khas pada gigi.
Dilanjutkan dengan tahap aposisi yaitu pengendapan matriks dari struktur jaringan keras
gigi (enamel, dentin, dan sementum). Pertumbuhan aposisi ditandai oleh pengendapan yang
teratur dari bahan ekstraselular yang mempunyai kemampuan sendiri untuk pertumbuhan
selanjutnya.

Pada tahap kalsifikasi terjadi pengendapan garam – garam kalsium anorganik selama
pengendapan matriks. Kalsifikasi dimulai didalam matriks yang sebelumnya telah mengalami
deposisi dengan jalan presipitasi dari bagian ke bagian lainnya dengan penambahan lapis demi
lapis.

Berbagai tahap perkembangan mahkota gigi mulai dari penebalan epitel dengan aktivitas
mitosis aktif dalam ektomesenkim. Hasil perkembangan gigi ke bud stage, organ gigi. Setelah itu
memasuki tahap proliferasi (cap stage) kemudian berkembang biasa disebut benih gigi. Pada
tahap bel (bell stage) epitel enamel luar dan dalam terbentuk dan terhubung dalam servikal lup,
selain itu benih gigi permanen dapat dilihat muncul dari lamina gigi. Pembentukan jaringan
keras, dentin diikuti oleh enamel, dimulai dari mahkota. Ameloblas terakhir akan hilang ketika
gigi erupsi, sedangkan pembentukan akar gigi akan terus terjadi sampai mencapai oklusi.

Pembentukan akar gigi terjadi setelah pembentukan mahkota gigi selesai dengan
sempurna dan gigi mulai erupsi. Pembentukan akar dimulai dari proliferasi sel epitel enamel
bagian dalam dan bagian luar (inner and outer enamel epithelia) menjadi sel epitel akar Hertwig.
Sel epitel akar menentukan jumlah dan bentuk akar. Interaksi antara sel epitelium enamel bagian
dalam dengan sel papila dental memicu terbentuknya dentin akar, yang diikuti oleh hilangnya
selubung akar. Celah yang terbentuk memungkinkan sel folikel dental untuk bersatu dengan
dentin, kemudian berdifrensiasi menjadi sementoblas.
DAFTAR PUSTAKA

Soda, M., Saito, K., Ida‐Yonemochi, H., Nakakura‐Ohshima, K., Kenmotsu, S., & Ohshima, H.
(2019). Reduced enamel epithelium‐derived cell niche in the junctional epithelium are
maintained for a long time in mice. Journal of Periodontology.

Nakamura, M. T., Oka, K., Harada, H., Ogata, K., Matsuo, S., Rikitake, M, Ozaki, M. (2020).
Ectopic junctional epithelium adhered to the buccal crown surface of an upper central incisor.
Pediatric Dental Journal.

Truschnegg A, Acham S, Kiefer BA, Jakse N, Beham A. Epulis : Cases With Special Emphasis
on Histopathological Diagnosis and Associated Clinical Data. Clin Oral Investig. 2016.

Pérez-Barbería, F. J, Guinness, F. E, López-Quintanilla, M., García, A. J, Gallego, L, Cappelli, J,


Landete-Castillejos, T. (2020). What do Rates of Deposition of Dental Cementum Tell Us?
Functional and Evolutionary Hypotheses in Red Deer. PLOS ONE.

Wong, H. E, Hedley, J, Stapleton, N, Murphy, B, & Priestnall, S. L. (2018).


Odontoameloblastoma With Extensive Chondroid Matrix Deposition In a Guinea Pig. Journal of
Veterinary Diagnostic Investigation

Tenorio F, et al. Chondroid Metaplasia In a Fibroepithelial Polyp of Gingiva. J Clin Diagn Res
2016 : 10 : 9 – 10

Anda mungkin juga menyukai