TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Odontogenesis
Gigi secara embriologi berasal dari dua jaringan, yaitu ektoderm yang akan
membentuk enamel dan mesoderm yang akan membentuk dentin, pulpa dan
sementum. Gigi terdiri dari mahkota yang dikelilingi oleh enamel dan dentin serta
akar yang tidak ditutupi oleh enamel. Gigi terdiri dari pulpa yang vital (terdapat
persarafan) yang didukung oleh ligamen periodontal (Behrman dkk, 2000).
Pertumbuhan gigi meliputi mineralisasi, kemunculan (erupsi), dan pelepasan
(eksfoliasi). Mineralisasi dimulai awal trisemester kedua dan berlanjut hingga
melewati umur tiga tahun untuk gigi primer (desidui) dan umur 25 tahun untuk
gigi permanen. Mineralisasi mulai pada puncak gigi (korona) dan berlanjut ke
arah akar. Erupsi mulai dengan insisivus sentral dan berlanjut ke lateral. Pelepasan
(eksfoliasi) mulai pada sekitar umur 6 tahun dan berlanjut hingga umur 12 tahun.
Erupsi gigi permanen dapat menyertai pelepasan segera atau dapat tertinggal 4-5
bulan. Waktu pertumbuhan gigi kurang berkorelasi dengan proses pertumbuhan
dan maturasi yang lain (Behrman dkk, 2000).
3
4
e. Tepi insisal (insisal edge) ialalah suatu tonjolan kecil dan panjang pada
bagian korona pada gigi insisive yang merupakan sebagian permukaan
insisive dan yang digunakan untuk memotong atau mengirim makanan.
f. Tonjolan atau cusp ialah tonjolan pada bagian korona pada gigi kaninus dan
gigi posterior, yang merupakan bagian dari permukaan oklusal
(Itjingningsih, 2012).
cervical loop (bagian enamel organ yang masuk ke mesenkim), pada region
coronal, sel mature ameloblast dan stratum intermedium, (antara IEE dan
stellate reticulum) kemudian transport nutrisi ke ameloblast (Itjingningsih,
2012).
d. Morfodiferensiasi
Pola morfologi atau bentuk dassar dan ukuran relatif dari gigi yang akan
datang dibentuk pada tahap morfodiferensiasi. Morfodiferensiasi tidak
mungkin terjadi tanpa proses proliferasi. Tahap bell stage yang berlanjut
menandai tidak hanya histodiferensiasi yang aktif tapi juga suatu tahap pemting
morfodiferensiasi dari korona yang menggaris luarkan detino enamel junction.
Penyesuaian pola ini ameloblas, odontoblas dan sementoblas mengendapkan
enamel, dentin dan sementum serta memberi bentuk dan ukuran yang khas
pada gigi (Itjingningsih, 2012).
yang teratur dan berirama dari bahan ekstra selular yang tidak mempunyai
kemampuan sendiri untuk pertumbuhan yang akan datang (Itjingningsih, 2012).
Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-
garam. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah
mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya
dengan penambahan lapis demi lapis.Kalsifikasi gigi desidui dimulai pada minggu
ke-14 prenatal, diikuti dengan kalsifikasi gigi molar pertama pada minggu ke-15.
Gigi insisivus lateral mengalami kalsifikasi pada minggu ke-16, gigi kaninus pada
minggu ke-17, sedang gigi molar kedua pada minggu ke-18 (McDonald dan
Avery, 2000).
Tahap kalsifikasi bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain,
dipengaruhi oleh faktor keturunan. Demikian juga pola kalsifikasi, bentuk korona,
dan komposisi mineralisasi, dipengaruhi oleh faktor genetik. Perkembangan gigi
yang bervariasi juga menunjukkan beda pada jenis kelamin, dan bersifat bilateral
simetris. Perempuan biasanya menunjukkan perkembangan yang mendahului laki-
laki, dan pada rahang bawah lebih dahulu daripada rahang atas. Kalsifikasi enamel
dan dentin tidak sama, tetapi mempunyai karakterisistik yang bervariasi pada
periode perkembangan. Menurut Brauner, pada usia 10 bulan sampai 2,5 tahun,
pembentukan dan kalsifikasi enamel dan dentin baik, namun relatif rentan karena
apabila terjadi gangguan metabolisme pada anak yang sedang berkembang secara
klinis tidak menyebabkan terjadinya hipoplasia enamel, tetapi dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan ringan pada kalsifikasi saja. Pada usia 2,5
sampai 5 tahun, kalsifikasi enamel dan dentin biasanya tidak homogen, akan tetapi
sifatnya lebih baik dibandingkan pada masa bayi. Gangguan pada kalsifikasi
terjadi sebagai akibat respon gangguan metabolisme anak yang sedang
berkembang dan gangguan ini disebut hipoplasia kronik. Pada usia 6 sampai 10
tahun, kalsifikasinya baik dan tahan terhadap gangguan pada pembentukan
enamel. Periode ini merupakan periode yang kritis karena pembentukan dan
kalsifikasi gigi sangat rentan terhadap gangguan pada metabolisme anak-anak
yang sedang berkembang, sehingga dapat terjadi hipoplasia enamel. Rensburg
menyatakan bahwa gangguan pada tahap kalsifikasi dapat menyebabkan kelainan
pada kekerasan gigi seperti hipokalsifikasi (Rensburg, 2007).
9
Permulaan dari pembentukan matriks enamel dan dentin hanya terjadi ketika
preodontoblast telah berdiferensiasi ke dalam odontoblast dan membentuk
hubungan dengan ameloblast dari epitel enamel bagian dalam. Odontoblast mulai
mengeluarkan matriks predentin di antara odontoblast dan ameloblast. Matriks ini
mengandung vesikel-vesikel yang berisi RNA menurut perubahan induksi di basal
lamina dari ameloblast. Matriks vesikel dari preodontoblast dihadapi oleh
membran sel dasar preameloblast dan tampak berubah. Kontak dan induksi ini
merangsang produksi dan pengeluaran dari matriks enamel oleh ameloblast
(Itjingningsih, 2012).
3. Mineralisasi enamel
Mineralisasi enamel terjadi dalam dua tingkat. Pertama, mineralisasi terjadi
segera setelah terbentuk segmen pertama dan bahan interprismatiknya. Terjadi
pengapuran 30% dan terbentuk kristal apatit. Kedua, maturasi enamel dengan
pengapuran 100%. Proses mineralisasi dan maturasi ini dimulai dari puncak
mahkota kearah servikal dan dentino-enamel junction kearah perifer, kemudian
terjadi integrasi dari dua proses tersebut (Itjingningsih, 2012).
3. Mineralisasi dentin
Mineralisasi dari dentin yang berkembang dimulai bila vesikel bermembran
(vesikel matriks) mulai muncul, mengandung kristal hidroksiapatit halus yang
tumbuh dan berfungsi sebagai tempat nukleasi bagi pengendapan mineral
selanjutnya pada serabut kolagen sekitarnya. Berbeda dengan tulang, dentin
menetap sebagai jaringan bermineral untuk waktu yang lama setelah musnahnya
odontoblast sehingga dimungkinkan untuk mempertahankan gigi dan pulpa serta
odontoblast yang telah dirusak oleh infeksi. Gigi orang dewasa, pengerusakan
email penutup oleh erosi akibat pemakaian atau karies dentin (lubang gigi)
biasanya memicu reaksi dalam dentin yang menyebabkan membuat komponen-
komponennya (Itjingningsih, 2012).
Kalsium, fosfor dan vitamin D merupakan protein yang tidak dapat
dipisahkan. Vitamin D punya peranan penting dalam penyerapan kalsium dan
fosfor di duodenum serta usus halus, sehingga defisiensi atau kekurangan vitamin
D akan menimbulkan penyakit rakhitis, yaitu terjadinya mobilisasi kalsium dari
12
c. Erupsi
Erupsi gigi adalah munculnya tonjolan gigi atau tepi insisal gigi menembus
gingiva. Erupsi gigi dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi permanen (Purba,
2004). Erupsi gigi terjadi secara bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa
terjadi dalam setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi,
terutama pada periode transisi pertama dan kedua. Variasi ini masih dianggap
14
sebagai suatu keadaan yang normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi
masih berkisar antara 2 tahun (Ratna dkk., 2006).
Tahap erupsi gigi dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu (Purba, 2004):
1) Tahap praerupsi
Tahap praerupsi dimulai saat pembentukan benih gigi sampai mahkota
selesai dibentuk. Pada tahap praerupsi rahang mengalami pertumbuhan pesat di
bagian posterior dan permukaan lateral yang mengakibatkan rahang mengalami
peningkatan panjang dan lebar ke arah anterior dan posterior. Benih gigi
bergerah ke arah oklusal untuk menjaga hubungan yang konstan dengan tulang
rahang yang mengalami pertumbuhan.
2) Tahap prafungsional
Tahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi
mencapai daratan oklusal. Pada tahap prafungsional gigi bergerak lebih cepat
ke arah vertikal. Selain bergerak kearah vertikal, pada tahap prafungsional gigi
juga bergerak miring dan rotasi. Gerakan miring dan rotasi dari gigi ini
bertujuan untuk memperbaiki posisi gigi berjejal di dalam tulang rahang yang
masih mengalami pertumbuhan.
3) Tahap fungsional
Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah
tanggal. Selama tahap fungsional gigi bergerak ke arah oklusal, mesial dan
proksimal. Pergerakan gigi pada tahap funfsional ini bertujuan untuk
mengimbangi kehilangan substansi gigi yang terpakai selama berfungsi
sehingga oklusi dan titik kontak proksimal dari gigi dapat dipertahankan.
Kegagalam erupsi
Kegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu
sebab sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi
yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi (Purba, 2004).
15
Kurangnya tempat untuk gigi yang disebabkan oleh berbagai hal seperti
ukuran yang terlalu besar, tulang rahang yang tidak berkembang juga
dapat menyebabkan gigi tidak muncul di rongga mulut (Purba, 2004).
3) Posisi gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut
Posisi gigi tetangga yang menghalangi jalanya erupsi dapat menyebabkan
gigi tidak muncul kepermukaan (Purba, 2004).
4) Adanya gigi susu yang persistensi
Gigi susu yang tidak tanggal pada waktunya dapat menyebabkan
kegagalan erupsi pada gigi permanen. Kegagalan erupsi gigi permanen
pada kondisi gigi persistensi ini disebabkan oleh tidak tersedianya
ruangan untuk gigi permanen yang akan erupsi menggantikan gigi susu
yang persistensi tersebut (Purba, 2004).
- Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erupsi gigi
1) Faktor keturunan (genetik)
Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi.
Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu
dan urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi. Pengaruh faktor
genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78% (Ratna dkk., 2006).
2) Faktor ras
Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi
gigi permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika
dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit
hitam dan Amerika Indian. Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan
Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu aukasoid dan tidak
menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar (Ratna dkk.,
2006).
3) Jenis kelamin
Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi
pada setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan
lebih cepat dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga
6 bulan (Ratna dkk., 2006).
4) Faktor lingkungan
17
a. Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi,
kesehatan seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan. Anak
dengan tingkat ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu
erupasi gigi yang lebih lambat dibandingkan anak dengan tingkat
ekonomi menengah (Ratna dkk., 2006).
b. Nutrisi
Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan
perkembangan rahang. Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat
mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu
erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nitrisi, seperti
vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh faktor nutrisi
terhadap perkembangan gigi adalah sekitar 1% (Ratna dkk., 2004).
5) Faktor penyakit
Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit
sistemik dan beberapa sidroma, seperti down syndrome, cleidocranial
dysostosis, hypothyroidism, hypopituitarism, beberapa tipe dari
craniofscial synostostosis dan hemifacial atrophy (Ratna dkk., 2004).
6) Faktor lokal
Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adaah jark gigi
ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari
benih gigi, mukosa gigi yang menebal, dan gigi sulung yang tanggal
sebelum waktunya (Salzmann, 1975).
e. Atrisi
Yaitu ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian waktu berfungsi
(Itjingningsih, 2012).
18
f. Resobsi
Yaitu penghapusan dari akar-akar gigi susu oleh aksi dari osteoclast
(Itjingningsih, 2012).
Ion kalsium dan fosfat merupakan komponen anorganik yang penting dalam
kristal hidroksiapatit.Sifat fisik email yang berupa kekerasan dan ketahanan kimia
sangat berbeda dari dentin, tulang dan sementum. Keempat jaringan ini
termineralisasi dengan hidroksiapatit, akan tetapi terdapat dua perbedaan penting
antara email dan jaringan lain. Pertama, tulang, dentin dan sementum terdiri dari
20% kolagen sedang email hanya 0,6%. Kedua, kristal apatit di email adalah kira-
kira sepuluh kali lebih besar dan lebih tebal daripada yang dikalsifikasi kolagen
sehingga volume kristal di email setidaknya 1000 kali lebih besar. Meskipun
email merupakan struktur yang sangat keras dan padat, namun email dapat larut
ketika berkontak dengan asam, sehingga larutnya sebagian atau keseluruhan
mineral email akan menurunkan kekerasannya (Abidin, 2011).
Garam-garam mineral organik tersusun dalam bentuk jaringan-jaringan kecil yaitu
terdiri dari (Abidin, 2011):
- keratin (pseudokeratin) : C4H9N3O2
- protein : enamelins, amelogenins dan albumin.
- Kolagen : Hydroxyproline, C5H9O3N
- lemak : CH3(CH2)2CO2H
- asam-asam amino lainnya : aspartic acid, threonine, serine, glutamic
acid, proline, glycine, alanine, valine, methionine, isoleucine, leucine,
tyrosine, phenylalanine, lysine, histidine, arginine.
anorganik kedalam matriks dentin yang baru terbentuk dan menciptakan suatu
lingkungan yang memungkinkan mineralisasi matriks (Abidin, 2011).
3. Pulpa
Pulpa terdiri atas jaringan ikat longgar, unsur utamanya terdiri dari
odontoblast, fibroblast, serabut kolagen halus, dan glikosaminoglikan. Ruang
pulpa meliputi kamar pulpa, saluran akar, dan foramen apikal. Pulpa gigi
merupakan jaringan ikat yang kaya pembuluh darah dan saraf yang terdapat dalam
rongga gigi (Abidin, 2011).
dan gigi, sisanya berada di darah dan sel-sel tubuh. Dalam pembentukan gigi,
kalsium mempunyai peranan membentuk dentin dan email gigi. Kekurangan
kalsium selama masa pembentukan gigi dapat menyebabkan kerentanan
terhadap kerusakan gigi. Kebutuhan kalsium harian manusia berdasarkan
Recomended Daily Allowance (RDA) USA adalah sebagai berikut (Marta,
2007):
a. Bayi berumur 0-5 bulan: 400 mg per hari
b. Bayi berumur 6 bulan-1 tahun: 600 mg per hari
c. Anak-anak memerlukan 800 mg per hari
d. Remaja memerlukan 1200 mg per hari
e. Dewasa memerlukan 1000 mg per hari
f. Ibu hamil dan menyusui memerlukan 1200 mg per hari
g. Usia lanjut dan menopause memelukan 1200 mg per hari.
2. Vitamin
Seperti halnya karbohidrat, protein dan lemak, vitamin adalah senyawa organik
terdiri atas atom karbon, hydrogen dan tidak jarang mengandung oksidan,
nitrogen, dan sulfur. Vitamin berbeda dengan senyawa lain (karbohidrat,
protein, dan lemak) yang harus ada dalam jumlah besar dalam makanan,
vitamin dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil meskipun fungsinya sangat
esensial dalam memelihara kesehatan (Nurachman, 2001).
a. Vitamin A, terdapat pada hati,telur, keju, susu, sayur berdaun hijau dan
kuning, juga buah.Vitamin A berfungsi untuk perkembangan dan
pemeliharaan mata, gusi, gigi, kulit, rambut, dan beberapa kelenjar agar
tetap dalam keadaan sehat diperlukan untuk metabolisme lemak. Keadaan
defisiensi mengakibatkan kulit kering, perkembangan gigi yang buruk, dan
buta senja (Nurachman, 2001).
b. Vitamin C, terdapat pada jeruk, tomat, danstrawberry. Vitamin C berfungsi
untuk membantu perbaikan dan pertumbuhan jaringan (dibutuhkan dalam
pembentukan kolagen). Keadaan defisiensi menyebabkan penyembuhan
luka yang buruk, perdarahan gusi, dan mudah terkena infeksi (Almatsier,
2001)
22
3. Mineral
a. Kalsium, terdapat pada susu, kuning telur, sayuran hijau dan kerang.
Kalsium berfungsi untuk pertumbuhan tulang, kesehatan gigi,
penggumpalan darah, dan penyerapan zat besi.
b. Flour, terdapat pada air yang telah difluoridasi dan teh. Flour berfungsi
untuk menguatkan gigi dan melindungi gigi dari serangan bakteri.
c. Fosfor, terdapat pada susu, yoghurt, ragi dan gandum.Flour berfungsi untuk
pertumbuhan tulang, kekuatan gigi dan transformasi energi (Joyce dan
Evelyn, 2006).
1. Mesiodens
Lokasinya di dekat garis median diantara kedua gigi insisivus
sentralisterutama pada gigi tetap rahang atas. Jika gigi ini erupsi biasanya
ditemukan di palatalatau diantara gigi-gigi insisivus sentralis dan paling sering
menyebabkan susunan yangtidak teratur dari gigi-gigi insisivus sentralis. Gigi
ini dapat juga tidak erupsi sehinggamenyebabkan erupsi gigi insisivus satu
tetap terlambat, malposisi atau resorbsi akar gigi insisivus didekatnya(Abidin,
2011).
2. Laterodens
Laterodens berada di daerah interproksimal atau bukal dari gigi-gigi
selaininsisivus sentralis (Abidin, 2011).
3. Distomolar
Lokasinya di sebelah distal gigi molar tiga (Abidin, 2011).
3. Makrodonsia
Makrodonsia yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran gigi lebih
besar dari normal, hampir 80 % lebih besar (bisa mencapai 7,7-9,2 mm).
Keadaan ini jarang dijumpai, sering di DD (Diferensial Diagnosa/Diagnosa
Banding) dengan fusionteeth. Gigi yang sering mengalaminya adalah gigi
insisivus satu atas (Abidin, 2011).
4. Mikrodonsia
Mikrodonsia yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran gigi lebih
kecil dari normal. Bentuk koronanya (mahkota) seperti conical atau peg
shaped. Sering diduga sebagai gigi berlebih dan sering dijumpai pada gigi
insisivus dua atas atau molar tiga. Ukuran gigi yang kecil ini dapat
menimbulkan diastema (Abidin, 2011).
Gigi natal adalah gigi yang telah erupsi atau telah ada dalam mulut pada
waktu bayi dilahirkan. Gigi neonatal adalah gigi yang erupsi selama masa
neonatal yaitu dari lahir sampai bayi berusia 30 hari (Abidin, 2011).
Erupsi normal gigi insisivus sulung bawah dimulai pada usia 6 bulan,
jika gigisulung erupsi semasa 3-6 bulan kehidupan disebut gigi predesidui.
Gigi ini merupakangigi sulung yang erupsinya prematur, jadi tidak termasuk
gigi supernumerary atau gangguan pertumbuhan lainnya (Abidin, 2011).
6. Teething
a. Definisi
Menurut Burket, definisi teething yaitu suatu proses fisiologis dari waktu
erupsi gigi yang terjadi pada masa bayi, anak dan remaja (sewaktu gigi molar
tiga akan erupsi) yang diikuti dengan gejala lokal maupun sistemik (Abidin,
2011).
Teething lebih sering timbul pada erupsi gigi sulung, terutama erupsi gigi
molar yang relatif besar, sedangkan gigi insisivus sulung yang ukurannya
relatif lebih kecil dapat erupsi tanpa mengalami gangguan kesulitan, walaupun
gejala lokal dan sistemik dapat juga menyertainya (Abidin, 2011).
Erupsi gigi pada anak secara umum diketahui dapat menimbulkan gejala.
Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara erupsi gigi dengan demam,
iritabilitas, menangis pada malam hari bahkan dapat timbul kejang kejang
(Abidin, 2011).
Beberapa gejala ringan dari teething adalah suka menggigit, berliur,
menggosok-gosok gusi, iritabilitas dan menghisap-isap, hal ini berhubungan
dengan erupsi gigi, kadang juga terjadi gangguan sistemik seperti diare,
rhinorea dan iritabilitas (Abidin, 2011).
b. Gejala lokal
Pada rongga mulut:
1. Terlihat warna kemerahan atau pembengkakan gingiva pada regio yang
akanerupsi, konsistensinya keras, berkilat dan kontornya sangat cembung.
2. Terjadi hipersalivasi dan konsistensinya kental.
26
7. Kista erupsi
a. Definisi
Kista erupsi atau eruption cyst adalah suatu kista yang terjadi akibat
rongga folikuler di sekitar mahkota gigi sulung atau tetap yang akan erupsi
mengembang karena penumpukan cairan dari jaringan atau darah (Abidin,
2011).
b. Gambaran Klinis
1. Diawali dengan terlihatnya daerah kebiru-biruan pada gigi yang akan erupsi.
2. Kemudian terjadi pembengkakan mukosa yang disertai warna kemerahan.
3. Akibat pembengkakan ini dapat menyebabkan tergigit oleh gigi
antagonisnyasehingga menimbulkan rasa tidak enak atau rasa sakit (Abidin,
2011).
berlebihan selama fase resorpsi dan reposisi (perbaikan) yang merupakan ciri
normal resorpsi akar pada gigi sulung (Abidin, 2011).
Pergerakan ke arah oklusal dari gigi molar dua sulung terhambat atau
terhenti sehingga gigi tersebut terletak di bawah permukaan oklusal gigi molar
satu sulung dan molar satu tetap(Abidin, 2011).
9. Gigi ganda
a. Definisi
Gigi ganda yaitu penyatuan (fusi) dua benih yang sedang
berkembangatau terbelahnya (partial dichotomy atau geminasi) benih gigi,
sehingga terdapat dua gigi yang bersatu (Abidin, 2011).
Sulitnya menentukan apakah gigi yang besar akibat fusi atau geminasi,
maka digunakan istilah gigi ganda saja. Gigi ganda dapat terjadi pada gigi
sulung maupun gigi tetap (Abidin, 2011).
b. Gambaran klinis
Bentuk gigi yang besar dan tidak normal ditunjukkan dengan adanya
groove berbentuk longitudinal pada mahkota atau adanya lekukan pada tepi
insisal. Akar dapatterpisah secara keseluruhan atau sebagian (Abidin, 2011).
10. Dilaserasi
Dilaserasi merupakan bentuk akar gigi atau mahkota yang mengalami
pembengkokan yang tajam (membentuk sudut atau curve) yang terjadi semasa
pembentukan dan perkembangan gigi tahap atau fase kalsifikasi (Abidin,
2011).
Curve pembengkokan dapat terjadi sepanjang gigi tergantung seberapa
jauh pembentukan gigi sewaktu terjadi gangguan (Abidin, 2011).
Anomali Tambahan
Anomali tambahan cenderung mengenai seluruh gigi daripada satu atau dua
gigi saja yang berhubungan dengan retensi mekanis dan luka.
1. Enamel Dysplasia menguraikan mengenai perkembangan enamel yang
abnormal. Enamel hypoplasia adalah ganguan pada ameloblast ketika
28