Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cavum Oris


Cavum oris atau rongga mulut dikelilingi oleh labium oris dan pipi pada
bagian samping dan anterior, palatum mole dan palatum durum di bagian atas
dan dasar mulut di bagian bawah. Di dalam cavum oris terdapat lingua dan
gigi geligi (Sloane, 2004).
2.1.1 Histologi Cavum Oris
a. Batas/ Dinding
1. Depan : Labium Oris meliputi
a. Merah Bibir
b. Pars Marginal
c. Pars Mukosa (Reinhard, 2006).
2. Dinding Samping : Buccale
a. Kulit : Lanjutan kulit wajah
b. Permukaan dalam : Membran Mucosa
c. Bagian tengah : Musculus Buccinatorius (Reinhard, 2006).
3. Atap Cavum Oris : Palatum Dorum dan Palatum Mole
Struktur :
a. Membran Mucosa
-Epitel Lamina propria : epitel gepeng berlapis tanpa keratinasi.
Lamina propia adalah jaringan ikat yang membungkus mukosa.
b. Palatum Durum
-Bagian depan
-Lempeng tulang
-Lamina propria menyatu dengan periosteum (Reinhard, 2006).
Periosteum adalah jaringan ikat yang membungkus tulang pada
langit-langit cavum oris.
c. Palatum Molle
-Bagian belakang : tepi bebas
-Otot serat lintang
-Uvula di tengah (Reinhard, 2006).
d. Lantai Cavum Oris : Diaphragma Oris
3
4

a. Otot serat lintang (otot lurik)


b. Bagian tengah : Lingua
e. Batas Belakang Cavum Oris : Faucium
a. Isthmus Faucium : Uvula, Archus Pharyngopalatina, Radix
Linguae.
Radix Linguae merupakan bagian lidah yang berada 2/3 dari
apeks lidah.
b. Anulus Tonsilillaris Waldeyer : Tosil Palatina, Tonsil
Lingualis, Tonsil Pharyngealis (Reinhard, 2006).
b. Isi : Lidah dan Gigi Geligi
1. Lidah :
a. Bagian-bagian : Apex Linguae, Corpus Linguae, Radix
Linguae
b. Permukaan : Dorsum Linguae
c. Histologi : Membran Mukosa, Papilia Linguae, Otot Lurik
2. Gigi Geligi : Enamel, Dentin, Pulpa, dll

Gambar 1 : Cavum Oris


c. Glandula Salivarius (Kelanjar Saliva)
Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai
elektrolit yaitu sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium,
bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari protein yang berperan sebagai
enzim, immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin,
5

polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan rongga


mulut (Rensburg, 1995).
2.2 Glandula Salivarius
2.2.1 Anatomi, Histologi, Fisiologi dari Kelenjar Saliva

Gambar 2 : Glandula Salivarius

Kelenjar saliva merupakan suatu kelenjar eksokrin yang berperan penting


dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Kelenjar saliva mensekresi
saliva ke dalam rongga mulut. Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung
enzim dan cairan kental yang mengandung mukus. Menurut struktur anatomis dan
letaknya, kelenjar saliva dapat dibagi dalam dua kelompok besar yairu kelenjar
saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor dan minor
menghasilkan saliva yang berbeda-beda menurut rangsangan yang diterimanya.
Rangsangan ini dapat berupa rangsangan mekanis (mastikasi), kimiawi (manis,
asam, asin dan pahit), neural, psikis (emosi dan stress), dan rangsangan sakit.
Besarnya sekresi saliva normal yang dihasilkan oleh semua kelenjar ini kira-kira
1-1,5 liter per hari.
A. Kelenjar Saliva Mayor
1. Kelenjar Parotis
 Anatomi:
- Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar
saliva lainnya (Amerongen, 1999).
- Letak kelenjar berpasangan ini tepat di bagian bawah telinga
terletak antara prosessus mastoideus dan ramus mandibula.
6

Kelenjar ini meluas ke lengkung zygomatikum di depan telinga


dan mencapai dasar dari muskulus masseter.
- Kelenjar parotis memiliki suatu duktus utama yang dikenal
dengan duktus Stensen. Duktus ini berjalan menembus pipi
dan bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara
mukosa pipi dan gusi dihadapkan molar dua atas.
- Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul yang sangat
fibrous dan memiliki beberapa bagian seperti arteri
temporal superfisialis, vena retromandibular dan nervus
fasialis yang menembus dan melalui kelenjar ini
(Amerongen, 1999).
 Histologi :
- Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan
mengandung sejumlah besar enzim antara lain amylase,
lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase.
- Kelenjar parotis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks,
yang pada manusia adalah serosa murni. Kelenjar ini
dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat yang tebal, dari sini
ada septa jaringan ikat termasuk kelenjar dan membagi
kelenjar menjadi lobulus yang kecil. Kelenjar parotis
mempunyai sistem saluran keluar yang rumit sekali dan
hampir semua duktus ontralobularis adalah duktus striata.
- Saluran keluar yang utama yaitu duktus parotidikius
steensen terdiri dari epitel berlapis semu, bermuara
kedalam vestibulum rongga mulut berhadapan dengan gigi
molar kedua atas. Kelenjar parotis secara khas dipengaruhi
oleh mumps yaitu parotitis epidemika (Amerongen, 1999).
 Fisiologi:
- Kelenjar parotis menghasilkan suatu sekret yang kaya akan
air yaitu serous.
- Saliva pada manusia terdiri atas 25% sekresi kelenjar
parotis.
7

2. Kelenjar Submandibularis
 Anatomi:
- Kelenjar ini merupakan kelenjar yang berbentuk seperti
kacang dan memiliki kapsul dengan batas yang jelas.
- Di dalam kelenjar ini terdapat arteri fasialis yang
melekat erat dengan kelenjar ini.
- Kelenjar ini teletak di dasar mulut di bawah ramus
mandibula dan meluas ke sisi leher melalui bagian tepi
bawah mandibula dan terletak di permukaan muskulus
mylohyoid.
- Pada proses sekresi kelenjar ini memiliki duktus
Wharton yang bermuara di ujung lidah (Amerongen,
1999).
 Histologi:
- Kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat.
- Kelenjar submandibularis adalah kelenjar tubuloasinosa
kompleks, yang pada manusia terutama pada kelenjar
campur dengan sel-sel serosa yang dominan, karena itu
disebut mukoserosa. Terdapat duktus interkalaris,
tetapi saluran ini pendek karena itu tidak banyak dalam
sajian, sebaliknya duktus striata berkembang baik dan
panjang.
- Saluran keluar utama yaitu duktus submandibularis
wharton bermuara pada ujung papila sublingualis pada
dasar rongga mulut dekat sekali dengan frenulum lidah,
dibelakang gigi seri bawah. Baik kapsula maupun
jaringan ikat stroma berkembang baik pada kelenjar
submandibularis.
 Fisiologi:
- Kelenjar submandibularis menghasilkan 80% serous
(cairan ludah yang encer) dan 20% mukous (cairan ludah
yang padat).
8

3. Kelenjar Sublingual
 Anatomi :
- Kelenjar ini terletak antara dasar mulut dan muskulus
mylohyoid merupakan suatu kelenjar kecil diantara
kelenjar– kelenjar mayor lainnya.
- Duktus utama yang membantu sekresi disebut duktus
Bhartolin yang terletak berdekatan dengan duktus
mandibular dan duktus Rivinus yang berjumlah 8-20
buah.
- Kelenjar ini tidak memiliki kapsul yang dapat
melindunginya (Amerongen, 1999).
 Histologi:
- Kelenjar sublingualis adalah kelenjar tubuloasinosa
dan kelenjar tubulosa kompleks. Pada manusia
kelenjar ini adalah kelenjar campur meskipun
terutama kelenjar mukosa karena itu disebut
seromukosa. Sel-sel serosa yang sedikit hampir
seluruhnya ikut membentuk demilune. Duktus
interkalaris dan duktus striata jaringan terlihat.
- Kapsula jaringan ikat tidak berkembang baik, tetapi
kelenjar ini lobular halus biasanya terdapat 10-12
saluran luar yaitu duktus sublingualis, yang
bermuara kesepanjang lipatan mukosa yaitu plika
sublingualis, masing-masing mempunyai muara
sendiri. Saluran keluar yang lebih besar yaitu duktus
sublingualis mayor bartholin bermuara pada
karunkula sublingualis bersama-sama dengan duktus
wharton, kadang-kadang keduanya menjadi satu.
 Fisiologi:
- Kelenjar sublingualis menghasilkan sekret yang
mukous dan konsistensinya kental.
9

B. Kelenjar Saliva Minor


Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang
terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya
menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini
diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya.
Kelenjar saliva minor dapat ditemui pada hampir seluruh epitel di bawah rongga
mulut. Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit sekresi kecil dan melewati duktus
pendek yang berhubungan langsung dengan rongga mulut. Selain kelenjar saliva
minor tidak memiliki kapsul yang jelas seperti layaknya kelenjar saliva mayor,
kelenjar saliva minor secara keseluruhan menghasilkan sekret yang mukous
kecuali kelenjar lingual tipe Van Ebner. Saliva yang dihasilkan mempunyai pH
antara 6,0-7,4 sangat membantu didalam pencernaan ptyalin (Amerongen,
1999).
1. Kelenjar Glossopalatinal
Lokasi dari kelenjar ini berada dalam isthimus dari lipatan
glossopalatinal dan dapat meluas ke bagian posterior dari kelenjar
sublingual ke kelenjar yang ada di palatum molle.
2. Kelenjar Labial
Kelenjar ini terletak di submukosa bibir. Banyak ditemui pada midline
dan memiliki banyak duktus (Amerongen, 1999).
3. Kelenjar Bukal
Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini serupa dengan
kelenjar labial.
4. Kelenjar Palatinal
Kelenjar ini ditemui di sepetiga posterior palatal dan di palatum molle.
Kelenjar ini dapat dilihat secara visual dan dilindungi oleh jaringan
fibrous yang padat (Amerongen, 1999).
5. Kelenjar Lingual
Kelenjar ini dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu :
- Kelenjar anterior lingual, Lokasi kelenjar ini tepat di ujung lidah.
- Kelenjar lingual Van Ebner , Kelenjar ini dapat di temukan di
10

papila sirkumvalata.
- Kelenjar posterior lingual , Dapat ditemukan pada sepertiga
posterior lidah yang berdekatan dengan tonsil (Amerongen, 1999).

2.2.2 Mekanisme Sekresi Saliva

Saliva di bentuk dari bagian proksimal duktus yang tersusun dari sel-sel yang
disebut asinus. Sel asinus adalah tipe sel yang paling banyak membentuk kelenjar
saliva. Kelenjar serous yaitu kelenjar yang terbentuk dari sel-sel spherical sedangkan
kelenjar mucous tersusun dalam konfigurasi tubuler dengan lumen sentral yang besar.
Kelenjar saliva terdiri dari unit sekretori asinus, duktus intercalate, dan duktus striata.
Unit sekretori bertemu di duktus skretori utama yang menyalurkan massa kelenjar ke
dalam rongga mulut.Sekresi saliva berada di bawah kontrol syaraf.Rangsangan pada
syaraf parasimpatik memegang peran utama stimulus sekresi saliva, dan berpengaruh
terhadap komposisinya.Syaraf parasimpatik dari nucleus salivatorius superior
menyebabkan sekresi liur cair dalam jumlah besar dengan kandungan bahan organik
yang rendahRangsangan syaraf simpatis cenderung mempengaruhi volume sekresinya.
Syaraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva yang kaya akan
organik dari kelenjar submandibularis.Volume saliva yang dihasilkan setiap hari
berkisar antara 1-1,5 liter dengan komposisi yang bervariasi berupa unsur-unsur
organik dan anorganik (Roth, 2010).

2.2.3 Fungsi Saliva

1. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses


mengunyah dan menelan makanan
2. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun
cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan
3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman
4. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer
5. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase
ludah) dan lipase ludah (Roth, 2010).
11

6. Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat


faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva
7. Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air
dalam tubuh (Roth, 2010).
8. Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah) (Roth, 2010).

2.3 Kelenjar Lakrimal

Kelenjar lakrimal adalah suatu struktur glanduler yang terletak dekat dengan mata
yang berperan untuk menghasilkan air mata, yang membasahi bola mata (Sloane, 2004).
- Kelenjar air mata menghasilkan airmata
- Kelenjar airmata terletak dibawak di kelopak mata
- Fungsi dari kelenjar airmata adalah membasahi dan membersihkan bola
mata,selain itu air mata menganung zat yang dapat membunuh bibit
penyakit seperti bakteri dan virus (Sloane, 2004).
- Kelenjar air mata di produksi di glandula lakrimalis dengan salurannya.
- Kemudian dari glandula lakrimalis menuju ke meatus nasi inferior.
- Komposisi dari air mata: 98% air,1,5 NaCl dan enzim lisosim yang
mempunyai efek antibakteri (Sloane, 2004).
-
2.3.1 Anatomi Fisiologi Kelenjar Lakrimal
1. Anatomi Kelenjar Lakrimal
A. Aparatus lakrimalis terdiri dari 2 bagian :
- Kelenjar lakrimalis yang berhubungan dengan pembentukan air mata
(sistem sekresi lakrimal)
- Saluran air mata yang diteruskan ke dalam hidung (sistem
ekskresilakrimal) (Sloane, 2004).
B. Bagian-bagian dari aparatus lakrimalis adalah:
Kelenjar lakrimalis terdapat pada fossa lakrimal, sisi medial prosesus
zigomatikum os frontal. Berbentuk oval, kurang lebih bentuk dan besarnya
menyerupai almond , dan terdiri dari dua bagian, disebutkelenjar lakrimal
12

superior (pars orbitalis) dan inferior (pars palpebralis). Duktus kelenjar ini,


berkisar 6-12, berjalan pendek menyamping di bawah konjungtiva (Sloane,
2004) .
Kelenjar lakrimalis utama terletak pada sudut superolateral rongga mata.
Ukurannya sebesar biji kenari, tubuloasinar dan serosa, dengan sel mioepitel
yang menyolok. Lobus kelenjar yang terpisah mencurahkan isinya melalui 10-15
saluran keluar ke dalam bagian lateral forniks superior konjungtiva.
Juga ditemukan banyak kelenjar lakrimal tambahan/assesoris dalam
lamina propria kelopak mata atas dan bawah. Kelenjar lakrialis menghasikan air
mata (Sloane, 2004) .
Air mata mengandung banyak air dan lisosim suatu zat anti bakteri. Air
mata berfungsi untuk memelihara agar epitel konjungtiva tetap lembab, kedipan
kelopak mata akan menyebabkan air mata tersebar di atas kornea seperti wiper
pada kaca mobil dan berguna untuk mengeluarkan benda asing seperti partikel
debu. Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film
mukus (dari sel goblet konjungtiva tarsal) di atas film air dan minyak (dari
kelenjar meibom) (Sloane, 2004) .
Air mata disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta
lakrimal (lacrimal puncta) yang terletak disetiap sudut medial palpebra superior
dan inferior. Dari sini air mata kemudian masuk ke kanalikuli lakrimal (lacrimal
canaliculi), dan akhirnya masuk sakus lakrimal. Dinding kanalikuli lakrimal
tersusun oleh epitel bertingkat silindris bersilia. Sakus lakrimalis merupakan
bagian superior duktus nasolakrimalis yang melebar. Air mata kemudian masuk
ke duktus nasolakrimal yang juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia. Dari
sini air mata kemudian dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar
rongga hidung. Ini yang menyebabkan mengapa pada saat menangis, hidung pun
ikut menangis, karena rongga yang dilewati oleh air mata adalah dasar ronggga
hidung (Sloane, 2004) .
Kelenjar aksesori ( kelenjar wolfring dan kelenjar Krause ) Kelenjar
asesoris ini termasuk kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring. Kedua kelenjar ini
terletak dalam dibawah substansi propria (Sloane, 2004) .
13

a. Pungtum lakrimalis
ukuran punctum lakrimalis dengan diameter 0.3 mm terletak di
sebelah medial bagian superior dan inferior darikelopak mata. Punctum relatif
avaskular dari jaringan disekitarnyaselain itu warna pucat dari punctum ini
sangat membantu jikaditemukan adanya sumbatan. Punctum lalkrimalis
biasanya tidak terlihat kecuali jika kelopak bawah mata dibalik sedikit. Jarak
superior dan inferior punctum 0,5 mm, sedangkan jarak masing-masing
kecanthus medial kira-kira 6,5mm dan 6,0 mm. Air mata dari canthusmedial
masuk ke punctum lalu masuk ke canalis lakrimalis (Sloane, 2004) .
b. Kanalikuli lakrimalis
Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat kecil,
bernama puncta lacrimalia, pada puncak  papilla lacrimales, terlihat pada tepi
ekstremitas lateral (Sloane, 2004) .
c. Lacrimal apparatus (apparatus lacrimalis)
Apparatus lakrimal terdiri dari (a) kelenjar lakrimal, yang mensekresikan air
mata, dan duktus ekskretorinya, yang menyalurkan cairan ke permukaan mata;
(b) duktus lakrimal, kantung (sac) lakrimal, dan duktus nasolakrimal, yang
menyalurkan cairan ke celah hidung (Sloane, 2004).
d. Lacrimal gland (glandula lacrimalis)
terdapat pada fossa lakrimal, sisi medial prosesus zigomatikum os frontal.
Berbentuk oval, kurang lebih bentuk dan besarnya menyerupai almond, dan
terdiri dari dua bagian, disebut kelenjar lakrimal superior (pars orbitalis) dan
inferior (pars palpebralis). Duktus kelenjar ini, berkisar 6-12, berjalan pendek
menyamping di bawah (Sloane, 2004).
e. Lacrimal ducts (lacrimal canals)
berawal pada orifisium yang sangat kecil, bernama puncta lacrimalia, pada
puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi ekstremitas lateral lacrimalis.
Duktus superior, yang lebih kecil dan lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan
kemudian berbelok dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke
bawah menuju lacrimal sac. Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan
kemudian hamper horizontal menuju lacrimal sac. Pada sudutnya, duktus
14

mengalami dilatasi dan disebut ampulla. Pada setiap lacrimal papilla serat otot
tersusun melingkar dan membentuk sejenis sfingter (Sloane, 2004).
f. Lacrimal sac (saccus lacrimalis)
ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak dalam
cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan prosesus
frontalis maksila. Bentuk lacrimal sac oval dan ukuran panjangnya sekitar 12-15
mm; bagian ujung atasnya membulat; bagian bawahnya berlanjut menjadi
duktus nasolakrimal (Sloane, 2004).
g. Nasolacrimal duct (ductus nasolacrimalis; nasal duct)
kanal membranosa, panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari bagian
bawah lacrimal sac menuju meatus inferior hidung, dimana saluran ini berakhir
dengan suatu orifisium, dengan katup yang tidak sempurna, plica lacrimalis
(Hasneri), dibentuk oleh lipatan membran mukosa. Duktus nasolakrimal terdapat
pada kanal osseous, yang terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan konka
nasal inferior (Sloane, 2004).
Gambar 3 : Glandula Lakrimalis

2. Fisiologi Kelenjar Lakrimal


 Lapisan Air Mata
Lapisan air mata sendiri terdiri dari tiga lapisan yaitu:
a. Lapisan minyak; merupakan lapisan terluar yang dihasilkan oleh kelenjar-
kelenjar kecil pada pinggir kelopak mata yang bernama kelenjar Meibom.
Fungsi dari lapisan minyak ini adalah untuk melicinkan permukaan mata
15

dan mengurangi penguapan air mata. Lapisan minyak merupakan lapisan


terluar yang dihasilkan.
b. Lapisan air; merupakan lapisan tengah yang dihasilkan oleh sel sel yang
tersebar pada konjungtiva (selaput bening mata). Lapisan ini berfungsi
membersihkan mata dan mengeluarkan benda-benda asing ataupun iritan
yang masuk ke dalam mata.
c. Lapisan lendir; merupakan lapisan terdalam yang berfungsi membantu
agar air mata tersebar rata pada permukaan mata dan membantu agar mata
tetap lembab (Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).
2.3.2 Kelainan Kelenjar Lakrimal
1. Dakriosistitis (Infeksi Kantong Air Mata)
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata.

Gambar 4 : Dakrosistitis
 PENYEBAB
Dakriosistitis biasanya terjadi akibat penyumbatan pada duktus
nasolakrimalis (saluran yang mengalirkan air mata ke hidung) (Sullivan,
1996 dan Kanski, 2003).
 PENGOBATAN
- Infeksi diobati dengan antibiotik per-oral (melalui mulut) atau
intravena (melalui pembuluh darah).
- Daerah kantong air mata juga boleh dikompres hangat.
- Jika terbentuk abses, dilakukan pembedahan untuk membuka
dan membuang nanahnya.
- Untuk infeksi menahun, penyumbatan duktus nasolakrimalis
bisa dibuka dengan bantuan jarum atau melalui pembedahan
(Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).
2. Hordeolum (Stye)
16

Hordeolum (Stye) adalah suatu infeksi pada satu atau beberapa kelenjar.
 PENYEBAB
- Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam
kelopak mata yang disebabkani tepi atau di bawah kelopak mata.
- Bisa terbentuk lebih dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan.
- Hordeolum biasanya timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh
secara spontan.
- Oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri
stafilokokus)
- Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit.
- Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah
blefaritis.
- Hordeolum bisa timbul secara berulang (Sullivan, 1996 dan
Kanski, 2003).
 GEJALA
- Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila
ditekan
dan nyeri pada tepi kelopak mata.
- Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita
merasa ada sesuatu di matanya.
- Biasanya hanya sebagian kecil daerah kelopak yang
membengkak, meskipun kadang seluruh kelopak membengkak.
- Di tengah daerah yang membengkak seringkali terlihat bintik
kecil yang berwarna kekuningan.
- Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang cenderung pecah dan
melepaskan sejumlah nanah (Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).
 PENCEGAHAN
- Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh kulit
di sekitar mata.
- Bersihkan minyak yang berlebihan di tepi kelopak mata secara
perlahan (Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).
17

3. Kalazion
Kalazion adalah sebuah massa kecil di dalam kelopak mata yang
disebabkan oleh penyumbatan kelenjar minyak yang kecil di dalam
kelopak mata (Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).
 PENYEBAB
Kalazion tumbuh di dalam kelenjar Meibom pada kelopak mata. Hal
ini terjadi akibat penyumbatan pada saluran kelenjar Meibom. Kelenjar
Meibom adalah kelenjar sebasea, yang menghasilkan minyak yang
membentuk permukaan selaput air mata.
 PENGOBATAN
- Pengobatan utama adalah kompres hangat selama 10-15 menit,
minimal 4 kali/hari.
- Pengompresan akan melunakkan minyak yang mengeras yang
menyumbat saluran dan mempermudah pengaliran serta
penyembuhan.
- Kalazia seringkali menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 1
bulan.
- Jika kalazion terus membesar mungkin perlu diangkat melalui
pembedahan. Pembedahan biasanya dilakukan dari bawah
kelopak mata untuk menghindari pembentukan jaringan parut di
kulit.
- Obat tetes mata yang mengandung antibiotik biasanya digunakan
beberapa hari sebelum dan sesudah pengangkatan kalazion
(Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).
4. Sindroma mata kering
Untuk mengenali gejala awal terjadinya serangan mata kering, bisa
dilihat dari keluhan pasien ketika datang berobat ke rumah sakit. Keluhan
itu, biasanya pasien merasakan sesuatu mengganjal di dalam mata, atau di
dalam mata seperti ada benda asing (Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).
Gejala lain yang kemudian bisa diketahui adalah pasien akan
merasakan matanya seperti berpasir, terkadang mata terasa terbakar, silau
18

jika terkena cahaya walaupun sebenarnya cahaya yang masuk tidak terlalu
terang (Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).
Selain memberikan air mata buatan, untuk mencegah terjadinya
sindrom mata kering, disarankan kepada pasien untuk menggunakan kaca
mata pelindung, yang berfungsi melindungi mata dari panas berlebih atau
debu . Sindrom mata kering merupakan gangguan pada permukaan mata
yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air
mata. Angka kejadian sindrom mata kering ini lebih banyak pada wanita
(Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).
Sindrom mata kering ditandai oleh adanya rasa iritasi, berpasir,
panas, pedih, nrocoh dan rasa lengket terutama pada saat bangun pada pagi
hari, kadang timbul rasa gatal dan penglihatan yang kabur. Gejala-gejala
ini dirasakan lebih buruk pada saat berada pada kondisi lingkungan yang
berangin, pada ruangan ber-AC, atau setelah membaca /bekerja dengan
komputer dalam jangka waktu yang lama.
Salah satu solusi untuk kondisi ini adalah menggunakan tetes mata
yang merupakan air mata buatan dapat digunakan sebagai pelumas mata
serta menggantikan cairan mata yang hilang (Sullivan, 1996 dan Kanski,
2003).
Air mata buatan ini boleh dipakai setiap hari sebanyak 1-2 tetes
setiap 4 jam, atau bahkan dengan adanya kemasan air mata buatan yang
non preservative (tanpa bahan pengawet), air mata buatan ini boleh
dipakai sesering mungkin sampai beberapa kali dalam satu jam, ujarnya
(Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).
Cara lain untuk menjaga kelembaban permukaan mata ialah
dengan menggunakan humidifier di saat cuaca kering dan kaca mata
pelindung di saat berada pada kondisi berangin. Hal-hal yang
meningkatkan kekeringan seperti asap rokok dan cuaca panas harus
dihindari (Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).
Penderita sindrom mata kering pada fase awal mungkin hanya
memerlukan tetes air mata buatan untuk mengurangi gejala yang
19

dirasakan, namun pada mata yang sangat kering dapat menimbulkan


kerusakan yang serius pada mata, karena itu pemeriksaan ke dokter
spesialis mata sangat diperlukan (Sullivan, 1996 dan Kanski, 2003).
2.4 Sindroma Sjorgen
2.4.1 Pengertian
Sindroma Sjorgen adalah suatu penyakit autoimun yang menyebabkan
berkurangnya sekresi kelenjar saliva dan kelenjar eksotrin tubuh lain. Sjorgen terjadi
apabila suatu sistem imun tubuh menyerang dan mengahancurkan sel – sel penyusun
kelenjar saliva, kelenjar air mata dan kelenjar eksotrin tubuh lainnya (Hanri, 2009).
 GEJALA KLINIS
Gejala-gejala utama pada sindrom ini adalah kekeringan mulut dan mata.
Lainnya, sindrom Sjögren juga dapat menyebabkan kekeringan pada kulit,
hidung, dan vagina. Sindrom ini juga dapat memengaruhi organ lainnya seperti
ginjal, pembuluh darah, paru-paru, hati, pankreas, dan otak. Sembilan dari
sepuluh pasien Sjögren adalah wanita dan usia rata-rata pada akhir 40-an.
Selebihnya penyakit ini dapat timbul pada pria dan wanita segala umur. (Hanri,
2009).

• Menurut ( Alimudiarnis, 2009) tanda dan gejala sindrom Sjogren yaitu :


1. Mulut Kering
Meskipun terdapat berbagai penyebab, mulut kering pada sindrom
Sjogren adalah salah satu yang paling sulit ditangani. Antibodi yang menyerang
dan menghancurkan sel-sel kelenjar eksokrin menyebabkan kehancuran sel-sel
kelenjar ludah. Karena itu, penderita akan mengalami penurunan produksi air
liur. Kondisi ini menyebabkan mulut kering, sulit menelan, serta sulit
mengunyah dan berbicara ( Alimudiarnis, 2009).
2. Karies Gigi
Air liur memiliki banyak fungsi penting. Salah satu fungsi utama, selain
lubrikasi, adalah air liur membantu memerangi kerusakan gigi. Air liur
mengandung banyak senyawa antibakteri seperti tiosianat, hidrogen peroksida,
20

dan imunoglobulin A. Semua senyawa ini membantu memerangi dan mencegah


karies gigi ( Alimudiarnis, 2009).
3. Pembengkakan Kelenjar Ludah
Gejala lain sindrom Sjogren adalah pembengkakan kelenjar ludah.
Pembengkakan sering terlihat dekat sudut mulut akibat pembengkakan kelenjar
parotis ( Alimudiarnis, 2009).
4. Mata kering
Mata kering disebabkan karena sel-sel kelenjar lakrimal dihancurkan oleh
antibodi sehingga terjadi kekurangan produksi ari mata. Kondisi ini
menyebabkan banyak masalah seperti iritasi parah, mata sangat kering dan gatal
serta ulserasi kornea ( Alimudiarnis, 2009).
5. Hidung dan tenggorokan kering
Gejala sekunder dari sindrom sjogren termasuk kekeringan pada hidung,
tenggorokan dan paru-paru. Hal ini menyebabkan batuk, suara serak, epistaksis
(mimisan) dll. Kondisi ini juga akan meningkatkan kerentanan seseorang
mengalami penyakit paru dan pernapasan seperti pneumonia dan bronkitis.
6. Kulit Kering
Karena penurunan aktivitas kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, kulit
menjadi kering dan bersisik. Kulit kering menyebabkan iritasi dan peningkatan
kerentanan terhadap penyakit kulit lainnya ( Alimudiarnis, 2009).
2.4.2 Penyebab Penyakit Autoimun
Ada beberapa penyebab penyakit autoimun diantaranya :
1. Terjangkitnya virus
2. Adanya UV dari sinar matahari
3. Lodine
4. Stress dan kecemasan yang berkepanjangan
5. Karena sedang masa kehamilan
6. Lemahnya kekebalan tubuh yang dikarenakan alcohol, tembakau dan
mereka yang melaksanakan diet dengan cara tidak benar ( Kurien, 2005).
Dalam spesifiknya penyakit autoimun disebabkan karena autoimmune
disorders yaitu mekanisme tubuh untuk mempertahankan tubuh dari serangan
21

penyakit dan ketika kekebalan tubuh rusak maka biasanya akan terjadi
penyerangan balik (counter attack). Dan kebanyakan faktor genetik atau
keturunan yang menjadi penyebab penyakit autoimun ini ( Kurien, 2005).
2.4.3 Mekanisme Autoimun

Diagnosis penyakit autoimun ditegakkan bila keadaan autoimun


(respons imun terhadap diri sendiri) berhubungan dengan pola gejala dan
tanda klinik yang dikenali. Keadaan autoimun biasanya ditetapkan berdasarkan
deteksi adanya antibodi yang khas dalam sirkulasi penderita ( Kurien, 2005).
Ada dua teori utama yang menerangkan mekanisme terjadinya penyakit
autoimun. Yang pertama adalah autoimun disebabkan oleh kegagalan pada
delesi normal limfosit untuk mengenali antigen tubuh sendiri. Teori yang
berkembang terakhir adalah autoimun disebabkan oleh kegagalan regulasi
normal dari sistem imunitas (yang mengandung beberapa sel imun yang
mengenali antigen tubuh sendiri namun mengalami supresi). Nampaknya
kombinasi faktor lingkungan, genetik dan tubuh sendiri berperan dalam
ekspresi penyakit autoimun ( Kurien, 2005).

2.4.4 Penatalaksanaan dan Pengobatan Sindroma Sjorgen

A. PENATALAKSANAAN MEDIS
Banyak orang yang dapat mengatasi mata kering dan mulut kering yang
terkait dengan sindrom Sjogren dengan menggunakan obat tetes mata yang
dijual bebas dan minum air lebih sering. Tetapi beberapa orang mungkin
membutuhkan resep obat dari dokter, atau bahkan operasi (Sumariyono,
2008).
B. PENGOBATAN
a. Obat-obatan
Tergantung pada gejala yang terjadi pada pasien, obat yang biasa diberikan
oleh dokter, antara lain:
1. Obat untuk meningkatkan produksi air liur
22

Obat-obatan jenis ini antara lain, pilocarpine (Salagen) dan


cevimeline (Evoxac) dapat meningkatkan produksi air liur, dan
kadang-kadang juga meningkatkan produksi air mata. Efek samping
yang dapat terjadi, antara lain berkeringat, sakit perut, diare, dan
sering buang air (Sumariyono, 2008).
2. Obat untuk komplikasi tertentu dari sindrom Sjogren
Jika sindrom ini berkembang menjadi gejala-gejala seperti
arthritis, dapat diatasi dengan obat nonsteroidal anti-inflammatory
drugs (NSAIDs) atau obat arthritis yang lain. Jika terjadi infeksi jamur
oleh karena keringnya rongga mulut, harus diobati dengan obat
antijamur (Sumariyono, 2008).
3. Obat untuk mengatasi semua gejala sindrom Sjogren secara luas
Hydroxychloroquine (Plaquenil) merupakan obat yang
dirancang untuk mengobati malaria, obat ini sering membantu dalam
mengobati sindrom Sjogren. Obat-obatan yang menekan sistem
kekebalan tubuh, seperti methotrexate atau siklosporin, mungkin juga
akan diresepkan oleh dokter (Sumariyono, 2008).
b. Oprasi
Untuk mengurangi kering pada mata, dapat dipertimbangkan untuk
menjalani prosedur bedah minor untuk menutup saluran air mata. Saluran air
mata tersebut merupakan saluran yang mengeluarkan air mata dari mata
(punctal occlusion) dan menyebabkan air mata habis, sehingga mata kering.
Kolagen atau silikon dapat dimasukkan ke dalam saluran sebagai penutup
sementara. Tindakan operasi yang lain juga dapat dengan menggunakan laser
untuk menutup saluran air mata secara permanen (Sumariyono, 2008).
2.5 Nyeri
2.5.1 Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun
potensial atau yang digambarkan dalam kerusakan tersebut (Tamsuri, 2007).
23

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan.


Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atautingkatannya,dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tamsuri, 2007).
Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf
dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun
emosional (Tamsuri, 2007).
2.5.2 Klasifikasi Nyeri
Menurut Hidayat pada tahun 2008, klasifikasi nyeri secara umum dibagi
menjadi dua yakni :
1) Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang tidak melebihi enam bulan, serta ditandai adanya
peningkatan tegangan otot ( Syaifuddin, 2007).
2) Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama yaitu lebih dari
enam bulan ( Syaifuddin, 2007).
 Berdasarkan Letak Nyeri :
1. Nyeri Neuropatik Perifer
Pada nyeri neuropatik perifer Letak lesi di sistem perifer, mulai dari saraf
tepi, ganglion radiks dorsalis sampai ke radiks dorsalis. Contoh: Diabetik
Periferal Neuropati (DPN), Post Herpetik Neuralgia (PHN), Trigeminal
neuralgia, CRPStipe I, CRPS tipe II (Tamsuri, 2007).
2. Nyeri Neuropatik Sentral
Letak lesi dari medula spinalis sampai ke korteks. Contoh: Nyeri post
stroke, Multiple Sclerosis, Nyeri post trauma medula spinalis (Tamsuri,
2007).
 Berdasarkan waktu terjadinya :
1. Nyeri Neuropatik Akut
Nyeri yang dialami kurang dari 3 bulan. Contoh Neuralgia herpetika,
Acute Inflammatory Demyelinating Neurophaty (Tamsuri, 2007).
24

2. Nyeri Neuropatik Kronik


Nyeri yang dialami lebih dari 3 bulan. Nyeri neuropatik kronis juga
dibedakan menjadi:
a. Malignan (nyeri keganasan, post operasi, post radioterapi, post
chemoterapi
b. Non Malignan (neuropati diabetika, Carpal Tunnel Syndrome,
neuropati toksis, avulsi pleksus, traumamedula spinalis, neuralgia post
herpes (Tamsuri, 2007).

Anda mungkin juga menyukai