Anda di halaman 1dari 18

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Logam Kedokteran Gigi


Dalam kedokteran gigi, logam mewakili 1 dari 4 kelas utama bahan – bahan
yang digunakan untuk rekontruksi gigi yang karies, rusak atau hilang. Meskipun
logam mudah dibedakan dari keramik, polimer, komposit, namun tidaklah mudah
didefinisikan. The metal hand book (1992) mendefinisikan logam sebagai
substansi kimia opak mengkilap yang merupakan penghantar (konduktor) panas
atau listrik yang baik serta bila dipoles, merupakan pemantul sinar yang baik.
Logam campur untuk kedokteran gigi didefinisikan sebagai logam yang
mengandung 2 atau beberapa unsur, sekurang-kurangnya dari satu diantaranya
adalah logam dan semuanya larut dalam keadaan yang dicairkan (Anusavice,
2004).
Permukaan logam yang bersih mempunyai kilap yang sulit diperoleh pada
bahan padat jenis lain. Kebanyakan logam memberikan bunyi metalik bila logam
tersebut beradu, meskipun ada senyawa silica tertentu yang juga mengeluarkan
suara serupa. Karakteristik unik dari logam adalah bahan tersebut merupakan
konduktor panas dan listrik yang baik. Dibandingkan dengan keramik, polimer,
dan komposit, logam mempunyai kekuatan fraktor yang tinggi, yaitu
kemungkinan untuk menyerap energy dibawah tekanan tarik yang meningkat
sebelum terjadi fraktur. Misalnya, kekuatan fraktur dari kebanyakan logam
bervariasi antara 25-60 MPa.m 1/2 dibandingkan 0,75_2,5 MPa.m ½ untuk keramik
gigi. Umumnya, logam keras lebih kuat dan lebih padat dibandingkan dengan
unsure kimia lainnya. Kebanyakan logam lebih lentur dan dapat ditempa
dibandingkan non logam, yang umumnya lebih rapuh. Sebagian logam (besi, nikel
dan kobalt) dapat dibuat bersifat magnetic namun dapat juga dibuat menjadi non-
magnet (Anusavice, 1996).
4

Logam pada umumnya tahan terhadap serangan kimia, tetapi beberapa


logam memerlukan unsure campuran untuk menahan karat dan korosi dalam
lingkungan mulut. Sebagai contoh kromium oksida. Logam mulia amat tahan
terhadap korosi kimia dan oksidasi serta tidak memerlukan unsure pencampur
untuk tujuan ini. Namun, logam mulia murni harus dicampur untuk memberikan
kekuatan yang cukup terhadap deformasi dan fraktur bila digunakan untuk
restorasi cor (Anusavice, 1996).
Logam cor digunakan di laboratorium untuk membuat inlay, onlay, mahkota,
jembatan konvensional yang seluruhnya terdiri atas logam, jembatan logam-
keramik, jembatan logam resin, pasak endodontic, dan gigi tiruan sebagian
lepasan rangka logam (Anusavice, 2004).

2.1.1 Klasifikasi Logam dan Alloy


A) Logam campur dapat diklasifikasikan menurut (Anusavice, 2004).:
1. Penggunaan (digunakan sebagai inlai logam penuh, mahkota dan
jembatan, restorasi logam-keramik, gigi tiruan sebagian lepasan, dan
implant)
2. Unsure utamanya (emas, palladium, perak, nikel, kobalt, atau titanium)
3. Kandungan logam mulianya (sangat mulia, mulia, atau dominan logam
dasar)
4. Tiga unsure utamanya (emas-paladium-perak, palladium-perak-timah,
nikel-kromium-berilium, kobalt-kromium-molibdenum, titanium-
alumunium-vasadium, atau besi-nikel-kromium)
5. Sistem fase yang dominan (isomorfus (fase tunggal), eutetik, peritetik,
atau antar logam).

Jika ada dua unsure, akan terbentuk logam campur biner; jika ada tiga atau
empat logam, akan terbentuk logam campur terner atau kuater, dan seterusnya.
Logam campur paling sederhana adalah logam dimana atom-atom dari kedua
logam saling bercampur secara acak pada ruang geometri yang sama. Dilihat
dengan mikroskop, butiran dari logam campur ini dapat terlihat mirip dengan
5

butiran logam murni strukturnya homogen karena hanya berbentuk satu fase
selama pemadatan (Anusavice, 2004).
Seperti komponen-komponen dari beberapa larutan cair, logam yang
membentuk larutan padat dapat tidak larut sempurna satu sama lain pada segala
proporsi; logam ini mungkin hanya larut sebagian. Pada keadaan ini, fase
intermediat juga akan ada yang tidak larut secara mutual pada keadaan padat.
Begitu batas kelarutan terlampaui, keadaan padat terdiri atas campuran dari dua
atau lebih fase padat yang berbeda. Beberapa logam campur eutetik, logam
campur peritetik, senyawa antar logam dan kombinasinya (Anusavice, 2004).

B) Berdasarkasn Sifat
Berdasarkan spesifikasi ADA No. 5 yang direvisi tahun 1989, empat
logam campur berikut ini diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya dan bukan
menurut komposisinya (Anusavice, 2004).
 Tipe I (lunak)- inlai kecil, mudah diadaptasi (burnish), dan hanya
mendapat sedikit tekanan.
 Tipe II (sedang) – inlai yang terkerna tekanan sedang, termasuk
mahkota tiga perempat yang tebal , abutmen, pontik, dan mahkota
penuh.
 Tipe III (keras) – Inlai yang terkena tekanan besar , termasuk mahkota
tiga perempat yang tipis, backing logam cor yang tipis, abutment,
pontik, mahkota penuh, basis gigi tiruan , serta gigi tiruan sebagian
cekat yang pendek. Beberapa logam campur emas Tipe III biasanya
semakin keras dengan bertambahnya usia, terutama yang mengandung
tembaga sekurangnya 8% Wt.
 Tipe IV (sangat keras) – inlai yang terkena tekanan yang sangat besar,
termasuk lempeng basis dan cengkeram gigi tiruan, gigi tiruan sebagian
rangka logam, dan gigi tiruan sebagian cekat yang panjang. Komposisi
logam campur ini biasanya terdiri atas sebagian besar emas atau perak;
logam campur emas dapat mengeras menirit pertambahan usia melelui
teknik pemanasan yang sesuai (Anusavice, 2004).
6

C) Klasifikasi menurut Nobilitas (ADA/ANSI)


a. High Noble (Au > 40%, noble 60%)
Au – Pt alloy : Untuk Full Casting, Porcelain Fuse to Metal
Au – Cu – Ag alloy : Full casting

b. Noble ( Noble > 25 %)


Ag – Au – Cu alloy : Full Casting
Pd – Cu alloy : full casting, PFM
Ag – Pd alloy : full casting, PFM

c. Based Metal alloy ( Noble < 25 %)


Ni – based alloy : full casting, PFM, wrought, partial denture
Co – based alloy : sda
Ti – based alloy : sda + implant (Anusavice, 2004).

Noble metal terdiri dari : Rhutenium (Ru), Rhodium (Rh), Palladium (Pd),
Osmium (Os), Indium (In), Platinum (Pt), Aurum (Au)
Logam murni : contoh, Au, Cu, Co, Ag, dll

2.1.2 Syarat Logam Kedokteran Gigi


1. Biokompatibilitas

2. Secara kimia , tahan terhadap korosi dan suasana dalam saliva

3. Secara fisik konduktivitas thermal dan kuat

4. Bahan bahannya tersedia dalam jumlah besar dan mudah didapat.

5. Tidak berpontensi sebagai bahan karsinogenik (kanker)

6. Sebagai penghantar suhu yang baik, dan memberikan penampilan natural pada
gigi.

7. Berkekuatan tinggi dan tahan terhadap tekanan.


7

8. Tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak

9. Tidak mengandung bahan toksik yang bisa berdifusi terlepas dan diabsorbsi
dalam sisitem sirkulasi.

10. Bebas dari agen yang menyebabkan reaksi alergi

11. Tidak berpotensi sebagai bahan karsinogenik

12. Titik cairnya tinggi, tahan terhadap korosi

13. Modulus elastic tinggi

14. Pertahanan terhadap abrasi baik

15. Mudah disolder dan dipoles

16. Tahan terhadap suhu panas dan dingin

2.1.3 Sifat Logam Pada Kedokteran Gigi

Menurut Cahyanto tahun 2009 Sifat Logam dibagi menjadi 2 yaitu :


a. Sifat Fisis Logam
Pada umumnya unsur logam mempunyai sifat fisis, antara lain:
1. Logam akan memantulkan sinar yang datang dengan panjang gelombang
dan frekuensi yang sama sehingga logam terlihat lebih mengkilat.
Contohnya, emas (Au), perak (Ag), besi (Fe), dan seng (Zn).
2. Logam dapat menghantarkan panas ketika dikenai sinar matahari, sehingga
logam akan sangat panas (terbakar).
3. Logam juga dapat menghantarkan listrik karena elektronnya
terdelokalisasi bebas bergerak di seluruh bagian struktur atom. Tembaga
(Cu) sering dipakai dalam pembuatan kawat penghantar lisrik.
4. Meabilitas, yaitu kemampuan logam untuk ditempa atau diubah menjadi
bentuk lembaran.
8

5. Duktilitas yaitu kemampuan logam dirubah menjadi kawat dengan sifatnya


yang mudah meregang jika ditarik. Tembaga (Cu) dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan kawat.
6. Semua logam merupakan padatan pada suhu kamar dengan pengecualian
raksa atau merkuri (Hg) yang berupa cairan pada suhu kamar.
7. Semua logam bersifat keras, kecuali natrium (Na) dan kalium (Ca), yang
lunak dan dapat dipotong dengan pisau.
8. Umumnya logam memiliki kepadatan yang tinggi sehingga terasa berat
jika dibawa.
9. Logam juga dapat menimbulkan suara yang nyaring jika dipukul, sehingga
dapat digunakan dalam pembuatan bel atau lonceng.
10. Logam dapat ditarik magnet, sehingga logam disebut diamagnetik,
misalnya besi (Fe).

b. Sifat Kimia Logam


Sifat-sifat kimia logam antara lain:
1. Logam memiliki energi ionisasi yang rendah, oleh karena itu logam
cenderung melepaskan elektronnya dengan mudah. Logam cenderung
melepaskan elektron daripada menangkap elektron untuk membentuk
kation. Logam berikatan dengan lainnya untuk mencapai stabil.
Contohnya,     Na+         Mg2+       Al3+ .
2. Umumnya logam cenderung memiliki titik leleh titik didih yang tinggi
karena kekuatan ikatan logam.  Semua logam memiliki titik leleh yang
tinggi, kecuali merkuri (Hg), cerium (Ce), galium (Ga), timah (Sn) dan
timbal (Pb).
3. Logam memiliki 1 sampai 3 elektron dalam kulit terluar dari atom-
atomnya.
4. Kebanyakan logam oksida yang larut dalam air bereaksi untuk
membentuk logam hidroksida.
9

c. Sifat Biologis
1. Biokompatibilitas; interaksi dengan lingkungan biologis biolgis
dengan baik.
2. Tidak bersifat karsinogenik.
3. Tidak memiliki sifat toksisitas dan hipersensitifitas. (Combe.1992)
4. Sifat Mekanik
1. Kelelahan (fatique) : Kecenderungan dari logam untuk patah bila
menerima beban yang berulang/dinamik yang besarnya masih jauh
dibawah batas kekuatan elastiknya.
2. Hardness ( kekerasan ) : Kemampuan bahan untuk tahan terhadap
penggoresan, pengikisan (abrasi), indentasi atau penetrasi. Sifat ini
berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance). Kekerasan juga
berkorelasi dengan kekuatan. (Combe.1992)

2.1.4 Jenis-jenis Logam Pada Kedokteran Gigi


1. Noble Metal

Logam mulia yang terdiri dari emas (Au), platinum (Pt), Palladium
(Pd), Iridium (Ir), Rhodium (Rh), Osmium (Os), dan Ruthenium (Ru)
10

2. Base Metal
Logam dasar yang digunakan dalam dental alloy antara lain: perak (silver),
tembaga (Copper), seng (Zinc), indium, timah (Tin), gallium, dan nickel.

2.1.5 Aplikasi Logam Pada Kedokteran Gigi

1. Kerangka Logam Gigi Tiruan


Dalam bidang kedokteran gigi, logam dapat digunakan sebagai
kerangka logam gigitiruan (frame metal denture). Jenis logam yang
biasa digunakan untuk kerangka logamgigi tiruan adalah alloy emas,
Alloy Ni - Cr, alloy Co – Cr, alloy Ag – Pd, palladium dan titanium.
2. Mahkota
Dalam bidang kedokteran gigi, logam dapat juga digunakan
sebagaimahkota tiruan. Danlogam yang sering digunakan adalah
logam jenis baja atau stainless steel. Namun selainitu alloy emas, alloy
Ag – Pd, dan alloy Ni – Cu juga digunakan untuk pembuatanmahkota.
3. Dental Impant
Logam dapat juga digunakan sebagai dental implant dan jenis
logam yang bisa digunakanadalah titanium. Selain itu dapat juga
digunakan alloy Co – Cr. (Anusavice, 2004).
11

2.1.6 Indikasi dan Kontraindikasi Logam


1. Implan
Indikasi Pemasangan Implan
a. Pada pasien dengan ketebalan tulang rahang yang cukup.
b. Pasien dengan kebersihan rongga mulut yang baik.
c. Pasien yang kehilangan semua atau sebagian gigi geliginya, akan
tetapi sulit memakai gigi tiruan konvensional akibat adanya
koordinasi otot mulut yang kurang sehingga stabilitas gigi tiruan
sulit tercapai atau adanya refleks muntah sehingga sulit memakai
gigi tiruan.
d. Pasien yang menolak gigi aslinya diasah untuk pembuatan gigi
tiruan. (Smith,2000)
Kontra indikasi pemasangan implan gigi :
a. Pada pasien dengan keadaan patologi pada jaringan lunak dan
keras.
b. Luka ekstraksi yang baru.
c. Pasien dengan penyakit sistemik.
d. Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen implan.
e. Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruksism, merokok dan
alkohol.
f. Pasien dengan kebersihan mulut yang jelek. (Smith,2000)
1. Mahkota tiruan penuh metal
Mahkota tiruan penuh metal merupakan mahkota tiruan penuh yang
seluruhnya terbuat dari bahan metal. (Smith,2000)

Indikasi

1. Kerusakan pada permukaan gigi


2. Gigi yang tidak membutuhkan estetik, biasanya pada gigi molar
3. Gigi yang menanggung beban kunyah besar
4. Sebagai retainer GTJ atau penjangkaran GTSL
5. Gigi yang telah dirawat saluran akarnya (Smith,2000)
12

Kontraindikasi
1. Gigi yang membutuhkan estetik
2. Gigi yang tidak menanggung beban kunyah besar (Smith,2000)
3. Mahkota tiruan penuh metal-porselen
Mahkota tiruan penuh metal-porselen merupakan mahkota tiruan
penuh yang terbuat dari logam (sebagai coping/backing) yang dilapisi
dengan porselen (sebagai facing). (Smith,2000)

Indikasi

1. Gigi dengan kebutuhan estetik, tapi juga butuh kekuatan restorasi


2. Ukuran gigi normal atau lebih dari normal
3. Kerusakan luas pada gigi yang tidak dapat diperbaiki dengan
restorasi yang lebih konserfatif
4. Sebagai retainer GTJ atau penjangkaran GTSL
5. Gigi yang telah dirawat saluran akarnya (Smith,2000)
Kontraindikasi
1. Kamar pulpa besar
2. Indeks karies tinggi
3. Ukuran gigi kurang dari normal (Smith,2000)
4. Mahkota tiruan penuh metal-akrilik
Mahkota tiruan penuh metal-akrilik merupakan mahkota tiruan
penuh yang terbuat dari logam (sebagai coping/backing) yang dilapisi
dengan akrilik (sebagai facing). (Smith,2000)
Indikasi
1. Gigi dengan kebutuhan estetik, tapi juga butuh kekuatan restorasi
2. Pasien tidak alergi terhadap akrilik
3. Ukuran gigi normal atau lebih dari normal
1) Kontraindikasi
1. Pasien alergi terhadap akrilik
2. Ukuran gigi kurang dari normal (Smith,2000)
3.
13

2.1.7 Manipulasi Logam Pada Kedoteran Gigi


Casting adalah Pengecoran logam campur gigi ( dental alloy )
dalam rangka pembuatan restorasi gigi dari logam (Baum, 2004)
Tahap-tahap yang dilalui :
a. Pembuatan model malam restorasi
b. Pemasangan sprue dan crucible former
c. Penanaman model pada bumbung tuang
d. Pemanasan bumbung tuang dan bahan tanam
e. Penuangan / pengecoran / casting
Model malam dapat dipasang sprue secara langsung dan tidak langsung.
1) langsung  sprue menghubungkan model langsung dengan
crucible former
misal: pada restorasi mahkota, inlay, onlay.
2) tidak langsung  sprue menghubung-kan model dengan crucible
former malalui penghubung atau batang cadangan
misal: pada restorasi jembatan. (Craig, 1979)
a. Sprue/Pin Sprue
Sprue adalah saluran yang mana akan dilalui logam cair yang
mengalir ke cetakan (mould) yang ada pada bumbung tuang
(cincin cor / casting ring) setelah model malamnya dibuang.
(Craig, 1979)
b. Bumbung Tuang / Casting Ring
1. Bumbung tuang terbuat dari logam padat
- Perlu sesuatu untuk memungkinkan terjadinya ekspansi
bahan tanam
- Diberi pelapik dari :
a. asbes ( sudah jarang dipakai karena potensi
karsinogenik )
b. keramik aluminium silikat
c. selulose ( kertas )
14

c. Ekspansi bahan tanam ini diperlukan untuk mengimbangi


kontraksi logam saat membeku . (Craig, 1979)
Prosedur Penanaman
1. Model malam harus bersih dari kotoran, debu dan minyak
a. perlu pembersih model malam komersial atau detergen cair
b. dibiarkan mengering.
c. mengurangi tegangan permukaan model malam
d. pembasahan oleh bahan tanam akan lebih baik
e. perlekatan yang sempurna pada bagian model yang kecil dan tipis
2. Pengadukan bahan tanam
Pengadukan secara mekanis dan hampa udara akan menghilangkan
gelembung udara yang timbul selama pengadukan. (Craig, 1979)
Penanaman / pemendaman model malam
1. Seluruh model malam diulasi dengan selapis bahan tanam.
2. Bumbung tuang ditempatkan pada crucible former, lalu bahan tanam
dituang sedikit demi sedikit diatas vibrator.
3. Diisi sampai penuh dan diratakan setinggi bumbung tuang .
4. Bahan tanam akan setting dan mengeras setelah waktu tertentu.(sekitar
1 jam untuk sebagian besar bahan gipsum dan fosfat)
5. Siap dilakukan pembakaran.
6. Kalau tidak langsung dilakukan pengecoran sebaiknya disimpan dalam
humidor dengan kelembaban 100%. (Craig, 1979)
3. Prosedure Pengecoran
1. Crucible & sprue dilepas dengan hati-hati
2. Semua kotoran pada lubang masuk dibersihkan
3. Pemanasan
4. Jarak waktu tuang yang diperbolehkan
5. Mesin tuang / mesin cor / casting machine
6. Crucible tuang
7. Mencairkan logam campur / alloy
8. Membersihkan tuangan (Craig, 1979)
15

4. Finishing
Penyelesaian hasil tuangan
Tujuan : mengkaluskan permukaan hasil tuangan
Cara :
1. Bersihkan sisa bahan tanam (disikat, ultrasonic cleaner)
2. Memotong sprue dengan separating disc
3. Memotong bintil-bintil pada permukaan hasil tuangan (bila ada)
dengan stone. (Craig, 1979)
5. Pemulasan
Tujuan : menghaluskan dan mengkilapkan permukaan hasil tuangan
Cara :
1. Menggunakan rubber wheel, rubber cone
2. Dikilapkan dengan gold rouge. (Craig, 1979)
2.1.8 Faktor Kegagalan dalam Proses Casting
1. Lapisan Air
Malam tahan terhadap air, karena itu jika bahan tanam terpisah dari
model mala, akan terbentuk lapisan air yang tidak teratur pada
permukaan. Kadang-kadang jenis ketidak teraturan seperti ini muncul
sebagai parit kecil atau pembuluh di permukaan. Jika model malam
bergeser sedikit, bergerak, atau bergetar setelah penanaman, atau jika
prosedur pengecatan tidak menghasilkan kontak yang erat antara bahan
tanam dengan model malam, dapat timbul kondisi seperti ini.
(Verowati, 2002)
2. Laju Pemanasan yang Terlalu Cepat
Keadaan ini mengakibatkan terbentuknya sirip atau duri pada
tuangan, atau kekasaran permukaan yang khas yang disebabkan oleh
mengelupasnya dinding bahan tanam ketika air atau uap masuk ke
dalam mold. (Verowati, 2002)
3. Kurangnya Pemanasan
Pembuangan yang tidak sempurna dari model malam dapat terjadi
jika masa pemanasan terlalu pendek atau tidak cukup udara di dalam
16

tungku. Faktor-faktor ini terutama penting untuk teknik penanaman


dengan suhu rendah. (Verowati, 2002)
4. Rasio Cairan dan Bubuk
Jumlah air dan bahan tanam harus diukur dengan akurat. Semakin
tinggi rasio cairan:bubuk, semakin kasar tuangnya. Tetapi jika terlalu
sedikit cairan yang digunakan, adukan bisaterlalu kentaldan tidak dapat
memendam model malam dengan benar. Pada penanaman hampa udara,
udara dapat tidak dikeluarkan dengan sempurna. Semua ini
menghasilkan permukaan tuangan yang kasar. (Verowati, 2002)

5. Pemanasan yang Terlalu Lama


Bila digunakan teknik panas-tinggi, pemanasan yang terlalu lama
pada suhu pengecoran dapat menimbulkan kerusakan pada bahan
tanam, dan mengakibatkan kasarnya dinding-dinding mold. (Verowati,
2002)
6. Temperatur Logam Campur
Jika logam campur dipanaskan sampai temperatur yang terlalu
tinggi sebelum pengecoran, permukaan bahan tanam cenderung rusak
dan timbul permukaan kasar pada tuangan (Verowati, 2002)
7. Tekanan Pengecoran
Tekanan yang terlalu besar selama pengecoran dapat menghasilkan
permukaan cor yang kasar. Untuk tuangan yang kecil, tekanan yang
dianggap mencukupi adalah 0,10 sampai 0,14 Mpa unruk mesin cor
yang menggunakan tekanan udara atau tiga sampai empat putaran per
untuk mesin cor sentrifugal. (Verowati, 2002)
8. Komposisi Bahan Tanam
Rasio bahan pengikat terhadap quartz mempengaruhi tekstur
permukaan dari hasil pengecoran. Selain itu silika yang kasar
menyebabkan permukaan menjadi kasar . (Verowati, 2002)
9. Benda Asing
17

Jika ada benda asing yang masuk ke dalam mold, permukaan tuangan
dapat menjadi kasar. Biasanya kontaminasi tidak hanya berakibat pada
permukaan yang kasar tetapi juga pada tuangan yang tidak lengkap atau
rongga di permukaan . (Verowati, 2002)

2.1.9 Kekurangan dan Kelebihan Logam dan Logam Campur

1. Logam
Kelebihan :
1. Kuat, keras, dan tangguh
2. Konduktor panas dan listrik yang baik
3. Mudah dicairkan /dipanaskan sehingga mudah dibentuk dan
dicetak.
4. Mudah dibengkokkan dan dibentuk
5. Tetap mempertahankan kekuatannya ketika ditekuk
(Darmono,1995)
Kekurangan :
1. Mudah korosif
2. Mudah menyerap listrik
3. Mudah beradu dengan benda yang lain
4. Biaya mahal
5. Proses pembuatannya sulit (Darmono. 1995)
1. Logam Campur
Kelebihan :
1. Kekuatan dan ketahanannya paling baik dibanding tambalan lain.
2. Tahan korosi.
3. Resiko kebocoran minimal.
4. Bentuk dapat dengan mudah dimanipulasi (Darmono. 1995)
Kekurangan :
1. Paling mahal dibanding tambalan lainnya
2. Tidak sewarna gigi
3. Dapat menyebabkan reaksi alergi (Darmono. 1995)
18

2.2 Korosi
Korosi merupakan proses kimia atau elektrokimia melalui logam yang
diserang oleh bahan alam, seprti air dan udara, yang menghasilkan pelarutan
sebagian atau menyeluruh, kerusakan, atau melemahnya substansi yang padat.
Walaupun kaca dan bahan nonlogam lainnya rentan terhadap degradasi
lingkungan, logam pada umumnya lebih rentan terhadap serangan semacam itu
karena reaksi elektrokimia (Anusavice,1996).
1.2.1 Klasifikasi Korosi
Ada dua jenis umum reaksi korosi, salah satu tipe yaitu:
1. Korosi kimia, dimana ada kombiansi langsung dari logam dan
nonlogam. Tipe ini terjadi melalui oksidasi, halogenasi, atau reaksi
sulfurisasi. Contoh yang baik dari tipe korosi ini adalah perubahan
warna dari perak oleh sulfur. Pembentukan sulfide perak pada
reaksi ini adalah reaksi kimia. Sulfide perak tampaknya merupakan
produk korosi utama dari logam campur emas yang mengandung
perak. Korosi semacam ini juga disebut sebagai korosi kering
karena terjadi pada keadaan tidak ada air atau elktrolit cairan
lainnya (Anusavice, 1996).
2. Korosi kimia jarang terisolasi dan hamper selalu disertai dengan
tipe korosi kedua yang disebut korosi elektrokimia. Tipe korosi ini
juga disebut korosi basah karena memerlukan adanya airt atau
elktrolit cairan lainnya. Juga memerlukan jalur untuk perpindahan
electron, suatu arus listrik, agar proses ini berlanjut (Anusavice,
1996).
3. Korosi sel konsentrasi
Bentuk ketiga dari korosi elektrokimia. Jenis korosi sel konsentrasi
yang penting adalah korosi kreviks. Situasi ini muncul kapanpun
ada variasi pada elektrolit atau pada komposisi dari elektrolit
tertentu dalam sistem. Contoh seringkali ada penumpukan debtis
19

makanan pada daerah interproksimal. Maka akan timbul korosi


elektrokimia,yang terutama menyerang permukaan logam yang
berada dibawah lapisan debris makanan. (Anusavice, 1996).
4. Korosi stress
Pada sebagian besar pesawat gigi,efek merusak dari stressdan
korosi paling sering karena kelelahan dari logam bila berhubungan
dengan lingkungan yang bersifat korosif (Anusavice, 1996).
1.2.2 Penyebab korosi
1. Deposit keras akibat kalkulus .
2. Deposit lunak akibat plak dan lapisan yang terutama terdiri atas
mikroorganisme dan musin .
3. Kerusakan dari logam akibat reaksi dengan lingkungan menyebabkan
permukaan yang mendapat tekanan atau logam dengan ketidak murnian
antara granula atau dengan produk korosi akan meningkan dengan
berjalannya waktu.

1.2.3 Metode Pencegahan Korosi


Ada empat metode yang dapat digunakan untuk mencegah korosi besi :
1. Menutupinya dengan penutup permukaan yang tidak tembus, seperti
minyak atau cat sehingga udara dan air tidak dapat mencapainya .
2. Menutupinya dengan bahan, seperti seng yang bereaksi dengan
substansi pengorosu secara lebih mudah dibandingkan dengan besi
sehingga dapat melindungi besi tersebut.
3. Melukukan electroplating dari permukaan dari unsur yang tahan
terhadap korosi.
4. Mencampur besi dengan kromium sehingga tahan secara kimia
terhadap korosi. Pencampuran merupakan metode yang paling
memuaskan, tetapi paling mahal (Anusavice,1996)
1.3 Sifat Toksisitas Logam
Sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok,
yaitu bersifat toksik tinggi, sedang dan rendah. Logam berat yang bersifat toksik
20

tinggi terdiri dari unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Bersifat toksik sedang
terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni,dan Co, sedangkan bersifat toksik rendah terdiri
atas unsur Mn dan Fe. Adanya logam berat di perairan berbahaya baik secara
langsung terhadap kehidupan organisme maupun efeknya secara tidak langsung
terhadap kesehatan manusia (Darmono, 1995)
Besarnya efek toksik bergantung juga pada tingkat korosi dan pelepasan
ion-ion yang dipengaruhi oleh komposisi logam, temperatur dan pH lingkungan,
keausan metal karena friksi dan abrasi, serta ada tidaknya solder dan regangan
yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai