BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jika ada dua unsure, akan terbentuk logam campur biner; jika ada tiga atau
empat logam, akan terbentuk logam campur terner atau kuater, dan seterusnya.
Logam campur paling sederhana adalah logam dimana atom-atom dari kedua
logam saling bercampur secara acak pada ruang geometri yang sama. Dilihat
dengan mikroskop, butiran dari logam campur ini dapat terlihat mirip dengan
5
butiran logam murni strukturnya homogen karena hanya berbentuk satu fase
selama pemadatan (Anusavice, 2004).
Seperti komponen-komponen dari beberapa larutan cair, logam yang
membentuk larutan padat dapat tidak larut sempurna satu sama lain pada segala
proporsi; logam ini mungkin hanya larut sebagian. Pada keadaan ini, fase
intermediat juga akan ada yang tidak larut secara mutual pada keadaan padat.
Begitu batas kelarutan terlampaui, keadaan padat terdiri atas campuran dari dua
atau lebih fase padat yang berbeda. Beberapa logam campur eutetik, logam
campur peritetik, senyawa antar logam dan kombinasinya (Anusavice, 2004).
B) Berdasarkasn Sifat
Berdasarkan spesifikasi ADA No. 5 yang direvisi tahun 1989, empat
logam campur berikut ini diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya dan bukan
menurut komposisinya (Anusavice, 2004).
Tipe I (lunak)- inlai kecil, mudah diadaptasi (burnish), dan hanya
mendapat sedikit tekanan.
Tipe II (sedang) – inlai yang terkerna tekanan sedang, termasuk
mahkota tiga perempat yang tebal , abutmen, pontik, dan mahkota
penuh.
Tipe III (keras) – Inlai yang terkena tekanan besar , termasuk mahkota
tiga perempat yang tipis, backing logam cor yang tipis, abutment,
pontik, mahkota penuh, basis gigi tiruan , serta gigi tiruan sebagian
cekat yang pendek. Beberapa logam campur emas Tipe III biasanya
semakin keras dengan bertambahnya usia, terutama yang mengandung
tembaga sekurangnya 8% Wt.
Tipe IV (sangat keras) – inlai yang terkena tekanan yang sangat besar,
termasuk lempeng basis dan cengkeram gigi tiruan, gigi tiruan sebagian
rangka logam, dan gigi tiruan sebagian cekat yang panjang. Komposisi
logam campur ini biasanya terdiri atas sebagian besar emas atau perak;
logam campur emas dapat mengeras menirit pertambahan usia melelui
teknik pemanasan yang sesuai (Anusavice, 2004).
6
Noble metal terdiri dari : Rhutenium (Ru), Rhodium (Rh), Palladium (Pd),
Osmium (Os), Indium (In), Platinum (Pt), Aurum (Au)
Logam murni : contoh, Au, Cu, Co, Ag, dll
6. Sebagai penghantar suhu yang baik, dan memberikan penampilan natural pada
gigi.
9. Tidak mengandung bahan toksik yang bisa berdifusi terlepas dan diabsorbsi
dalam sisitem sirkulasi.
c. Sifat Biologis
1. Biokompatibilitas; interaksi dengan lingkungan biologis biolgis
dengan baik.
2. Tidak bersifat karsinogenik.
3. Tidak memiliki sifat toksisitas dan hipersensitifitas. (Combe.1992)
4. Sifat Mekanik
1. Kelelahan (fatique) : Kecenderungan dari logam untuk patah bila
menerima beban yang berulang/dinamik yang besarnya masih jauh
dibawah batas kekuatan elastiknya.
2. Hardness ( kekerasan ) : Kemampuan bahan untuk tahan terhadap
penggoresan, pengikisan (abrasi), indentasi atau penetrasi. Sifat ini
berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance). Kekerasan juga
berkorelasi dengan kekuatan. (Combe.1992)
Logam mulia yang terdiri dari emas (Au), platinum (Pt), Palladium
(Pd), Iridium (Ir), Rhodium (Rh), Osmium (Os), dan Ruthenium (Ru)
10
2. Base Metal
Logam dasar yang digunakan dalam dental alloy antara lain: perak (silver),
tembaga (Copper), seng (Zinc), indium, timah (Tin), gallium, dan nickel.
Indikasi
Kontraindikasi
1. Gigi yang membutuhkan estetik
2. Gigi yang tidak menanggung beban kunyah besar (Smith,2000)
3. Mahkota tiruan penuh metal-porselen
Mahkota tiruan penuh metal-porselen merupakan mahkota tiruan
penuh yang terbuat dari logam (sebagai coping/backing) yang dilapisi
dengan porselen (sebagai facing). (Smith,2000)
Indikasi
4. Finishing
Penyelesaian hasil tuangan
Tujuan : mengkaluskan permukaan hasil tuangan
Cara :
1. Bersihkan sisa bahan tanam (disikat, ultrasonic cleaner)
2. Memotong sprue dengan separating disc
3. Memotong bintil-bintil pada permukaan hasil tuangan (bila ada)
dengan stone. (Craig, 1979)
5. Pemulasan
Tujuan : menghaluskan dan mengkilapkan permukaan hasil tuangan
Cara :
1. Menggunakan rubber wheel, rubber cone
2. Dikilapkan dengan gold rouge. (Craig, 1979)
2.1.8 Faktor Kegagalan dalam Proses Casting
1. Lapisan Air
Malam tahan terhadap air, karena itu jika bahan tanam terpisah dari
model mala, akan terbentuk lapisan air yang tidak teratur pada
permukaan. Kadang-kadang jenis ketidak teraturan seperti ini muncul
sebagai parit kecil atau pembuluh di permukaan. Jika model malam
bergeser sedikit, bergerak, atau bergetar setelah penanaman, atau jika
prosedur pengecatan tidak menghasilkan kontak yang erat antara bahan
tanam dengan model malam, dapat timbul kondisi seperti ini.
(Verowati, 2002)
2. Laju Pemanasan yang Terlalu Cepat
Keadaan ini mengakibatkan terbentuknya sirip atau duri pada
tuangan, atau kekasaran permukaan yang khas yang disebabkan oleh
mengelupasnya dinding bahan tanam ketika air atau uap masuk ke
dalam mold. (Verowati, 2002)
3. Kurangnya Pemanasan
Pembuangan yang tidak sempurna dari model malam dapat terjadi
jika masa pemanasan terlalu pendek atau tidak cukup udara di dalam
16
Jika ada benda asing yang masuk ke dalam mold, permukaan tuangan
dapat menjadi kasar. Biasanya kontaminasi tidak hanya berakibat pada
permukaan yang kasar tetapi juga pada tuangan yang tidak lengkap atau
rongga di permukaan . (Verowati, 2002)
1. Logam
Kelebihan :
1. Kuat, keras, dan tangguh
2. Konduktor panas dan listrik yang baik
3. Mudah dicairkan /dipanaskan sehingga mudah dibentuk dan
dicetak.
4. Mudah dibengkokkan dan dibentuk
5. Tetap mempertahankan kekuatannya ketika ditekuk
(Darmono,1995)
Kekurangan :
1. Mudah korosif
2. Mudah menyerap listrik
3. Mudah beradu dengan benda yang lain
4. Biaya mahal
5. Proses pembuatannya sulit (Darmono. 1995)
1. Logam Campur
Kelebihan :
1. Kekuatan dan ketahanannya paling baik dibanding tambalan lain.
2. Tahan korosi.
3. Resiko kebocoran minimal.
4. Bentuk dapat dengan mudah dimanipulasi (Darmono. 1995)
Kekurangan :
1. Paling mahal dibanding tambalan lainnya
2. Tidak sewarna gigi
3. Dapat menyebabkan reaksi alergi (Darmono. 1995)
18
2.2 Korosi
Korosi merupakan proses kimia atau elektrokimia melalui logam yang
diserang oleh bahan alam, seprti air dan udara, yang menghasilkan pelarutan
sebagian atau menyeluruh, kerusakan, atau melemahnya substansi yang padat.
Walaupun kaca dan bahan nonlogam lainnya rentan terhadap degradasi
lingkungan, logam pada umumnya lebih rentan terhadap serangan semacam itu
karena reaksi elektrokimia (Anusavice,1996).
1.2.1 Klasifikasi Korosi
Ada dua jenis umum reaksi korosi, salah satu tipe yaitu:
1. Korosi kimia, dimana ada kombiansi langsung dari logam dan
nonlogam. Tipe ini terjadi melalui oksidasi, halogenasi, atau reaksi
sulfurisasi. Contoh yang baik dari tipe korosi ini adalah perubahan
warna dari perak oleh sulfur. Pembentukan sulfide perak pada
reaksi ini adalah reaksi kimia. Sulfide perak tampaknya merupakan
produk korosi utama dari logam campur emas yang mengandung
perak. Korosi semacam ini juga disebut sebagai korosi kering
karena terjadi pada keadaan tidak ada air atau elktrolit cairan
lainnya (Anusavice, 1996).
2. Korosi kimia jarang terisolasi dan hamper selalu disertai dengan
tipe korosi kedua yang disebut korosi elektrokimia. Tipe korosi ini
juga disebut korosi basah karena memerlukan adanya airt atau
elktrolit cairan lainnya. Juga memerlukan jalur untuk perpindahan
electron, suatu arus listrik, agar proses ini berlanjut (Anusavice,
1996).
3. Korosi sel konsentrasi
Bentuk ketiga dari korosi elektrokimia. Jenis korosi sel konsentrasi
yang penting adalah korosi kreviks. Situasi ini muncul kapanpun
ada variasi pada elektrolit atau pada komposisi dari elektrolit
tertentu dalam sistem. Contoh seringkali ada penumpukan debtis
19
tinggi terdiri dari unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Bersifat toksik sedang
terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni,dan Co, sedangkan bersifat toksik rendah terdiri
atas unsur Mn dan Fe. Adanya logam berat di perairan berbahaya baik secara
langsung terhadap kehidupan organisme maupun efeknya secara tidak langsung
terhadap kesehatan manusia (Darmono, 1995)
Besarnya efek toksik bergantung juga pada tingkat korosi dan pelepasan
ion-ion yang dipengaruhi oleh komposisi logam, temperatur dan pH lingkungan,
keausan metal karena friksi dan abrasi, serta ada tidaknya solder dan regangan
yang terjadi.