Anda di halaman 1dari 36

LOGAM

SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI

ENDAH TRI PUSPITASARI


18 6060 100 111 017

PROGRAM MAGISTER
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Material teknik dapat dikategorikan menjadi logam dan non logam. Dalam
dunia konstruksi logam (terutama logam besi atau baja) merupakan material yang
paling banyak dipakai, tetapi material-material lain juga tidak dapat diabaikan.
Material non logam sering digunakan karena meterial tersebut mempunyai sifat
yang khas yang tidak dimiliki oleh material logam. Material-material dalam
kelompok logam disusun oleh satu atau lebih unsur logam (misalnya besi,
alumunium, tembaga, titanium, emas, dan nikel), dan juga seringkali mengandung
unsur non logam (misalnya karbon, nitrogen dan oksigen) dalam jumlah yang
relatif kecil. Logam merupakan material yang sering dipakai dalam berbagai
aplikasi bidang. Dalam pengembangan menuju industrial estate, penggunaan
logam sangat diperlukan.

Berbagai jenis bahan telah kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam industri. Penggunaannya pun sangat bergantung pada sifat-sifat dari bahan
tersebut. Didalam industri manufaktur tidak akan lepas dari dengan satu bidang
ilmu teknik yang berhubungan dengan material. Secara umum meterial teknik
diklasifikasikan menjadi dua golongan yakni logam (metal) dan non logam (non
metal). Jika ditinjau dari sudut pandang susunan unsur dasar, logam (metal) dibagi
menjadi 2 (dua), yaitu logam murni dan logam alloy (logam paduan). Sedangkan
non logam dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu keramik, komposit, dan polimer.

Logam adalah bahan atau material teknik yang sangat banyak di gunakan
dalam berbagai bidang. Logam dibagi menjadi dua yaitu logam murni yang hanya
terdiri dari satu jenis atom, seperti besi (Fe) murni, tembaga (Cu) murni dan
logam paduan (metal alloy) yang terdiri dari dua atau lebih jenis atom dan
merupakan campuran dari dua macam logam atau lebih yang dicampur satu sama
lain dalam keadaan cair. Logam paduan merupakan salah satu material yang sering
digunakan dalam industri, khususnya dalam industri di bidang konstruksi.
Terdapat banyak jenis logam paduan yang sering digunakan. Dikarenakan cukup
pentingnya peranan logam paduan dalam bidang konstruksi, maka kami tertarik
untuk membuat makalah tentang logam paduan.

Dalam pengertiannya, logam yang merupakan besi atau bukan besi dapat kita
jumpai dimana-mana seperti pembangunan gedung-gedung yang sekarang bahan-
bahannya sebagian dari besi, pembuatan gudang yang memakai kerangka baja dan
juga ditempat penampungan besi-besi bekas, yang nantinya besi-besi bekas
tersebut akan didaur ulang lagi.

Pada makalah ini, penulis akan memaparkan tentang Logam selain Baja
sebagai bahan Konstruksi. Sifat intinsik dari logam itu sendiri, meliputi sifat, jenis,
proses pembuatan serta aplikasinya dalam kehidupan. Penulis akan memberikan
penjelasan-penjelasan mengenai logam logam selain baja sebagai bahan
konstruksi dalam makalah ini dan semoga penjelasan tersebut dapat menambah
wawasan pembaca. Maka dari itu kami mencoba mengumpulkan informasi-
informasi mengenai logam selain baja, jenis-jenisnya, sifat serta penggunaannya
dalam dunia industri dan menyusunnya dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:


1. Apakah yang dimaksud dengan logam?
2. Apa saja jenis-jenis serta sifat dari logam tersebut?
3. Bagaimakah proses terbentuknya logam?
4. Bagaimana kegunaan atau aplikasi logam dalam struktur atau sebagai bahan
konstruksi?

1.3 Tujuan

Adapun rumusan tujuan dari makalah ini yaitu:


1. Mengetahui yang dimaksud dengan logam
2. Mengetahui jenis-jenis serta sifat dari logam tersebut
3. Mengetahui proses terbentuknya logam
4. Mengetahui kegunaan atau aplikasi logam dalam struktur atau sebagai bahan
konstruksi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Logam

Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat, keras,
penghantar listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Logam juga
merupakan bahan yang dapat ditempa, mengkilat, magnetis, dan dapat dicampur
secara homogen dalam berbagai kadar.

Logam adalah suatu paduan yang terdiri dari campuran unsur karbon
dengan besi. Untuk menghasilkan suatu logam paduan yang mempunyai 2 sifat
yang berbeda dengan besi dan karbon maka dicampur dengan bermacam logam
lainnya. Logam adalah elemen mineral yang terbentuk secara alami. Jumlah
logam diperkirakan 4% dari mineral bumi. Logam alam bidang keteknisian
adalah besi biasanya dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan, pipa-pipa,
alat-alat pabrik dan sebagainya.

Logam Baja banyak di gunakan dalam pembuatan struktur atau rangka


bangunan dalam bentuk baja profil, baja tulangan beton biasa, anyaman kawat,
atau pada akhir-akhir ini di pakai juga dalam bentuk kawat potongan yang
disebut “fibre” atau metal fibre, sebagai tulangan beton. Dalam skala yang
lebih kecil logam secara luas juga di pakai sebagai penguat, misalnya bentuk
paku, sekrup, baut, kawat, pelat, bantalan jembatan, atau sebagai bahan lain
bentuk lembaran (misalnya bentuk atap, atau lantai jembatan), atau juga bentuk
dekorasi.

Kelebihan logam sebagai bahan konstuksi adalah memiliki sifat yang di suatu
pihak lebih baik karena :
- memiliki kuat tarik tinggi, dapat di rubah – rubah bentuknya
- mudah di sambung / di las.

Sifat lainnya adalah :


- memiliki harga konduktivitas listrik yang tinggi
- konduktivitas panas tinggi dan dapat di haluskan sehingga berkilau
permukaanya.
Kelemahan sebagian besar logam, khususnya baja, ialah tidak tahan korosi
karena kelembapan maupun oleh pengaruh udara sekeliling dan terjadi
perubahan bentuk bila terkena suhu/panas tinggi. Di dalam pemakaian, logam
selain juga memiliki kuat tarik yang tinggi, tahan tekanan atau korosi, kadang-
kadang juga harus tahan terhadap beban kejut, suhu rendah, gaya yang berubah-
ubah atau kombinasi, dan beberapa keadaan yang lain.

Pada umumnya, logam dapat di bagi menjadi 2(dua) kelompok besar yaitu :
 logam besi (ferrous metal).
 logam bukan besi (non ferrous metal).

Logam besi : suatu logam yang elemen pembentuk utamanya adalah besi (fe).
Misalnya : besi tuang, besi tempa, baja.

Logam bukan besi : logam yang elemen utamanya bukan besi . Misalnya :
alumunium, tembaga, timah putih, emas, dll.

Umumnya, logam bermanfaat bagi manusia, karena penggunaannya di bidang


industri, pertanian, dan kedokteran. Contohnya, merkuri yang digunakan dalam
proses klor alkali. Proses klor alkali merupakan proses elektrolisis yang
berperan penting dalam industri manufaktur dan pemurnian zat kimia.
Beberapa zat kimia yang dapat diperoleh dengan proses elektrolisis adalah
natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), aluminium (Al), tembaga, seng,
perak, hidrogen, klor, fluor, natrium hidroksida, kalium dikromat, dan kalium
permanganat.

Proses elektrolisis larutan natrium klorida tersebut merupakan proses


klor alkali. Elektrolisis larutan NaCl menghasilkan natrium hidroksida di katode
(kutub positif) dan gas klor di anode (kutub negatif).

Pada industri angkasa luar dan profesi kedokteran dibutuhkan bahan yang
kuat, tahan karat, dan bersifat noniritin, seperti aloi titanium. Sebagian jenis
logam merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi
biokimiawi. Pada zaman dahulu, logam tertentu, seperti tembaga, besi, dan timah
digunakan untuk membuat peralatan, perlengkapan mesin, dan senjata.
Secara umum logam mulia berarti logam-logam termasuk paduannya yang
biasa dijadikan perhiasan, antara lain emas, perak, perunggu dan platina.
Logam-logam tersebut memiliki warna yang bagus, tahan karat, lunak dan
terdapat dalam jumlah yang sedikit di alam, sehingga harganya mahal. Emas dan
perak memiliki sifat penghantar listrik yang sangat baik sehingga banyak
dipakai untuk melapisi konektor-konektor pada perangkat elektronik.

Kemampuan logam untuk meregang apabila ditarik disebut duktilitas.


Kemampuan logam meregang dan menghantarkan listrik dimanfaatkan untuk
membuat kawat atau kabel, contohnya tembaga. Kemampuan logam berubah
bentuk jika ditempa disebut maleabilitas. Kemampuan logam berubah bentuk
jika ditempa dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam jenis barang,
misalnya golok, pisau, cangkul, dan lain-lain.

Sebagai konduktor panas yang baik, logam juga digunakan untuk membuat
panci. Logam bersifat kuat sehingga dapat digunakan untuk membangun rangka
bangunan dan jembatan. Logam juga dapat menimbulkan suara dering yang
nyaring jika dipukul, maka logam juga dapat digunakan dalam pembuatan bel.

Logam berat adalah logam dengan massa jenis lima atau lebih, dengan nomor
atom 22 sampai dengan 92. Namun logam berat dianggap berbahaya bagi
kesehatan apabila terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuh manusia.
Beberapa logam tersebut di antaranya bersifat membangkitkan kanker
(karsinogen). Demikian pula dengan bahan pangan dengan kandungan logam
berat tinggi dianggap tidak layak konsumsi.

2.1.1 Sifat Fisis Logam


Pada umumnya unsur logam mempunyai sifat fisis, antara lain:
1. Logam akan memantulkan sinar yang datang dengan panjang
gelombang dan frekuensi yang sama sehingga logam terlihat lebih
mengkilat. Contohnya, emas (Au), perak (Ag), besi (Fe), dan seng (Zn).
2. Logam dapat menghantarkan panas ketika dikenai sinar matahari,
sehingga logam akan sangat panas (terbakar). Energi panas
diteruskan oleh elektron sebagai akibat dari penambahan energi
kinetik. Hal ini menyebabkan elektron bergerak lebih cepat. Energi
panas ditransferkan melintasi logam yang diam melalui elektron yang
bergerak.
3. Logam juga dapat menghantarkan listrik karena elektronnya
terdelokalisasi bebas bergerak di seluruh bagian struktur atom.
Tembaga (Cu) sering dipakai dalam pembuatan kawat penghantar
lisrik.
4. Meabilitas, yaitu kemampuan logam untuk ditempa atau diubah
menjadi bentuk lembaran. Sifat ini digunakan oleh pandai besi untuk
membuat sepatu kuda dari batangan logam. Gulungan baja (besi)
penggiling menggunakan sifat ini saat mereka mengulung batangan
baja menjadi lembaran tipis untuk pembuatan alat-alat rumah tangga.
Hal ini karena kemampuan atom-atom logam untuk menggelimpang
antara atom yang satu dengan atom yang lain menjadi posisi yang baru
tanpa memutuskan ikatan logam.
5. Duktilitas yaitu kemampuan logam dirubah menjadi kawat dengan
sifatnya yang mudah meregang jika ditarik. Tembaga (Cu) dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan kawat.
6. Semua logam merupakan padatan pada suhu kamar dengan
pengecualian raksa atau merkuri (Hg) yang berupa cairan pada suhu
kamar.
7. Semua logam bersifat keras, kecuali natrium (Na) dan kalium (Ca), yang
lunak dan dapat dipotong dengan pisau.
8. Umumnya logam memiliki kepadatan yang tinggi sehingga terasa berat
jika dibawa.
9. Logam juga dapat menimbulkan suara yang nyaring jika dipukul,
sehingga dapat digunakan dalam pembuatan bel atau lonceng.
10. Logam dapat ditarik magnet, sehingga logam disebut diamagnetik,
misalnya besi (Fe).

2.1.2 Sifat Mekanis Logam


Sifat baja pada umumnya terdiri dari sifat fisik dan sifat mekanis. Sifat fisik
meliputi : berat, berat jenis, daya hantar panas dan konduktivitas listrik.
Baja dapat berubah sifatnya karena adanya pengaruh beban dan panas.
Sifat mekanis suatu bahan adalah kemampuan bahan tersebut memberikan
perlawanan apabila diberikan beban pada bahan tersebut. Atau dapat
dikatakan sifat mekanis adalah kekuatan bahan didalam memikul beban
yang berasal dari luar. Sifat mekanis pada baja meliputi :

a. Kekuatan. Sifat penting pada baja adalah kuat tarik. Pada saat baja
diberi beban, maka baja akan cenderung mengalami
deformasi/perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini akan
menimbulkan regangan/strain, yaitu sebesar terjadinya deformasi tiap
satuan panjangnya akibat regangan.

b. Keuletan (ductility), Kemampuan baja untuk berdeformasi sebelum


baja putus. Keuletan ini berhubungan dengan besarnya
regangan/strain yang permanen sebelum baja putus. Keuletan ini juga
berhubungan dengan sifat dapat dikerjakan pada baja.

Cara ujinya berupa uji tarik.

c. Kekerasan, adalah ketahanan baja terhadap besarnya gaya yang dapat


menembus permukaan baja. Cara ujinya dengan kekerasan Brinell,
Rockwell, ultrasonic, dll.

d. Ketangguhan (toughness), adalah hubungan antara jumlah energi yang


dapat diserap oleh baja sampai baja tersebut putus. Semakin kecil
energi yang diserap oleh baja, maka baja tersebut makin rapuh dan
makin kecil ketangguhannya. Cara ujinya dengan cara memeberi
pukulan mendadak (impact/pukul takik).

2.1.3 Sifat Kimia Logam


Sifat-sifat kimia logam antara lain:
1. Logam memiliki energi ionisasi yang rendah, oleh karena itu logam
cenderung melepaskan elektronnya dengan mudah. Logam cenderung
melepaskan elektron daripada menangkap elektron untuk
membentuk kation. Logam berikatan dengan lainnya untuk mencapai
stabil. Contohnya:
Na+ Mg2+ Al3+
2. Umumnya logam cenderung memiliki titik leleh titik didih yang tinggi
karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam
yang satu dengan logam yang lain tergantung pada jumlah elektron
yang terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada susunan atom-
atomnya.Sifat titik leleh menunjukkan kekerasan logam, titik leleh
yang tinggi artinya logamnya keras, sedangkan titik leleh rendah
artinya logamnya lemah. Semua logam memiliki titik leleh yang tinggi,
kecuali merkuri(Hg), cerium(Ce), galium(Ga), timah(Sn) dan timbal(Pb).

3. Logam memiliki 1 sampai 3 elektron dalam kulit terluar dari atom-


atomnya.

4. Kebanyakan logam oksida yang larut dalam air bereaksi untuk


membentuk logam hidroksida. Contonya:
logam oksida + air logam hidroksida
Na2O (s) + H2O (l) 2NaOH (aq)
CaO (s) + H2O (l) Ca(OH)2 (aq)

5. Logam oksida bereaksi dengan asam membentuk garam dan air.


Contohnya:
logam oksida + asam garam + air
MgO (s) + 2HCl (aq) MgCl 2 (aq) + H2O (l)
NiO (s) + H2SO4 (aq) NiSO4 (aq) + H2O (l)

Logam adalah unsur kimia yang mempunya sifat-sifat, yaitu :


 Logam dapat di tempa dan di ubah bentuk.
 Penghantar panas dan listrik.
 Keras (tahan terhadap goresan, potongan atau keausan).

Logam biasanya di gunakan dalam bentuk paduan (alloys), yang


strukturnya terdiri dari dua atau lebih unsure pembentuk, dan minimal
satu merupakan unsur logam.

Logam di bedakan menjadi dua :


 Logam besi (ferrous metal).
 Logam non besi (non ferrous metal).
Logam besi paling banyak di gunakan, mencangkup ¾ seluruh bahan logam
yang digunakan untuk komersial.
Logam besi dibedakan berdasarkan jumlah kandungan unsure paduan
karbon :
 Besi tempa (wrought iron, < 0,02 % C).
 Baja (steel, 0,02 ~ 2,14 % C).
 Besi cor (cast iron, 2,14 ~ 4,16 % C).

2.2 Macam – Macam Logam

Logam pada dasarnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu :


 Logam Murni
Logam murni adalah logam yang hanya terdiri dari satu jenis atom, seperti
besi (Fe) murni, tembaga (Cu) murni, dll.
Sifat-sifat logam murni, yaitu :
o Kadar kemurnian 99,9%
o Kekuatan tarik rendah
o Titik lebur tinggi
o Daya hantar listrik baik
o Daya tahan terhadap karat baik
Contoh-contoh logam murni adalah emas, timah, seng, dan aluminum.

 Logam Paduan
Logam paduan (metal alloy) adalah logam yang terdiri dari dua atau lebih
jenis atom dan merupakan campuran dari dua macam logam atau lebih yang
dicampur satu sama lain dalam keadaan cair.
Contoh-contoh logam paduan adalah baja, besi cor, amalgam, kuningan, dan
perunggu.

Logam paduan (metal alloy) sering digunakan sebagai pengganti logam murni
karena pada logam paduan memiliki sifat yang dapat memberikan keuntungan
dan kemudahan sebagai material pabrikasi, seperti kekerasan pada logam paduan
dapat ditingkatkan dari kekerasan logam asalnya, kekuatan tarik dapat
diperbesar, daya pemuaian dapat dikurangkan, titik lebur dapat diturunkan atau
dinaikkan dibanding logam-logam asalnya. Adapun macam-macam logam paduan
selain baja, yaitu :

2.2.1 Besi Cor


Besi cor merupakan paduan antara besi dan karbon dengan kandungan C diatas
2% (pada umumnya sampai dengan 4%). Paduan ini memiliki sifat mampu cor
yang sangat baik namun memiliki elongasi yang relatif rendah. Oleh karenanya
proses pengerjaan bahan ini tidak dapat dilakukan melalui proses pembentukan,
melainkan melalui proses pemotongan (pemesinan) maupun pengecoran. Dari
warna patahan, dapat dibedakan 3 jenis besi cor yaitu :
1. Besi Cor Putih yang terdiri dari struktur ledeburit (coran keras),
2. Besi Cor Meliert yang struktur campurannya yaitu antara perlit dengan
ledeburit
3. Besi Cor Kelabu yang struktur perlit dan atau ferit serta ledeburit masih
terdapat sejumlah unsur karbon dalam bentuk koloni grafit.

Jenis dari ketiga besi cor tersebut sangat tergantung dari kandungan dan
komposisi antara C dan Si serta laju pendinginannya, dimana laju pendinginan
yang tinggi akan menghasilkan struktur besi cor putih sedangkan laju
pendinginan yang lambat akan menghasilkan pembekuan kelabu.

Gambar 2.1 Patahan sampel besi cor media cetak berbeda

Didaerah ujung kiri sampel, karena pada bagian tersebut merupakan media
cetakan logam akan membeku secara cepat dan menghasilkan struktur ledeburit
yang keras, sedangkan didaerah ujung kanan yang menggunakan media cetak
pasir yang menghasilkan laju pembekuan lambat menghasilkan struktur kelabu.
Didaerah tengah yang merupakan daerah transisi keduanya terdapat struktur
meliert.

Paduan biner Besi-Karbon pada pendinginan normal akan membeku secara


metastabil sehingga pada pada komposisi hipoeutektik akan menghasilkan
struktur ledeburit (perlit + sementit sekunder), sedangkan pada komposisi
hipereutektik terdiri dari sementit primer dan ledeburit. Barulah pada laju
pendinginan yang amat sangat lambat, atau dengan kandungan Si yang cukup
tinggi, pembekuan akan berlangsung secara stabil, dimana sementit
(Fe3C/besikarbida) pada temperatur tinggi akan terurai sebagai berikut:

Fe3C –> 3Fe + C

Dalam hal ini C merupakan unsur elementer yang berkoloni membentuk grafit
(penggrafitan tak langsung), serta tidak menutup kemungkinan bahwa grafit
telah pula terbentuk langsung dari cairan (penggrafitan langsung). Dengan
demikian paduan tidak lagi menganut sistem Besi-Besikarbida, melainkan Besi-
Grafit.

Pada kenyataannya, dikarenakan oleh berbagai hal, kristalisasi dari besi cor
kelabu berlangsung tidak demikian, dan bagian-bagian dari struktur tidak dapat
dengan mudah dibatasi sebagaimana pada besi cor putih.

Akibat dari terjadinya undercooling, terdapat sebagian kecil dari karbon yang
tertransformasi menjadi besikarbid setelah sebagian besar dari cairan
tertransformasi menjadi besi dan grafit. Pembentukan grafit sangat tergantung
dari jumlah inti-inti grafit. Sementara itu grafit memiliki kecenderungan kuat
untuk saling mengelompok serta menjadi bentuk lembaran-lembaran grafit.

Sistem Metasbil (Fe-Fe3C) Sistem Stabil (Fe-C)

Ledeburit (austenit + sementit) Grafit eutektik (austenit + grafit)


Perlit (ferit + sementit) Grafit eutektoid (ferit + grafit)
Sementit primer (sepanjang garis CD) Grafit primer (sepanjang garis C’D’)
Sementit sekunder (sepanjang garis SE) Grafit segregat (sepanjang garis S’E’)
Tabel 1. Perbandingan struktur pada sistem metastabil dengan stabil
Peristiwa ini terjadi pada saat sisa cairan mencapai konsentrasi eutektiknya yang
diikuti dengan segregasi grafit, dimana pada stiap laju pendingainan yang lebih
rendah, maka pertumbuhan lembaran grafit tersebut akan semakin kasar,
bahkan hingga menjadi grafit batas butiran.

Gambar 2.2 Grafit eutektik pada besi cor kaya Si dan Grafit batas butiran.
Non-etsa.
Grafit yang halus dapat dicapai pada besi cor dengan kandungan Si sangat tinggi
(lebih kurang 4%) dan melalui proses pendinginan yang cepat. Selain dari itu,
perlakuan-perlakuan peleburan maupun karena pengaruh dari terdapatnya
unsur-unsur lainnya dapat pula mempengaruhi pertumbuhan dari grafit. Suatu
penahanan yang lama pada temperatur diatas Tliq akan menyebabkan terjadinya
pengahalusan grafit sebagai akibat dari penghancuran kumpulan grafit.

Kandungan P yang tinggi didalam besi cor (sekitar 1.5%) akan menyebabkan
terbentuknya grafit Nester, sebagai akibat dari segregasi unsur P, sedangkan
pembubuhan unsur Mg akan mengakibatkan grafit tumbuh dalam bentuk bulat.

Gambar 2.3 Pembulatan grafit akibat pembubuhan unsur Mg.


Non-etsa.
Bentuk-bentuk grafit dinyatakan dengan angka romawi I sampai dengan VII
sebagaimana ditunjukkan pada gambar 6 dan 7.

Gambar 2.4 Standar bentuk grafit menurut VDG-Merkblatt P441. Commented [d1]:
Gambar 2.5 Standar bentuk grafit menurut ASTM-Spezifikation A 247.

(I = Grafit Bulat, IV = Grafit Vermikular, VII = Grafit Lamelar)

Sedangkan sebaran grafit khususnya untuk bentuk I dinyatakan dengan huruf


kapital A sampai E sebagaimana ditunjukkan pada gambar 8.
Gambar 2.6 Standar sebaran grafit menurut VDG-Merkblatt P441.

Grafit A : Grafit eutektik lamelar (grafit lamelar yang tersebar secara merata dan
seragam).
Grafit B : Grafit mawar (Rosette).
Grafit C : Grafit kasar (grafit primer) yang tersebar diantara grafit-grafit eutektik.
Umumnya terdapat pada komposisi besi cor hipereutektik.
Grafit D : Grafit interdenditrik (grafit undercooling). Umumnya terjadi pada komposisi
besi cor hipoeutektik.
Grafit E : Grafit interdendritik yang terurai. Umumnya terjadi pada komposisi besi cor
hipoeutektik.Gambar 2.6 Standar sebaran grafit menurut VDG-Merkblatt
P441.
Secara umum proses pembekuan dari besi cor dengan kandungan C antara 2%
sampai 4% adalah sebagai berikut: Dari cairan (kemungkinan pada saat ini telah
terdapat inti-inti grafit) akan terbentuk kristal g-primer yang dengan demikian
konsntrasi C didalam sisa cairan akan meningkat menuju kekomposisi eutektik.
Sisa cairan kemudian akan tertransformasi secara eutektik menjadi ledeburit
dan sejumlah grafit.

Pada pendinginan selanjutnya sementit pada ledeburit akan tertransformasi


menjadi austenit dan grafit dan untuk selanjutnya grafi-grafit akan tersegregasi
keluar dari austenit (serpanjang garis E’S’ diagram biner Besi-Karbon). Grafit-
grafit sekunder ini terbentuk menempel pada grafit primer yang oleh karenanya
tumbuh semakin besar.

Akhirnya, pada pendinginan stadium 3, terjadilah transformasi eutektoid dimana


kristal g (austenit) akan berubah menjadi perlit. Ketika pendinginan berlanjut
(temperatur sesaat setelah 720oC), sebagian dari perlit juga akan terurai menjadi
ferit dan grafit yang sebagaimana grafit terdahulu tumbuh menempel pada
grafit-grafit yang telah ada, sehingga akhirnya ferit yang terbentuk akan selalu
berada disekitar grafit (awan ferit).

Hal yang sangat penting sehubungan dengan struktur dasar (matriks) besi cor
adalah pengaruh unsur Si terhadap besikarbida (Fe 3C), dimana Si akan
mengakibatkan besikarbida terurai menjadi besisilikat dan karbon (grafit)
sebagaimana reaksi berikut:

Fe3C + Si –> Fe3Si + C

Kandungan Si yang tinggi memiliki pengaruh yang mirip dengan kandungan C


yang dinaikkan serta mengakibatkan perlambatan laju pendinginan sehingga
mengarah ke sistim stabil Besi-Grafit.

Gambar 2.7 Diagram besi cor menurut Maurer.


Maurer mengembangkan suatu diagram besi cor dengan kandungan C dan Si
berbeda-beda pada suatu laju pendinginan tertentu (yaitu pada spesimen cor
diameter 30 mm) yang memperlihatkan perbedaan matriks pada setiap
kandungan C dan Si.

Kandungan C dan si yang rendah akan menyebabkan terjadinya pembekuan


putih dengan struktur ledeburitnya (gambar 2.8 a). Peningkatan kandungan Si
akan menyebabkan struktur yang terjadi adalah perlit dengan sebaran grafit
lamelar diantaranya (gambar 2.8 b).

Gambar 2.8. a. Besi cor putih. b. Besi cor perlitik.


(Ledeburit + perlit) (Perlit + grafit)

Apabila kandungan Si lebih tinggi lagi, maka akan diperoleh struktur besi cor
ferit-perlit dan grafit (gambar 2.9 a). Sedangkan pada kandungan C tinggi dengan
Si rendah akan terjadi struktur meliert yang terdiri dari ledeburit, perlit dan
sedikit grafit (gambar 2.9 b).

Gambar 2.9. a. Besi cor ferit-perlit. b. Besi cor meliert.


(Ferit+perlit+grafit dan steadit) (Ledeburit+perlit+grafit)
Sebaliknya dari unsur Si yang menyebabkan stabilitas besikarbida menurun,
maka unsur Mn justru meningkatkannya. Stabilitas karbida menjadi tinggi
dengan terbentuk sebagai karbida campuran (Fe, Mn)3C. Oleh karena itu
kandungan Mn didalam besi cor dibatasi antara 0.3% – 1.2%. Adanya Mn didalam
besi cor akan mebuat karbida dalam perlit menjadi halus akibat dari
berkurangnya transformasi g/a. Kandungan Mn yang semakin tinggi,
sebagaimana pada baja, akan membentuk struktur menjadi martensit atau
bahkan austenit.

Kandungan unsur S (belerang) dalam besi cor diijinkan hingga 1.2%. Tidak
seperti halnya pada baja, unsur ini tidak berpengaruh terlalu penting, mengingat
kandungan Mn yang cukup tinggi dapat mengingat unsur S ini menjadi MnS
(mangansulfid) yang tidak berpengaruh buruk.

Kandungan P pada besi cor normal diijinkan sebesar 0.1% – 0.6%. Unsur ini
memiliki efek meningkatkan fluiditas besi cor cair sehingga mampu mengisi
rongga-rongga cetakan yang tipis, serta meningkatkan ketahanan geseknya. Besi
g (austenit), Fe3C dan Fe3P pada temperatur 950 oC akan membentuk
eutektikum yang disebut Pospideutektikum (steadit) yang mengandung 2.4% C
dan 6.89% P. stedit inilah yang menyebabkan besi cor menjadi tahan terhadap
beban gesek.

(a) (b)
Gambar 2.10. a. Steadit didalam struktur besi cor perlitik.
b. Stedit kasar didalam struktur besi cor perlitik.
2.2.2 Tembaga dan Paduannya
Tembaga (copper) adalah suatu logam berwarna kemerahan, mempunyai
temperatur didih (boiling point) 2600° C dengan berat jenis 8,96 gr/cm3 (sedikit
lebih tinggi dari baja (ferro) berat jenis 7,87 gr/cm3). Bersifat lunak, dapat
dibengkokkan (bending) dan dapat dirol (rolling, canai).
Beberapa contoh logam paduan tembaga yaitu Kuningan (Brass) yang
merupakan paduan tembaga dengan unsur utama seng (Zn) lalu Perunggu
(bronze), merupakan paduan tembaga dengan unsur utama timah putih,
sedangkan (Sn) sebagai unsure paduan.

2.2.3 Alumunium dan Paduannya


Logam aluminium mempunyai beberapa sifat yang penting sehingga
dipilih dalam kelompok logam konstruksi, antara lain adalah sifat ringan, tahan
korosi, penghantar listrik dan panas yang baik. Sifat tahan korosi pada
aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan oksida aluminium pada
permukaan aluminium, dimana lapisan oksida ini melekat pada permukaan
dengan kuat dan rapat serta sangat stabil (tidak bereaksi dengan kondisi
lingkungannya misalnya asam/basa) sehingga melindungi bagian dalam.
Tetapi, oksida aluminium (A12 O3) ini. juga disamping menyebabkan tahan
korosi menyebabkan logam aluminium menjadi sukar dilas (welding) dan
disolder. Beberapa jenis logam aluminium dan paduannya yang penting, antara
lain Duralumin (logam dural) paduan Al dengan 4% Cu ditambah sedikit Si, Fe
dan magnesium (Mg). Aluminium-manganese alloy, ditambahkan elemen Mn
1,2% dan Aluminium- silikon alloy, mengandung elemen Si 12,5%.Aluminium
adalah logam yang ringan dengan berat jenis 2.7 gram/cm3 setelah Magnesium
(1.7 gram/cm3) dan Berilium(1.85 gram/cm3) atau sekitar 1/3 dari berat
jenis besi maupun tembaga. Konduktifitas listriknya 60 % lebih dari tembaga
sehingga juga digunakan untuk peralatan listrik. Selain itu juga memiliki sifat
penghantar panas, memiliki sifat pantul sinar yang baik sehingga digunakan pula
pada komponen mesin, alat penukar panas, cermin pantul, komponen
industri kimia dll.
Aluminium merupakan logam yang reaktif sehingga mudah teroksidasi
dengan oksigen membentuk lapisan aluminium oksida, alumina (Al 2 O 3 ) dan
membuatnya tahan korosi yang baik. Namun bila kadar Fe, Cu dan Ni
ditambahkan akan menurunkan sifat tahan korosi karena kadar aluminanya
menurun. Penambahkan Mg, Mn tidak mempengaruhi sifat tahan korosinya.
Aluminium bersifat ulet, mudah dimesin dan dibentuk dengan kekuatan tarik
untuk aluminium murni sekitar 4~5 kgf/mm2. Bila diproses penguatan
regangan seperti dirol dingin kekuatan bisa mencapai ± 15 kgf/mm2.

Tabel Karakteristik Aluminium:

Sifat-sifat Aluminium murni tinggi

Struktur kristal FCC


Densitas pada 20°C (sat. 103kg/m3) 2.698
Titik cair (°C) 660.1
Koefisien mulur panas kawat 20°~100°C (10-6/K) 23.9
Konduktifitas panas 20°~400°C (W/(m-K) 238
Tahanan listrik 20°C (10-8 KΩ-m) 2.69
Modulus elastisitas (GPa) 70.5
Modulus kekakuan (GPa) 26.0

Al murni ( seri 1000)


Paduan jenis tidak dapat di
Al paduan Paduan Al-Mn (seri 3000)
perlakukan panas
untuk dimesin Paduan Al-Si (seri 4000)
(non-heat-treatable)
Paduan Al-Mg (seri 5000)

Paduan Al-Cu (seri 2000)


Al paduan Paduan jenis dapat perlakuan
Paduan Al-Mg-Si (seri 6000)
untuk dimesin panas (heat-treatable)
Paduan Al-Zn (seri 7000)

Al paduan Paduan Al-Si (Silumin)


Non-heat-treatable alloy
untuk coran Paduan Al-Mg (Hydronarium)

Paduan Al-Cu (Lautal)


Al paduan
Heat-treatable alloy Paduan Al-Si-Mg (Silumin,
untuk coran
Lo-ex)
Macam-macam aluminium dan paduannya serta kode penamaan
Klasifikasi aluminium:
Beberapa macam paduan aluminium tempa/pengerjaan:
1. Paduan Al-Cu
 Paduan aluminium seri 2000, biasanya terkenal dengan sebutan
duraluminium atau super duraluminium.
 Kandungan Si yang lebih banyak pada A2014 dibandingkan A2017
membuat A2014 dapat ditingkatkan kekuatannya dengan melakukan
perlakuan panas pendinginan cepat (quenching) lalu dipanaskan lagi
ditemperatur di bawah suhu rekristalisasi dan didinginkan dalam udara
(tempering).
 Kandungan Cu dan Mg yang rendah pada A2117 membuat lebih tidak keras
sehingga digunakan untuk bahan rivet.
 Kandungan Ni yang ditambahkan pada A2018 meningkatkan kekuatan
tahan panasnya sehingga digunakan untuk komponen tahan panas dengan
daerah panas penggunaan antara 200~250 C.
2. Paduan Al-Mn
 Merupakan paduan aluminum seri 3000.
 Penambahan Mn sekitar 1.2% pada A3003 meningkatkan kekuatan 10%
dari pada aluminium murni dengan sifat tahan korosi dan sifat mampu
mesin yang sama dengan aluminium murni.
 Digunakan untuk peralatan dapur, panel.
3. Paduan Al-Mg
 Merupakan paduan aluminium seri 5000
 A5005 yang memiliki Mg yang rendah digunakan untuk aksesoris.
 Sedangkan paduan yang memiliki Mg antara 2 ~ 5% digunakan untuk
material konstruksi seperti A5052, A5056, A5083.
 Untuk meningkatkan kekuatan terhadap korosi tegangan (stress-
corrosion), Mn dan Cr ditambahkan.
4. Paduan Al-Mg-Si
 Merupakan paduan aluminium seri 6000.
 Memiliki sifat tahan korosi dan kekuatan yang tinggi.
 Contoh: A6061 digunakan untuk material konstruksi dan A6063 untuk
bingkai arsitektur
5. Paduan Al-Zn-Mg
 Merupakan paduan aluminium seri 7000.
 Contoh: A7075 memiliki kekuatan yang tinggi sehingga banyak digunakan
untuk material konstruksi pesawat terbang.

Beberapa macam paduan aluminium coran:

Dibandingkan dengan aluminium paduan memiliki unsur paduan yang lebih


banyak dan memiliki butiran yang lebih kecil yang disebabkan oleh adanya
penambahan Ti.

1. Paduan Al-Cu Tuang/Cor.


 Mengandung Cu 4~5% dengan sifat dimesin yang baik namun memiliki
sifat cor yang kurang baik.
 Untuk komponen mobil, komponen hidrolis untuk pesawat terbang
2. Paduan Al-Si Tuang
 Mengandung Si 10~13% dan biasa disebut Silumin.
 Digunakan untuk penutup kota.
 Penambahan Si 17 ~25% meningkatkan kekuatan suhu tinggi dengan
koefisien mulur panas yang kecil, sehingga digunakan untuk silinder,
piston dll.
3. Paduan Al-Cu-Ni-Mg Tuang
 Mengandung Ni 2%, Mg 1.5%.
 Memiliki kekuatan suhu tinggi yang baik, serta koefisien mulur panas yang kecil
sehingga digunakan untuk silinder head, mesin disel, piston dan sejenisnya.

2.2.4 Logam Nikel dan Paduannya


Logam nikel adalah suatu logam yang berwarna putih perak, mempunyai titik
leleh 1455°C dan titik lebur (boiling point) 2730°C, termasuk memiliki
nilai ekonomis yang mahal kira-kira 3 kali lipat nilai ekonomis (harga) logam
tembaga. Memiliki sifat fisis-mekanis yang sangat baik, yaitu tahan korosi, tahan
oksidasi, tahan pada temperatur tinggi, dapat membentuk larutan padat yang
ulet, kuat dan tahan korosi dengan banyak logam-logam lainnya.
Contoh paduan nikel yang banyak dipakai, yaitu Monel, adalah paduan nickel (Ni
= 67%) dengan logam tembaga (Cu = 28%) dan element logam lain Ferro, Mn,
dan Si. Paduan Nickel-Chrow-Ferro (Nichrom) dan Paduan Hastelloy, adalah
paduan nikel dengan berbagai logam lain, seperti Ni-Cr-Mo-Fe.

2.2.5 Hg

2.3 Proses Pembentukan Logam

Pada dasarnya proses pembuatan logam besi alloy dan logam non-besi alloy
sama dengan proses pembuatan logam pada umumnya. Berikut adalah proses-
proses pembuatannya:

Gambar 2.x metal fabrication techniques

Forming operation: adalah dimana bentuk potongan logam dirubah dengan


proses defomasi plastis.
Jika proses deformasi plastis dilakukan diatas temperatur
reskristalisasi makaproses disebut pengerjaan panas (hot working), sedangkan
jika dilakukan dibawahtemperatur reskristalisasi disebut pengerjaan dingin
(cold working).

Pengerjaan panas:

 dimungkinkan untuk terjadinya deformasi yang lebih besar


 energi untuk melakukan deformasi lebih kecil dari cold working
 permukaan logam mengalami oksidasi
Pengerjaan dingin:

 kualitas permukaan logam yang lebih baik


 kontrol dimensi lebih mudah

Proses forging, rolling, exrusion dan drawing bisa dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.x Proses Perubahan Bentuk

Forging:

Dilakukan dengan cara memukul potongan logam. Gaya diberikan pada


cetak yang membentuk produk logam. Contoh produk forging adalah pada roda
kereta api, kunci kunci, crank shift mobil dll.

Forging sebagai salah satu bagian dari proses metal forming dibagi dalam
tiga kategori berdasarkan temperatur pengerjaannya yaitu proses cold, warm dan
hot forging dimana parameter dasarnya adalah temperatur rekristalisasi.

Gambar 2.x Klarifikasi Cold, Warm dan Hot Working

Keuntungan atau efek yang ditimbulkan oleh pengerjaan dingin (cold


working) adalah adanya penurunan tingkat keuletan, namuan diiringi dengan
naiknya kekuatan dan kekerasan pada sifat materialnya. Hal ini disebabkan karena
adanya efek strain hardening. Disamping itu juga terjadi perubahan struktur
mikro, dimana butir-butirnya akan memanjang dan merapat searah dengan arah
deformasi yang dominan serta memiliki tingkat ketelitian yang lebih baik. Namun
proses pengerjaan dingin memerlukan energi pembentukan yang lebih besar
untuk proses deformasinya.

Sementara itu, proses pengerjaan panas (temperatur kerja diatas temperatur


rekristalisasi) juga memiliki keuntungan salah satunya adalah energi
pembentukannya relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan proses pengerjaan
dingin pada material yang sama. Hal ini di sebabkan karena terjadinya
penurunan tegangan alir, sehingga tegangan tool dan beban tempa berkurang.
Selain itu dengan adanya panas tingkat keuletan material akan lebih terjaga.
Kelemahan proses ini diantaranya adalah biaya produksi tinggi, ketelitian
(accuracy) dan kondisi permukaan kurang baik serta umur tool relatif pendek.

Pada proses tempa warm forming dimana temperatur pengerjaan di atas suhu
ruangan dan di bawah temperatur rekristalisasi (di atas 0,3 x temperatur 10
rekristalisasi hingga di bawah suhu rekristalisasi material), memiliki
keunggulan adalah beban tempa yang rendah , keuletan dan ketangguhan
(toughness) lebih besar dibanding proses dingin, ketelitian (accuracy)
meningkat dibandingkan tempa panas. Sedangkan kelemahannya adalah
memerlukan determinasi temperatur tempa yang optimum serta pemilihan
pelumas yang sulit.

Rolling:

Proses dilakukan degan melewatkan logam pada 2 buah logam yang akan
mengkompresi logam sehngga tebalnya berkurang. Produk yang di hasilkan bisa
berupa bulat, tiang 1 dan rel kereta api, plat dll. Rolling dibagi menjadi 2 macam
yaitu, hot rolling dan cold rolling. Hot rolling adalah operasi pencanaian
yang dilakukan pada temperatur yang lebih tinggi daripada temperatur
rekristalisasi. Pada proses hot rolling, deformasi tidak menyebabkan terjadinya
penguatan logam. Tegangan alir bahan akan semakin kecil dengan semakin
tingginya temperatur operasi.
Energy deformasi yang dibutuhkan menjadi lebih kecil daripada temperatur
yang lebih tinggi. Dengan demikian, deformasi dapat dilakukan pada benda yang
berukuran relatif besar. Sedangkan cold rolling adalah operasi pencanaian yang
dilakukan pada temperatur kamar atau di bawah temperatur rekristalisasi. Cold
rolling umumnya dilakukan setelah proses rollliing panas. Rolling diingin
menyebabkan terjadinya mekanisme penguatan pada benda kerja yang di ikuti
dengan turunnya keuletan. Benda kerja menjadi lebih kuat, lebih keras dan lebih
rapuh.

Pada proses pencanaian dingin, tegangan alir benda kerja menjadi semkain
meningkat. Sebagian besar dari produk hasil canai dingin melibatkan proses
lanjutan yaitu proses perlakuan panas agar dapat diaplikasikan sesuai ke
spesifikasinya. Proses perlakuan panas yang diterapkan pada produk hasil canai
dingin adalah proses anil. Proses dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
sifat-sifat produk yang lebih sesuai dengan aplikasinya.

Extrusion:

Batangan logam didorong melalui cetakan dan produk akan berbentuk sesuai
yang dikehandaiki dan penampang yang lebih kecil. Produk extrusion adalah
batangan logam/ kawat, tube, dll.

Drawing:

Dilakukan dengan cara menarik potongan logam pada sisi keluar cetakan.
Batangan logam, kawat, tube adalah produk produk yang bisa di hasilkan dengan
drawing.

Casting:

Pengocoran (Casting) adalah suatu proses penuangan materi cair seperti


logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan
membeku di dalam cetakan tersebut, dan kemudian dikeluarkan atau di pecah-
pecah untuk dijadikan komponen mesin. Pengecoran digunakan untuk membuat
bagian mesin dengan bentuk yang kompleks. Pengecoran digunakan untuk
membentuk logam dalam kondisi panas sesuai dengan bentuk cetakan yang telah
dibuat. Pengecoran dapat berup material logam cair atau plastik yang bisa meleleh
(termoplastik), juga material yang terlarut air misalnya beton atau gips, dan
materi lain yang dapat menjadi cair atau pasta ketika dalam kondisi basah
seperti tanah liat, dan lain-lain yang jika dalam kondisi kering akan berubah
menjadi keras dalam cetakan, dan terbakar dalam perapian. Proses pengecoran
dibagi menjadi dua: expandable (dapat diperluas) dan non expandable (tidak
dapat diperluas) mold casting.

Gambar 2.x Logam cair sedang dituangkan ke dalam cetakan

https://galihfebriansyah56.wordpress.com

Gambar 2.x Proses Pengecoran logam http://skanasta-p.blogspot.com

Pengecoran biasanya diawali dengan pembuatan cetakan dengan bahan


pasir. Cetakan pasir bisa dibuat secara manual maupun dengan mesin.
Pembuatan cetakan secara manual dilakukan bila jumlah komponen yang akan
dibuat jumlahnya terbatas, dan banyak variasinya. Pembuatan cetakan
tangan dengan dimensi yang besar dapat menggunakan campuran adalah proses
pabrikasi di mana logam cair dituang.

Casting dilakukan jika:

1. Bentuk akhir besar atau complicated


2. Kualitas dan kekuata bukan merupakan pertimbangan utama.

Casting dibagi menjadi 3 macam menurut jenis cetakan nya yaitu:

1. Die Casting
Die casting adalah proses pencetakan yang menggunakan berulang-ulang.
Logam coran biasanya dipakai yang mempunyai tiik leleh rendah seperti: seng,
almunium, dan magnesium. Pada die casting, logam didorong masuk cetak
pada tekanan tertentu dan kecepatan tinggi dan kemudian logam membeku
dengan menjaga tekanan. Cetakannya biasanya dari baja.

Gambar 2.x Die Casting

2. Sand Casting
Sand casting atau cetakan pasir adalah metoda yang paling umum. Pasir
digunakan sebagai bahan cetakan, potongan cetakan pasir di buat
dengan memadatkan pasir ke pola yang berbentuk dimensi yang
diinginkan. Proses pencetakan dilakukan dengan mengalirkan logam cair
kedalam cetakan. Contoh produk: silinder blok mobil, fire hydrant, fitting pipa
yang besar-besar.

Gambar 2.x Sand Casting http://furanresin.blogspot.com


3. Invesnent Casting
Invesment casting adalah Pola untuk membuat cetakan biasanya dipakai lilin
atau palstik. Disekililing poladituang lumpur cair biasanya dari bahan gips.
Setelah mengeras cetakandipanaskan sehingga lilin didalamnya menguap.
Cetakan siap digunakan. Teknik ini biasanya digunakan untuk cetakan
dengan dengan kualitas tinggi. Dan produk akhir yang tinggi. Contohnya:
perhiasan, gigi palsu dll.
Gambar 2.x Invesment casting http://www.custompartnet.com

Adapun proses pembuatan logam paduan non-ferrous yaitu sebagai berikut:

Pembuatan Aluminium (Al)

Bijih bauksit merupakan salah satu sumber pembentukan aluminium yang


cukup ekonomis, yang bila di Indonesia, banyak terdapat di daerah Bintan
dan Kalimantan. Untuk menambang bauksit, dilakukan dengan penambangan
terbuka, setelah bauksit di haluskan, kemudian di cuci dan dilakukan
pengeringan, baru kemudian bauksit mengalami pemurnian menjadi oksida
aluminium atau alumina.

Untuk memperoleh aluminium murni, biasanya digunakan Proses Bayern


(Karl Josef Bayer), yaitu: bauksit halus dan kering, dimasukkan ke dalam
pencampur (mixer), diolah dengan NaOH yang bila bereaksi dengan
bauksitdibawah pengaruh tekanan dan suhu diatas titik didih nya, akan
menghasilkanAluminat Natrium yang dapat larut. Biasanya setelah proses selesai,
tekanan di dalam dapur dikurangi dan ampas yang terdiri dari oksida besi tak larut,
silikon, titanium dan kotoran-kotoran lain nya, ditekan melalui saringan dan
dikumpulkan agak disamping.

Kemudian, cairan yang mengandung alumina dalam bentuk aluminat natrium,


dipompakan ke luar dan dimasukkan kedalam sebuah tangki pengendapan.
Didalam tangki tersebut, diberi tambahan kristal hidroksida aluminium yang
halus, yang kemudian berubah menjadi inti kristalisasi, sementara itu kristal
hidroksida aluminium akan terpisah dari larutan, kemudian dilakukan
penyaringan dan dipanaskan sampai suhu nya mencapai 980 C.

Proses Bayern

Melalui proses elektrolisa, alumina akan berubah menjadi oksigen dan logam
aluminium. Jalan nya proses elektrolisa adalah: alumina murni dilarutkan pada
cairan criolit (natrium aluminium fluorida) di dalam dapur elektrolit yang
besar atau disebut sel reduksi. Arus listrik kemudian dialirkan pada campuran
melalui elektroda karbon, logam aluminium di endapkan pada katoda karbon
yang berada di dasar sel.

Panas akibat aliran listrik digunakan untuk memanaskan isi sel, sehingga akan
selalu cair, dengan demikian alumina dapat ditambahkan secara terus
menerus (disebut: proses kontinu). Pada saat-saat tertentu, aluminium cair di
keluarkan dari seldan dipindah kan ke dalam dapur penampung untuk
kemudian di murnikan atau bisa juga digunakan untuk keperluan paduan,
setelah itu baru di tuangkan ke dalam cetakan ingot, untuk kemudian diolah
lebih lanjut.

Biasanya, untuk menghasilkan 1 kg aluminium, dibutuhkan 2 kg alumina,


sedangkan untuk mendapat kan 2 kg alumina, diperlukan 4 kg bauksit, 0,6 kg
karbon, criolit dan bahan-bahan lain nya serta sekitar 8 kWh energi listrik
(berlaku secara linier).

Pembuatan Magnesium (Mg)

Air laut yang biasanya mengandung 1300 ppm magnesium, direaksikan


dengan kapur (kulit kerang yang dibakar pada suhu 1320 0 C). Hasil reaksi kimia
antara kapur dengan air laut, akan menghasilkan endapan Mg(OH) 2 .Endapan
kental yang mengandung sekitar 12 % Mg(OH) 2 ini kemudian di saring, sehingga
akan bertambah pekat, baru kemudian di reaksikan dengan CHCl dan
menghasilkan MgCl 2 . Setelah melalui tahapan filtrasi dan pengeringan, konsentrasi
MgCl 2 akan meningkat menjadi sekitar 68 %, yang berbentuk butiran-
butiran kemudian dipindahkan ke dalam sel elektrolisa yang berukuran 100
m 3 Dan beroperasi pada suhu sekitar 700 0 C.

Elektroda grafit akan berfungsi sebagai anoda dan pot nya sendiri berfungsi
sebagai katoda. Akibat di aplikasikan nya arus listrik sebesar 60.000 Amp,
maka MgCl 2 akan terurai, dan logam magnesium terapung diatas larutan. Setiap
pot akan dapat menghasilkan sekitar 550 kg logam Mg dalam satu hari yang
kemudian dituang kedalam cetakan ingot, dimana setiap ingot mempunyai berat 8
kg. Hasil sampingan dari proses ini adalah: gas klorida yang kemudian dapat
digunakan untuk mengubah Mg(OH) 2 menjadi MgCl 2. Adapun contoh proses
pembuatan logam paduan ferrous yaitu sebagai berikut:

Pembuatan Tembaga

Chalcopiri”t adalah bijih tembaga, merupakan campuran antara Cu2S dan


CuFeS2 yang di peroleh dari hasil tambang di bawah permukaan tanah. Gambar
berikut adalah proses mebuat nya:

Alur proses yang ditunjukkan pada gambar diatas adalah dimulai dari bijih
chalcopirit, digiling dan dicampur dengan batu kapur serta bahan fluks silika.
Setelah tepung bijih dipekatkan, lalu dipanggang, sehingga terbentuk
campuran FeS, FeO, SiO2 , dan CuS. Campuran inilah yang disebut: “Kalsin”. Kalsin
kemudian di lebur dengan batu kapur sebagai fluks nya di dalam Dapur
Reverberatory, tujuan nya untuk melarutkan besi (Fe) di dalam terak, sisanya
adalah Tembaga-Besi yang disebut “matte” di tuangkan kedalam konverter.

Dengan menghembuskan udara kedalam konverter untuk selama 4 s/d 5 jam,


maka kotoran-kotoran teroksida dan besi akan membetuk terak yang pada saat-
saat tertentu, dikeluarkan dari konverter.

Karena panas oksidasi cukup tinggi, maka muatan akan tetap cair yang akhir
nya dapat merubah sulfida-tembaga menjadi oksida-tembaga atau yang
dikenal dengan nama: sulfat. Bila kemudian aliran udara dihentikan, maka oksida
kupro akan bereaksi dengan sulfida kupro yang akan membentuk tembaga
blisterdan dioksida belerang.

Tembaga blister dengan tingkat kemurnian antara 98 % s/d 99 % ini


kemudian dicor menjadi slab untuk kemudian di olah secara elektolitik menjadi
tembaga murni.
BAB III

PENGAPLIKASIAN

3.1 Besi Cor


3.2 Tembaga dan Paduannya
3.3 Alumunium dan Paduannya
3.4 Magnesium dan Paduannya
3.5 Logam – logam lain dan Paduannya
3.6 Bahan Listrik dan Magnet
3.7 Logam dan Paduan dibuat dengan Teknik Metalurgi Bubuk
DAFTAR PUSTAKA

Saito, Shinroku, Tata Surdia. 2000. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta : Pradya
Paramita.

Muhammad Gulam Nugraha. 2014. Logam. Karya Tulis. Institut Teknologi


Indonesia Tanggerang
https://www.academia.edu/7069099/Makalah_Logam

Widyawanto, Dimas. 2017. Makalah Material Teknik Tentang Metal Alloys Atau
Logam Paduan. Universitas Widyatama Bandung.
https://edoc.site/makalah-material-teknik-metal-alloys-pdf-free.html

Narasati, Meidyla, Muhammad Ricky, Shanty Nurmeutia. 2016. Bahan Konstruksi


Kimia Logam Bukan Besi (Non Ferro). Politeknik Negeri Sriwijaya.
https://datenpdf.com/queue/makalah-logam-bukan-besi_pdf?queue_id=-1

https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor/

https://matrudian.files.wordpress.com/2013/10/material-teknik-08th.pdf

http://sera27.blogspot.com/2014/05/makalah-logam.html

Anda mungkin juga menyukai