Anda di halaman 1dari 0

Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian 29-30 Nopember 2006

1
PENGEMBANGAN SISTEM IRIGASI PIPA GERABAH
BAWAH PERMUKAAN PADA LAHAN KERING


Oleh :
Hermantoro

Tenaga Pengajar Program Studi Teknik Pertanian,
Institut Peranian Stiper Yogyakarta

Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Pusat Instiper Yogyakarta.
Jl. Nangka II Depok, Sleman. Telp. (0274) 885478 Fax. (0274) 885479.
Yogyakarta 55283


ABSTRAK

Potensi lahan kering untuk budidaya pertanian di Indonesia masih sangat luas,
namun demikian lahan kering mempunyai kendala serius yaitu kelangkaan air
untuk memenuhi keperluan tanaman. Oleh karena itu dalam pengembangan
pertanian lahan kering diperlukan teknologi irigasi yang hemat air, salah satu
teknologi tersebut adalah sistem irigasi bawah permukaan menggunakan pipa
gerabah (plempem/hong). Suatu kajian karakteristik pipa gerabah pada sistem
irigasi bawah permukaan telah dilakukan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah
mengetahui kinerja pipa gerabah khususnya karakteristik rembesan dan pola
sebaran kadar lengas tanah. Untuk mengetahui sebaran dan dinamika kadar
lengas tanah dari pipa gerabah dicoba beberapa perlakuan jarak antar pipa
gerabah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju rembesan air dari pipa gerabah
setelah dipasang adalah 4,66 lt/m/hr, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan
sebelum dipasang sebesar 2,68 lt/m/hr. Jarak antar pipa untuk memperoleh
sebaran kadar lengas tanah yang merata sebaiknya lebih dari 40 cm dan kurang
dari 60 cm, Penelitian lanjutan sangat diperlukan untuk pengembangan sistem
irigasi bawah permukaan menggunakan pipa gerabah, khususnya karakteristik
pipa gerabah pada berbagai komposisi bahan gerabah.


Kata kunci : Sistem Irigasi, Pipa Gerabah, Bawah Permukaan, Kinerja.











Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian 29-30 Nopember 2006
2
PENDAHULUAN

Potensi daerah pertanian di Indonesia sebagian berupa lahan kering,
dengan ketersediaan air sangat tergantung pada hujan, sumber air irigasi lain
keberadaannya sangat terbatas. Keadaan tersebut sering diperparah dengan
tanah yang berjenis pasiran yang mempunyai daya memegang air sangat rendah
dan permeabilitas tinggi, sehingga air irigasi yang diberikan hanya sebagian kecil
saja yang dapat ditahan oleh tanah dan sebagian besar meresap ke bawah
sebagai perkolasi. Pada daerah seperti ini sistem irigasi permukaan yang umum
digunakan menjadi kurang efisien, oleh karena besarnya kehilangan air melalui
evaporasi dan perkolasi. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikembangkan
sistem irigasi hemat air yang memanfaatkan potensi lokal. Salah satu sistem
irigasi yang mempunyai potensi untuk dikembangkan pada daerah seperti itu
adalah sistem irigasi bawah permukaan menggunakan saluran pipa gerabah/
plempem/ hong (earthenware pipe). Sistem irigasi ini sangat cocok pada daerah
yang mempunyai potensi air tanah untuk irigasi atau digabungkan dengan model-
model pemanenan air hujan di lahan kering, seperti embung.
Sistem irigasi bawah permukaan dengan menggunakan pipa gerabah
sangat potensial untuk dikembangkan mengingat :
1. Sistem irigasi ini memberikan daerah pembasahan terbatas disekitar pipa, dan
air irigasi diberikan pada daerah perakaran dengan laju rembesan
disesuaikan dengan keperluan air tanaman, sehingga kehilangan air karena
evaporasi dan perkolasi dapat dikurangi.
2. Pipa gerabah (plempem/hong) merupakan produk industri kecil yang banyak
terdapat di beberapa daerah, pada umumnya digunakan sebagai saluran
pembuang air limbah keluarga dan sangat familier dengan masyarakat.
3. Keberhasilan pengembangan sistem irigasi ini akan memberikan nilai tambah
yang sangat besar terhadap industri pipa tanah liat yang telah ada.
Kajian penerapan teknologi sistem irigasi bawah permukaan
menggunakan pipa gerabah sangat perlu dilakukan untuk mengetahui
karakteristik pipa gerabah hubungannya dengan laju rembesan air melalui pipa ke
tanah disekitarnya, pola pembasahan tanah dari pipa gerabah dengan berbagai
tata letak pipa.
Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian 29-30 Nopember 2006
3
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja sistem yang
mencakup : laju rembesan air dari pipa gerabah, dan distribusi kadar lengas tanah
disekitar pipa dengan berbagai jarak saluran pipa di bawah permukaan tanah.

BAHAN DAN METODE
Sistem Irigasi Rembesan
Penggunaan irigasi dari bahan gerabah telah mulai banyak digunakan
sebagai upaya meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi baik di Indonesia
maupun di luar negeri, yaitu antara lain : Irigasi Kendi pada tanaman hortikultura di
Jerman (Stein, 1990, 1994, 1995, 1997), Irigasi kendi pada tanaman Melon di
India (Mondal 1974), Irigasi Kendi di Indonesia (Setiawan et al. 1996, Setiawan &
Saleh 1997, Setiawan 1998). Irigasi Kendi dan Irigasi Pipa Tanah Liat bawah
permukaan pada tanaman jagung, tomat, dan okra di Zimbabwe (Batchelor C.
et.al. , 1996).
Permasalahan utama penggunaan bahan gerabah untuk sistem irigasi
adalah menyesuaikan laju rembesan air melalui gerabah dengan laju hisapan air
oleh akar tanaman untuk memenuhi keperluan air tanaman, dan tata letak
tanaman terhadap pipa gerabah. Karakteristik penting dari gerabah adalah bentuk
pola pembasahan tanah (soil wetting pattern) dan laju rembesan. Bentuk pola
pembahasan tanah dari penetes porous gerabah di dalam tanah adalah berupa
garis mengeliling pusat rembesan. Pada media tanah pasiran pola pembasahan
mempunyai kecenderungan ke arah bawah lebih besar, sedangkan pada tanah liat
mempunyai kecenderungan ke arah horisontal lebih besar. Seperti disajikan pada
Gambar 1.







Gambar 1. Pola Pembahasan tanah dari penetes porous pada dua jenis tanah
a. Pada Tanah liat b. Pada Tanah Pasiran
Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian 29-30 Nopember 2006
4
Kesetimbangan Air pada Sistem Tanah dan Tanaman
Kesetimbangan air pada sistem tanah-air dan tanaman dengan irigasi
bawah permukaan terdiri dari komponen masukan yaitu curah hujan (R) dan irigasi
(IR) dan komponen luaran yakni : evaporasi (E), transpirasi (T), rembesan
samping (S), aliran permukaan (RO), dan perkolasi (P) seperti pada Gambar (1).
Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
IR + R = E a + Ta + RO + P + S
(1)
Pada sistem irigasi bawah permukaan pipa gerabah komponen RO, S, dan P
dapat dieliminer dengan menyesuaikan besarnya laju rembesan dan kebutuhan air
untuk pertumbuhan tanaman, sedangkan komponen hujan R pada musim
kemarau dianggap = 0, sehingga persamaan (1) akan menjadi,
IR = Ea + Ta ...... (2)













Gambar 1. Skema Instalasi Irigasi Plempem Bawah Permukaan Tanah

Nilai evaporasi (E) pada sistem irigasi bawah permukaan sebenarnya lebih kecil
dari evaporasi pada sistem irigasi permukaan, oleh karena pada sistem irigasi
bawah permukaan hanya membasahi sebagian kecil permukaan tanah, dan
bahkan pada sistem irigasi bawah permukaan yang sangat efisien, air irigasi
hanya diberikan untuk memenuhi kebutuhan air untuk transpirasi saja, sehingga
apabila hal tersebut dapat dilakukan maka persamaan (2) dapat ditulis kembali
a. Potongan memanjang b. Potongan melintang
1. Pipa vertikal (riser) utk memasukan air 2. Permukaan Tanah
3. Pipa horisontal sbg penampung dan pemberi air 4. Tutup
1
2
3
4
Ea
Ta
P
IR
Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian 29-30 Nopember 2006
5
menjadi :

IR Ta .....(3)

Penelitian kinerja pipa gerabah untuk sistem irigasi bawah permukaan ini
dilakukan di Laboratorium Teknik Tanah dan Air dan Kebun Percobaan Institut
Pertanian Stiper Yogyakarta. Tanah lokasi penelitian adalah geluh pasiran dengan
kandungan lempung 8,93 %; debu 13,86 %; dan pasir 77,21 %. Kadar lengar pada
Kapasitas lapang 22, 6 % dan titik layu 11,18 %. Pipa gerabah yang digunakan
adalah pipa gerabah yang ada dipasaran umum. Untuk mengetahui interaksi
antara karakteristik pipa gerabah dengan tanah, digunakan berbagai perlakuan
jarak antar pipa, dengan harapan dapat diperoleh kisaran jarak pipa gerabah yang
tepat. Kandungan lengas tanah diukur dengan menggunakan sensor daya hantar
listrik pada jarak 5, 10 cm disekitar pipa.
Bahan dan alat yang digunakan adalah : pipa gerabah, semen, pengukur
lengas tanah, pengukur jarak, dan komputer. Tahapan, Sasaran dan luaran dari
penelitian seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tahapan, Sasaran dan Luaran Penelitian
No Tahapan Sasaran Luaran
1 Pengukuran
rembesan pipa
gerabah
Mengetahui laju rembesan
pipa gerabah sebelum
dipasang
Karakteristik laju
rembesan pipa gerabah
2 Instalasi sistem
irigasi bawah
permukaan
Membuat tata letak sistem
ririgasi pipa pada berbagai
jarak antar pipa
Instalasi sistem irigasi
yang akan dikaji
kinerjanya
3 Pengukuran laju
rembesan pipa
setelah berinteraksi
dengan tanah
Mengetahui interaksi antara
sifat fisik tanah dengan pipa
gerabah
Karakteristik laju
rembesan pipa gerabah
dalam tanah
4 Pengukuran pola
pembasahan tanah
dan sebaran lengas
tanah
Mengetahui bentuk pola
pembasahan tanah dan
mengetahui agihan
kelengasan tanah disekitar
pipa gerabah pada berbagai
jarak antar pipa
Bentuk pola pembahasan
tanah dan agihan tingkat
kelengasan tanah
disekitar pipa gerabah
pada berbagai jarak antar
pipa




Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian 29-30 Nopember 2006
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Laju Rembesan dari Pipa Gerabah
Pengamatan laju rembesan dilakukan selama 5 hari berturut-turut
setelah pipa dijenuhkan terlebih dahulu. Nilai laju rembesan dari pipa sebelum
dipasang rata-rata adalah 2.68 lt/m/hari. Laju rembesan pipa gerabah setelah
dipasang ternyata menjadi lebih besar dibandingkan sebelum dipasang. Hal ini
menunjukkan adanya interaksi antara karakteristik fisik pipa dengan tanah
sebagai media tumbuh tanaman, laju rembesan pipa terpasang menjadi
bertambah besar karena terjadi perbedaan tekanan air di dalam pipa dan
tanah yang kering. Terlihat bahwa laju rembesan pipa pada awal pemberian
air mempunyai kecenderungan bervariasi, kemudian laju rembesan akan
menurun setelah tanah disekitar pipa menjadi lebih basah, dan pada akhirnya
nampak menjadi lebih konstan pada rerata 4,66 lt/m/hari. Seperti pada
Gambar 3.















Gambar 3. Laju rembesan pipa gerabah sebelum dipasang (lt/m panjang/hari)


B. Agihan Kadar Lengas Tanah Disekitar Pipa
Pengamatan lengas tanah diantara dua pipa gerabah dilakukan untuk
mengetahui perubahan tingkat kelengasan sebagai fungsi waktu. Pada awal
pengamatan terlihat bahwa belum terjadi agihan lengas tanah yang terpola
(masih sangat bervariasi). Pada pengamatan ke dua (hari ke 5) lerlihat bentuk
agihan yang terpola, dan pada pengamatan selanjutnya ternyata sudah tidak
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
0 2 4 6
Waktu (hari)
R
e
m
b
e
s
a
n

(
l
t
/
m
/
h
a
r
i
)
0
1
2
3
4
5
6
0 5 10 15
Waktu (hari)
R
e
m
b
e
s
a
n

(
l
t
/
m
/
h
a
r
i
a. Sebelum Dipasang b. Setelah Dipasang
Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian 29-30 Nopember 2006
7
lagi mengalami banyak perubahan. Dinamika lengas tanah arah horisontal
diantara dua pipa gerabah dengan berbagai jarak disajikan pada Gambar 4-5.
Dari Gambar 4 5 terlihat bahwa pada jarak antar pipa 20 dan 40 cm
bagian tengah lengas tanah di tempat tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan tempat lainnya, hal ini terjadi karena pada jarak tersebut aliran air dari
ke dua pipa saling bertemu dan meningkatkan kandungan lengas tanah.












Gambar 4. Dinamika Kadar Lengas Tanah Pada Jarak Antar Pipa 20 dan 40 cm


















Pada jarak antar pipa 60 cm hal itu sudah tidak terjadi lagi, maka
terlihat lengas tanah di bagian tengah cenderung lebih rendah dibandingkan
dengan bagian lainnya diantara dua pipa gerabah. Dari gambar tersebut dapat
dikatakan bahwa pada kondisi percobaan setempat jarak antar pipa gerabah
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Jar ak Hor iz ontal ( c m)
K
a
d
a
r

L
e
n
g
a
s

T
a
n
a
h

(
%
)
15
16
17
18
19
20
21
22
23
0 10 20 30 40
Jarak Horizontal (cm)
K
a
d
a
r

L
e
n
g
a
s

T
a
n
a
h

(
%
)
a. Jarak antar Pipa 20 cm b. Jarak antar Pipa 40 cm
15
16
17
18
19
20
21
22
23
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
Jarak Horiz ontal (c m)
K
a
d
a
r

L
e
n
g
a
s

T
a
n
a
h

(
%
)
Gambar 5. Dinamika Lengas Tanah pada Jarak antar Pipa 60 cm
Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian 29-30 Nopember 2006
8
sebaiknya adalah lebih besar dari 40 cm dan kurang dari 60 cm. Pada jarak
tersebut dapat diperoleh kadar lengas arah horizontal yang teragih merata.





























Gambar 6. Agihan Kadar Lengas Tanah Pada Berbagai Jarak Pipa,
Setelah 5Hari Irigasi
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 55.00 60.00
-45.00
-40.00
-35.00
-30.00
-25.00
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
K
e
d
a
l
a
m
a
n

d
a
r
i

M
u
k
a

T
a
n
a
h

(
c
m
)
Jarak Horizontal (cm)
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00
-50.00
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
K
e
d
a
l
a
m
a
n

d
a
r
i

M
u
k
a

T
a
n
a
h

(
c
m
)
Jarak Horizontal (cm)
K
e
d
a
l
a
m
a
n

d
a
r
i

M
u
k
a

T
a
n
a
h

(
c
m
)
Jarak Horizontal (cm)
10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 110.00 120.00
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
Jarak pipa 60 cm
Jarak pipa 40 cm
Jarak Pipa 20
Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian 29-30 Nopember 2006
9
Dari Gambar 6 dapat diketahui sebaran kadar lengas tanah ke arah
vertikal dan horizontal, yang sangat diperlukan dalam memprediksi jarak dan
tata letak tanaman yang diusahakan. Pada jarak antar pipa 20 cm dan 40 cm
memperlihatkan bahwa terjadi kenaikan kadar lengas tanah diantara dua pipa,
sedangkan pada jarak antar pipa 60 cm sudah tidak terjadi lagi, bahkan terjadi
lengas tanah yang lebih kecil ditengah antara dua pipa.

KESIMPULAN
Dari penelitian awal yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal
penting tentang penggunaan pipa gerabah pasa sistem irigasi bawah permukaan
sebagai berikut :
1. Pipa gerabah nampaknya dapat digunakan sebagai bahan sistem irigasi
bawah permukaan, sekaligus untuk meningkatkan nilai ekonomis hasil industri
gerabah.
2. Pola sebaran kadar lengas tanah dan laju rembesan dari dalam pipa gerabah
tergantung pada karakteristik pipa dan tanah sebagai media tumbuh tanaman.
3. Jarak antar pipa pada sistem irigasi bawah permukaan menggunakan pipa
gerabah tergantung dari karakteristik pipa dan tanah, serta karakteristik
perakaran tanaman.
4. Penelitian lanjutan terutama mengenai karakteristik gerabah dengan berbagai
komposisi bahan dan percobaan lapang dengan menggunakan tanaman
budidaya.


DAFTAR PUSTAKA

Batchelor Ch., Christopher L., and Monica M. 1996 Simple Microirrigation
techniques for
improving irrigation efficiency on vegetable garden. Agricultural Water
Management 32 (1996) 37-48. Elsevier

Hillel, D. 1980. Aplication of Soil Physics. Academic Press, New York. 333 p

Ibrahim, R.H. Susanto, dan D. Rahman. 1977. Pengembangan Penetes Berpori
Sebagai Struktur Pengeluaran Air pada Jaringan Irigasi Tetes. Prosiding A
Seminar Infra Struktur Pendukung Keteknikan Pertanian, Perhimpunan
Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA), Jatinangor. 15 hlm.
Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian 29-30 Nopember 2006
10

Setiawan B.I. 1998. Sistem Irigasi Kendi untuk Tanaman Sayuran di Daerah
Kering. Laporan Riset Unggulan Terpadu IV. Fakultas Teknologi Pertanian
, Institut Pertanian Bogor. 125 hlm.

Setiawan , B.I. dan E. Saleh. 1977. Peluang Aplikasi Irigasi Kendi di Daerah
Kering. Makalah Pendukung pada Seminar Nasional Pengelolaan
Lingkungan yang Berkelanjutan melalui Pemasyarakatan Gerakan Hemat
Air. Jakarta 20 Maret 1997. Ditjen Pengairan DPU,. Jakarta.

Stein, Th-M. 1990. Development of Design Criteria for Pitcher Irrigation. Cranfield
Institute of Technology, Silsoe College, Ms. Thesis, August 1990. 20 p.

Anda mungkin juga menyukai