Anda di halaman 1dari 9

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Drainase

Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan, air kotor
dan lain nya. Sistem ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menciptakan lingkungan yang sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk padat
seperti di perkotaan. Drainase juga merupakan salah satu fasilitas dasar yang
dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan
komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur
khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan
air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.Drainase
juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan
air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan
akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

2.2 Jenis-Jenis Drainase

1.    Land dan Smoothing

Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing


(Penghalusan permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin
kemiringan yang berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan untuk
penerapan saluran drainase permukaan
Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran drainase
permukaan yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%,
dibandingkan dengan lahan yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa
tanpa dilakukan upaya pengaturan saluran drainase permukaan terlebih dahulu.
Untuk efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara
teliti. ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki

6
7

cekungan merupakan tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus


dihilangkan dengan bantuan peralatan pengukuran tanah.
Pada tanah cekungan, air yang tak berguna dialirkan secara sistematis melalui:
a. Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal
(shallow random field drains).
b. Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch
c. Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet ditch)
Outlet ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm
lebih dalam dari saluran pembuangan acak dangkal.Overfall : jatuh air dari
saluran pembuangan lateral ke saluran pembuangan utama dibuat pada
tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak memungkinkan harus
dibuat pintu air, drop spillway atau pipa
2.             Drainase Acak (Random Field  Drains)
Drainase ini merupakan gambaran yang menunjukan pengelolaan untuk
mengatasi masalah cekungan dan lubang – lubang tempat berkumpulnya air.
Lokasi dan arah dari saluran drainase disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan.
Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar mungkin, hal ini untuk
memudahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat beroperasi tanpa merusak
saluran yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas,
biasanya tidak menjadi masalah karena kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas
penggalian saluran, disebarkan pada bagian cekungan atau lubang – lubang tanah,
untuk mengurangi kedalaman saluran drainase.

3.          Drainase Pararel (Pararelle Field Drains)


Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan
kurang dari 1% – 2 %, system saluran drainase parallel bisa  digunakan. System 
drainase ini dikenal sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara
parallel, kadang kala jarak antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari
panjang dari barisan saluran drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak
dan jumlah dari tanah yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran
drainase, dan panjang maksimum kemiringan lahan terhadap saluran (200 meter).
8

Keuntungan dari system saluran drainase parallel, pada lahan terdapat cukup
banyak saluran drainase. Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap
saluran drainase paralel. Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang
dikarenakan adanya saluran paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land
grading dan smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit. Penambahan jarak
antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena
jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang
lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam. Bila lebar
bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari
200 m. Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan
smoothing. Pada tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang
curam digunakan adalah 1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan
bangunan pengambilan dan pompa, bangunan  pintu air berfungsi untuk
mengalirkan air drainase pada musim hujan.Pada daerah dataran tertentu
ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel, 2 saluran diletakkan secara
paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian saluran diletakkan diantara kedua
saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang diperlukan pada saat
pemeliharaan saluran.

4.             Drainase Mole
Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang
konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali
tanah, cukup dengan menarik (dengan traktor) bantukan baja bulat yang disebut
mol yang dipasang pada alat seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada kedalaman
dangkal. Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat expander yang
gunanya untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang
Tidak semua daerah terdapat usaha-usaha pertanian atau perkebunan
memerlukan irigasi. Irigasi biasanya diperlukan pada daerah-daerah pertanian
dimana terdapat satu atau kombinasi dari keadaan-keadaan berikut :
a. Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan
air.
9

b. Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik sepanjang


tahun.
c. Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
pertanian        yang dapat dicapai melalui irigasi secara layak dilaksanakan
baik ditinjau dari        segi teknis, ekonomis maupun sosial.
2.3 Ventilasi

Ventilasi merupakan suatu tempat keluar dan masuknya udara pada suatu
ruangan pada bangunan. Keluar masuknya udara dimaksudkan sebagai sirkulasi
udara, yang tidak hanya membuat kondisi ruangan nyaman juga mempertahankan
kelembaban yang normal dan memenuhi syarat. Sebenarnya sudah cukup banyak
cara untuk membuat ventilasi pada bangunan agar diperoleh kondisi yang nyaman
dan sejuk pada ruangan dalam bangunan. Banyak peralatan dan mesin yang
digunakan untuk mencapai hal itu. Namun demikian, sebagian ternyata masih
menjadi masalah, terutama dikaitkan dengan masalah penggunaan energi dan
konsep bangunan hijau dan berkelanjutan (green and sustainable building).
Parahnya, bangunan tersebut selain tidak nyaman, juga tidak sehat akibat sirkulasi
udara dan penggunaan material yang menjadi polutan, serta tidak hemat energi.

Sebenarnya masalah ini sudah lama menjadi perhatian. Di beberapa negara


maju pun sejak era 1970-an sudah mulai menjadi bahan diskusi dan pertimbangan
dalam membuat peraturan yang berkaitan dengan bangunan. Pembahasan seputar
masalah tingkat kelembaban dan pengaturannya pada bangunan, pentingnya
ventilasi yang sehat dan pemakaian material bangunan yang tidak menimbulkan
polutan bagi penghuninya. Sistem ventilasi mekanis yang mulai banyak
digunakan dibandingkan yang alami juga menjadi bahan pertimbangan.

Apalagi saat ini, pemakaian material sintetis semakin banyak


menggantikan material alami pada ruang-ruang bangunan. Akibatnya terkadang
terdapat material-material yang tak terkontrol berkontribusi pada bangunan yang
tidak sehat bagi lingkungannya. Sehingga, timbul apa yang disebut sebagai
sindrom gedung sakit (sick building syndrome/SBS) dan selanjutnya dinyatakan
10

sebagai gedung yang dikaitkan dengan gangguan kesehatan, dan masalah jamur
dan kelembaban.

Kesemua itu sebenarnya bermuara pada perencanaan ventilasi dan


sirkualasi udara pada bangunan yang menjamin pada kenyamanan dan
kelembaban yang memenuhi syarat. Oleh karenanya diperlukan pencerahan
kepada masyarakat dan perencana berkaitan dengan informasi kontemporer dalam
hal desain ventilasi.

Pengawasan yang tidak baik pada sistem ventilasi mekanis dapat


mengkonsumsi energi yang cukup besar dengan memberikan pengaruh
kenyamanan yang kecil, disamping itu perawatan yang tidak baik menjadi sumber
dari polusi. Tapi, pengawasan ventilasi alami yang tidak baik pun akan juga
menyebabkan masuknya polusi dari luar.

Pengalaman beberapa tahun dalam desain dan usaha-usaha yang berkaitan


dengan regulasi dimaksudkan untuk membuat bangunan-bangunan yang
berkelanjutan dan lebih hemat energi. Salah satunya menjadikan ventilasi dan
kenyamanan bangunan menjadi hal yang mendasar dalam desain bangunan dan
telah menjadi pertimbangan utama dalam desain beberapa tipe bangunan.
Alasannya adalah a) bahwa kesehatan dalam bangunan berkaitan dengan kualitas
dan sirkulasi udara di dalamnya, b) proporsi kehilangan panas melalui sirkulasi
udara telah ditingkatkan sebagai standar insulasi bangunan, c) infiltrasi udara yang
tak terkendali memberikan pengaruh pada kenyamanan dan efisiensi energi, d)
panas internal dan sinar matahari telah meningkat pada banyak bangunan, e) suhu
iklim semakin menghangat/meningkat.

Seorang perencana bangunan harus mampu menyediakan ventilasi yang


cukup pada bangunan yang didesain agar dapat memberikan kenyamanan.
Ventilasi yang baik dapat menghilangkan dan mereduksi kelebihan panas dari
tubuh penghuninya dan beberapa peralatan elektronik dan listrik, dapat
menormalkan kelembaban, bau tak sedap, munculnya polusi dari orang yang
11

berkatifitas, hewan, aktifitas memasak. Ventilasi juga dapat menghilangkan emisi


berlebihan dari bahan-bahan bangunan dan perabot.

Beberapa literatur menyebutkan suplai sirkulasi udara berkisar 5


sampai 25 liter/detik/ orang atau dapat dinyatakan sekitar 1-2 liter/detik per m2
luas lantai. Ventilasi sangat berguna pada alat-alat saniter maupun alat-alat
drainase, ventilasi yang harus dibuat pada setiap sambungan yaitu :

1. Ventilasi trap /pemutus bau (trap vent)


2. Ventilasi group (group vent)
3. Ventilasi kepala (header vent)
4. Ventilasi pelepas (relief vent)
5. Ventilasi silang (cross vent)
6. Ventilasi tegak (stack vent)
7. Ventilasi akhir (terminal vent)
2.4 Bak Kontrol

Bak control atau bak pengontrol merupakan sarana pengontrol pada


saluran air kotor dalam rumah tinggal. Bak kontol di fungsikan sebagai bagian
yang dapat mengantisipasi apabila terdapat kotoran yang nantinya dapat
menyumbat pipa saluran air kotor. Letak bak control tersebut biasanya berada di
samping atau di belakang sebuah rumah atau berada di daerah sekitar pengaliran
air saniter agar mudah dalam pengontrolan.

Gambar 2.1 Contoh Bak Kontrol


12

2.5 Septic Tank

Septic tank atau tangki septik adalah Suatu ruangan atau tangki yang
terbuat dari bahan kedap air / beberapa kompartemen yang berfungsi menampung
dan mengendapkan air limbah dengan kecepatan aliran yang lambat untuk
memberikan kesempatan terjadinya pengendapan suspensi benda-benda padat dan
penguraian bahan organik oleh bakteri kemudian membentuk bahan larut air &
gas dalam waktu tertentu. Septic tank dapat dibuat dengan sistem kombinasi
anaerobik dan aerobik dan standarnya terbuat dari bahan bangunan yang tahan
terhadap asam serta kedap air. septic tank yang sering dijumpai terbuat dari beton
bertulang dan dari pasangan batu bata. Septic tank juga dilengkapi dengan Pipa
aliran masuk atau inlet yaitu pipa yang menghubungkan closet dengan septic tank
dan pipa aliran keluar atau outlet yaitu pipa yang menghubungkan septic tank
dengan sumur resapan. Pipa - pipa tersebut harus sesuai dengan ketentuan atau
standar yang ada, baik dari segi ukuran maupun cara penempatannya. Pipa outlet
tidak boleh berada sejajar dengan pipa inlet melainkan harus berada sedikit lebih
rendah dari pipa inlet. selain pipa inlet dan outlet, septic tank juga disertai dengan
Pipa udara yang berfungsi untuk menjaga ketersediaan udara yang dibutuhkan
oleh bakteri pengurai bahan organik yang ada didalam septic tank (tangki septik).

Gambar 2.2 Septic Tank


13

2.6 Klasifikasi system pembuangan air

Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan :

1. Sistem pembuangan air kotor adalah sistem pembuangan untuk air


buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan yang
mengandung kotoran manusia dari alat plambing lainnya (black water).
2. Sistem pembuangan air bekas adalah sistem pembuangan untuk air
buangan yang berasal dari bathtub, wastafel, sink dapur dan lainnya (grey
water).  Untuk suatu daerah yang tidak tersedia riol umum yang dapat
menampung air bekas, maka dapat di gabungkan ke instalasi air kotor
terlebih dahulu.
3. Sistem pembuangan air hujan. Sistem pembuangan air hujan harus
merupakan sistem terpisah dari sistem pembuangan air kotor maupun air
bekas, karena bila di campurkan sering terjadi penyumbatan pada saluran
dan air hujan akan mengalir balik masuk ke alat plambing yang terendah.
4. Sistem air buangan khusus adalah sistem pembuangan air yang
mengandung gas, racun, lemak, limbah pabrik, limbah rumah sakit,
pemotongan hewan dan lainnya yang bersifat khusus.

Klasifikasi berdasarkan cara pengaliran :

1. Sistem gravitasi.Air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke


tempat yang lebih rendah secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya
lebih rendah
2. Sistem bertekanan.
3. Sistem yang menggunakan alat (pompa) karena saluran umum letaknya
lebih tinggi dari letak alat plambing, sehingga air buangan di kumpulkan
terlebih dahulu dalam suatu bak penampungan, kemudian di pompakan
keluar ke roil umum.  Sistem ini mahal, tetapi biasa di gunakan pada
bangunan yang mempunyai alat-alat plambing di basement pada bangunan
tinggi/bertingkat banyak.
14

Gambar 2.3 Skema Umum Sistem Pembuangan Gravitasi

Anda mungkin juga menyukai