Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

IRIGASI TETES

Oleh:
Gusti Ayu Putri Mei Ulianti (1910531030)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengelolaan sumber daya air dan pemanfaatan yang tepat merupakan faktor yang paling
penting dalam menentukan keberhasilanusaha untuk meningkatkan produksi tanaman, baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kandungan air dalam tanahmerupakan salah satu hal
yang penting pada produksi tanaman. Keberhasilan sistem penanaman akan tercapai apabila
diatur jumlah dan waktu pemberian airnya. Kelebihan dan kekurangan air juga akan
menghambat pertumbuhan dan mempengaruhi produksi tanaman. Air di dalam pertumbuhan
tanaman diperlukan sebagai media transportasi hara dari dalam tanah ke seluruh bagian
tanaman.

Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan
penyediaan cairan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Hansen, Israelsen,
dan Stringham, 1992). Salah satu sistem irigasi yang memungkinkan untuk mengatur jumlah
air sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah sistem irigasi tetes (drip irrigation). Irigasi tetes
sebagaimana didefinisikan oleh Sumarna (1998), merupakan metode pemberian air dengan
debit yang rendah. Sistem irigasi tetes dapat menghemat pemakaian air karena dapat
meminimumkan kehilangan air yang mungkin terjadi, seperti kehilangan karena perkolasi,
evaporasi, dan aliran permukaan, sehingg irigasi tetes cocok digunakan untuk tanaman yang
bernilai ekonomi tinggi yang dibutuhkan pasar.

Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi (applicator,
emission device) yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang
tinggi (hampir terus-menerus) disekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang masuk ke alat
aplikasi sekitar 1.0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan
tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan
sebagai irigasi bertekanan rendah. Secara umum pengelolaan irigasi bertujuan untuk
memaksimumkan produksi hasil tanaman dalam hubungannya dengan efisiensi, biaya operasi
dan kemudahan operasional.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui irigasi tetes
2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari sistem irigasi tetes.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui cara kerja dari irigasi tetes
2. Dapat mengetahui efisiensi pengguaan irigasi tetes
3. Dapat mengerti dan menerapkan system irigasi tetes di lapangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Irigasi
Secara umum irigasi didefinisikan sebagai usaha pemberian air kepada tanah agar dicapai
kelembaban tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Air irigasi merupakan air pelengkap
untuk mencapai kelembaban tanah yang diinginkan selain air hujan dan air tanah. Air irigasi
dapat berasal dari : mata air, sungai, aliran tidak sinambung (intermittent stream), air tanah, air
rembesan, air bergaram (saline water), air desalinisasi dan hujan buatan.

Pemberian air kepada tanah dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu: pemberian air
di permukaan tanah (surface irrigation), pemberian di bawah permukaan tanah (sub-surface
irrigation), pemberian air di atas tanaman secara curah (sprinkler irrigation) dan pemberian air
secara tetes (drip/trickler irrigation).

2.2 Irigasi Tetes


Irigasi tetes pertama kali diterapkan di Jerman pada tahun 1869 dengan menggunakan pipa
tanah liat. Di Amerika, metode irigasi ini berkembang mulai tahun 1913 dengan menggunakan
pipa berperforasi. Pada tahun 1940-an irigasi tetes banyak digunakan di rumah-rumah kaca di
Inggris. Penerapan irigasi tetes di lapangan kemudian berkembang di Israel pada tahun 1960.

Pada sistem irigasi tetes, pemberian air dilakukan dengan menggunakan beberapa nozel
yang diletakkan di permukaan tanah dekat dengan perakaran tanaman. Alat pengeluaran air
pada pipa disebut emitter (penetes) yang mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari
penetes, air menyebar secara horizontal dan vertikal oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar
pada arah gerakan vertikal oleh gravitasi. Luas daerah yang terbasahi oleh penetes tergantung
pada besarnya aliran, jenis tanah, kelembaban tanah, dan permeabilitas tanah vertikal dan
horizontal (Hansen et al., 1986).

Secara teoritis efisiensi irigasi tetes relatif lebih tinggi dari irigasi yang lain, karena sistem
irigasi tetes hanya memberikan air pada daerah perakaran, sehingga mengurangi kehilangan air
irigasi pada bagian lahan yang tidak efektif untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan dari irigasi
tetes adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman tanpa harus membasahi keseluruhan
lahan, sehingga dapat mereduksi kehilangan air akibat penguapan yang berlebihan, pemakaian
air lebih efisien, mengurangi limpasan, serta menekan atau mengurangi pertumbuhan gulma
(Hansen, 1986).
Irigasi tetes mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metoda irigasi lainnya, yaitu:
a. Meningkatkan nilai guna air
Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan
metode lainnya. Penghematan air dapat terjadi karena pemberian air yang bersifat local
dan jumlah yang sedikit sehingga akan menekan evaporasi, aliran permukaan dan
perkolasi.
b. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
Fluktuasi kelembaban tanah yang tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes ini dan
kelembaban tanah dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan
tanaman.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian pupuk
Pemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi,
sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi
pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.
d. Menekan resiko penumpukan garam
Pemberian air yang terus menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah
perakaran.
e. Menekan pertumbuhan gulma
Pemerian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga
pertumbuhan gulma dapat ditekan.
f. Menghemat tenaga kerja
Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga
kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit. Penghematan tenaga kerja pada pekerjaan
pemupukan, pemberantasan hama dan penyiangan juga dapat dikurangi.

Sedangkan Kelemahan atau kekurangan dari metode irigasi tetes adalah sebagai berikut:
a. Memerlukan perawatan yang intensif
Penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada irigasi tetes,
karena akan mempengaruhi debit dan keseragaman pemberian air. Untuk itu diperlukan
perawatan yang intesif dari jaringan irigasi tetes agar resiko penyumbatan dapat
diperkecil.
b. Membatasi pertumbuhan tanaman
Pemberian air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan air bila
perhitungan kebutuhan air kurang cermat.
c. Keterbatasan biaya dan teknik
Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam pembangunannya. Selain
itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk merancang, mengoperasikan dan
memeliharanya.

2.3 Metode Pemberian Air Irigasi Tetes


Pemberian air irigasi pada irigasi tetes meliputi beberapa metoda pemberian, yaitu sebagai
berikut:
a. Irigasi tetes (drip irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dalam bentuk tetesan
yang hampir terus menerus di permukaan tanah sekitar daerah perakaran dengan
menggunakan emitter. Debit pemberian sangat rendah, biasanya kurang dari 12 l/jam
untuk point source emitter atau kurang dari 12 l/jam per m untuk line source emitter.
b. Irigasi bawah permukaan (sub-surface irrigation). Pada metoda ini air irigasi diberikan
menggunakan emitter di bawah permukaan tanah. Debit pemberian pada metoda irigasi
ini sama dengan yang dilakukan pada irigasi tetes.
c. Bubbler irrigation. Pada metoda ini air irigasi diberikan ke permukaan tanah seperti
aliran kecil menggunakan pipa kecil (small tube) dengan debit sampai dengan 225
l/jam. Untuk mengontrol aliran permukaan (run off) dan erosi, seringkali
dikombinasikan dengan cara penggenangan (basin) dan alur (furrow)
d. Irigasi percik (spray irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dengan
menggunakan penyemprot kecil (micro sprinkler) ke permukaan tanah. Debit
pemberian irigasi percik sampai dengan 115 l/jam. Pada metoda ini, kehilangan air
karena evaporasi lebih besar dibandingkan dengan metoda irigasi tetes lainnya.

2.4 Komponen Irigasi Tetes


Sistem irigasi tetes di lapangan uumnya terdiri dari jalur utama, pipa pembagi, pipa lateral,
alat aplikasi dan system pengontrol.
a. Unit utama(Head unit)
Unit utama terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter (saringan) utama dan komponen
pengendali ( pengukur tekanan, pengukur debit dan katup).
b. Pipa utama(main line)
Pipa utama umumnya terbuat dari pipa polyvinylchlorida (PVC), galvanized steel atau
besi cor dan berdiameter antara 7.5 – 25 cm. Pipa utama dapat dipasang di atas atau di
bawah permukaan tanah.
c. Pipa pembagi(manifold)
Pipa pembagi dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus (80-100 μm), katup
selenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan katup pembuang. Pipa sub- utama
terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE (high density polyethylene) dan berdiameter
antara 50 – 75 mm.
d. Pipa lateral
Pipa lateral merupakan pipa tempat dipasangnya alat aplikasi, umumnya dari pipa
polyethylene (PE), berdiameter 8 – 20 mm dan dilengkapi dengan katup pembuang.
e. Alat aplikasi(applicator)
Alat aplikasi terdiri dari penetes (emitter), pipa kecil (small tube, bubbler) dan
penyemprot kecil (micro sprinkler) yang dipasang pada pipa lateral. Alat aplikasi
terbuat dari berbagai bahan seperti PVC, PE, keramik, kuningan dan sebagainya.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini sebagai berikut.
1. Jaringan pipa
2. Kran pengatur debit
3. Unit penetes
4. Manometer air
5. Gelas air
6. Penampung air (kolektor)
7. Stopwatch
8. Air

3.2 Prosedur Kerja


Cara kerja untuk praktikum ini sebagai berikut.
1. Bdjd
2. Pipa lateral diletakan pada permukaan tanah
3. Tiap emmiter dipasang dengan kedalaman yang sudah ditentukan pada tiap kelompok
4. Pipa lateral disambungkan dengan selang dari pompa
5. Siapkan catch can (kolektor/penampung) pada setiap emmiter
6. Pastikan emmiter tegak lurus pada catch can
7. Pompa/keran dinyalakan
8. Air dialirkan melalui lateral dengan variasi tekanan kerja (75 dan 150cm air) yang
diatur dengan keran pengatur debit
9. Tunggu air mengalir pada catch can (kolektor/penampung) selama waktu yang telah
ditentukan tiap kelompoknya (10 menit)
10. Pompa keran dimatikan
11. Volume pada catch can dihitung dengan gelas ukur
12. Catat hasil
13. Cara kerja no.6 s.d 12 diulang untuk tinggi tekanan kerja 75 dan 150cm air
(percobaan dilakukan untuk dua variasi kedalaman putaran pengatur debit). Masing-
masing 3x ulangan pada tiap variasi tinggi tekanan kerja.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Percobaan 1 dan 2


Percobaan 1: Tinggi tekanan kerja 150 cm air
Perhitungan Percobaan 1 dan 2 Percobaan 1: Tinggi tekanan kerja 150 cm air
Tinggi tekan operasi : Tinggi tekanan kerja 150 cm air
Waktu operasional : 10 menit
Kedalaman putaran pengatur debit : 0,5 putaran
Volume air yang tertampung tiap kolektor selama waktu operasional :

1. Volume Total Debit Air

ΣV=V1 +V2 +V3 +⋯Vn

ΣV = 42,66666667 + 41,33333333 + 33,33333333 + 40,33333333 + 36 + 29,66666667


+ 31,66666667 + 33,66666667 + 31,33333333 + 31 + 46,66666667 + 42,33333333 +
38,66666667 + 32 + 36 + 31 + 30,33333333 + 29 + 29 + 26

ΣV = 692 ml
2. Volume rata-rata debit air
%&
𝑉!"#"$!"#" = '
()*
𝑉!"#"$!"#" = *+

𝑉!"#"$!"#" = 34,6 𝑚𝑙

3. Volume 25% rata-rata debit air


%&!"%
𝑉!"#"$!"#"*,% = ,
.//
𝑉!"#"$!"#"*,% = ,

𝑉!"#"$!"#"*,% = 28,8 𝑚𝑙

4. Debit air
&$%&%'$%&%
𝑄= #
0/,(
𝑄= .+

𝑄 = 3,46 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

5. Debit air 25%


&$%&%'$%&% !"%
𝑄*,% = #
*2,2
𝑄*,% = .+

𝑄*,% = 28,8 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

6. Keseragaman
5!"%
𝐸𝑈(%) = 5
𝑥 100%
*,22
𝐸𝑈(%) = 0,/( 𝑥 100%

𝐸𝑈(%) = 0,832 = 𝐸𝑈(%) = 83,2%

Percobaan 2: Tinggi tekanan kerja 75 cm air


Tinggi tekan operasi : Tinggi tekanan kerja 75 cm air
Waktu operasional : 10 menit
Kedalaman putaran pengatur debit : 0,5 putaran
Volume air yang tertampung tiap kolektor selama waktu operasional :
1. Volume Total Debit Air :

ΣV=V1 +V2 +V3 +⋯V𝑛

ΣV = 41,33333333 + 40 + 39,33333333 + 43,33333333 + 36,66666667 + 33 + 30


+ 19,33333333 + 19 + 22 + 47,66666667 + 45,33333333 + 45 + 36,66666667 + 39 + 40,66666667 +
31,33333333 + 30 + 17,33333333 + 19,33333333

ΣV = 676,3333333 ml

2. Volume rata-rata debit air


%&
𝑉!"#"$!"#" = '
(6(,000
𝑉!"#"$!"#" = *+

𝑉!"#"$!"#" = 33,817 𝑚𝑙

3. Volume 25% rata-rata debit air


%&!"%
𝑉!"#"$!"#"*,% = ,
)6
𝑉!"#"$!"#"*,% = ,

𝑉!"#"$!"#"*,% = 19,4 𝑚𝑙

4. Debit air
&$%&%'$%&%
𝑄= #
00,2.6
𝑄= .+

𝑄 = 3,382 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

5. Debit air 25%


&$%&%'$%&% !"%
𝑄*,% = #

𝑄*,% = 19,4
𝑄*,% = 19,4 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

6. Keseragaman
5!"%
𝐸𝑈(%) = 5
𝑥 100%
.,)/
𝐸𝑈(%) = 0,02* 𝑥 100%

𝐸𝑈(%) = 0,574 = 𝐸𝑈(%) = 57,4%

Grafik Percobaan 1: Grafik Percobaan 2:

EU (%) EU (%)

83,2% 57,4%

Tinggi tekanan kerja 150cm air Tinggi tekanan kerja 75cm air
4.2 Pembahasan
Irigasi tetes (trickle irrigation) merupakan sistem irigasi yang pemberian airnya melalui
jalur pipa ekstensif biasanya dengan diameter kecil ke tanah dekat tanaman. Pada sistem irigasi
tetes, pemberian air dilakukan dengan menggunakan beberapa nozel yang diletakkan di
permukaan tanah dekat dengan perakaran tanaman. Alat pengeluaran air pada pipa disebut
emitter (penetes) yang mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari penetes, air
menyebar secara horizontal dan vertikal oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada arah
gerakan vertikal oleh gravitasi.
Efisiensi pemakaian air beberapa metode irigasi yang dirancang dengan baik disertai
dengan pengelolaan irigasi yang baik pula yaitu sistem irigasi permukaan 45-80%, sistem
irigasi sprinkler 65-90%, dan sistem irigasi tetes 80-95% (Irmak et Al., 2011). Nilai koefisien
keseragaman air yang rendah menunjukkan terjadi banyak emiter yang tersumbat dan masalah
pada pengatur tekanan dalam jaringan irigasi tetes. Koefisien keseragaman air irigasi
merupakan indikator penting dalam evaluasi kinerja Suatu sistem irigasi dan dipengaruhi oleh
topografi lahan, perancangan hidrolika sistem irigasi seperti halnya Penyumbatan sebagian
atau keseluruhan emiter (Zhu et al., 2010).
Dapat terlihat dari data percobaan diatas yaitu untuk percobaan 1 dengan tinggi tekan
kerja 150 cm air, lalu waktu operasionalnya adalah 10 menit, dan kedalaman putaran
pengaturan debit adalah 0.5 putaran mendapatkan keseragaman nilai dari percobaan pertama
yaitu 83,2%. Lalu pada percobaan kedua dengan tinggi tekan kerja adalah 75 cm air, lalu waktu
operasional adalah 10 menit, dan kedalaman putaran pengatur debit adalah 0.5 putaran, dan
untuk keseragaman nilai dari percobaan kedua adalah 57,4%. Pada percobaan pertama dan
kedua ini memiliki nilai keseragaman yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh
penyumbatan emitter dan distribusi tekanan yang yang tidak merata.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum irigasi tetes didapatkan dalam 2 percobaan yang hasilnya
untuk percobaan 1 dengan tinggi tekan kerja 150 cm air, lalu waktu operasionalnya adalah 10
menit, dan kedalaman putaran pengaturan debit adalah 0.5 putaran mendapatkan keseragaman
nilai dari percobaan pertama yaitu 83,2%. Lalu pada percobaan kedua dengan tinggi tekan kerja
adalah 75 cm air, lalu waktu operasional adalah 10 menit, dan kedalaman putaran pengatur
debit adalah 0.5 putaran, dan untuk keseragaman nilai dari percobaan kedua adalah 57,4%.
Pada percobaan pertama dan kedua ini memiliki nilai keseragaman yang berbeda. Hal ini dapat
disebabkan oleh penyumbatan emitter dan distribusi tekanan yang yang tidak merata.

5.2 Saran
Praktikum irigasi tetes sudah berjalan dengan lancar. Kendala yang dihadapi saat
praktikum adalah saat penggitungan yang perlu ketelitian dalam menganalisis data, agar
diperoleh hasil yang lebih akurat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, R. 1997. Analisis Kinerja Jaringan Irigasi Tetes untuk Budidaya Tanaman Tomat dan
Melon dalam Rumah Kaca dengan Sistem Hidroponik. Skripsi. Jurusan Teknik
Pertanian, IPB, Bogor.

Sapai, Asep. 2006. Irigasi Tetes (Drip/Trickle Irrigation). IPB, Bogor

Atrajingga, R. 2013. Laporan Praktikum Pengolahan Air (Irigasi Tetes). URL :


https://ronyastrajingga.blogspot.com/2013/12/laporan-paktikum-pengolahan-air-
irigasi.html?m=1. Tanggal akses: 25 September 2021

Anda mungkin juga menyukai