Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Pengelolaan sumber daya air dan pemanfaatan yang tepat merupakan
faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan usaha untuk
meningkatkan produksi tanaman, baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Kandungan air dalam tanah merupakan salah satu hal yang
penting pada produksi tanaman. Keberhasilan sistem penanaman akan
tercapai apabila diatur jumlah dan waktu pemberian airnya. Kelebihan dan
kekurangan air juga akan menghambat pertumbuhan dan mempengaruhi
produksi tanaman. Air di dalam pertumbuhan tanaman diperlukan sebagai
media transportasi hara dari dalam tanah ke seluruh bagian tanaman.
Musim penghujan relatif pendek bila dibanding musim kemarau,
keadaan saat ini sangat mempengaruhi teknologi konservasi tanah dan
diperlukan teknik penggunaan air bagi tanaman yang tepat. Pemberian
irigasi yang tidak tepat menjadi penyebab utama rendahnya produktifitas
tanaman. Hal ini terlihat jelas dari sebagian besar tanaman yang mati akibat
terjadinya pembusukan akar yang disebabkan kelebihan air atau kematian
tanaman karena kekurangan air, karena pemberian irigasi sistem tradisional
yang diterapkan petani memberikan air tanpa adanya takaran yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Oleh karena itu, diperlukan pemberian irigasi
tetes yang terkontrol pada tanaman untuk meningkatkan produksi tanaman.
Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah
untuk keperluan penyediaan cairan nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman (Hansen, Israelsen, dan Stringham, 1992). Salah satu
sistem irigasi yang yang memungkinkan untuk mengatur jumlah air sesuai
dengan kebutuhan tanaman adalah sistem irigasi tetes (drip irrigation).
Irigasi tetes sebagaimana didefinisikan oleh Sumarna (1998), merupakan
metode pemberian air dengan debit yang rendah. Sistem irigasi tetes dapat
menghemat pemakaian air karena dapat meminimumkan kehilangan air
yang mungkin terjadi, seperti kehilangan karena perkolasi, evaporasi, dan
aliran permukaan, sehingga irigasi tetes cocok digunakan untuk tanaman
yang bernilai ekonomi tinggi yang dibutuhkan pasar.
Teknik Irigasi Tetes (media pipa paralon PVC dan selang infus)
dilakukan agar produksi tanaman semakin meningkat dan tingkat kematian
tanaman semakin berkurang. Pemberian air pada tanaman harus
memperhatikan kebutuhan air pada tanaman tersebut, apabila air yang
diberikan pada tanaman tersebut berlebihan, maka tanaman tersebut akan
layu dan mati. Hingga awal abad 20, pengembangan irigasi berkelanjutan
merupakan bagian dari pengembangan kemanusiaan.
I.2 TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan berbagai jenis pipa dan sambungan dalam rangkaian irigasi
tetes.
2. Menghitung flowrate keluaran total dari sistem irigasi tetes.
I.3 DASAR TEORI
Pengembangan fisik irigasi (bangunan berikut jaringan irigasi) berada
dalam kedudukan yang sama penting dengan aspek pengelolaan (Sutardjo,
2001). Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah
untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Pemberian air irigasi dapat dilakukan dalam 5 cara:
a. Penggenangan (flooding)
b. Menggunakan alur, besar atau kecil
c. Menggunakan air di bawah permukaan tanah melalui sub irigasi sehingga
menyebabkan permukaan air tanah naik
d. Penyiraman (sprinkling)
e. Sistem cucuran (trickle)
(Hansen dkk, 1992)
Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan
cara mengalirkan air yang sering sampai ke dalam akar. Sistem irigasi tetes
sangat baik digunakan untuk tanaman bunga, sayuran, semak, dan tanaman
rumah kaca, karena sistemnya yang terus menerus mengalirkan air tetes
demi tetes. Penggunaan sistem ini dapat banyak mengemat waktu dan uang,
karena tidak perlu menyiram air secara berlebihan setiap saat yang hal ini
membutuhkan banyak air dan membuat tanaman menjadi rusak.
Irigasi cucuran atau irigasi tetes (drip) terdiri dari jalur pipa yang
ekstensif, biasanya dengan diameter kecil yang memberikan air yang
tersaring langsung ke tanah dekat dengan tanaman. Alat pengeluaran air
pada pipa disebut pemancar (emitter) yang mengeluarkan air hanya
beberapa liter per jam. Air menyebar dari pemancar secara menyamping dan
tegak oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada arah gerakan vertikal
oleh gravitasi. Daerah yang dibatasi pemancar tergantung kepada besarnya
aliran, jenis tanah, kelembaban tanah, dan permeabilitas tanah vertikal dan
horizontal. (Hansen dkk, 1986).
Pada irigasi tetes hanya zona perakaran tanaman yang diberi air dan
dengan pengelolaan yang tepat kehilangan perlokasi dalam menjadi
minimal. Evaporasi dari tanah bisa lebih rendah karena hanya sebagian dari
luasan permukaan tanah yang basah. Kebutuhan tenaga kerja lebih rendah
dan sistem ini dapat dioperasikan secara otomatis. Pengurangan kehilangan
perlokasi dan evaporasi akan menghasilkan penggunaan air yang ekonomis.
Gulma lebih mudah dikendalikan, terutama pada daerah lahan yang tidak
diberi air. Bakteri, hama dan penyakit lain yang tergantung pada lingkungan
lembab dapat dikurangi, karena bagian tanaman yang ada di atas tanah
umumnya kering.
BAB II

PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1 ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Penampung 5. Selang infus
2. Pipa PVC 6. Seng
3. Fitting pipa 7. Gelas ukur
4. Kran 8. Penghitung waktu
B. Bahan
1. Air
II.2 RANGKAIAN ALAT

Gambar 2.1 Rangkaian Alat Instalasi Perpipaan “Irigasi Tetes”


Keterangan:
1. Penampung 5. Pipa pendek
2. Kran pipa panjang 6. Selang infus
3. Kran pipa pendek 7. Seng
4. Pipa panjang 8. Lubang keluaran
II.3 DIAGRAM ALIR

Membuka kran pipa pendek dengan bukaan setengah.

Menunggu hingga air memenuhi seng.

Menghitung volume yang keluar melewati lubang keluaran tiap waktu


tertentu hingga mendapatkan 3 data.

Mengulangi langkah yang sama dengan bukaan penuh.

Mengulangi percobaan untuk pipa panjang.

Gambar 2.2 Diagram Alir Instalasi Perpipaan “Irigasi Tetes”


BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

III.1 HASIL PENGAMATAN


Tabel 2.1 Debit Aliran Pipa Pendek
Bukaan Setengah Bukaan Penuh
1,06 ml/s 6,00 ml/s
1,08 ml/s 5,80 ml/s
1,10 ml/s 6,00 ml/s

Tabel 2.2 Debit Aliran Pipa Panjang


Bukaan Setengah Bukaan Penuh
1,24 ml/s 2,40 ml/s
1,26 ml/s 2,40 ml/s
1,22 ml/s 2,60 ml/s

III.2 PERHITUNGAN
A. Rata-rata Debit Aliran Pipa Pendek
1. Bukaan Setengah
1,06+1,08+1,10
Q= =1,08 ml /s
3
2. Bukaan Penuh
6,00+5,80+6,00
Q= =5,93 ml/s
3
B. Rata-rata Debit Aliran Pipa Panjang
1. Bukaan Setengah
1 , 24+1 , 26+1 ,22
Q= =1 , 24 ml /s
3
2. Bukaan Penuh
2,40+2,40+2,60
Q= =2,46 ml/ s
3
III.3 PEMBAHASAN
Pada praktikum instalasi perpipaan “Irigasi Tetes” digunakan 2 media
distribusi air yang berbeda. Pipa PVC dengan diameter lebih besar untuk
menyalurkan air ke selang infus. Selang infus dengan diameter lebih kecil
berguna untuk pendistribusian air secara merata namun debitnya kecil.
Permodelan praktikum “Irigasi Tetes” ini digunakan untuk menyuplai air ke
tanaman secara terus-menerus dengan debit sedikit, sehingga tanaman tidak
mati karena kelebihan air.
Percobaan ini menggunakan pipa pendek dan pipa panjang dengan
variasi bukaan kran setengah dan penuh. Pada pipa pendek, diperoleh rata-
rata debit aliran untuk bukaan kran setengah 1,08 ml/s dan bukaan penuh
5,93 ml/s. Sementara pada pipa panjang, diperoleh rata-rata debit aliran
untuk bukaan kran setengah 1,24 ml/s dan bukaan penuh 2,46 ml/s.
Untuk kran bukaan setengah pada pipa pendek dan panjang yang
masing-masing 1,08 ml/s dan 1,24 ml/s, selisih debit alirannya tidak terlalu
jauh berbeda. Namun untuk variasi bukaan penuh di mana debit aliran pipa
pendek 5,93 ml/s dan pipa panjang 2,46 ml/s, memiliki selisih yang cukup
besar. Hal tersebut terjadi karena kehilangan tinggi tekan pada pipa panjang
lebih besar sehingga debit aliran saat kran bukaan penuh menjadi kecil.
Faktor utama kehilangan tinggi tekan tersebut adalah panjang pipa yang
digunakan. Faktor lainnya yaitu faktor gesekan pipa, kontraksi tiba-tiba,
ekspansi tiba-tiba, dan tikungan pada kran.
BAB IV

PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN
Dari praktikum Instalasi Perpipaan “Irigasi Tetes” dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Debit rata-rata aliran pipa pendek:
a. Bukaan setengah = 1,08 ml/s.
b. Bukaan penuh = 5,93 ml/s
2. Debit rata-rata aliran pipa panjang:
a. Bukaan setengah = 1,24 ml/s.
b. Bukaan penuh = 2,46 ml/s.
3. Debit aliran dipengaruhi bukaan kran dan panjang pipa. Bukaan yang
lebih kecil akan lebih deras pada pipa yang lebih panjang. Bukaan yang
lebih besar akan lebih deras pada pipa yang lebih pendek.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun. 2021. Petunjuk Praktikum Pemipaan. Yogyakarta: UPN “Veteran”


Yogyakarta.
Rohmad. 2017. Laporan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase Irigasi Tetes.
Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Fakultas Pertanian.
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Sutardjo, Prof. Suprojo Puspo, 2001. Pengembangan Irigasi, Usaha Tani
Berkelanjutan dan Gerakan Hemat Air. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Hansen, V.E., W.I. Orson and E.S. Glen. 1992. Diterjemahkan oleh Tachyan dan
Soetjipto. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi. Edisi 4. Erlangga, Jakarta.
Hansen, V.E., O.W. Israelsen and E.S. Glen. 1992. Dasar-dasar dan Praktek
Irigasi. Erlangga, Jakarta.s

Anda mungkin juga menyukai