Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

IRIGASI DAN DRAINASE

OLEH :

NAMA : MUJAADILA AULYA AQA


NO BP :1810232051
KELAS : TANAH
DOSEN PENJAB : Dr. Ir. APRISAL, MP

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat melakukan
rangkaian praktikum dan menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum ini.
Selanjutnya rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan untuk
orang tua yang senantiasa memberikan dukungan baik berupa motivasi maupun
materi, kepada bapak dosen pengampu praktikum Irigasi dan Drainase ini yang
selalu memberikan ilmu yang bermanfaat dan tak pernah bosan membimbing dan
mengarahkan kami dalam pelaksanaan praktikum maupun dalam penyusunan
laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini masih


terdapat banyak kekurangan, sehingga penulis bersedia menerima kritik dan saran
dari pembaca dan teman-teman. Penulis berharap laporan praktikum ini dapat
menambah pengetahuan penulis maupun pembaca dalam hal Irigasi dan Drainase
dan mampu memenuhi standar tugas akhir dalam praktikum ,amin. Demikian
laporan praktikum ini penulis susun dengan sebaik mungkin. Penulis ucapkan
terima kasih.

Padang, 15 Desember 2020

Mujaadia Aulya AQA

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.............................................................................1

B. TUJUAN..................................................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. BAHAN DAN METODA

A. WAKTU DAN TEMPAT.....................................................................18

B. ALAT DAN BAHAN............................................................................18

C. METODA PRAKTIKUM.....................................................................18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL...................................................................................................19

B.PEMBAHASAN....................................................................................19

BAB V. PENUTUP

A. KESIMPULAN.....................................................................................26

B. SARAN..................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

LAMPIRAN..........................................................................................................28

ii
BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Air merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan semua makhluk


hidup, termasuk tanaman. Tanaman membutuhkan air agar dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik. Air yang dibutuhkan tanaman berasal dari air hujan
maupun air irigasi. Kebutuhan tanaman akan air digunakan untuk mengganti air
yang hilang akibat penguapan, baik penguapan yang melalui permukaan tanaman
maupun permukaan tanah atau evapotranspirasi.

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang


pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah,
irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam
tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi
apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media
(objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya
yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat
kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber
kehidupan.

Usaha pengelolaan dan penyediaan air untuk menunjang kegiatan pertanian


adalah bentuk diperlukan sistem irigasi yang tertata baik. Dalam suatu
pengelolaan sumber daya air dengan perancangan bangunan air diperlukan suatu
informasi yang menunjukan jumlah air yang akan masuk ke bangunan tersebut
dalam satuan waktu yang dikenal sebagai debit aliran. Dengan adanya data debit
tersebut pengendalian air baik dalam keadaan berlebih atau kurang sudah dapat
diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi dampak banjir pada saat debit
maksimum dan kekeringan atau defisit air pada saat musim kemarau panjang.
Debit adalah banyak air yang mengalir persatuan waktu. Secara matematis hal
tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:

Q=AxV
Ket:
Q = debit a, m3/det

1
A = luas penampang lintang air yang mengalir. m2
V = kecepatan aliran air, m/det

B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini untuk Mengukur debit air pada saluran irigasi
dengan metode pelampung.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Saluran irigasi teknis dibangun ditunjukkan dengan adanya sekat sebagai


saluran tempat mengalirnta air. Untuk mengatur volume dan kecepatan air,
saluran harus dibagi-bagi. Adanya kotoran dan sampah yang tertimbun juga dapat
mengganggu aliran air. Saluran air juga dapat membendung jika terjadi banjir
sewaktu-waktu (Wirawan,1991).

Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang
diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air
tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada
suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air
nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air
yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan
penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. (Sudjarwadi 1990).

Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk merancang


sistem irigasi serta mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS.
Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi
neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan
yang ada.

Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat


dilakukan melalui empat katagori ( Gordon et al., 1993):

1.Pengukuran volume air sungai

2. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan


menentukan luas penampang melintang sungai.

3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia ( pewarna) yang


dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method).

4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran debit seperti


weir ( aliran air lambat) atau flume ( aliran cepat).

3
Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang
dimulai setelah bangunan intake / pompa sampai lahan yang diairi (PP No. 20
tahun 2006).

Saluran irigasi terbagi atas 3 jenis yaitu :

a. Saluran Primer

Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan utama ke
saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang akan diairi. Petak tersier adalah
kumpulan petak-petak kuarter, tiap petak kuarter memiliki memiliki luas kurang
lebih 8 s.d. 15 ha. Sedangkan petak tersier memiliki luas antara 50 s.d. 150 ha.

b. Saluran Sekunder

Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran primer ke
petakpetak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.

b. Saluran Tersier

Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap
tersier dari jaringan utama ke dalam petak tersier saluran kuarter. Saluran kuarter
membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier atau parit
sawah ke petak petak sawah. (Herliyani at al, 2012)

Lahan sawah dengan irigasi teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran
pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke
dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah.
Biasanya lahan sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari
saluran primer dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh
pemerintah.

Ciri-ciri irigasi teknis: Air dapat diatur dan diukur sampai dengan saluran
tersier serta bangunan permanennya. Lahan sawah yang memperoleh pengairan
dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya diatur
dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Kadar

4
air tanah yang lebih rendah pada tanah sawah yang diolah sempurna disebabkan
oleh porositas tanah lebih tinggi, sehingga kehilangan air lebih banyak
(Notohadiprawiro, T. 1992)

Pengaruh air irigasi pada tanah yang dialirinya dapat bersifat netral,
implementer, memperkaya ataupun memiskinkan. Air irigasi bersifat netral yaitu
didapatkan pada tanah-tanah yang menerima pengairan dari air yang berasal dan
memlalui daerah aliran yang memiliki jenis tanah yang sama dengan tanah yang
dialiri. Sifat suplementer dijumpai pada tanah yang telah kehilangan unsur-unsur
hara akibat pencucian dan mendapatkan unsur-unsur hara lain dari air irigasi. Air
irigasi bersifat memperkaya tanah apabila kandungan unsur hara akibat dari
pengairan lebih besar jumlahnya daripada unsure hara yang hilang karena paen,
drainase atau pengairan. Pencucian unsur hara dari permukaan kompleks adsorpsi
dan larutan tanah oleh air irigasi bersifat memiskinkan tanah ( Suyana et al, 1999).

Menurut Carlo (2001), waduk merupakan tempat yang digunakan untuk


menyimpan air sebelum diolah baik untuk air minum ataupun keperluan lain,
lazimnya waduk dan danau sebagai tempat penyimpan air dengan kualitas yang
baik.

Penentuan debit air sungai diperlukan untuk mengetahui besarnya air yang
mengalir dari sungai ke laut. Dalam penentuan debit air sungai perlu di ketahui
luas penampang stasiun, yaitu dengan mengukur kedalaman, masing-masing titik
pengukuran (Ongkosongo, 1980).

 Uktoselya (1991) menyatakan bahwa Arus merupakan suatu gerakan air


yang mengakibatkan perpindahan horizontal dan vertikal  masa air. Arus dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan fisik pada sungai dan muara sungai, seperti
pengikisan darat, pemindahan sedimen dan sebagainya. Disamping itu besarnya
volume air yang mengalir dan kuatnya pasang surut, akan mem pengaruhhi
sistema arus pada muara sungai. Pengertian debit adalah satuan besaran air yang
keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan dalam
system satuan SI adalah meter kubik per detik (m3 / detik).

Menurut Asdak (2002), debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk
volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu.
Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam sattuan meter kubik. Debit
aliran juga dapat dinyatakan dalam persamaan Q = A x v, dimana A adalah luas
penampang (m2) dan V adalah kecepatan aliran (m/ detik)

5
BAB III. BAHAN DAN METODA

A. WAKTU DAN TEMPAT


Pelaksanaan praktikum pengukuran debit di saluran terbuka ini
dilaksanakan di Jaringan Irigasi Gunung Nago, Kecamatan Pauh pada hari
Minggu tanggal 12 Desember 2020 pukul 17.00 WIB.

B. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat – alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
buku, alat tulis, Pelampung, meteran, Stopwatch, Kayu dan lainnya.

C. CARA KERJA PRAKTIKUM


a. Dengan mengukur jarak dari titik nol tempat dijatuhkannya pelampung
ke tempat pengambilan pelampung sepanjang 5 m;
b. Menjatuhkan pelampung dari tempat titik nol, kemudian menghidupkan
stopwatch dari mulai pelampung dijatuhkan sampai pada jarak 5 m;
c. Saat pelampung sudah sampai di jarak 5 m, stopwatch dimatikan.
Pelampung diambil dengan cara memegang bagian atasnya, dan bagian
pelampung yang basah diukur.
d. Dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan.

6
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.HASIL

Parameter Saluran Primer


Jarak (m) 5
Waktu Tempuh 1 (s) 8,01
Waktu Tempuh 2 (s) 9,56
Waktu Tempuh 3 (s) 24,43
Debit (m3/s) 1,18

7
B. PEMBAHASAN

Kegiatan pada praktikum kali ini adalah bagaimana mengukur laju debit air
yang terjadi per satuan waktu pengukuran debit air yang dilakukan adalah di
saluran irigasi terbuka dalam hal ini letak irigasi yang terbuka tersebut berada di
Jaringan Irigasi Gunung Nago, Kecamatan Pauh karena sesuai dengan tujuan
praktikum adalah untuk mengetahui debit dan berapa lama waktu yang diperlukan
untuk mengairi luasan sawah berapa banyak air yang dibutuhkan. Metode yang
digunakan dalam mengukur debit air tersebut adalah menggunakan metode
pelampung.

          Suatu kedalaman menyatakan dimana letak dasar perairan, oleh


karena itu menjadi suatu hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
pengukuran debit air. Semakin dalam perairan maka hasil pengamatan yang
didapat jauh. Kedalaman perairan adalah jarak vertical dari permukaan sampai ke
dasar perairan yang biasanya dinyatakan dalam meter.Besar nya debit air yang
mengalir per satuan waktu dipengaruhi oleh luas penampang saluran irigasi dan
kecepatan aliran disaluran.

8
Pengukuran kecepatan aliran airnya tidak sesederhana metode apung, pada
metode ini kedalaman sungai menjadi suatu penentu dalam pengukuran, selain itu
juga sungai harus dibagi ke beberapa bagian untuk mendapatkan kecepatan rata-
rata aliran sungai pada dari bagian tepi dan tengah. Hal yang utama adalah
kedalaman sungai, selain itu juga arus tidak boleh terhalang oleh suatu benda atau
adanya batuan yang menghalangi sebab hal tersebut akan mempengaruhi terhadap
hasil pengamatan. Dan hasil akhir yang didapatkan adalah, setelah melakukan
perhitungan yang didapatkan dan terdapat di tabel hasil adalah nilai debit air pada
Jaringan irigasi Gunung Nago Kecamatan Pauah adalah 1,18m3/s.

        

9
BAB V. PENUTUP

A.KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa  luas
penampang pada saluran sangat mempengaruhi debit air pada saluran tersebut.
Tidak hanya bangunan saluran yang mempengaruhi debit air tetapi juga ada
pengaruh dari keadaan lingkungan sekitar seperti angin kemudian pengaruh
sedimen yang ada didasar saluran irigasi yang juga mempengaruhi debit pada
saluran. Dengan menggunakan metode pelampung, banyak dipengaruhi oleh
faktor lingkungan

B. SARAN

Saran yang dapat diberikan untuk pelaksanaan praktikum selanjutnya


yaitu, diharapkan melakukan pengambilan data dengan sungguh-sungguh, untuk
meminimalisir kesalahan. Juga semoga pelaksanaan praktikum dapat dilaksanakan
kembali dengan dampingan dosen penjab dan asisten, agar memudahkan
praktikan yang tidak mengerti dengan rposedur praktikum.

10
DAFTAR PUSTAKA

Gordon, Judit R.1993. A Diagnostic Approach to Organizational Behavior


Boston: Allyn and Bacon.

Herliyani at al, 2012. Identifikasi Saluran Primer Dan Sekunder Daerah Irigasi
Kunyit Kabupaten Tanah Laut. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Banjarmasin. Jurnal Intekna, Tahun Xii, No. 2: 132 – 139

Notohadiprawiro, T. 1992. Sawah Dalam Tata Guna Lahan. Fakultas Pertanian


UPN. Yogyakarta.

Sudjarwadi, 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik,
UGM, Yogyakarta.

Suyana, at al.1999. Evaluasi Sumbangan Hara dan Kualitas Air dari Irigasi
Bengawan Solo. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Sebelas Maret. Surakarta.

Asdak, Irigasi dan Infiltrasi Tanah. http://wahyuaskari.wordpress.comdiakses


tanggal 14Mei  2014

Carlo, N., 2001. Efek Pengudaraan terhadap Kualitas Air Waduk Tropika.Jurnal


LembagaPenelitianUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta. 3 (1): 1 – 7.

Ongkosongo. 1980. Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian Jawa Timur.

Uktoseya. 1991. Hidrologi Untuk Pengairan. Penerbit PradyaParamita. Jakarta.

11
LAMPIRAN

Gambar Keterangan

Pelampung ditengah

Ditepi

12
Perhitungan

13

Anda mungkin juga menyukai