OLEH :
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.............................................................................1
B. TUJUAN..................................................................................................3
C. METODA PRAKTIKUM.....................................................................18
A. HASIL...................................................................................................19
B.PEMBAHASAN....................................................................................19
BAB V. PENUTUP
A. KESIMPULAN.....................................................................................26
B. SARAN..................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
LAMPIRAN..........................................................................................................28
ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Q=AxV
Ket:
Q = debit a, m3/det
1
A = luas penampang lintang air yang mengalir. m2
V = kecepatan aliran air, m/det
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini untuk Mengukur debit air pada saluran irigasi
dengan metode pelampung.
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang
diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air
tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada
suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air
nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air
yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan
penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. (Sudjarwadi 1990).
3
Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang
dimulai setelah bangunan intake / pompa sampai lahan yang diairi (PP No. 20
tahun 2006).
a. Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan utama ke
saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang akan diairi. Petak tersier adalah
kumpulan petak-petak kuarter, tiap petak kuarter memiliki memiliki luas kurang
lebih 8 s.d. 15 ha. Sedangkan petak tersier memiliki luas antara 50 s.d. 150 ha.
b. Saluran Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran primer ke
petakpetak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
b. Saluran Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap
tersier dari jaringan utama ke dalam petak tersier saluran kuarter. Saluran kuarter
membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier atau parit
sawah ke petak petak sawah. (Herliyani at al, 2012)
Lahan sawah dengan irigasi teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran
pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke
dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah.
Biasanya lahan sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari
saluran primer dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh
pemerintah.
Ciri-ciri irigasi teknis: Air dapat diatur dan diukur sampai dengan saluran
tersier serta bangunan permanennya. Lahan sawah yang memperoleh pengairan
dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya diatur
dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Kadar
4
air tanah yang lebih rendah pada tanah sawah yang diolah sempurna disebabkan
oleh porositas tanah lebih tinggi, sehingga kehilangan air lebih banyak
(Notohadiprawiro, T. 1992)
Pengaruh air irigasi pada tanah yang dialirinya dapat bersifat netral,
implementer, memperkaya ataupun memiskinkan. Air irigasi bersifat netral yaitu
didapatkan pada tanah-tanah yang menerima pengairan dari air yang berasal dan
memlalui daerah aliran yang memiliki jenis tanah yang sama dengan tanah yang
dialiri. Sifat suplementer dijumpai pada tanah yang telah kehilangan unsur-unsur
hara akibat pencucian dan mendapatkan unsur-unsur hara lain dari air irigasi. Air
irigasi bersifat memperkaya tanah apabila kandungan unsur hara akibat dari
pengairan lebih besar jumlahnya daripada unsure hara yang hilang karena paen,
drainase atau pengairan. Pencucian unsur hara dari permukaan kompleks adsorpsi
dan larutan tanah oleh air irigasi bersifat memiskinkan tanah ( Suyana et al, 1999).
Penentuan debit air sungai diperlukan untuk mengetahui besarnya air yang
mengalir dari sungai ke laut. Dalam penentuan debit air sungai perlu di ketahui
luas penampang stasiun, yaitu dengan mengukur kedalaman, masing-masing titik
pengukuran (Ongkosongo, 1980).
Menurut Asdak (2002), debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk
volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu.
Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam sattuan meter kubik. Debit
aliran juga dapat dinyatakan dalam persamaan Q = A x v, dimana A adalah luas
penampang (m2) dan V adalah kecepatan aliran (m/ detik)
5
BAB III. BAHAN DAN METODA
6
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
7
B. PEMBAHASAN
Kegiatan pada praktikum kali ini adalah bagaimana mengukur laju debit air
yang terjadi per satuan waktu pengukuran debit air yang dilakukan adalah di
saluran irigasi terbuka dalam hal ini letak irigasi yang terbuka tersebut berada di
Jaringan Irigasi Gunung Nago, Kecamatan Pauh karena sesuai dengan tujuan
praktikum adalah untuk mengetahui debit dan berapa lama waktu yang diperlukan
untuk mengairi luasan sawah berapa banyak air yang dibutuhkan. Metode yang
digunakan dalam mengukur debit air tersebut adalah menggunakan metode
pelampung.
8
Pengukuran kecepatan aliran airnya tidak sesederhana metode apung, pada
metode ini kedalaman sungai menjadi suatu penentu dalam pengukuran, selain itu
juga sungai harus dibagi ke beberapa bagian untuk mendapatkan kecepatan rata-
rata aliran sungai pada dari bagian tepi dan tengah. Hal yang utama adalah
kedalaman sungai, selain itu juga arus tidak boleh terhalang oleh suatu benda atau
adanya batuan yang menghalangi sebab hal tersebut akan mempengaruhi terhadap
hasil pengamatan. Dan hasil akhir yang didapatkan adalah, setelah melakukan
perhitungan yang didapatkan dan terdapat di tabel hasil adalah nilai debit air pada
Jaringan irigasi Gunung Nago Kecamatan Pauah adalah 1,18m3/s.
9
BAB V. PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa luas
penampang pada saluran sangat mempengaruhi debit air pada saluran tersebut.
Tidak hanya bangunan saluran yang mempengaruhi debit air tetapi juga ada
pengaruh dari keadaan lingkungan sekitar seperti angin kemudian pengaruh
sedimen yang ada didasar saluran irigasi yang juga mempengaruhi debit pada
saluran. Dengan menggunakan metode pelampung, banyak dipengaruhi oleh
faktor lingkungan
B. SARAN
10
DAFTAR PUSTAKA
Herliyani at al, 2012. Identifikasi Saluran Primer Dan Sekunder Daerah Irigasi
Kunyit Kabupaten Tanah Laut. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Banjarmasin. Jurnal Intekna, Tahun Xii, No. 2: 132 – 139
Sudjarwadi, 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik,
UGM, Yogyakarta.
Suyana, at al.1999. Evaluasi Sumbangan Hara dan Kualitas Air dari Irigasi
Bengawan Solo. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Sebelas Maret. Surakarta.
11
LAMPIRAN
Gambar Keterangan
Pelampung ditengah
Ditepi
12
Perhitungan
13