OLEH
FAKULTAS TEKNIK
PRODI SIPIL
2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmatnya saya dapat menyelesaikan Makalah “ Sistem Jaringan Irigasi ", tanpa halangan suatu
apapun.
Dengan tersusunya makalah ini saya berharap dengan makalah ini bisa membuat saya
dapat nilai yang baik dan juga tugas ini semoga dapat berguna dalam proses perkuliahan dan
berguna bagi si pembacanya.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para
pembaca semua dan juga mudah mudahan makalah yang saya susun ini dapat bermanfaat bagi
pembaca semua dan dapat meningkatkan prestasi si penulis dan si pembaca .
Penulis
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sehubungan dengan hal tersebut, air memegang peranan penting dalam usaha
pembudidayaan tanaman pangan. Air merupakan unsur penting bagi tanaman, karena proses
pengambilan unsur hara oleh tudung akar hanya bisa berlangsung apabila ada air yang cukup di
zona akar. Melalui proses transpirasi air mengalir dari zona akar keseluruh bagian tanaman,dan
aliran tersebut mendistribusikan unsur hara keseluruh bagian tanaman (Ginting, 2014).
Berdasarkan hal tersebut ketersediaan air di areal pertanian menjadi salah satu jaminan
ketersediaan pangan untuk meningkatkan produksi pangan nasional.
Kebutuhan air bagi tanaman padi dipenuhi melalui teknik irigasi yang umumnya
bersumber dari sungai, air tanah, waduk, dan sistem pasang surut. Untuk mengalirkan air dari
sumbernya (intake) ke areal persawahan diperlukan saluran irigasi. Air tidak begitu saja dapat
dialirkan kepetak-petak sawah, melainkan harus melalui suatu sistem jaringan irgasi. Pemberian
air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan
prasarana irigasi yang memadai berupa: bendungan, saluran primer dan sekunder, kotak bagi,
bangunan-bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran Tingkat Usaha Tani (TUT). Pada
akhir tahun 2010 luas sawah di Indonesia adalah sekitar 8 juta hektar. Dari total luas tersebut,
hanya 57% diantaranya yang memiliki sarana irigasi, selebihnya adalah sawah pasang surut dan
sawah tadah hujan.
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok yakni :
Bangunan-bangunan utama (head works) dimana air diambil dari sumbemya, umumnya
sungai atau waduk.
Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air ke petak-petak tersier.
Petak-petak tersier dengan sistim pembagian air dan sistim pembuangan kolektif; air
irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam
suatu sistim pembuangan dalam petak tersier.
Sistim pembuangan yang ada diluar daerah irigasi untuk membuang
kelebihan air ke sungai atau saluran-saluran alamo
a) Petak Primer
Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil aimya langsung dari
sumber air, biasanya sungai. Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang
mengambil air langsung dari saluran primer. Oaerha-daerah irigasi tertentu
mempunyai dua saluran primer, ini menghasilkan dua petak primer.
b) Petak Sekunder
Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder. Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang
kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas,
misal saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbedabeda tergantung pada
situasi daerah.
c) Petak Tersier
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap
(off take) tersier.
Petak tersier harns terletak langsung berbatasan langsung dengan saluran
sekunder atau saluran primer, kecuali apabila petak-petas tersier tidak secara
langsung terletak disepanjang jaringan saluran irigasi utama.
Petak tersier mempunyai batas-batas yang jelas misalnya : parit, jalan, batas desa
dan sesar medan.
Bentuk optimal suatu petak tersier bergantung pada biaya minimum pembuatan
saluran, jalan dan box bagi. Apabila semua saluran kuarter diberi air dari satu saluran
tersier, maka panjang total jalan dan saluran menjadi minimum. Dengan dua saluran
tersier untuk areal yang sarna, maka panjang total jalan dan saluran akan bertambah~
Bentuk optimal petak tersier adalah bujur sangkar, karena pembagian air menjadi
sulit pada petak tersier berbentuk memanjang seperti pada gambar di bawah ini:
Ukuran petak kuarter bergantung kepada ukuran sawah, keadaan topografi, tingkat
teknologi yang dipakai, kebiasaan bercocok tanam, biaya pelaksanaan, sistem
pembagian air dan efisiensi.
Ukuran optimum suatu petak kuarter adalah 8 - 15 ha. Lebar petak akan bergantung
pada cara pembagianair, yakni apakah air dibagi dari satu sisi atau kedua sisi saluran
kuarter. Di daerah-daerah datar atau bergelombang, petak kuarter dapat membagi air
ke dua sisi. Dalam hal ini lebar maksimum petak akan dibatasi sampai 400 m (2 x
200 m). Pada tanah terjal, dimana saluran kuarter mengalirkan air ke satu sisi saja,
lebar maksimum diambil 300 m. Panjang maksimum petak ditentukan oleh panjang
saluran kuarter yang diisinkan (500 m).
3. Batas Petak
Batas-batas petak tersier didasarkan pada kondisi topografi. Daerah ini hendaknya
diatur sebaik mungkin, sedemikian rupa sehingga satu petak tersier terletak dalam
satu daerah administrasi desa agar E & P jaringan lebih baik. Jika ada dua desa di
petak tersier yang sangat luas, maka dianjurkan untuk membagi petak tersier tersebut
menjadi dua petak sub-tersier yang berdampingan sesuai dengan daerah masing-
masing.
Batas-batas petak kuarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan pembuang kuarter
yang memotong kemiringan medan dan saluran irigasi tersier serta pembuang tersier
atau primer yang mengikuti kemiringan medan. Jika mungkin batas-batas ini
bertepatan dengan batas-batas hak milik tanah. Jika batas-batas ini belum tetap, dan
jaringan masih harns dikembangkan, dipakai kriteria umum.
4. Kondisi Medan
Tipe-tipe medan dapat diklasifikasikan sbb :
Tipe medan Kemiringan
Medan terjal Diatas 26%
Medan bergelombang 0,25 – 2%
Medan berombak 0,25 – 2% pada umumnya kuirang dari 1%.
Ditempat tertentu mungkin lebih besar
Medan sangat dasar < 0,25%
Gambar 2.3. memperlihatkan situasi dimana sepasang saluran tersier mengambil air
dari saluran primer dikedua sisi saluran sekunder.
Gambar 2.4. menunjukkan situasi umum lainnya dengan suatu bangunan sadap
tersier saja. Saluran tersier mengikuti kemiringan medan dari box bagi pertama dan
biasanya diberi pasangan.
Gambar 2.3. Skema layout petak tersier pada medan terjal (1)
Gambar 2.4.Skema layout petak tersier pada medan terjal (2)
Pada gambar 2.3. saluran tersier paralel dengan saluran sekunder pada satu sisi dan
memberikan aimya ke saluran kuarter garis tinggi melalui box bagi disisi lainnya.
Pada gambar 2.4. saluran tersier dapat memberikan airnya ke saluran kuarter di
kedua sisi. Paling baikjika saluran tersier ini samajauhnya dari batas-batas petak
tersier, sehingga memungkinkan lua spetak kuarter dibuat kira-kira sama. Petak-
petak semacam ini biasanya mempunyai ujung runcing, yang memerlukan saluran
kwarter yang mengikuti kemiringan medan. Karena saluran tersier semacam ini
memerlukan pasangan dan biaya pembuatannya mahal, maka sebaiknya dibuat
minimum; sebaiknya satu saluran per petak terseier.Pada medan yang sangat curam,
sebaiknya dipakai flume (beton bertulang).
Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber yang memberi
air pada bangunan utama) kejaringan irigasi primer.
Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier yang
terletak diseberang petak tersier lainnya.
b. Dimensi Saluran
Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampung trapesium adalah bangunan
pembawa yang paling umum dipakai dan ekonomis. Saluran tanah sudah umum
dipakai untuk saluran irigsi karena biayanya jauh lebih murah dibandingkan dengan
saluran pasangan. Untuk merencanakan kemiringan saluran mempunyai asumsi-
asumsimengenai parameter perhitungan, yang terlihat seperti tabel berikut ini :
Tabel 2.1 Parameter Perhitungan Untuk Kemiringan Saluran
Dimana
: k = koefisien kekasaran Strickter
m = Kemiringan Talud
n = perbandingan lebar dasar saluran dengan kedalaman air.
Dengan informasi ini dimensi saluran dapat dihitung dengan cara dibawah ini :
RumusStrickler: V = k.R3/2 I1/2
Dimana : Q = debit rencana, m3/dt.
V = kecepatanpengaliran,mldt.
k = koef. Kekasaran strickler.
I = kemiringan dasar saluran( rencana)
n = b/h
A = bh + m h2
= h2 (n + m)
P = b + 2h√ 1+m²
=h (n + 2√ 1+m²
R= A/P
b = lebar dasar saluran,m
h = tinggi air,m
Untuk menghitung h dan b digunakan cara coba-coba.
Perhitungan :
Andaikan kedalaman air h =ho
Hitunglah kecepatan yang sesuai (Vo)
Hitunglah luas basah yang diperlukan (Ao) =Q/Vo
Dari Ao Hitunglah kedalaman air yang barn (hI)
Bandingkan hI dengan ho :
Jika hI - ho < 0,005 > maka hI = h rencana
Jika hI - ho > 0,005 > maka ambillah hI sebagai kedalaman air
andaian yang barn dan hitunglah kembali prosedur tersebut sampai hI - ho <
0,005.
Perbandingan antara b dan h, kecepatan air dan kemiringan talud tergantung dari
debit seperti terlihat dalam tabel berikut :
d. Jaringan Pembuang
Pada umumnya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah yang
kesemuanya akan diberi nama.
Apabila ada saluran-saluran pembuang primer baru yang akan dibuat, maka
saluran-saluran itu harud diberi nama tersendiri. Jika saluran pembuang dibagi
menjadi ruas-ruas maka masing-masing ruas akan diberi nama mulai dari ujung
hilir.
Pembuang sekunder pada umumnya bempa sungai atau anak sungai yang lebih
kecil. Beberapa diantaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa dipakai, jika
tidak sungai tersebut akan ditunjukan dengan sebuah hurnf d (d =drainase).
Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkeeil dan akan dibagi-bagi
menjadi mas-mas dengan debit seragam, masing-masing diberi nomor seri sendiri-
sendiri (lihat gambar 2.13).
c. Perhitungan Hidrolis
Skot balk dan pintu :
Q = μ bh√ 2 gz → b dapat dihitung
Dimana: Q = debit saluran (m3/dt)
μ = 0,85 b = lebar pintu (m)
h = dalam air pada pintu (m)
z = tinggi tekanan (m)
Stabilitas Skot balk dan pintu-pintu diperhitungkan kekuatannya, terhadap tekanan
air :
M
T= →T < F
W
Tembok sayap diperhitungkan terhadap guling dan gerser.
Mt
F=
GULING : Mg
Dimana: F = faktor keamanan(1,5 - 2)
Mt = momenpenahan(Kg m; Ton m)
Mg = momenguling(Kg m; Ton m)
f . ΣV
F=
GESER : Σ. H
Dimana: F = faktor keamanan
f = koefisiengeser
ΣV = jumlah gaya vertikal(Kg; ton)
ΣH = jumlah gaya horizontal (Kg; ton)
Koeflsien kekasaran
2. Bangunan Sadap
a. Bangunan Sadap Tersier
Bangunan sadap tersierharns diberi pintu romijn karena kehilangan
energinya terbatas. Karena tipe pintu harns sarna maka bangunan sedap sekunder
juga harns diberi pintu Romijn.
Agar pintu Romijn marnpu memberikan keuntungan-keuntungan
ekonomis dimensinya harns distandarisasi. Dimensi standar yang penting adalah
lebar alat ukur itu dan kedalaman aliran maksimum pada muka air rencana.
Debit rencana untuk contoh petak tersier 140 It/dt akan dipakai tipe I alat
ukur Romijn.Muka air rencanapada alat ukur tersebut adalah Q70.
Elevasi dasar (BL) pintu dapat ditentukan sebagai berikut :
BL = hQ70 - (0,81 + V)
= hQ70 - (0,81 + 0,31)
dimana :
hQ70 = tinggi M.A. rencana pada Q70
Tipe
Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), untuk in
tinggi energi hulu lebih keeil dari panjang mereu. Karena pola aliran di atas alat
ukur ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada
sekarang, maka bangunan ini bisa mempunyai bentuk yang berbeda-beda,
sementara debitnya tetap serupa.
Juga penggunaan peralihan masuk. bermuka bulat atau datar dan peralihan
penyempitantidak mempunyaipengaruh apa-apa terhadap kalibtasi. Permukaan-
permukaan ini harus mengarahkan aliran ke atas mercu alat ukur tanpa kontraksi
dan pemisahan aliran. Aliran diukur di atas mercu datar alat ukur horizontal.
Perencanaan Hidrolis
Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi
empat adalah :
2
Q=C d .C 2 V 2/ 3 . V g . bc . h1,5
1
v
Gambar 2.14 Alat ukur ambang lebar dengan mulut pemasukan yang dibulatkan
Gambar 4.15 Alat ukur ambang lebar dengan pemasukan bermuka datar dan peralihan
penyempitan
Harga koefisien kecepatan datang dapat dieari dari Gambar 4.16 yang
memberikan harga-harga Cv untuk berbagai bentuk bagian pengontrol.
Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar bentuk trapesium adalah :
dimana :
Bc = lebar mercu pada bagian pengontrol, m
yc = kedalaman air pada bagian pengontrol, m
m = kemiringan samping apda bagian pengontrol, (l,m)
Gambar 2.17, memberikan ilustrasi arti simbol-simbol yang digunakan
oleh kedua tipe alat ukur ambang lebar ini.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki alat ukur ambang lebar adalah :
Bentuk hidrolis luwes dan sederhana.
Konstruksi kuat, sederhana dan tidak mahal.
Benda-benda hanyut bisa dilewatkan dengan mudah.
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki alat ukur ambang lebar adalah :
Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangunan pengukur saja.
Agar pengukuran teliti, aliran tidak boleh tenggelam
b. Alat Ukur Romijn
Pintu romijn adalah alat ukur ambang lebar yang bisa dipergunakan untu~
mengatur dan mengukur debit di dal.amjaringan saluran irigasi. Agar dapa.t
bergerak, mercunya dibuat dari pelat baja dan dipasang di atas pintu sorong. Pintu
sorong ini dihubungkan dengan alat pengangkat.
Sejak pengenalannya pada tahun 1932, pintu remijn telah dibuat dengan tiga
bentuk mercu yaitu :
Bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk peralihan penyempitan
hulu (gbr. 4.18.a)
Bentuk mercu miring ke atas 1 : 2,5 dan lingkaran tunggal sebagai peralihan
penyempitan (gbr. 4.18.b). Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai
peralihan penyempitan (gbr. 2.18.c).
Perencanaan Hidrolis
Dilihat dari segi hidrolis, pintu romijn dengan mercu horizontal dan
peralihan penyempitan lingkaran tunggal adalah serupa dengan alat ukur' ambang
lebar yang telah dibicarakan di atas. Untuk kedua hubungan tersebut persamaan
antara tinggi dan debit adalah :
Gambar 2.16 Cv
sebagaifungsi
perbandingan CdA*/AI
Q=C d C v
dimana :
√
2 2
g. b h 1,5
3 3 c 1
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit (0.93 + 0.10 H/L)
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan grafitasi, mldt2 (9,81)
bc = lebar meja, m
hI = tinggi energi hulu di atas meja, m
Alat ukur romijn adalah bangunan pengukur dan pengatur serba bisa yang dipakai
di Indonesia sebagai bangunan sadap tersier. Untuk itu tipe standar paling kecil
(lebar 0,5 m) adalah yang paling cocok. Tetapi alat ukur ini dapat juga dipakai
sebagai bangunan sadap sekunder.
Eksploitasi bangunan ini sederhana dan kebanyakan juru pintu telah terbiasa
dengannya. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu bawah yang dapat
disalahgunakan jika pengawasan kurang.
Perencanaan Hidrolis
Rumus debit untuk alat ukur crump-de gruyter adalah
Q = Cd.b.w√ 2g (h1-w)
dimana :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit, (0,94)
b = lebar bukaan, m
w = bukaan pintu, m (w < 0,63 h1)
g = pereepatan grafitasi, mldt2 (9,81)
hI = tinggi air di atas ambang, m .
Tinggi rencana tanggul (Hd) akan merupakan jumlah tinggi muka air rencana
(H) dan tinggi jagaan (Hf). Ketinggian yang dibuat termasuk longgaran untuk
kemungkinan terjadi penurunan (Hs), yang akan bergantung pada pondasi
serta bahan yang dipakai dalam pelaksanaan. Tinggi muka air rencana yang
sebenarnya didasarkan pada profit permukaan air.Tinggijagaan (Hf)
merupakan longgaran yang ditambahkan untuk tinggi muka air yang diambil,
termasuk tinggi gelombang. Tinggi minimum jagaan tanggul sebaiknya
diambil 0,60 m.
Untuk tanggul tanah yang direncanakan guna mengontrol kedalaman air < 1,5
m, lebar atas minimum tanggul dapat diambil 1,5 m. Jika kedalaman air
yangakan dikontrollebih dari 1,5 m, maka lebar atas minimum
sebaiknyadiambil 3 m. Lebar atas diambilsekurang-kurangnya 3 m jika
tanggul dipakai untuk jalur pemeliharaan
Pada tabel dibawah ini diberikan harga-harga kemiringan talud, penggunaan
harga itu dianjurkan untuk tanah homogen pada pondasi stabil yang tingginya
kurang dari 5 m. Jika pondasi tanggul tingginya kurang dari 5 m. Jika pondasi
tanggul terdiri dari lapisan lulus air atau lapisan yang rawan terhadap erosi
bawah tanah (piping), maka harus dibuat parit halang yang kedalamannya
sampai 1/3 dari kedalaman air (lihat gambar 2.20).
Tanggul yang tingginya lebih dari 5 meter harus dicek stabilitasnya dengan
metode stabilitas tanggul yang dianggap sesuai. Apabila tanggul melintas
saluran lama maka tanggul harus diperbesar bagian samping luar.Lebar
tarnbahanini sekurang-kurangnyasarnadengan tinggi tanggul (Hd) di atas
elevasi tanah' asli, bagian atas dasar yang diperlebar sebaiknya tidak kurang
dari 0,3 meteri di atas elevasi tanah asli serta kemiringannya hams cukup agar
air dapat leimpah di atas tanggul. Kerniringantimbunan tambahan tidak boleh
lebih curarn dari kemiringan asli tanggul (lihat gambar 2.21).
Untuk tanggul dengan kedalaman air rencana (H pada gambar 2.20) lebih dari
1,5 meter maka tempat galian bahan harus cukup jauh dari tanggul agar
stabilitas dapat dijamin.
Jika tanggullebar atas yang kedl maka bahan tambahan hams cukup lebar
guna mengakomodasi jalur pemeliharaan selama muka air mencapai ketinggi
kritis.
Fasilitas pembuang harus disediakan untuk tanggul yang menahan air dalam
jangka waktu yang lama (tanggul banjir biasanya tidak diberi pembuang).
Pembuang terdiri dari :
i. Parit dipangkal tanggul.
ii. Saringan pemberat yang direncanakan sebagai pembuang pangkal tanggul
maupun sebagai selimut perencanaan filter (lihat gambar 2.23).
Lindungan lereng terhadap erosi o1ehaliran air baik yang berasal dari hujan
maupun sungai biasanya bempa tipe-tipe sebagai berikut :
i. Rumput.
ii. Pasangan batu kosong.
iii. Pasangan (lining).
iv. Bronjong.
Sedangkan pintu sorong dengan bukaan lebar biasanya dibuat dari kayu yang
lebih murah untuk ukuran. Aliran yang terjadi pada pintu sorong terlihat pada
gambar. 4.24.
Pintu keluar (outlet), pembuang adalah pintu khusus karena harus dapat
menghalangi air yang telah dibuang agar tidak mengalir kembali ke daerah
semula, jika muka air diluar lebih tinggi dari muka air di dalam pembuang.
Keadaan ini dapat terjadi pada pembuangan ke sungai pada waktu sungai banjir
atau pembuangan ke laut yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.
Perencanaan Hidrolis
Q = Kμab√ 2ghI
Dimana :
Q = debit, m3/dt.
K = faktor aliran tenggelam
Μ = koefisien debit
A = bukaan pintu, m
B = lebar pintu, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (s 9,8)
hI = kedalaman air didepan pintu diatas ambang, m
Lebar standar untuk pintu pembukaan bawah (Underwice) adalah 0.50, 0.75,
1.00, 1.25 m. Kedua ukuran yang terakhir memerlukan dua stang pengangkat.
c. Bangunan-bangunan Lain
Bangunan-bangunan lain adalah bangunan yang dibangun disepanjang saluran
untuk :
Pengamanan sebelum terjadi situasi yang berbahaya.
Memperlancar aliran di saluran tanpa merusakkan lereng.
Untukmenciptakan alternatif agar air bisa dipakai untuk ternak.
Peralatan Pengamanan
Peralatan pengamanan dimaksudkan untuk mencegah orang atau temak yang
masuk ke saluran atau membantu keluar orang-orang dengan sengaja merusak
kedalaman saluran.Peralatanpengamanan yang dapat dipakai adalah pagar,
pengaman standar, tanda bahaya, kisi-kisi penyaring, tangga dan penggalang di
depan lobang masuk pipa.
Tempat Cud
Tempat cuci yang berupa tangga pada tanggul saluran akan memungkinkan
penduduk yang tinggal di daerah dekat saluran untuk mencapai air saluran
dengan menyediakan tempat-tempat cuci berarti mencegah penduduk agar
mereka tidak membuat fasilitas-fasilitas sendiri dengan cara merusak atau
menghalangi saluran.
d. Pencegahan Rembesan
Rembesan terjadi apabila bangunan hams mengatasi beda tinggi muka air dan
jika aliran yang diakibatkannya meresap masuk ke alam tanah disekitar
bangunan.
Aliran ini mempunyai pengamh yang merusakan stabilitas bangunan karena
tersangkutnya bahan-bahan halus dapat menyebabkan erosi bawah tanah. Jika
erosi bawah tanah sudah terjadi maka terbentuklah jalan rembesan antara
bagian hulu dan hilir bangunan. Ini biasanya mengakibatkan kerusakan akibat
terkikisnya tanah pondasi.
Dinding halang ditempatkandibawah dan di kedua sisi bangunan sedapat
mungkin harus dapat menanggulangi beda tinggi energi yang besar seperti ;
bangunan terjun, bangunan pengatur dan pintu, bangunan seperti pipa,
gorong-gorong dan pipa shipon sangat memerlukan dinding penghalang
disekitar pipa untuk mencegah terjadinya rembesan di sepanjang pipa bagian
luar (lihat gambar 2.25)
Gambar 2.25. Contoh Dinding Halang
Koperan
Koperan dibuat di ujung lapis berat saluran atau bangunan. Koperan mempunyai
dua fungsi.
Lindungan terhadap erosi.
Lindungan terhadap aliran rembesan yang terkonsentfasi.
Koperan dibuat pada kedalaman minimum 0,60 m (lihat gambar 4.26)
Filter
Filter diperlukan untuk mencegah kehilangan bahan akibat aliran air. Filter dapat
dibuat dengan : Campuran pasir dan kerikil yang bergradasi baik. Dengan kain
sintetis atau ijuk. Kombinasi keduanya (lihat gambar 4.27)
Lubang Pembuang
Lubang pembuang dapat dibuat untuk membebaskan tekanan air dari belakang
dinding (penahan) dan dibawah lantai.Lobang pembuang sebaiknya
dipertimbangkan dalam perhitungan perencanaan, karena kapasitasnya untuk
membebaskan tekanan tergantung kepada banyaknya parameter yang belum
diketahui dan sangat lokal sifatnya (liath gambar 2.28)