Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN HUKUM PEMBANGUNAN


“UPAH BURUH”

OLEH
Kelompok 3 Sipil A

1. Bernadeta Barek (022200012)


2. Maria Elisabeth Botu (022200030)
3. Kalista Nolana Ledy (022200007)
4. Apolonarius Minggu (022200009)
5. Diana Asti Ratna Kabho (022200020)
6. Roinonsius Nerius Gala (022200026)
7. Faustunua Hubertus Kleruk (022200003)
8. Margaretha Apolonia (022200027)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA NIPA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Pendidikan Anti Korupsi dan Hukum
Pembangunan yang berjudul “UPAH BURU” ini tepat pada waktunya.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas serta menamba
wawasan upah buruh bagi para pembaca juga bagi penulis.

Dan terima kasih untuk dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi dan
Hukum Pembangunan, teman-teman serta keluarga yang sudah mendukung kami dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masi banyak kekurangan dalam
penyusunanan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.Untuk itu
kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Maumere, 18 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1

1.1. Rumusan Masalah....................................................................................................... 2

1.2. Tujuan dan Manfaat.................................................................................................... 3

BAB II. PEMBAHASAN............................................................................................................ 4

2.1 Pengertian Upah ......................................................................................................... 4


2.2 Dasar Penetapan Upah................................................................................................ 5
2.3 Komponen Upah......................................................................................................... 5
2.4 Jenis – Jenis Upah....................................................................................................... 6
2.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Upah.................................................. 7
2.6 Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan..................................................... 9
2.7 Pendapatan Non-Upah.............................................................................................. 12

BAB III. PENUTUP.................................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 14
3.2 Saran............................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Upah bagi para pekerja merupakan faktor penting karena merupakan sumber untuk
membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang berpendidikan upah
merupakan hasil investasi (rate of return) sumber daya manusia pada dirinya, dan bagi para
kelompok tertentu upah melambangkan status social dan esteem bagi pekerja. Bagi
pengusaha, upah dan keseluruhan biaya tenaga kerja (labour cost) merupakan biaya yang
menentukan kelangsungan perusahaan dan mempengaruhi return of investment; reivestasi
dari sebagian pendapatan yang akan menentukan penyerapan tenaga kerja dimasa
mendatang. bagi pemerintah, upah merupakan variabel ekonomi makro seperti inflasi,
kesempatan kerja, pengangguran, pemerataan pendapatan, dan pertumbuhan secara umum.

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan
dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Tujuan penetapan upah minimum adalah
untuk meningkatkan taraf hidup pekerja sesuai dengan kebutuhan hidupnya, oleh karena itu
penetapan upah minimum didasarkan atas Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Pada
kenyataannya upah yang diterima oleh tenaga kerja di sebagian besar provinsi adalah lebih
rendah bila diban

dingkan dengan Kebutuhan Hidup Layak. Kenaikan harga akan berakibat pada
kenaikan Kebutuhan Hidup Layak dan selanjutnya akan meningkatkan upah minimum.
Dilihat dari sisi perusahaan, upah adalah biaya, yang selanjutnya akan dibebankan kepada
konsumen melalui harga. UMP biasanya digunakan sebagai acuan untuk menetapkan upah
pekerja di sektor formal, oleh karena itu kenaikan UMP yang lebih tinggi daripada
produktivitas pekerja akan merugikan perusahaan karena dapat menaikkan biaya produksi.
Biaya produksi yang tinggi berarti harga output menjadi tidak bersaing, dan pada gilirannya
perusahaan akan mengurangi outputnya. Penurunan output selanjutnya akan menurunkan

1
penggunaan faktor produksi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang berpendidikan
rendah. Pemberian upah yang adil dan setimpal akan memicu kinerja yang dilakukan oleh
buruh, mereka akan bersemangat ketika upah seimbang dengan apa yang sudah mereka
kerjakan. Upah yang seimbang akan memotivasi pekerja untuk lebih maksimal bekerja di
perusahaan tersebut pastinya mempunyai pengaruh juga bagi pendapatan perusahaan.
Pemberian upah berguna untuk output dan efisien, perusahaan harus menyadari akan
berbagai kesulitan yang timbul dari sistem pengupahan intensif. Sistem pengupahan
merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan ditetapkan agar dapat meningkatkan
kesejahteraan pekerja. Pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan kepada tiga
fungsi upah, yaitu:

a) menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya;


b) mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang;
c) menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas pekerja.

Selanjutnya beberapa ekonom melihat bahwa penetapan upah minimum akan


menghambat penciptaan lapangan kerja. Kelompok ekonom lainnya dengan bukti empirik
menunjukkan bahwa penerapan upah minimum tidakselalu identik dengan pengurangan
kesempatan kerja, bahkan akan mampu mendorong proses pemulihan ekonomi.

Disamping itu upah merupakan kebijakan ekonomi sosial dan politik. sebagian
instrument, efektivitasnya sangat tergantung pada situasi ekonomi dan pasar kerja
daerah/sektor (Swasono, Yudo dan Sulistyaningsih, 1983: 113-116). UMR merupakan salah
satu kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi berupa kebijakan non moneter dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas. UMR ini
merupakan keputusan mentri tenaga kerja No. PER – 01/MEN/1996 dan baru berlaku pada
awal Januari 1996 (Kansil, 2001 : 488). Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi
sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan menyonsong era
globalisasi. Salah satu indikator tingkat kualitas keterampilan tenaga kerja dapat dilihat
pada tingkat pendidikan pekerja.

1.2. Rumusan Masalah


A. Apa yang diketahui tentang upah?

2
B. Apa saja dasar penetapan upah?
C. Apa saja komponen upah?
D. Apa saja jenis – jenis upah
E. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat upah?
F. Apa saja perah pemerintah dalam bidang ketenaga kerjaan?
G. Apa saja yang termasuk dalam pendapatan non-upah ?
1.3. Tujuan dan Manfaat
A. Untuk mengetahui apa itu upah!
B. Untuk mengetahui apa saja dasar penetapan upah!
C. Untuk mengetahui apa saja komponen upah!
D. Untuk mengetahui apa saja jenis – jenis upah!
E. Untuk mengetahui apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat upah!
F. Untuk mengetahui apa saja perah pemerintah dalam bidang ketenaga kerjaan!
G. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam pendapatan non-upah !

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Upah


Menurut Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,upah
didefinisikan sebagai hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan
dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundangundangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 Tentang
Pengupahan pasal 1 ayat (1), upah didefinisikan sebagai hak pekerja/buruh yang diterima
dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan, atau peraturan perundangundangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh
dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Sedangkan menurut Muchdarsyah Sinungan, upah kerja adalah pencerminan
pendapatan nasional dalam bentukupah uang yang diterima oleh buruh sesuai dengan
jumlah dan kualitas yang dicurahkan untuk pembuatan suatu produk. Selain pendapat di
atas, ada beberapa pengertian lain tentang upah, menurut Sadono Sukirno, upah adalah
pembayaran atas jasa-jasa fisik yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha.
Sementara menurut Malayu SP. Hasibuan, upah adalah balas jasa yang dibayarkan
kepada para pekerja harian dengan berpedoman atas perjanjian yang disepakati
membayarnya.
Dari beberapa definisi tentang upah di atas maka dapat disimpulkan bahwa, upah
merupakan imbalan yang diterima oleh pekerja dari pengusaha atas jasa yang diberikan
untuk perusahaan berdasarkan lamanya jam keja dan jumlah produk yang dihasilkan, serta
adanya kesepakatan antara pekerja dan pengusaha dalam menentukan besaran upah.

4
2.2 Dasar Penetapan Upah
Berdasarkan pasal 88B ayat (1) UU 13/2003 jo. UU 11/2020 dan pasal 14 PP 36/2021,
upah ditetapkan berdasarkan satuan waktu dan satuan hasil. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
1. Berdasarkan satuan waktu:
a) Upah per jam (pasal 16 PP 36/2021):
1) Penetapan Upah per jam hanya dapat diperuntukkan bagi Pekerja/Buruh yang
bekerja secara paruh waktu. Yang dimaksud dengan "bekerja secara paruh
waktu" adalah bekerja kurang dari 7 jam 1 hari dan kurang dari 35 jam 1
minggu.
2) Upah per jam dibayarkan berdasarkan kesepakatan antara Pengusaha dan
Pekerja/Buruh. 
3) Kesepakatan tersebut tidak boleh lebih rendah dari hasil perhitungan formula
Upah per jam sebagai berikut: Upah per jam = Upah sebulan : 126 
Catatan: Angka 126 merupakan angka penyebut yang diperoleh dari hasil
perkalian antara 29 jam (median jam kerja pekerja paruh waktu tertinggi dari
seluruh Provinsi dalam 1 minggu) dengan 52 minggu (jumlah minggu dalam 1
tahun) kemudian dibagi 12 bulan
b) Upah harian (pasal 17 PP 36/2021), dalam hal Upah ditetapkan secara harian,
perhitungan upah sehari sebagai berikut:
1) Bagi Perusahaan dengan sistem waktu kerja 6 hari dalam seminggu, upah
sebulan dibagi 25, atau 
2) Bagi Perusahaan dengan sistem waktu kerja 5 hari dalam seminggu, upah
sebulan dibagi 21.
c) Upah bulanan 
2. Berdasarkan satuan hasil (pasal 18 dan 19 PP 36/2021):
a) Ditetapkan sesuai dengan hasil pekerjaan yang telah disepakati. 
b) Penetapan besarnya upah dilakukan oleh pengusaha berdasarkan hasil kesepakatan
antara pekerja dengan pengusaha. 
c) Penetapan Upah sebulan berdasarkan satuan hasil ditetapkan berdasarkan upah rata-
rata 12 bulan terakhir yang diterima oleh pekerja.

2.3 Komponen Upah


Hal-hal yang termasuk ke dalam komponen upah adalah:
a) Upah pokok

5
Upah pokok merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja menurut
tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasar perjanjian;
b) Tunjangan tetap
Tunjangan tetap adalah suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan
pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan keluarganya yang dibayarkan
bersamaan dengan upah pokok seperti tunjangan anak, tunjangan kesehatan, tunjangan
perumahan
c) Tunjangan tidak tetap
Tunjangan tidak tetap adalah pembayaran yang secara langsung maupun tidak
langsung berkaitan dengan pekerja dan diberikan secara tidak tetap bagi pekerja dan
keluarganya serta dibayarkan tidak bersamaan dengan pembayaran upah pokok.
Sedangkan yang tidak termasuk komponen upah adalah :
 Fasilitas, yaitu kenikmatan dalam bentuk nyata karena hal-hal yang bersifat
khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan buruh;
 Bonus, yaitu pembayaran yang diterima pekerja atas hasil keuntungan perusahaan
atau karena pekerja berprestasi melebihi target produksi yang normal atau karena
peningkatan produksi;
 Tunjangan hari raya dan pembagian keuntungan lainnya.

2.4 Jenis – Jenis Upah


G. Kartasapoetra dalam bukunya menyebutkan, bahwa jenis-jenis upah meliputi:

1) Upah nominal
Yang dimaksud dengan upah nominal adalah sejumlah uang yang dibayarkan
kepada pekerja yang berhak secara tunai sebagai imbalan atas pengerahan jasa-jasa
atau pelayanannya sesuai dengan ketentuanketentuan yang terdapat dalam perjanjian
kerja di bidang industri atau perusahaan ataupun dalam suatu organisasi kerja, dimana
ke dalam upah tersebut tidak ada tambahan atau keuntungan yang lain diberikan
kepadanya. Upah nominal ini sering pula disebut upah uang (money wages),
sehubungan dengan wujudnya yang memang berupa uang secara keseluruhannya.
2) Upah nyata (real wages)

6
Upah nyata adalah upah yang benar-benar harus diterima oleh seseorang yang
berhak. Upah nyata ditentukan oleh daya beli upah tersebut yang akan banyak
bergantung dari:
 Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima;
 Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan.
3) Upah hidup
Dalam hal ini upah yang diterima seorang pekerja itu relatif cukup untuk
membiayai keperluan hidup yang lebih luas, yang tidak hanya kebutuhan pokoknya
saja yang dapat dipenuhi melainkan juga sebagian dari kebutuhan sosial keluarganya,
misalnya pendidikan, bagi bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang lebih baik,
iuran asuransi jiwa dan beberapa lainnya lagi.
4) Upah minimum
Pendapatan yang dihasilkan para buruh dalam suatu perusahaan sangat berperan
dalam hubungan ketenagakerjaan. Seorang pekerja adalah manusia dan dilihat dari
segi kemanusiaan sewajarnyalah pekerja mendapatkan penghargaan dan perlindungan
yang layak.
5) Upah wajar
Upah yang secara relatif dinilai cukup wajar oleh pengusaha dan para pekerjanya
sebagai uang imbalan atas jasa-jasa yang diberikan pekerja kepada pengusaha atau
perusahaan sesuai dengan perjanjian kerja diantara mereka.

2.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Upah


Menurut Moekijat terdapat beberapa faktor yang berpengaruh dalampenentuan tingkat
upah, yang antara lain:

a. Gaji atau upah yang diberikan oleh pihak swasta


Upah akan cenderung naik jika salah satu pihak, terutama swasta, menaikkan tingkat
upahnya sehingga akan diikuti oleh kenaikan upah Pegawai Negeri.

b. Kondisi keuangan negara


Kenaikan tingkat upah akan sulit dilakukan jika kondisi negara dalam keadaan yang
tidak menentu atau tidak stabil.

7
c. Biaya hidup
Biaya hidup dalam suatu negara juga akan berpengaruh terhadap tinggi rendanya
tingkat upah.
d. Peraturan Pemerintah
Terdapat adanya peraturan pemerintah yang dapat membatasi tingkatupah.
e. Kekayaan Negara
Negara yang kaya dalam perekonomiannya maka akan dapat memberikan tingkat upah
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain.
f. Produktivitas pegawai
Tenaga kerja yang memiliki produktivitas tinggi, maka sebaiknyadiberikan imbalan
berupa tingkat upah yang memadai dengan produktivitasnya.
g. Persediaan tenaga kerja
Tingkat upah yang ditawarkan akan naik jika persediaan tenaga kerjadalam pasar kerja
sedikit.
h. Kondisi kerja
Tenaga kerja yang bekerja dengan kondisi kerja yang berat dan sulittentu tingkat upah
yang diberikan akan tinggi jika dibandingkan dengan tenaga kerja yang bekerja
dengan kondisi yang nyaman.
i. Jam Kerja
Besaran jumlah jam kerja akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah,
jika jam kerja lebih lama dari yang ditentukan maka upahyang diberikan akan lebih
tinggi.
j. Perbedaan geografis
Perbedaan letak geografis suatu negara akan berpengaruh terhadaptingkat upah yang
diberikan.
k. Inflasi
Pada saat suatu negara mengalami kondisi inflasi maka tingkat upah akan turun,
sehingga perlu kebijaksanaan untuk meningkatkan tingkat upah.
l. Pendapatan nasional
Jika pendapatan nasional suatu negara meningkat maka sebaiknya tingkat upah harus
dinaikkan juga.

8
m. Harga pasar
Apabila harga pasar mengalami kenaikan tetapi tidak diikuti oleh kenaikan upah
tenaga kerja maka upah riil akan mengalami penurunan sehingga perlu untuk
dinaikkan.
n. Nilai sosial dan etika
Suatu negara diberikan tanggung jawab untuk dapat memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat umum dan memelihara kondisi masyarakat sesuai dengan yang diinginkan.

2.6 Peran Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan


Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945 pasal 27 bahwa: “Tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yanglayak, maka pemerintah wajib
menyediakan lapangan kerja dan melindungi hak-hak tenaga kerja”. Untuk melaksanakan
kewajiban tersebut, maka pemerintah lewat instansi terkait telah melakukan upaya-upaya
untuk mengatasi masalah- masalah, baik yang berhubungan dengan angkatan kerja maupun
dengan tenaga kerja.
Peran pemerintah dalam bidang ketenaga kerjaan amatlah dibutuhkan,karena dengan
adanya intervensi pemerintah tersebut maka peningkatan masalah ketenagakerjaan yang
diakibatkan oleh persaingan pasar dapat terhindari. Friedman menjelaskan tentang peran
negara dalam konsepnegara modern yakni: “….first, as protector, secondly, as diposer of
socialservices, thirdly, as industrial manager, fourtly, as economic controller,fifthly as
arbitrator.
Dari pendapat Friedman tersebut dapat disimpulkan bahwa adalah suatu yang
dibenarkan apabila pemerintah melaksanakan prinsip-prinsip negara modern dengan
melibatkan dirinya sebagai pengontrol ekonomi.
Bentuk peran pemerintah di bidang ketenagakerjaan, sebagaimana yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, adalah sebagaiberikut:

a) Perencanaan Tenaga Kerja Dan Informasi Ketenagakerjaan


Dalam rangka pembangunan ketenaga kerjaan, pemerintah menetapkan kebijakan
dan menyusun perencanaan tenaga kerja secara berkesinambungan yang meliputi
perencanaan tenaga kerja makro dan perencanaan tenaga kerja.
b) Pelatihan Kerja

9
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan,
dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktivitas, dan kesejahteraan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan
dunia usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja yang diselenggarakan
berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja dan
dapat dilakukan secara berjenjang. Pelatihan kerja diselenggarakan oleh lembaga
pelatihan kerja pemerintah dan/atau lembaga pelatihan kerja swasta dan
diselenggarakan di tempat pelatihan atau tempat kerja serta dapat bekerja samadengan
swasta. Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah melakukan pembinaan
pelatihan kerja dan pemagangan yang ditujukan ke arah peningkatan relevansi,
kualitas, dan efisiensi penyelenggaraan pelatihan kerja dan produktivitas yang
dilakukan melalui pengembangan budaya produktif, etos kerja, teknologi, dan efisiensi
kegiatan ekonomi, menuju terwujudnya produktivitas nasional
c) Penempatan Tenaga Kerja
Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih,
mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di
dalam atau di luar negeri. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas
terbuka, bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi. Penempatan tenaga
kerja ini diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai
dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan
harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum yang dilaksanakan dengan
memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai
dengan kebutuhan program nasional dan daerah. Pemberi kerja yang memerlukan
tenaga kerja dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui
pelaksana penempatan tenaga kerja. Pelaksana penempatan tenaga kerja ini wajib
memberikan perlindungan sejak rekrutmen sampai penempatan tenaga kerja yang
mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga
kerja.
d) Menetapkan Kebijakan Pengupahan Yang Melindungi Pekerja
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untukmewujudkan penghasilan yang

10
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud,
pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh yang
meliputi:
1. Upah minimum;
2. Upah kerja lembur;
3. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luarpekerjaannya;
5. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
6. Bentuk dan cara pembayaran upah;
7. Denda dan potongan upah;
8. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

Dalam menetapkan upah minimum, Pemerintah harus berdasarkan kepada


kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan
ekonomi. Upah minimum sebagaimana dimaksud dapat terdiri atas:

1) Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;


2) Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

Upah minimum sebagaimana dimaksud diarahkan kepada pencapaian kebutuhan


hidup layak dan ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari
Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota. Komponen serta pelaksanaan
tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak sebagaimana dimaksud diatur dengan
Keputusan Menteri. Untuk memberikan saran, pertimbangan, dan merumuskan
kebijakan pengupahan yang akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk
pengembangan sistem pengupahan nasional dibentuk Dewan Pengupahan Nasional,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota yang terdiri dari unsur pemerintah, organisasi
pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, perguruan tinggi, dan pakar.

Kebutuhan hidup layak adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhioleh


seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik,non fisik dan
sosial, untuk kebutuhan 1 (satu) bulan. Kebutuhan yang harusdipenuhi pekerja untuk
dapat dianggap hidup layak terdiri dari beberapakomponen, yaitu:

11
1) Makanan dan Minuman
Beras sedang, sumber protein (daging, ikan segar, telur ayam), kacangkacangan
(tempe/tahu), susu bubuk, gula pasir, minyak goreng,sayuran, buah-buahan (setara
pisang/pepaya), teh atau kopi, bumbu-bumbuan.
2) Sandang
Celana panjang, celana pendek, ikat pinggang kemeja lengan pendek, kaos
oblong, sarung/kain panjang, sepatu, kaos kaki, perlengkapan pembersih sepatu
(semir sepatu, sikat sepatu), sandal jepit, handuk mandi
3) Perumahan
Sewa kamar, tempat tidur, perlengkapan tidur (kasur, bantal),sprei dan sarung
bantal, meja dan kursi, lemari pakaian, sapu,perlengkapan makan (piring, gelas,
sendok garpu), ceret aluminium,wajan aluminium, panci aluminium, sendok masak,
rice cooker, kompor dan, selang danregulator, tabung gas 3 kg), gas elpiji, ember
plastik, gayung plastik,listrik, bola lampu hemat energi, air bersih, sabun cuci
pakaian, sabuncuci piring,
4) Kesehatan
Sarana kesehatan (pasta gigi, sabun mandi, sikat gigi, shampo,alat cukur),
deodorant, obat anti nyamuk, potongrambut, sisir
5) Transportasi
Transportasi kerja dan lainnya

2.7 Pendapatan Non-Upah


Selain komponen upah seperti tersebut di atas, dikenal pula Pendapatan non-Upah (pasal 8
ayat (1) PP 36/2021) berupa tunjangan hari raya keagamaan (THR), insentif, bonus, uang
pengganti fasilitas kerja, dan/atau uang servis pada usaha tertentu, berikut penjelasannya:

1. Tunjangan Hari Raya Keagamaan atau biasa disebut THR adalah hak pendapatan


pekerja berupa uang yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja menjelang
Hari Raya Keagamaan.
2. Insentif dapat diberikan oleh Pengusaha kepada pekerja dalam jabatan atau pekerjaan
tertentu sesuai kebijakan perusahaan. 

12
3. Bonus dapat diberikan oleh pengusaha kepada pekerja atas keuntungan perusahaan.
Bonus untuk pekerja diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama. 
4. Uang pengganti fasilitas kerja: perusahaan dapat menyediakan fasilitas kerja dan/atau
memberikan uang pengganti fasilitas kerja bagi pekerja dalam jabatan atau pekerjaan
tertentu atau seluruh pekerja, dalam hal fasilitas kerja tidak tersedia atau tidak
mencukupi. Penyediaan fasilitas kerja dan/atau pemberian uang pengganti fasilitas kerja
diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama. 
5. Uang servis pada usaha tertentu dikumpulkan dan dikelola oleh perusahaan. Uang servis
pada usaha tertentu wajib dibagikan kepada pekerja, setelah dikurangi biaya cadangan
terhadap risiko kehilangan atau kerusakan dan pendayagunaan peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Ketentuan mengenai uang servis pada usaha tertentu diatur
dengan Peraturan Menteri

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Prosedur penetapan Upah Minimum yang dilakukan melalui tahapan survey


Kebutuhan Hidup Layak (KHL) oleh Dewan Pengupahan Propinsi/Kabupaten/ Kota yang
anggotanya terdiri dari unsur Pekerja/Buruh, Pengusaha/ Pemerintah, Pakar dan Akademisi
telah mengakomodir kepentingan pihak-pihak yang berhubungan langsung dalam
hubungan kerja yaitu Pekerja/Buruh dan Pengusaha. Besarnya hasil Survey Kebutuhan
Hidup Layak telah disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari bagi pekerja.

Setelah survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL) diketahui besarannya, maka Dewan
Pengupahan menyampaikan hasil tersebut kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi
Upah Minimum. Gubernur mempunyai wewenang untuk menaikkan atau menurunkan
besarnya hasil survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan berbagai pertimbangan
sebelum ditetapkan menjadi Upah Minimum. Disamping itu bagi Pengusaha yang tidak
mampu melaksanakan Upah Minimum diberi kesempatan untuk mengajukan penangguhan
pemberlakuan Upah Minimum. Dengan ketentuan tersebut pekera/buruh tidak lagi
mendapat perlindungan secara penuh dalam hal pengupahan.

Masih banyak pengusaha yang memberikan upah kepada pekerja/buruh tanpa


memperhitungkan tingkat produktivitas dari masing-masing pekerja/buruh. Hal ini
menyebabkan kenaikan Upah Minimum akan berdampak pada naiknya biaya. Apabila
pengusaha memperhitungkan dan meningkatkan produktivitas masing-masing
pekerja/buruh, maka kenaikan Upah Minimum dapat ditutup dengan adanya kontribusi dari
pekerja/buruh dalam peningkatan kinerja perusahaan. Dengan demikian kinerja perusahaan
tetap dapat berkembang meskipun Upah Minimum selalu naik setiap tahun.

3.2 Saran

Penetapan Upah Minimum yang berlaku sampai saat ini masih dalam bentuk Surat
Keputusan Gubernur sehingga dalam penerapan sanksi hukum terhadap pelanggaran tidak
dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu agar penerapan sanksi hukum dapat

14
dilaksanakan secara optimal penetapan Upah Minimum perlu dituangkan dalam Peraturan
Daerah (PERDA). Dengan penetapan Upah Minimum melalui PERDA maka wakil rakyat
di DPR akan ikut terlibat dalam rangka memberikan perlindungan bagi pekerja/buruh
(masyarakat)

Apabila pihak-pihak yang terkait langsung dengan Hubungan Industrial yaitu


pengusaha dan pekerja/buruh atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh sudah dapat mendudukkan
dirinya masing-masing sesuai peran dan fungsinya serta mampu berlaku adil dan bijaksana,
mekanisme penetapan upah dapat diserahkan kepada kedua pihak tersebut. Hal ini
mengingat bahwa antara pengusaha dengan pekerja/buruh atau Serikat Pekerja/Serikat
Buruh mempunyai tujuan yang sama yaitu demi kemajuan dan kelangsungan hidup
perusahaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

INTERNET:

https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/pengupahan/pertanyaan-mengenai-gaji-atau-upah-kerja-
1

http://repository.radenintan.ac.id/1233/3/BAB_II.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai