Di susun Oleh
Dosen Pengampu
PALEMBANG
2023
i
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan
dapat membuat makalah ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................................4
1. Uang Pesangon....................................................................................................20
BAB III........................................................................................................................23
PENUTUP...................................................................................................................23
Kesimpulan..............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produktivitas kerja merupakan syarat utama bagi perusahaan dalam
menghadapi persaingan usaha serta peningkatan pendapatan perusahaan.
Produktivitas tenaga kerja merupakan suatu kaitan antara output yakni hasil kerja
dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk oleh seorang tenaga
kerja. Produktivitas merupakan salah satu ukuran yang sering dipakai dalam
menentukan efektivitas organisasi. Sebuah organisasi atau perusahaan tidak akan
dapat berkembang apabila produktivitas kerja karyawannya juga tidak
mengalami peningkatan apalagi dengan semakin tingginya tingkat persaingan
yang ada dalam dunia bisnis. Peningkatan kualitas dan produktivitas adalah kata
kunci (keywords)untuk dapat mengejar ketinggalan sehingga mampu bersaing
bukan hanya ditataran regional dan nasional, tetapi juga di level global.
Peningkatan kualitas dan produktivitas harus dilakukan secara terus menerus,
baik pada tataran makro maupun mikro, baik ditingkat pusat maupun daerah.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) selalu mejadi hal yang sulit baik bagi
pengusaha maupun pekerja/buruh. Pengusaha menganggap terjadinya PHK
merupakan hal yang wajar di dalam kegiatan perusahaan. Bagi pekerja/buruh,
terjadinya PHK berdampak sangat luas bagi kehidupanya tidak hanya bagi
dirinya pribadi namun juga keluarganya. PHK jelas akan menyebabkan seorang
pekerja/buruh kehilangan mata pencahariannya. Demikian juga pada waktu
pekerja tersebut berhenti atau adanya pemutusan hubungan kerja dengan
perusahaan, perusahaan mengeluarkan dana untuk pensiun atau pesangon atau
tunjangan lain yang berkaitan dengan pemberhentian, sekaligus memprogramkan
kembali penarikan pekerja baru yang sama halnya seperti dahulu harus
mengeluarkan dana untuk kompensasi dan pengembangan pekerja.PHK
merupakan bagian dari suatu hubungan kerja yang awalnya merupakan hubungan
1
hukum dalam lingkup hukum privat karena hanya menyangkut hubungan hukum
perorangan antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Dalam perkembangannya,
PHK ternyata membutuhkan campur tangan pemerintah karena menyangkut
kepentingan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Produktivitas Kerja?
2. Apakah Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja?
3. Apakah Pengertian dan Alasan PHK?
4. Bagaimanakah Memberikan Pesangon,Uang Jasa,dan Ganti Rugi?
2
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Produktivitas Kerja
2. Untuk Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
3. Untuk Mengetahui Pengertian dan Alasan PHK
4. Untuk Mengetahui Pesangon,Uang Jasa,dan Ganti Rugi
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Buchari,Alma,&Donni Juni Priansa,Manajemen Bisnis Syariah....hal.171
2
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia…hal.127
4
Pegawai sebagai salah satu komponen organisasi memiliki peranan penting
dan ikut menentukan kelancaran dan keberhasilan Lembaga/perusahaan dalam
melaksanakan tugas dan fungsi yang diembannya. Agar pegawai dapat
melaksanakan tugas dengan baik, mereka dituntut untuk memiliki kemampuan
dan disiplin yang tinggi.
Bagi suatu Lembaga atau perusahaan, pegawai merupakan aset yang paling
bernilai. Untuk itu, unsur pegawai merupakan unsur terpenting dalam operasi
suatu lembaga/perusahaan. Pegawai bahkan disebutnya sebagai vital machine.
Faktor pegawai sebagai tenaga kerja itu tidak semata-mata dipandang sebagai
faktor produksi sebagaimana halnya faktor-faktor produksi lainnya, tetapi
merupakan aset atau kekayaan utama perusahaan. Karena itu, dalam upaya untuk
memenangkan persaingan, maka faktor tenaga kerja sebagai aset perusahaan
utama perlu dikelola dengan benar. Mengelola tenaga kerja dengan benar berarti
mewujudkan tenaga kerja yang mampu bekerja dengan produktivitas kerja tinggi
melalui pelaksanaan fungsi administratif dan fungsi operasional. Fungsi
administratif dan fungsi operasional adalah dua hal yang terdapat dalam
pengelolaan tenaga kerja, sedangkan produktivitas kerja yang tinggi adalah
tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan tenaga kerja (Pratomo, 2016).
5
antara hasil yang dicapai dan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan
(Sunyoto, 2012). 3
Tinggi rendahnya efisiensi ditentukan oleh nilai input dan output, sedangkan
tinggi rendahnya nilai efektivitas ditentukan oleh pencapaian target. Efisiensi
merupakan suatu ukuran dalam membandingkan input yang direncanakan dengan
input yang sebenarnya. Apabila input yang sebenarnya digunakan semakin besar
penghematannya, maka tingkat efisiensi semakin tinggi. Tetapi semakin kecil
input yang dapat dihemat akan semakin rendah tingkat efisiensinya. Efektivitas
3
Tria Saras Pertiwi,,Makalah Produktivitas.https//www.scribd.com.diakses 11 september 2023
6
merupakan ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat
dicapai.
7
1. Kemampuan
Kemampuan adalah kecakapan yang dimiliki berdasarkan pengetahuan,
lingkungan kerja yang menyenangkan akan menambah kemampuan tenaga
kerja. Perencanaan tenaga kerja merupakan bagian integral dari
perencanaanpembangunan. Rencana pembangunan memuat berbagai kegiatan
yang akan dilaksanakan di seluruh sektor atau sub sektor. Setiap kegiatan
yang akan dilaksanakan membutuhkan tenaga kerja yang sesuai. Perencanaan
tenaga kerja memuat perkiraan permintaan atau kebutuhan dan penawaran
atau penyediaan tenaga kerja, serta kebijakan maupun program
ketenagakerjaan yang diperlukan dalam rangka menunjang keberhasilan
pelaksanaan pembangunan.
2. Sikap
Sesuatu yang menyangkut perangai tenaga kerja yang banyak
dihubungkan dengan moral, semangat kerja yang akan menghasilkan
kepuasaan kerja. Kepuasan kerja secara umum menyangkut sikap seseorang
mengenai pekerjaannya. Karena menyangkut sikap, pengertian kepuasan kerja
mencakup berbagai hal seperti kondisi dan kecenderungan perilaku seseorang.
Kepuasankepuasan itu tidak tampak serta nyata, tetapi dapat diwujudkan
dalam suatu hasil pekerjaan. Salah satu masalah yang sangat penting dalam
bidang psikologi industry adalah mendorong karyawan untuk bekerja dengan
lebih produktif. Untuk itu, perlu diperhatikan agar karyawan sebagai
penunjang terciptanya produktivitas kerja dalam bekerja senantiasa disertai
dengan perasaan senang dan tidak terpaksa sehingga akan tercipta kepuasan
kerja para karyawan. Kepuasan kerja akan berbeda pada masingmasing
individu. Sangat sulit untuk mengetahui ciri-ciri kepuasan dari masing-masing
individu. Namun demikian, cerminan dari kepuasan kerja itu dapat diketahui.5
3. Situasi dan Keadaan Lingkungan
Faktor ini menyangkut fasilitas dan keadaan dimana semua karyawan
5
Siswanto Sastrohadiwirjo,Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendeketan Administrasi dan
Operasional,(Jakarta:PT.Bumi Aksara,Cet ke,II,2002),hal.236
8
dapat bekerja dengan tenang serta sistem kompensasi yang ada. Pertama,
perbaikan terus menerus, yaitu upaya meningkatkan produktivitas kerja salah
satu implementasinya ialah bahwa seluruh komponen harus melakukan
perbaikan secara terus-menerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah
satu kiat tetapi merupakan salah satu etos kerja yang penting sebagai bagian
dari filsafat manajemen mutakhir. Suatu organisasi dituntut secara terus-
menerus untuk melakukan perubahan-perubahan, baik secara internal maupun
eksternal. Perubahan internal contohnya, yaitu: (a) perubahan strategi
organisasi; (b) perubahan kebijakan tentang produk; (c) perubahan
pemanfaatan teknologi; (d) perubahan dalam praktek-praktek sumber daya
manusia sebagai akibat diterbitkannya perundang-undangan baru oleh
pemerintah. Perubahan eksternal,meliputi: (a) perubahan yang terjadi dengan
lambat atau evolusioner dan bersifat acak; (b) perubahan yang tinggi secara
berlahan tetapi berkelompok; (c) perubahan yang terjadi dengan cepat karena
dampak tindakan suatu organisasi yang dominan peranannya di masyarakat;
dan (d) perubahan yang terjadi cepat, menyeluruh dan kontinyu.
9
pekerjaan yang layak, hak memperoleh imbalan yang wajar dan hak mendapat
perlindungan; (c) penerapan gaya manajemen yang partisipasif melalui proses
berdemokrasi dalam kehidupan berorganisasi. Dalam hal ini pimpinan
mengikutsertakan para anggota organisasi dalam proses pengambilan
keputusan.Keempat, kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan.
Kondisi fisik tempat kerja yang menyenangkan memberikan kontribusi nyata
dalam peningkatan produktivitas kerja, antara lain: (a) ventilasi yang baik; (b)
penerangan yang cukup; (c) tata ruang rapi dan perabot tersusun baik; (d)
lingkungan kerja yang bersih; dan (e) lingkungan kerja vang bebas dari polusi
udara.
Kelima, umpan balik. Pelaksanaan tugas dan karier karyawan tidak dapat
dipisahkan dari penciptaan, pemeliharaan, dan penerapan sistem umpan balik
yang objektif, rasional, baku, dan validitas yang tinggi. Objektif dalam arti
didasarkan pada norma-norma yang telah disepakati bukan atas dasar emosi,
senang atau tidak senang pada seseorang. rasional dalam arti dapat diterima
oleh akal sehat. Jika seseorang harus dikenakan sangsi disiplin, status berat-
ringannya disesuaikan dengan jenis pelanggarannya. Validitas yang tinggi,
dalam arti siapapun yang melakukan penilaianatas kinerja karyawan
didasarkan pada tolok ukur yang menjadi ketentuan.6
4. Motivasi
Setiap tenaga kerja perlu diberikan motivasi dalam usaha meningkatkan
produktivitas. Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang
dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu bergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau
mendapat kepuasan atas perbuatannya.
6
Bambang Tri Cahyono,Manajemen Sumber Daya Manusia….hal.282
10
Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu
karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja
yang tinggi. Motivasi harus dilakukan pimpinan terhadap bawahannya karena
adanya dimensi tentang pembagian pekerjaan untuk dilakukan dengan sebaik-
baiknya, bawahan sebetulnya mampu akan tetapi malas mengerjakannya,
memberikan penghargaan dan kepuasan kerja. sebenarnya banyak
pembahasan teori-teori motivasi, namun ada beberapa yang cukup menonjol
adalah antara lain sebagai berikut: Teori Maslow, mengenai tingkatan dasar
manusia yaitu: (a) kebutuhan fisiologi dasar, (b) keselamatan dan keamanan,
(c) cinta/kasih sayang, (d) penghargaan, (e) aktualisasi diri (self actualization).
Menggarisbawahi pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
bergabungnya seseorang dalam organisasi didorong oleh keinginan untuk
memenuhi kebutuhan, berupa penghasilan yang akan digunakan untuk
mencukupi kebutuhannya. Suasana batin (:psikologis) seorang karyawan
sebagai individu dalam organisasi yang menjadi lingkungan kerjanya tampak
selalu semangat atau gairah keija yang menghasilkan kegiatan kerja sebagai
kontribusi bagi pencapaian tujuan organisasi tempatnya bekerja.
5. Upah
Upah atau gaji minimum yang tidak sesuai dengan peraturan
pemerintah dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja. Pengertian ini
mengisyaratkan bahwa keberadaannya di dalam suatu organisasi perusahaan
tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab, akan terkait langsung dengan
pencapaian tujuan perusahaan. upah yang rendah tidak dapat
dipertanggungjawabkan, baik dilihat dari sisi kemanusiaan maupun dari sisi
kelangsungan hidup perusahaan. Secara teoritis dapat dibedakan dua sistem
upah, yaitu yang mengacu kepada teori Karl Mark dan yang mengacu kepada
teori Neo-klasik. Kedua teori tersebut masing-masing memiliki kelemahan.
Oleh karena itu, sistem pengupahan yang berlaku dewasa ini selalu berada
diantara dua sistem tersebut. Berarti bahwa tidak ada satupun pola yang dapat
11
berlaku umum. Yang perlu dipahami bahwa pola manapun yang akan
dipergunakan seyogianya disesuaikan dengan kebijakan remunerasi masing- 7
masing perusahaan dan mengacu kepada rasa keadilan bagi kedua belah pihak
(perusahaan dan karyawan). Besarnya tingkat upah untuk masing-masing
perusahaan adalah berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor yang mempengaruhinya diantaranya, yaitu permintaan dan penawaran
tenaga kerja, kemampuan perusahaan, kemampuan dan keterampilan tenaga
kerja, peranan perusahaan, serikat buruh, besar kecilnya resiko pekerjaan,
campur tangan pemerintah, dan biaya hidup. Dilihat dari sistemnya pembelian
upah dapat dibedakan atas prestasi kerja, lama kerja, senioritas atau lama
dinas, kebutuhan, dan premi atau upah borongan
6. Tingkat pendidikan
Latar belakang pendidikan dan latihan dari tenaga kerja akan
mempengaruhi produktivitas, karenanya perlu diadakan peningkatan
pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja. Pendidikan dan latihan dipandang
sebagai suatu invesatasi di bidang sumber daya manusia yang bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas dari tenaga kerja. Oleh karena itu pendidikan dan
latihan merupakan salah satu faktor penting dalam organisasi perusahaan.
Pentingnya pendidikan dan latihan disamping berkaitan dengan berbagai
dinamika (perubahan) yang terjadi dalam lingkungan perusahaan, seperti
perubahan produksi, teknologi, dan tenaga kerja, juga berkaitan dengan
manfaat yang dapat dirasakannya. Manfaat tersebut antara lain: meningkatnya
produktivitas perusahaan, moral dan disiplin kerja, memudahkan pengawasan,
dan menstabilkan tenaga kerja. Agar penyelenggaraan pendidikan dan latihan
berhasil secara efektif dan efisien, maka ada 5 (lima) hal yang harus di
pahami, yaitu 1) adanya perbedaan individual, 2) berhubungan dengan analisa
pekerjaan, 3) motivasi, 4) pemilihan peserta didik, dan 5) pemilihan metode
yang tepat. Pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja dapat diklasifikasikan
kepada dua kelompok, pertama, yakni pendidikan dan latihan bagi tenaga
7
Pandji Anoraga,Manajemen Bisnis,Cetakan Ketiga ,(Jakarta:Rineka Cipta,2005).hal 56-60
12
kerja yang termasuk kepada kelompok tenaga kerja operasional, kedua,
pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja yang termasuk kepada kelompok
tenaga kerja yang menduduki jabatan manajerial. Untuk masing-masing
kelompok tenaga kerja tersebut diperlukan metode pendidikan yang berbeda
satu sama lain
7. Perjanjian kerja
Perjanjian kerja merupakan alat yang menjamin hak dan kewajiban
karyawan. Sebaiknya ada unsur-unsur peningkatan produktivitas kerja.
8. Penerapan teknologi
Kemajuan teknologi sangat mempengaruhi produktivitas, karena itu
penerapan teknologi harus berorientasi mempertahankan produktivitas.
8
Manulang,Pokok pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia,Rineka Cipta:Jakarta.1988.hlm.97
9
Imam Soepomo .Pengantar Hukum Perburuan .Cet.V Djambatan:Jakarta.1983.hlm.124
13
kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara pekerja atau buruh dan pengusaha.
14
seketika mengakhiri perhubungan kerjanya dengan pemberitahuan
pemberhentian.
2. Alasan-alasan mendesak
15
h. Bila si buruh mengemukakan hal-hal istimewa mengenai rumah
tangga atau perusahaan si majikan;
i. Bila si buruh berkeras kepala menolak akan memenuhi
perintahperintah yang patut yang diberikan kepadanya oleh atau
atas nama majikan;
j. Bila si buruh sangat melalaikan kewajiban-kewajiban; l. Bila si
buruh karena sengaja atau sembrono telah menjadi tak mampu
melakukan pekerjaannya.
k. Bila si buruh karena sengaja atau sembrono telah menjadi tak
mampu melakukan pekerjaannya.
3. Buruh sering mangkir tidak cakap atau berkelakuan buruk
16
Perusahaan dapat memberhentikan pegawai atau buruh, bila
buruh atau pegawai dihukum oleh hakim berdasarkan tuduhan
majikan atau karena hal-hal lain. Bila pemberhentian tersebut bersifat
mendadak, maka buruh kehilangan haknya untuk mendapatkan ganti
rugi dari perusahaan. Demikianlah misalnya, sesuai dengan putusan
P4P No. P4/M/57/6241, seorang buruh telah dihukum oleh
Pengadilan Negeri selama empat bulan karena menadah barang-
barang curian, telah diberhentikan dari pekerjaannya dengan alasan
mendesak, hal mana telah mengakibatkan ia tidak menerima sesuatu
ganti kerugian perusahaan. Berupa apapun juga.
6. Buruh sakit
17
diberhentikan atau dipensiunkan sesuai dengan peraturan yang berlaku
bagi perusahaan.
18
mewajibkan perusahaan membayar ganti rugi kepada pegawai berupa
apapun juga.
2. Alasan-alasan mendesak
19
kewajiban untuk memberi ganti rugi, atau sekedar memberi uang kubur
dan uang duka kepada keluarga yang ditinggalkan.10
10
Agus.2012.Pemutusan Hubungan Kerja.http://agussalamnasutionmandailing.Diakses pada tanggal
11 september 2023
11
Mutiara ,S.Panggabean ,2004,Manajemen Sumber Daya Manusia,Bumi aksara,Jakarta ,juli 2012
20
c. Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun = 3 bulan
upah
d. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun = 4 bulan
upah
e. Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun = 5 bulan
upah
f. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun = 6 bulan
upah
g. Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun = 7 bulan
upah
h. Masa kerja 8 tahun atau lebih = 9 bulan upah12
a. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun: Mendapatkan
2 bulan gaji.
b. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun: Mendapatkan
3 bulan upah.
c. Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun:
Mendapatkan 4 bulan upah.
Bandung, 2003
21
d. Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun:
Mendapatkan 5 bulan upah.
e. Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun:
Mendapatkan 6 bulan upah.
f. Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun:
Mendapatkan 7 bulan upah.
g. Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun:
Mendapatkan 8 bulan upah.
h. Masa kerja 24 tahun atau lebih: Mendapatkan 10 bulan upah.
a. Sisa cuti tahunan yang belum diambil atau yang telah hangus masih
menjadi hak mantan karyawan.
b. UPH juga mencakup penggantian biaya untuk pengobatan, perawatan,
dan perumahan sebesar 15 persen dari uang penghargaan masa kerja
(UPMK), jika pekerja memenuhi syarat.
c. Biaya transportasi bagi pegawai yang sering melakukan perjalanan
dinas di luar kota atau daerah juga masuk dalam penggantian hak.
d. Beberapa biaya lain yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerja
sebelumnya, peraturan manajemen perusahaan, atau perjanjian kerja
22
lain yang relevan juga menjadi bagian dari hak mantan karyawan
setelah bergabung dengan perusahaan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Produktivitas kerja berasal dari kata produktif artinya segala kegiatan yang
menimbulkan kegunaan (utility). Jika seseorang bekerja, ada hasilnya, maka
dikatakan ia produktif. Produktivitas kerja dapat diartikan sebagai proses dan juga
sebagai hasil.Sebagai proses. Pengertian produktivitas kerja mengandung makna
“the will” (keinginan) dan “effort” (upaya) manusia untuk selalu meningkatkan
kualitas kehidupan dan penghidupannya di segala bidang.
1. Kemampuan
2. Sikap
3. Situasi dan Keadaan lingkungan
4. Motivasi
5. Upah
6. tingkat pendidikan
7. Perjanjian kerja
13
Agus.2012.Pemutusan Hubungan Kerja.http://agussalamnasutionmandailing.Diakses pada tanggal
11 september 2023
23
Pemutusan Hubungan kerja (PHK) yang juga dapat disebut dengan
Pemberhentian, Separation atau Pemisahan memiliki pengertian sebagai sebuah
pengakhiran hubungan kerja dengan alasan tertentu yang mengakibatkan berakhir
hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan.Ada beberapa sebab/alasan, mengapa
buruh diberhentikan karena keinginan perusahaan. Hal itu dapat digolongkan ke
dalam delapan sebab/alasan, yaitu:
Uang Penggantian Hak/ganti rugi (UPH) jenis pesangon ini diberikan untuk
mengganti hak-hak karyawan yang belum terpakai, seperti cuti tahunan yang belum
digunakan dan dapat diuangkan. UPH juga mencakup hak-hak lain, seperti
perawatan kesehatan dan pengobatan sebesar 15 persen dari uang penghargaan masa
kerja jika karyawan telah memenuhi syarat.Peraturan mengenai UPH tertuang
dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 156 ayat 4.
24
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari & Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, Alfabeta :Bandung,
2014
Administrasi dan Operasional, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, cet Ke.II, 2002
Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktifitas,
Agus.2012.PemutusanHubunganKerja.http://
agussalamnasutionmandailing.blogspot.com/2012/04/makalah-hukum-
pemurusan-hubungan-kerja.html. Diakses pada tanggal 26 September 2014
Pukul 19:48 WIB
Bambang, Tri Cahyono, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Badan Penerbit
Ipwi, 1996
Bumi Aksara, Jakarta, 2003
Imam Soepomo. Pengantar Hukum Perburuhan. Cet. V Djambatan : Jakarta. 1983
Manulang. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, Rineka Cipta :
Jakarta. 1988
Mutiara,S.Panggabean,2004,Manajemen Sumber Daya Manusia,Bumi Aksara,
Jakarta, Juli 2012
Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan
25
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Citra .Umbara,
Bandung, 2003.
26