Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPUASAN KERJA DAN STRES KERJA


TUGAS MATA KULIAH PENERAPAN KOMPUTER

Dosen Pengampu

Wahyyu Sidiq Saputra, S.T, M.T.

Di Susun Oleh :
M. Zulfa Dimastiar (10320019)

PRODI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK DAN REKAYASA
UNIVERSITAS SELAMAT SRI KENDAL
Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan kehadirat Tuhan yang maha esa, dan segala puja-puji atas syukur,
rahmat, dan hidayahnya, sehingga saya dapat menulis makalah dengan tema
“KEPUASAN KERJA DAN STRES KERJA” makalah ini dibuat dengan melihat
realitas yang terjadi pada keadaan masyarakat Indonesia, khususnya saat ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Penerapan Komputer. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
mengetahui lebih dalam tentang kepuasan kerja dan stress kerja dalam di dunia
kerja maupun kehidupan sehari-hari agar kita lebih tahu dan kita dapat
menerapkannya. Tentunya saya juga mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah ini, karena telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan atas keterbukaan pikiran sesuai kenyataan yang sedang
terjadi dan berdinamika. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu bertukar pikiran melalui diskusi-diskusi kecil, sehingga saya
dapat menyimpulkan dan menyelesaikan makalah ini.
Saya Menyadari, makalah yang saya tulis ini jauh dari kata sempurna,
masihdalam tahap hipotesa subyektif dan semestinya begitu. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi tercapainya
kebenaran dan ke-praksis-an nya.

Kendal, 6 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................1

KATA PENGANTAR.........................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................5

1.3 TUJUAN........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Apa pengertian kepuasan kerja dan manfaat bagi manajemen ? .................6

2.2. Apa saja teori kepuasan kerja ? ...................................................................8

2.3. Bagaimana hubungan antara kepuasan kerja dengan stres kerja ?.............10

2.4. Apa pengertian stres kerja?........................................................................11

2.5. Faktor penyebab stress kerja?.....................................................................12

2.6. Dampak stress kerja ?.................................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN...........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sebuah perusahaan begitu identik dengan istilah sumber daya manusia.


Sumber daya manusia menjadi tokoh utama yang mengemban peranan penting
dalam setiap kegiatan perusahaan. Walaupun mendapatkan dukungan dengan
tersedianya sarana, prasarana, serta sumber dana yang berlimpah, namun jika
tidak didukung dengan sumber daya manusia yang handal, kegiatan perusahaan
tentunya tidak akan terselesaikan dengan baik. Sumber daya manusia yang
dikelola dengan baik oleh perusahaan, diharapkan dapat mendukung
perkembangan perusahaan kearah yang lebih baik pula

Peningkatan kepuasan kerja terhadap karyawan sangat diperlukan bagi


perusahaan. Kepuasan kerja sendiri diartikan sebagai sebuah cara pandang
seseorang baik bersifat positif maupun negative tentang pekerjaannya. Kepuasan
kerja karyawan merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah perusahaan.
Hal ini berkaitan dengan bagaimana perusahaan membuat karyawannya mampu
bertahan dalam perusahaan tersebut dan mengeluarkan performa terbaiknya dalam
bekerja dengan cara memperhatikan hak-hak karyawan, terutama tingkat stress
kerja dan jumlah imbalan yang diterima.

Stres tidak dengan sendirinya harus buruk. Walaupun stres lazimnya


dibahas dalam konteks negatif, stres juga mempunyai nilai positif. Stres
merupakan suatu peluang bila stres itu menawarkan perolehan yang potensial
Adalah menjadi tugas manajemen agar karyawan mengelola stres kerja dan
memiliki semangat kerja dan moril yang tinggi serta ulet dalam bekerja. Biasanya
karyawan yang puas dengan apa yang diperolehnya dari perusahaan akan
memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan ia akan terus berusaha
memperbaiki kinerjanya. Dengan tercapainya kepuasan kerja karyawan dan
terhindarnya stres kerja maka produktivitas pun akan meningkat.
Oleh karena itu kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi karyawan
maupun perusahaan, terutama karena menciptakan keadaan positif di dalam
lingkungan kerja perusahaan.

Dalam membentuk kepuasan kerja, terdapat stres kerja yang dapat dialami
oleh setiap karyawan/pegawai tersebut. Stres kerja dapat dirumuskan sebagai
suatu keadaan tegang yang dialami di dalam suatu organisasi. Stres ini dapat
merupakan akibat dari lingkungan fisik, 3 sistem dan teknik dalam organisasi,
interaksi sosial interpersonal, isi atau struktur pekerjaan, tingkah laku individu
sebagai anggota, dan aspek-aspek organisasi lainnya. Stres dan kepuasan kerja
mempunyai hubungan timbal-balik. Kepuasan kerja dapat meningkatkan daya
tahan individu terhadap stres dan dampak-dampak stres dan sebaliknya, stres yang
dihayati oleh individu dapat menjadi sumber ketidakpuasan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian kepuasan kerja dan manfaat bagi manajemen ?

2. Apa saja teori kepuasan kerja ?

3. Bagaimana hubungan antara kepuasan kerja dengan stres kerja ?

4. Apa pengertian stres kerja?

5. Faktor penyebab stress kerja?

6. Dampak stress kerja ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Penerapan Komputer

2. Mengetahui pengertian kepuasan kerja dan manfaat bagi manajemen

3. Mengetahui teori kepuasan kerja

4. Mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dengan stres kerja

5. Mengetahui pengertian, penyebab dan dampak yang di hasilkan oleh stress


kerja?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepuasan Kerja dan Manfaat bagi Manajemen

Kepuasan kerja akhir-akhir ini semakin terasa penting artinya dalam


lingkup organisasi. Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap produktivitas organisasi baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Ketidakpuasan merupakan titik awal dari masalah-masalah yang muncul dalam
organisasi, seperti kemangkiran, konflik managerpekerja, „turn-over‟, serta
banyak masalah lainnya yang menyebabkan terganggunya proses pencapaian
tujuan organisasi. Dari sisi pekerja, ketidakpuasan dapat menyebabkan
menurunnya motivasi, menurunnya moril kerja, menurunnya tampilan kerja baik
secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

Secara umum dapat dikemukan bahwa pemecahan masalah-masalah


organisasi dari segi manusianya dapat dilakukan melalui prinsip-prinsip kepuasan
kerja. Dengan adanya kepuasan kerja yang tinggi akan muncul ikatan yang positif
antara pekerja dengan pekerjaannya, sehingga dari pekerja ini dapat diharapkan
suatu hasil yang optimal. Dari hampir semua perusahaan yang mengalami
kemajuan yang pesat ditandai dengan gejala kepuasan kerja yang tinggi di antara
para pekerjanya. Pada dasarnya, prinsip-prinsip kepuasan kerja diarahkan kepada
pemenuhan kebutuhankebutuhan pekerja. Milton menyatakan bahwa kepuasan
kerja merupakan kondisi emosional positif atau menyenangkan yang dihasilkan
dari penilaian pekerja berdasarkan pengalamannya (Milton, hal.151).

Kepuasan kerja juga bermanfaat bagi manajemen dalam suatu organisasi


karena seorang karyawan/pegawai akan mampu menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik. Selain itu, kecenderungan perilaku pekerja atas pekerjaannya yang
ditunjukkan lewat pekerjaan yang dilakukan, terus bertahan di posisinya, atau
bekerja secara teratur dan disiplin.
Dalam kepuasan kerja, dilihat pula bagaimana kualitas kehidupan kerja.
Kualitas kehidupan kerja merupakan suatu kondisi kerja sebagai hasil dari
interaksi antara individu dan pekerjaannya sehingga membuat pekerja lebih
produktif dan memberi kepuasan kerja. Kualitas kehidupan kerja menurut Dessler
(1986, h.476) adalah: “keadaan dimana para pegawai dapat memenuhi kebutuhan
mereka yang penting dengan bekerja dalam organisasi, dan kemampuan untuk
melakukan hal itu bergantung pada apakah terdapat adanya:

1. Perlakuan yang fair, adil, dan suportif terhadap para pegawai.

2. Kesempatan bagi tiap pegawai untuk menggunakan kemampuan secara penuh.


3. Kesempatan untuk mewujudkan diri, yaitu untuk menjadi orang yang mereka
rasa mampu mewujudkannya.

4. Kesempatan bagi semua pegawai untuk berperan secara aktif dalam


pengambilan keputusan-keputusan penting yang melibatkan pekerjaan mereka.”

Kualitas kehidupan kerja atau Quality of Work Life (QWL) merupakan


salah satu bentuk fisafat yang diterapkan manajemen dalam mengelola organisasi
pada umumnya dan sumber daya manusia pada khususnya. Sebagai filsafat,
kualitas kehidupan kerja merupakan cara pandang manajemen tentang manusia,
pekerja dan organisasi. Unsur-unsur pokok dalam filsafat tersebut ialah:
kepedulian manajemen tentang dampak pekerjaan pada manusia, efektifitas
organisasi serta pentingnya para karyawan dalam pemecahan keputusan teutama
yang menyangkut pekerjaan, karier, penghasilan dan nasib mereka dalam
pekerjaan.

Ada dua pandangan mengenai maksud dari kualitas kehidupan kerja.


Pandangan pertama mengatakan bahwa kualitas kehidupan kerja adalah sejumlah
keadaan dan praktek dari tujuan organisasi. Contohnya: perkayaan kerja,
penyeliaan yang demokratis, keterlibatan pekerja dan kondisi kerja yang aman.
Sementara yang lainnya menyatakan bahwa kualitas kehidupan kerja adalah
persepsi-persepsi karyawan bahwa mereka ingin merasa aman, secara relatif
merasa puas dan mendapat kesempatan mampu tumbuh dan berkembang
selayaknya manusia.

Konsep kualitas kehidupan kerja mengungkapkan pentingnya penghargaan


terhadap manusia dalam lingkungan kerjanya. Dengan demikian peran penting
dari kualitas kerja adalah mengubah iklim kerja agar organisasi secara teknis dan
manusiawi membawa kepada kualitas kehidupan kerja yang lebih baik.

2.2 Teori Kepuasan Kerja

Menurut Wexley dan Yukl (1977) dalam bukunya yang berjudul


Organisational Behavior And Personnel Psychology, teori-teori tentang kepuasan
kerja ada tiga macam yang lazim dikenal yaitu : (1)Discrepancy Theory Teori ini
menerangkan bahwa seorang karyawan akan merasa puas bila tidak ada perbedaan
antara apa yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan yang ada.
Dipelopori oleh Porter (1961) dengan mengukur kepuasankerja seseorang dengan
menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan.

Selanjutnya Locke (1969) menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang


tergantung kepada discrepancy antara should be (expectation, need, atau value)
dengan apa yang menurut perasaannya telah diperoleh atau dicapai melalui
pekerjaan (Moh. As‟ad, 1995:105).

(2) Equity Theory Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa
puas atau tidak puas,tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity)
atau tidak atas suatu situasi. Menurut teori ini equity terdiri dari tiga elemen, yaitu
:

a. Input, yaitu segala sesuatu yang berharga yang dirasakan oleh karyawan sebagai
sumbangan atas pekerjaannya.

b. Out comes, yaitu segala sesuatu yang berharga yang dirasakan olehkaryawan
sebagai hasil dari pekerjaannya.

c. Comparison persons, yaitu kepada orang lain atau dengan siapa karyawan
membandingkan rasio input – outcomes yang dimilikinya.
Comparison Persons ini bisa berupa seseorang di perusahaan yang sama,
atau di tempatlain, atau bisa pula dengan dirinya sendiri diwaktu lampau.
Sehingga dapat disimpulkan dalam teori ini adalah setiap karyawan akan
membandingkan rasio input – out comes dirinya dengan rasio input – out comes
orang lain. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil, maka ia akan merasa
cukup puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi menguntungkan, bisa
menimbulkan kepuasan tetapi bisa pula tidak.

Kelemahan teori ini adalah kenyataan bahwa kepuasan orang juga


ditentukan oleh individual differences (misalkan saja pada waktu orang melamar
pekerjaan apabila ditanya besarnya gaji/upah yang diinginkan). Selain itu tidak
liniernya hubungan antara besarnya kompensasi dengan tingkat kepuasan lebih
banyak bertentangan dengan kenyataan (Moh. As‟ad, 1995:106).

(3) Two Factor Theory Prinsip dari teori ini adalah kepuasan dan
ketidakpuasan kerja itu merupakan dua hal yang berbeda, artinya kepuasan dan
ketidakpuasan kerja terhadap pekerjaan itu tidak merupakan suatu variabel yang
kontinyu (Herzberg,1966). Teori ini pertama dikemukakan oleh Herzberg melalui
hasil penelitian beliau dengan membagi situasi yang mempengaruhi sikap
seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok, yaitu : a) Kelompok
satisfiers, yaitu situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja yang
terdiri dari tanggung jawab, prestasi, penghargaan, promosi, dan pekerjaan itu
sendiri. Kehadiran faktor ini akan menimbulkan kepuasan, tetapi tidak hadirnya
ini tidaklah selalu mengakibatkan ketidakpuasan.

b) Kelompok dissatisfiers ialah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber


ketidakpuasan, yang terdiri dari kondisi kerja, gaji, penyelia, teman kerja,
kebijakan administrasi, dan keamanan. Perbaikan terhadap kondisi ini akan
mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan
kepuasan karena ia bukan sumber kepuasan kerja. Yang menarik dari teori ini
justru terletak pada konsep dasar tentang pemisahan kepuasan dan ketidakpuasan
kerja, karena dianggap kontroversial. Penelitian yang dilakukan oleh Mills (1967)
terhadap 155 orang karyawan dari dua buah pabrik besar di Australia, dimana
sampel terdiri dari berbagai tingkatan umur, kebangsaan, lama dinas, dan macam
jabatan. Hasilnya seratus persen mendukung teori dua faktor tersebut
(As‟ad,1995:108- 109).

2.3 Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Stres Kerja

Pekerjaan mengatur lalu-lintas udara dianggap sebagi salah satu pekerjaan


yang paling menimbulkan stres. Jam demi jam mereka harus selalu waspada,
mengawasi sejumlah pesawat terbang yang datang dan pergi dengan kecepatan
dan ketinggian masing-masing. Walaupun demikian, dua buah penelitian (Singer
& Ruterfranz, 1971; R.C Smith, 1973) menunjukan bahwa aspek-aspek pekerjaan
yang tidak disukai oleh pengawas lalu-lintas udara adalah administrasi, kualitas
manajemen, upah/gaji, kerja malam (saat lalu-lintas udara tidak padat), dan yang
disebut „stres‟ (beban mental atau tanggung jawab yang besar) tidak termasuk
kedalam aspek pekerjaan yang tidak disukai dan bahkan terkadang termasuk ke
dalam aspek pekerjaan yang disukai (Cooper & Payne, hal. 9).

Dari penelitian yang dilakukan Caplan dan kawan-kawan terhadap 2000


pekerja dari 23 jabatan di Amerika Serikat, Fraser menarik kesimpulan bahwa
lingkungan stres yang dirasakan secara subyektif lebih berperan sebagai penentu
ketegangan daripada lingkungan itu sendiri, dan bahwa reaksi subyektif seperti
kecemasan, kemarahan, tekanan mental, dan gangguan-gangguan psikosomatis
berkaitan erat satu sama lainnya dan tampaknya lebih dipengaruhi oleh
ketidakpuasan terhadap pekerjaan daripada oleh sifat-sifat pekerjaan itu sendiri
(Fraser, hal.92). Lebih jauh lagi, Fraser juga menga-takan bahwa unsur-unsur
yang sama, yang identik dengan pembangkit stres, juga ditetapkan sebagai
penyebab ketidakpuasan.

Salah satu kondisi kerja yang dapat menimbulkan stres pada diri pekerja
adalah kerja paruh waktu (shift work). Keluhan-keluhan yang muncul pada
kondisi kerja ini antara lain gangguan sulit tidur, gangguan pencernaan, dan
gangguan-gangguan sosial (Goldberger & Breznizt, hal.432). Tetapi keadaan
dapat diperbaiki oleh motivasi pekerja itu sendiri. Bila kerja lembur atatu kerja
malam memang dikehendaki oleh pekerja itu sendiri, stres akan diperkecil dan
demikian pula ketegangan yang diakibatkannya. Taylor (1974) melaporkan bahwa
masalah-masalah pembuluh darah jantung (kardiovaskuler) lebih umum dialami
oleh para pekerja siang hari daripada para pekerja malam hari (Fraser, hal. 96).
Dari penjelasan-penjelasan diatas tampak bahwa kepuasan kerja dapat
mempengaruhi kadar stres dan dapat mengurangi dampak menyakitkan dari stres
tersebut.

2.4 Apa pengertian stres kerja?

Stres sebagai akibat ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya


yang dimiliki individu, semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi juga
stress yang dialami individu, dan akan mengancam.

Stres merupakan reaksi negatif dari orang-orang yang mengalami tekanan


berlebih yang dibebankan kepada mereka akibat tuntutan, hambatan, atau peluang
yang terlampau banyak, (Robbins dan Coulter, 2010:16). Handoko (2001:200)
mengungkapkan stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu berlebihan dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Stres
didasarkan pada asumsi bahwa yang disimpulkan dari gejala-gejala dan tanda –
tanda faal, perilaku, psikologikal dan somatik, adalah hasil dari tidak/kurang
adanya kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan
kecakapannya) dan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya
untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif, (Fincham &
Rhodes dalam Munandar, 2001: 374). Stres kerja juga bisa diartikan sebagai
sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi
fisiologis, psikologis, dan perilaku. Lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai
stressor kerja. Stresor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang
dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stress
kerja (Waluyo, 2009: 161)
Zaenal dkk (2014: 724) berpendapat stres sebagai suatu istilah payung
yang merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan
gemuruh, anxiety, kemurungan dan hilang daya. Stres kerja adalah suatu kondisi
ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan. Stres pada
pekerjaan (Job stress) adalah pengalaman stress yang berhubungan dengan
pekerjaan (King, 2010: 277).

Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam


menghadapi pekerjaan (Mangkunegara, 2013: 155). Pendapat ini didukung oleh
Beehr dan Newman (dalam Luthans, 2006: 441) yang mendefinisikan mengenai
stres kerja sebagai kondisi yang muncul dari interaksi manusia dengan
pekerjaannya serta dikarakteristikkan oleh manusia sebagai perubahan manusia
yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka. Bisa
dikatakan bahwa stress kerja adalah umpan balik atas atas diri karyawan secara
fisiologis maupun psikologis terhadap keinginan atau permintaan organisasi. Stres
kerja merupakan faktor-faktor yang dapat memberi tekanan terhadap produktivitas
dan lingkungan kerja serta dapat mengganggu individu

2.5 Faktor penyebab stress kerja?

Pada dasarnya , stres dapat terjadi di mana saja, termasuk tempat kerja.
Stres di tempat kerja ini amat mengganggu produktivitas karyawan, sehingga juga
bisa berdampak bagi perusahaan. Sejatinya sih, tempat kerja yang baik dapat
melindungi para karyawannya dari risiko mengalami masalah kesehatan kejiwaan.

1. Konflik dengan Rekan Kerja

Enggak sedikit orang yang merasa kalau dirinya tak mendapatkan rekan kerja
yang cocok. Nah, ketidakcocokan dalam bekerja inilah yang rentan menimbulkan
konflik antar pegawai. Pastinya, konflik yang berkelanjutan akan meningkatkan
stres dan membuat pekerjaan jadi tak optimal. Solusinya, cobalah untuk tak
membawa sentimen pribadi dalam menjalankan aktivitas kerja di kantor.

2. Tak Bisa Menahan Emosi


Meski pikiran semrawut, tapi cobalah untuk tetap menjaga emosi diri. Sebab,
faktor pemicu stres saat bekerja juga bisa dikarenakan hal ini. Jangan sampai
kemarahan ini menyebar di kantor dan diperlihatkan pada rekan atau atasan. Bila
dirimu tak bisa menstabilkan emosi dengan baik, tandanya bahwa dirimu sedang
dilanda stres. Cobalah untuk melakukan kegiatan yang bisa membuatmu lebih
tenang. Misalnya, mendengarkan musik atau berselancar di situs yang bisa
membuatmu tertawa. Cara ini cukup ampuh untuk mengurangi stres.

3. Tumpukan Pekerjaan

Datangnya tugas-tugas baru di saat tugas lainnya belum rampung, kerap kali


membuat para karyawan kewalahan. Bila terjadi berkelanjutan, maka beban atau
tumpukan pekerjaan ini barang pasti dapat memicu stres. Solusinya, cobalah
prioritaskan pekerjaan mana yang sebaiknya dirampungkan terlebih dahulu.

4. Notifikasi di Luar Jam Kantor

Faktor pemicu stres saat bekerja juga bisa karena hal yang terbilang sepele ini.
Sebab, siapa sih yang kepingin mendapatkan notifikasi pekerjaan di luar jam
kantor? Misalnya, di malam hari, hari libur, atau bahkan saat sedang berlibur.
Namun, untuk seseorang yang posisinya sebagai staf atau karyawan, kadang kala
merasa tidak enak untuk mengabaikan pesan dari atasannya. Apalagi bila berisi
tentang hal yang penting. Jangan salah, hal kecil inilah yang bisa
merusak mood, bahkan memicu stres.

5. Masalah Personal

Ingat, enggak selamanya stres bersumber dari pekerjaan di kantor. Faktor pemicu
stres saat bekerja juga bisa karena faktor eksternal yang memicu gangguan
pikiran. Masalah personal, seperti dengan keluarga, teman, ataupun pasangan,
dapat memberikan tekanan-tekanan pada pikiran, sehingga membuat produktivitas
jadi terhambat.

6. Lingkungan Pekerjaan
Kadang kala atasan atau rekan kerja yang tak mendukung atau kompetisi internal
bisa membuat lingkungan kerja jadi tak nyaman. Sebab, adanya tekanan yang
tidak sesuai dengan kapasitas dari karyawan, memang terbukti dapat
menimbulkan stres di kantor.

2.6 Dampak stress kerja ?

Stres kerja termasuk ke dalam masalah kesehatan. Kondisi ini tak hanya
memengaruhi produktivitas, tapi juga kondisi kesehatan fisik dan mental
seseorang. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan lebih dari 300 juta
orang di dunia mengidap depresi dan 260 juta orang mengalami gangguan cemas
akibat stres kerja. Penyebab umumnya adalah beban kerja yang terlalu berat, jam
kerja yang panjang, dan suasana lingkungan kerja yang kurang kondusif. Tapi,
bagaimana bisa stres kerja berpengaruh pada kesehatan secara menyeluruh?
Simak penjelasannya di sini.

Pengaruh Stres Kerja dan Kesehatan

Stres kerja bisa menjadi beban pikiran seseorang yang tanpa disadari
berdampak negatif pada kesehatan. Gejala stres berlebih yang perlu diwaspadai
adalah gangguan irama jantung, mual, muntah, gemetar, berkeringat, mulut
kering, nyeri dada, sakit kepala, sakit perut, dan nyeri otot. Gejala fisik ini muncul
akibat peningkatan aktivitas impuls saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh lain,
serta akibat pelepasan hormon adrenalin ke dalam darah sebagai respons tubuh
dalam menghadapi stres.

Jika dibiarkan terus-menerus, stres kerja bisa menyebabkan masalah


kesehatan fisik (seperti penipisan rambut, sariawan, jerawat, asma, diabetes, sakit
perut, dan penyakit kardiovaskular), masalah kesehatan mental (seperti gangguan
tidur, gangguan kepribadian, gangguan kecemasan, dan depresi), serta
meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja.

Dampak Negatif Beban Kerja Berlebih Terhadap Kesehatan


Selama beban kerja yang diberikan cukup, kebanyakan orang bisa
menghadapi tekanan di tempat kerja dengan baik. Misalnya menjadikan beban
kerja sebagai motivasi untuk belajar dan bekerja lebih produktif. Namun ketika
beban kerja berlebih, kondisi ini memicu stres kerja yang bisa berdampak negatif
pada kehidupan pekerja, termasuk berpengaruh pada kesehatan dan hubungannya
dengan keluarga.

Pekerja yang memiliki beban kerja berlebih cenderung memiliki tekanan darah
tinggi dibanding yang memiliki beban kerja normal (maksimal 8 jam per hari).
Apabila terus-menerus terjadi, tekanan darah tinggi yang dialami bisa
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung, diabetes,
dan stroke).

Masalah lain yang mungkin timbul adalah merenggangnya hubungan


dengan keluarga karena beban kerja berlebih membuat emosi tak stabil. Selain
beban kerja berlebihan, stres kerja bisa disebabkan oleh gap antara kemampuan
dan keterampilan, budaya dan lingkungan kerja yang buruk, kurangnya dukungan,
konflik peran, perubahan manajemen dan organisasi, serta hubungan antara staf
dan pimpinan yang buruk.

Pelecehan Seksual di Tempat Kerja juga Bisa Sebabkan Stres Kerja

Tempat kerja tak lepas dari risiko pelecehan seksual yang memicu trauma


dan stres kerja. Kebanyakan kasus pelecehan seksual yang menyebabkan stres
kerja adalah perlakukan kasar atau penganiayaan dari lawan jenis.

Pada beberapa kasus, korban pelecehan seksual di tempat kerja dijanjikan


promosi jabatan yang sebenarnya hanya omong kosong belaka. Agar lebih
waspada, berikut bentuk pelecehan seksual di tempat kerja yang perlu diwaspadai:

 Pelecehan fisik yang tak diinginkan, seperti mencium, menepuk pantat,


mencubit, melirik, dan menatap penuh nafsu.

 Pelecehan lisan, seperti komentar negatif tentang penampilan fisik.


 Pelecehan isyarat, seperti bahasa tubuh yang bernada seksual, isyarat
dengan jari, dan menjilat bibir dengan lirikan sensual.

 Pelecehan tertulis atau gambar, seperti menunjukkan konten pornografi.

 Pelecehan psikologis, seperti menggoda atau mengajak berhubungan intim


terus-menerus.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kepuasan kerja merupakan kondisi emosional yang positif atau


menyenangkan terhadap pekerjaan, yang berarti bahwa makna pekerjaan bagi
pekerja yang puas menjadi positif. Dengan adanya makna pekerjaan yang positif
ini pekerja menjadi lebih siap menghadapi tuntutan-tuntutan pekerjaannya
tersebut. Dengan demikian, walaupun individu dihadapkan pada pekerjaan yang
mempunyai kemungkinan memberikan stres yang besar, kadar stres dan dampak
stres yang dihayatinya tidaklah terlalu besar. Makna pekerjaan bagi individu
merupakan sumber stres yang potensial.

Selanjutnya stress kerja terjadi dikarenakan adanya ketidakseimbangan


antara karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek
pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya beberapa
atribut tertentu dapat mempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan.

Faktor-faktor di pekerjaan yang berdasarkan penelitian dapat


menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori besar yaitu
faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan
karir, hubungan dalam pekerjaan, serta struktur dan iklim organisasi.

Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi productivitas kerja pegawai. Pegawai
bekerja secara produktif atau tidak banyak tergantung pada banyak faktor. Faktor
motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress, kondisi fisik pekerjaan, sistem
kompensasi, desain pekerjaan dan aspek-aspek ekonomis sangatlah ikut berperan.
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.usm.ac.id/files/bookusm/F013/20190627091334-STRESS-
KERJA.pdf

https://www.halodoc.com/artikel/stres-kerja-pengaruhi-kesehatan-secara-
menyeluruh

https://www.halodoc.com/artikel/inilah-6-faktor-pemicu-stres-saat-bekerja

https://repository.usd.ac.id/2638/2/022214016_Full.pdf

http://eprints.ums.ac.id/66164/12/BAB%20I-13.pdf

https://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/03/stres-dan-kepuasan-kerja.html

https://widiastutidyah.wordpress.com/2011/01/20/makalah-dampak-stres-dan-
tingkat-kepuasan-kerja-terhadap-kinerja-karyawan/

http://herususilofia.lecture.ub.ac.id/files/2015/05/Makalah-Kelompok-9-SDM-
Kepuasan-Kerja.pdf

http://herususilofia.lecture.ub.ac.id/files/2016/02/Makalah-Kepuasan-Kerja-dan-
Stress-Kerja.pdf

Anda mungkin juga menyukai