Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

“FUNGSI DARI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA”

DOSEN PENGAMPU

I Dewa Arik Permana Putra, SE.,MM

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Desak Nyoman Ayu Mas Septiari Dewi (07)

Anak Agung Istri Niladanti (17)

I Putu Gede Surya Rama Putra Tutuan (19)

Ni Wayan Juniawangi (26)

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya
Manusia yang berjudul “Fungsi dari Pemutusan Hubungan Kerja”.

Dalam pembuatan makalah ini, kami menemukan berbagai hambatan yang


dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan kami mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
penulisan makalah. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen
pembimbing mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu Bapak I Dewa Arik
Permana Putra, SE.,MM yang telah memberikan ilmu kepada kami.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, tetapi kami sudah
berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
sehingga kedepannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik dan kami juga berharap
makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.

Gianyar, 31 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................

2.1 Pengertian Pemberhentian..................................................................................


2.2 Alasan-alasan Pemberhentian.............................................................................
2.3 Proses Pemberhentian.........................................................................................
2.4 UU Tentang Pemberhentian Kerja.....................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah organisasi/perusahaan, pastinya terdapat karyawan ataupun pegawai.


Dimana, karyawan/pegawai bekerja dalam suatu perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu
dan juga dapat memajukan perusahaan. Dalam mencapai tujuannya perusahaan sangat di
pengaruhi oleh yang namanya karyawan. Dalam proses tersebut ada beberapa hal yang harus
di perhatikan salah satunya adalah Pemutusan hubungan kerja di Indonesia sendiri Pemutusan
hubungan kerja ini di atur dalam undang-undang ketenaga kerjaan yaitu dalam UU RI No 13
Tahun 2003, dimana disini di jelaskan aturan - aturan mengenai pemutusan hubungan kerja.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) selalu mejadi hal yang sulit baik bagi pengusaha
maupun karyawan. Pengusaha menganggap terjadinya PHK merupakan hal yang wajar di
dalam kegiatan perusahaan. Bagi karyawan, terjadinya PHK berdampak sangat luas bagi
kehidupanya, tidak hanya bagi dirinya pribadi namun juga keluarganya. PHK jelas akan
menyebabkan seorang karyawan kehilangan mata pencahariannya. Demikian juga pada
waktu karyawan tersebut berhenti atau adanya pemutusan hubungan kerja dengan
perusahaan, perusahaan mengeluarkan dana untuk pensiun atau pesangon atau tunjangan lain
yang berkaitan dengan pemberhentian, sekaligus memprogramkan kembali penarikan pekerja
baru yang sama halnya seperti dahulu harus mengeluarkan dana untuk kompensasi dan
pengembangan pekerja.

PHK merupakan bagian dari suatu hubungan kerja yang awalnya merupakan
hubungan hukum dalam lingkup hukum privat karena hanya menyangkut hubungan hukum
perorangan antara karyawan dengan pengusaha. Ada banyak alasan yang dapat menyebabkan
terjadinya PHK, dan ada pula proses-proses pemberhentian yang dilakukan. Dalam
perkembangannya, PHK ternyata membutuhkan campur tangan pemerintah karena
menyangkut kepentingan. Pengaturan mengenai PHK membutuhkan campur tangan
pemerintah karena pemerintahlah yang memiliki fungsi untuk menetapkan kebijakan,
melakukan pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan
perundang-undangan, dalam hal ini terutama ketentuan PHK.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemberhentian kerja?
2. Apa alasan-alasan dilakukannya pemberhentian kerja?
3. Bagaimana proses dari pemberhentian kerja?
4. Undang-undang apa yang membahas mengenai pemberhentian kerja?

1.3 Tujuan
1. Agar kita mengetahui pengertian dari pemberhentian kerja.
2. Agar kita mengetahui alasan mengapa dilakukannya pemberhentian kerja.
3. Agar kita mengetahui bagaimana proses pemberhentian kerja.
4. Agar kita mengetahui undang-undang yang mengatur mengenai pemberhentian kerja.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemberhentian

Pemberhentian adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) seseorang karyawan dengan


suatu organisasi perusahaan yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
perusahaan dengan karyawan. Istilah pemberhentian sinonim dengan separation, pemisahan,
atau pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan dari suatu organisasi perusahaan. Fungsi
pemberhentian harus dapat perhatian yang serius dari manajer perusahaan, karena telah diatur
oleh Undang-undang dan memberikan risiko bagi perusahaan maupun untuk karyawan yang
bersangkutan. Berikut beberapa pengertian pemberhentian menurut para ahli:

1. Menurut Ranuprodjo dan Husnan (1982: 110), menyebutkan bahwa pemberhentian


tidak lain adalah pemutusan hubungan kerja. Alasan yang biasa dikemukakan dalam
pemberhentian adalah karena karyawan tersebut dianggap tidak mampu lagi bekerja
pada organisasi dengan bail. Namun, ada pula karena kondisi perusahaan yang
memburuk.
2. Menurut Manullang (1972), pemberhentian pegawai adalah pemutusan hubungan
kerja antara suatu badan usaha dengan seseorang atau beberapa orang pegawai
karena sebab tertentu.
3. Menurut IG Wursanto (1988: 187), pemberhentian didefinisikan sebagai pemutusan
hubungan kerja antara seorang atau beberapa orang pegawai dengan perusahaan
yang timbul/terjadi karena perjanjian kerja mengakibatkan yang bersangkutan
kehilangan statusnya sebagai pegawai.
4. Menurut Hasibuan, pemberhentian didefinisikan sebagai pemutusan hubungan kerja
seorang karyawan dengan suatu organisasi perusahaan, artinya keterikatan kerja
karyawan terhadap suatu perusahaan berakhir.

Pemberhentian kerja atau PHK dikelompokkan menjadi dua, yaitu pemutusan


hubungan kerja sementara dan pemutusan hubungan kerja permanen:

 Pemutusan hubungan kerja sementara


1) Sementara tidak bekerja, para karyawan meninggalkan pekerjaan
sementara, namun masih memiliki ikatan dengan perusahaan dan
memiliki aturan masing-masing (cuti)
2) Pemberhentian Sementara, karyawan sementara tidak bekerja karena
alasan internal perusahaan.
 Pemutusan Hubungan Kerja Permanen
1) Atrisi, pemberhentian tetap seseorang dari perusahaan karena alasan
pengunduran diri, pensiun, atau meninggal (diawali oleh pekerja individual).
2) Terminasi, perpisahan permanen karyawan karena alasan tertentu (kinerja
buruk, kedisiplinan, dll).
3) Kematian.

Adapun fungsi dilakukannya pemberhentian kerja terhadap karyawan di suatu


perusahaan adalah sebagai berikut:

1) Mengurangi biaya tenaga kerja.


2) Menggantikan kinerja yang buruk. Bagian integral dari manajemen adalah
mengidentifikasi kinerja yang buruk dan membantu meningkatkan kinerjany.
3) Meningkatkan inofasi PHK meningkatkan kesempatan untuk memperoleh
keuntungan, yaitu:
a) Pemberian penghargaan melalui promosi atas kinerja individual yang tinggi.
b) Menciptakan kesempatan untuk level posisi yang baru masuk.
c) Tenaga kerja dipromosikan untuk mengisi lowongan kerja sebagai sumber
daya yang dapat memberikan inovasi/menawarkan pandangan baru
4) Kesempatan untuk perbedaan yang lebih besar. Meningkatkan kesempatan untuk
mempekerjakan karyawan dari latar belakang yang berbeda-beda dan
mendistribusikan ulang komposisi budaya dan jenis kelamin tenaga kerja

2.2 Alasan – Alasan Pemberhentian

Banyak alasan yang mendasari pemberhentian pegawai/karyawan di suatu


perusahaan. Pengusaha dapat melakukan pemberhentian atau PHK jika seorang karyawan
sudah melakukan kesalahan yang berat. Misalnya yang terdapat pada UU No. 13 Tahun 2003
yaitu, melakukan penipuan, pencurian, pencemaran nama baik perusahaan, menggunakan
obat-obatan terlarang, melakukan tindakan asusila, dan masih banyak lagi alasan yang
dimana itu bersifat merugikan perusahaan. Menurut Melayu SP. Hasibuan, beliau
menyebutkan ada beberapa alasan karyawan tersebut diberhentikan oleh suatu perusahaan,
yaitu:
1) Undang-Undang
Undang-undang dapat menyebabkan seorang karyawan harus diberhentikan dari
suatu perusahaan, antara lain anak-anak karyawan WNA, dan karyawan yang
terlibat organisasi terlarang.
2) Keinginan Perusahaan
Keinginan perusahaan memberhentikan karyawan ini disebabkan:
 Karyawan tidak mampu mengerjakan pekerjaannya
 Perilaku dan kedisiplinannya kurang baik
 Melanggar peraturan dan tata tertib perusahaan
 Tidak dapat bekerja sama dan konflik dengan karyawan lainnya
 Melakukan tindakan amoral dalam perusahaan.
3) Keinginan Karyawan
Pemberhentian atas keinginan pegawai sendiri adalah dengan cara mengajukan
permohonan untuk berhenti dari perusahaan tersebut yang disertai dengan alasan-
alasan dan kapan rencananya karyawan tersebut akan mulai berhenti bekerja,
seperti bulan depan, supaya perusahaan dapat menyiapkan penggantinya, sehingga
kegiatan perusahaan tidak terhenti pada bagian yang akan ditinggalkannya. Ada
beberapa alasan pengunduran diri, antara lain :
a) Pindah ke tempat lain untuk mengurus orang tua
b) Kesehatan yang kurang baik
c) Untuk melanjutkan Pendidikan
d) Untuk bewirausaha
e) Bebas jasa terlalu rendah
f) Mendapat pekerjaan yang lebih baik
g) Suasana dan lingkungan pekerjaan yang kurang serius
h) Kesempatan promosi yang tidak ada
i) Perlakukan yang kurang adil
4) Pensiun
Undang-undang mempensiunkan seseorang karena telah mencapai batas usia dan
masa kerja tertentu. Usia kerja seseorang karyawan untuk setatus kepegawaian
adalah 55 tahun atau seseorang dapat dikenakan pensiun dini, apabila menurut
keterangan dokter, karyawan tersebut sudah tidak mampu lagi untuk bekerja dan
umurnya sudah mencapai 50 tahun dengan masa pengalaman kerja minimal 15
tahun.
5) Kontrak Kerja Berakhir
Beberapa perusahaan sekarang ini banyak mengadakan perjanjian kerja dengan
karyawanya di dalam sutau kontrak dimana di dalamnya, disebutkan masa waktu
kerja atau masa kontraknya. Dan ini alasan juga tidak dilakukan pemutusan
hubungan kerja apabila kontrak kerja tersebut di perpanjang.
6) Meninggal Dunia
Pegawai yang meninggal dunia secara otomatis putus hubungannya kerjanya
dengan perusahaan dan perusahaan berkewajiban memberikan pesangon atau uang
pensiun bagi keluarga yang ditinggalkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
7) Perusahaan Dilikuidasi
Dalam hal perusahaan dilikuidasi masalah pemberhentian karyawan diatur dengan
peraturan perusahaan, perjanjian bersama dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Untuk menentukan apakah benar atau tidak perusahaan dilikuidasi
atau dinyatakan bangkrut harus didasarkan kepada peraturan perundang-
undangan.
8) Kesehatan Pegawai
Kesehatan pegawai dapat menjadi suatu alasan untuk pemutusan hubungan kerja
pegawai, inisiatif pemutusan hubungan kerja bisa berdasarkan keinginan
perusahaan ataupun pegawai. Besar gaji karyawan yang sakit-sakitan akan dibayar
oleh perusahaan berdasarkan ketentuan yang berlaku.

2.3 Proses Pemberhentian


Pemberhentian karyawan hendaknya berdasarkan peraturan dan perundang-undangan
yang ada agar tidak menimbulkan masalah. Setidaknya pemberhentian dilakukan dengan cara
yang sebaik-baiknya, sebagaimana pada saat mereka diterima menjadi karyawan. Dengan
demikian, tetap terjalin hubungan informal yang baik antara perusahaan dengan mantan
karyawan. Hal diatas pada dasarnya menjadi keinginan dua belah pihak. Akan tetapi, tidak
dapat diingkari sering terjadi pemberhentian dengan pemecatan, karena konflik yang tidak
dapat diatasi lagi. Pemecatan karyawan harus didasarkan kepada peraturan dan perundang-
undangan karena setiap karyawan mendapat perlindungan hukum sesuai dengan statusnya.
Proses pemberhentian karyawan harus menurut prosedur sebagai berikut:
a) Musyawarah karyawan dengan pimpinan perusahaan.
b) Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan perusahaan.
c) Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan, dan P4D.
P4D adalah suatu lembaga yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil pekerja,
pengusaha dan pemerintah (Tripartit) yang diangkat dan diberhentikan oleh menteri
Tenaga Kerja untuk periode masa bakti dua tahun, dan berkedudukan di tempat
tempat yang ditetapkan oleh Menteri tenaga Kerja serta bertujuan, berkewajiban dan
berwenang menyelesaikan perselisihan perburuhan dan pemutusan hubungan kerja
PHK perorangan.
d) Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan, dan P4P.
P4P adalah suatu lembaga yang keanggotannya terdiri dari wakil-wakil pekerja,
pengusaha dan pemerintah (Tripartit) yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
untuk periode masa bakti dua tahun dan berkedudukan di ibukota negara (jakarta)
serta berkewajiban, berwenang menyelesaikan perselisihan perburuhan dan
pemutusan hubungan kerja(PHK) secara besar-besaran (massal).
e) Pemutusan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri.

Prosedur ini tidak perlu dilakukan semuanya, jika pada tahap tertentu telah dapat
diselesaikan dengan baik. Tetapi jika tidak terselesaikan, penyelesaiannya hanya dengan
keputusan pengadilan negeri.

2.4 Undang-Undang Tentang Pemberhentian Kerja

Pemutusan hubungan kerja atau PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena


suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja atau
buruh dan pengusaha. Bagi pekerja, PHK berdampak langsung pada pendapatannya,
sementara bagi pengusaha, PHK berarti kehilangan pekerja yang telah terlatih dan mengerti
prosedur kerja di perusahaannya. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan peraturan
perundang-undangan untuk menjamin PHK dilakukan dengan bertanggung jawab dan tidak
merugikan salah satu pihak. Berikut beberapa Aturan mengenai Pemberhentian kerja yang
dituangkan dalam Undang-undang No.13 tahun 2003 berikut:

1) Pasal 156 ayat 1


Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar
uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak
yang seharusnya diterima.
2) Pasal 156 ayat 2
Perhitungan uang pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit
sebagai berikut :
 Masa kerja (MK) < 1 tahun, 1 bulan upah
 1 tahun < MK < 2 tahun, 2 bulan upah.
 tahun < MK < 3 tahun, 3 bulan upah.
 tahun < MK < 4 tahun, 4 bulan upah
 tahun < MK < 5 tahun, 5 bulan upah
 tahun < MK < 6 tahun, 6 bulan upah
 tahun < MK < 7 tahun, 7 bulan upah
 tahun < MK < 8 tahun, 8 bulan upah
 Masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 bulan upah.
3) Pasal 156 ayat 3
Perhitungan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
yaitu :
 tahun < Masa kerja (MK) < 6 tahun, 2 bln upah.
 6 tahun < MK < 9 tahun, 3 bln upah
 9 tahun < MK < 12 tahun, 4 bln upah
 12 tahun < MK < 15 tahun, 5 bln upah
 15 tahun < MK < 18 tahun, 6 bln upah
 18 tahun < MK < 21 tahun, 7 bln upah
 21 tahun < MK < 24 tahun, 8 bln upah
 MK > 24 tahun, 10 bulan upah

4) Pasal 156 ayat 4

Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) meliputi :
 Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
 biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat
dimana pekerja/buruh diterima bekerja;
 penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15%
(lima belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa
kerja bagi yang memenuhi syarat;
 hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.
5) Pasal 159
“Apabila pekerja/buruh tidak menerima PHK sebagaimana dimaksud
dalam pasal 158 ayat 1, pekerja/buruh yang bersangkutan dapat
mengajukan gugatan ke lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial”
6) Pasal 162
 Ayat 1 : Pekerja/buruh yg mengundurkan diri atas kemauan sendiri,
memperoleh uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat 4
 Ayat 2: Bagi pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri,
yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara
langsung, selain menerima uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156
ayat (4) diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
 Ayat 3 : Pekerja/buruh yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 harus memenuhi syarat :
1) mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-
lambatnya 30 hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri.
2) tidak terikat dalam ikatan dinas/kontrak
3) tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran
diri
 Ayat 4 : PHK dengan alasan pengunduran diri atas kemauan sendiri dilakukan
tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial

Ketentuan dalam aturan perburuhan Nasional pada prinsipnya mengenai PHK


menyatakan bahwa berbagai pihak dalam hal ini pengusaha, pekerja, serikat pekerja, dan
pemerintah harus mengupayakan agar tidak terjadi PHK (pasal 151 ayat (1) UU 13/2003 jo.
pasal 37 ayat (1) PP 35/2021)

PP 35/2021 pada Bab V, khusus mengatur pemutusan hubungan kerja, dengan rincian:

- Pasal 36 mengenai berbagai alasan yang mendasari terjadinya PHK. Alasan PHK
mendasari ditentukannya penghitungan hak akibat PHK yang bisa didapatkan oleh
pekerja.
- Pasal 37 sampai dengan Pasal 39 mengenai Tata Cara Pemutusan Hubungan Kerja
sejak tahap pemberitahuan PHK disampaikan hingga proses PHK di dalam
perusahaan dijalankan. Lebih lanjut bila PHK tidak mencapai kesepakatan tahap
berikutnya dilakukan melalui mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan
industrial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Pasal 40 sampai dengan Pasal 59 mengenai Hak Akibat Pemutusan Hubungan Kerja
yakni berupa uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak,
dan uang pisah. Penghitungannya berdasarkan alasan/dasar dijatuhkannya PHK.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pemberhentian adalah
pemutusan hubungan kerja (PHK) seseorang karyawan dengan suatu organisasi perusahaan
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara perusahaan dengan karyawan.
fungsi dari pemberhentian kerja salah satunya yaitu dapat mengurangi pengeluaran biaya
tenaga kerja pada suatu perusahaan.
Adapun alasan seorang karyawan di PHK itu karena beberapa alasan seperti kemauan
perusahaan, kemauan sendiri maupun undang-undang. Proses pemberhentian juga dilakukan
menurut hukum yang berlaku agar tidak menimbulkan permasalahan antara kedua belah
pihak. Ada banyak peraturan yang dituangkan dalam undang-undang yang mengatur
mengenai pemberhentian kerja, seperti UU No.13 tahun 2003 dan masih banyak lagi.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, belum lengkap dan ringkas. Dengan
makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran untuk memaksimalkan keberhasilan
makalah selanjutnya, karena kritik dan saran dari berbagai pihak sangat berarti bagi
pembuatan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini berguna bagi Pendidikan kita
agar lebih maju untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Holisah, Siti Nur. 2019. “Pemutusan Hubungan Kerja” dalam : makalah pemutusan kerja
prodi administrasi pendidikan STKIP Muhammadiyah Bogor.

Hasibuan, Melayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

https://nasional.kompas.com/read/2022/04/25/00150031/aturan-pemutusan-hubungan-kerja-
phk#:~:text=Aturan%20mengenai%20PHK%20dituangkan%20ke,13%20Tahun
%202003%20tentang%20Ketenagakerjaan.

https://repository.usm.ac.id/files/skripsi/A11A/2014/A.131.14.0241/A.131.14.0241-04-BAB-I-
20190124065655.pdf

https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/jaminan-kerja-1/pemutusan-hubungan-kerja

https://www.ekrut.com/media/alasan-perusahaan-melakukan-phk

https://gajigesa.com/pemutusan-hubungan-kerja/

Anda mungkin juga menyukai