Disusun oleh:
penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah hukum
ketenagakerjaan dengan judul Menangani konflik perusahaan pemutusan
hubungan kerja ( PHK )PT. Hasta Prima Industri
Kami memilih judul tersebut dengan maksud para pembaca, masyarakat umum
serta mahasiswa pada khususnya agar dapat memahami dan mengetahui tentang
cara menyikapi dan menangani konflik perusahaan. Kami sadari sepenuhnya
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh karna itu kami mohon maaf serta mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya dengan iringan doa yang tulus ikhlas semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Masalah pemberhentian merupakan masalah yang paling sensitif dalam dunia
ketenagakerjaan dan perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak,
termasuk oleh manager sumber daya manusia, karna ememerlukan modal atau
dana pada waktu penarikan maupun pada waktu karyawan tersebut berhenti. Pada
waktu penarikan karyawan, pimpinan perusahaan banyak mengeluarkan dana
untuk pembayaran kompensasi dan pengembangan karyawan, sehingga karyawan
tersebut merasa di tempatnya sendiri dan mengerahkan tenaganya untuk
kepentingan tujuan dan sasaran perusahaan dan karyawan itu sendiri.
Demikian juga ketika karyawan tersebut berhenti atau adanya pemutusan
hubungan kerja dengan perusahaan, perusahaan mengeluarkan dana untuk pensiun
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
D. Manfaat
1. Untuk mengetahui bagaimana dan juga mengetahui lebih jauh mengenai
peranan pimpinan dalam mengelola konflik organisasi.
2. Untuk mengetahui sikap dan tindakan serta untuk mengetahui bagaimana
kebijakan serta proses pengambilan keputusan dari pimpinan perusahaan.
Sehingga dapat menjadi ilmu dan pengetahuan lebih dari apa yang sudah didapat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Pengertian Pemberhentian
Menurut undang-undang No.13 tahun 2003 mengartikan bahwa
pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan
kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antar pekerja dan pengusaha.
Sedangkan menurut moekijat mengartikan bahwa pemberhentian adalah
pemutusan kerja seseorang karyawan dengan suatu organisasi perusahaan.
Istilah pemberhentian juga mempunyai arti yang sama dengan sparation yaitu
pemisah. Pemberhentian juga bisa berarti pemutusan hubungan kerja ( PHK )
karyawan dari suatu organisasi perusahaan. Pemberhentian yang dilakukan oleh
perusahaan harus berdasarkan pada undang undang no 12 tahun 1964 KUHP
dan seijin P4D atau P4P atau seijin keputusan pengadilan. Pemberhentian juga
harus memperhatikan pasal 1603 ayat 1 KUHP yaitu mengenai Tenggang waktu
dan ijin pemberhentian. Perusahaan yang melakukan pemberhentian akan
mengalami kerugian karena karyawan yang diberhentikan membawa biaya
penarikan, seleksi, pelatihan dan proses produksi berhenti. Pemberhentian yang
dilakukan oleh perusahaan juga harus dengan baik baik, mengingat pada saat
karyawan tersebut masuk juga dengan cara baik baik. Dampak pemberhentian
bagi karyawan yang diberhentikan yaitu dampak secara psikologis dan biologis.
Pemberhentian yang berdasarkan pada undang undang 12 tahun 1964 KUHP,
harus berperikemanusiaan dan menghargai pengabdian yang diberikannya kepada
perusahaan misalnya memberikan memberikan uang pensiun atau pesangon.
Pemutusan hubungan kerja merupakan fungsi terakhir manajer sumber daya
manusia yang dapat di definisikan sebagai pengakhiran hubungan kerja antara
pekerja dan pengusaha yang dapat disebabkan oleh bermacam alasan sehingga
berakhir pula hak dan kewajiban diantara mereka.
B. Jenis jenis PHK
1. PHK pada kondisi normal ( sukarela )
Dalam kondisi normal, pemutusan hubungan kerja akan menghasilkan sesuatu
yang sangat membahagiakan. Setelah melakukan tugas dan menjalankan peran
sesuai dengan tuntutan perusahaan dan pengabdian kepada perusahaan maka tiba
saatnya kepada seseorang untuk memperoleh penghargaan yang tinggi atas jerih
payah atas usahanya tersebut. Akan tetapi hal ini tidak terpisah dari bagaimana
pengalaman kerja dan tingkat kepuasan kerja seseorang selama memainkan peran
yang dipercayakan kepadanya. Ketika seseorang mengalami kepuasan yang tinggi
pada pekerjaannya, maka masa pensiun ini harus dinilai positif, artinya ia harus
ikhlas melepaskan semua atribut dan kebanggan yang disandangnya selama
menjalankan tugas, dan bersiap memasuki kehidupan yang tanpa peran.
Kondisi yang demikian memungkinkan pula munculnya perasaan sayang untuk
melepaskan jabatan yang digelutinya hampir lebih separuh hidupnya. Ketika
seseorang mengalami peran dan perlakuan yang tidak nyaman, tidak memuaskan
selama masa pengabdiannya, maka ia akan berharap untuk segera melepaskan dan
meninggalkan pekerjaan yang digelutinya dengan susah payah selama ini.
Selain itu ada juga karyawan yang mengundurkan diri. Karyawan dapat
mengajukan pengunduran diri kepada perusahaan secara tertulis tanpa paksaan /
intimidasi. Terdapat berbagai alasan pengunduran diri, seperti pindah ke tempat
lain, berhenti dengan alasan pribadi dan lain lain. Untuk mengundurkan diri
karyawan harus memenuhi syarat :
a. Mengajukan permohonan selambatnya 30 hari sebelumnya.
b. Tidak ada ikatan dinas.
c. Tetap melaksanakan kewajiban sampai mengundurkan diri.
dan perselisihan antar serikat buruh dalam satu perusahaan. Dalam mediasi
bilamana para pihak sepakat maka akan dibuat perjanjian bersama yang
kemudian akan didaftarkan di pengadilan hubungan industrial, namun
bilamana tidak ditemukan kata sepakat maka mediator akan mengeluarkan
anjuran secara tertulis, bila anjuran diterima maka para pihak
mendaftarkan anjuran tersebut ke Pengadilan Hubungan Industrial, dan
apabila para pihak atau salah satu pihak menolak anjuran maka pihak yang
menolak dapat mengajukan tuntutan kepada pihak yang lain melalui
pengadilan yang sama;
3. Penyelesaian melalui konsiliasi, yaitu penyelesaian melalui musyawarah
yang ditengahi oleh seorang konsiliator (yang dalam ketentuan undangundang PHI adalah pegawai perantara swasta bukan dari Depnaker
sebagaimana mediasi) dalam menyelesaikan perselisihan kepentingan,
Pemutusan Hubungan Kerja dan perselisihan antar serikat buruh dalam
satu perusahaan. Dalam hal terjadi kesepakatan maka akan dituangkan
kedalam perjanjian bersama dan akan didaftarkan ke pengadilan terkait,
namun bila tidak ada kata sepakat maka akan diberi anjuran yang boleh
diterima ataupun ditolak, dan terhadap penolakan dari para pihak ataupun
salah satu pihak maka dapat diajukan tuntutan kepada pihak lain melalui
pengadilan hubungan industrial;
4. Penyelesaian melalui arbitrase, yaitu penyelesaian perselisihan di luar
pengadilan hubungan industrial atas perselisihan kepentingan dan
perselisihan antar serikat buruh dalam suatu perusahaan yang dapat
ditempuh melalui kesepakatan tertulis yang berisi bahwa para pihak
sepakat untuk menyerahkan perselisihan kepada para arbiter. Keputusan
arbitrase merupakan keputusan final dan mengikat para pihak yang
berselisih, dan para arbiter tersebut dipilih sendiri oleh para pihak yang
berselisih dari daftar yang ditetapkan oleh menteri;
5. Penyelesaian melalui pengadilan hubungan industrial, yaitu penyelesaian
perselisihan melalui pengadilan yang dibentuk di lingkungan pengadilan
negeri berdasarkan hukum acara perdata. Pengadilan hubungan industrial
merupakan pengadilan tingkat pertama dan terakhir terkait perselisihan
kepentingan dan perselisihan antar serikat buruh, namun tidah terhadap
perselisihan hak dan pemutusan hubungan kerja karena masih
diperbolehkan upaya hukum ketingkat kasasi bagi para pihak yang tidak
puas atas keputusan PHI, serta peninjauan kembali ke Mahkamah Agung
bilamana terdapat bukti-bukti baru yang ditemukan oleh salah satu pihak
yang berselisih.
BAB III
PEMBAHASAN
B. Solusi
Solusi yang dapat diberikan terhadap kasus ini ialah, dengan melakukan
perundingan antara pihak pimpinan perusahaan dan para buruh yang akan di PHK.
Perundingan tersebut dilakukan dengan tujuan dapat memperoleh keputusan yang
optimal, yakni apabila tetap melakukan PHK maka para buruh harus dipenuhi
terlebih dahulu haknya seperti halnya uang pesangon sisah mereka bekerja.
Namun apabila keputusan untuk melakukan PHK dibatalkan maka tempatkan
kembali para buruh di posisi kerja mereka masing-masing dan berikan motivasi
kepada setipa pekerja agar dapat kembali bekerja secara maksimal agar dapat
memajukan perusahaan. Bentuk perubahan yang dapat dilakukan yakni mengenai
situasi kerja, sehingga dapat menumbuhkan motivasi dalam diri setiap karyawan
salah satunya seperti kultir organisasi yang meliputi norma, nilai dan keyakinan
bersama anggota perusahaan untuk meningkatkan individu. Kultur yang
mengembangkan rasa hormat kepada karyawan, yang melibatkan mereka dalam
pengambilan keputusan (Furtwengler, 2003).
Pimpinan perusahaan mengadakan pertemuan dengan perwakilan karyawan
tersebut untuk mencari solusi yang terbaik terhadap masalah ini. Setelah melalui
perdebatan panjang maka mereka sepakat untuk mencari pinjaman dana dari bank
demi menyelamatkan keuangan perusahaan. Dan bukan hanya itu saja, para
pegawaipun berjanji akan bekerja lebih giat lagi agar kegiatan perusahaan dapat
berjalan dengan baik dan meningkatkan kinerja dari perusahaan. Sehingga pada
akhirnya keuangan perusahaanpun dapat pulih kembali seperti semula sehingga
perusahaan berjalan dengan baik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
PHK sebagai manifestasi pensiun yang dilaksanakan pada kondisi tidak normal
nampaknya masih merupakan ancaman yang mencemaskan karyawan.Efisiensi
yang diberlakukan oleh perusahaan pada dewasa ini, merupakan jawaban atas
penambahan posisi-posisi yang tidak perlu di masa lalu, sehingga dilihat secara
struktur organisasi, maka terjadi penggelembungan yang sangat besar. Ketika
tuntutan efisiensi harus dipenuhi, maka restrukturisasi merupakan jawabannya. Di
sini tentu saja terjadi pemangkasan posisi besar-besaran, sehingga PHK masih
belum dapat dihindarkan.
Dari contoh kasus diatas menggambarkan bahwa untuk mengatasi suatu konflik
tidak harus dengan cara kekerasan melainkan dengan cara perdamaian yaitu
DAFTAR PUSTAKA
Marsel.
2011. Contoh
makalah
PHK. (http://marselinuserik.wordpress.com, di unduh pada tanggal 27
November 2013).