(Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Sumber Daya Manusia)
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
TAHUN 2022-2023
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap orang yang hidup sudah pasti membutuhkan biaya untuk
dapat menyambung hidupnya. Untuk bisa mendapatkan biaya tersebut
setiap orang harus mencari dan melakukan pekerjaan. Bekerja dapat
dilakukan secara sendiri maupun bekerja pada orang lain. Di dalam
melakukan sebuah pekerjaan, tentunya terdapat hubungan kerja antara
pekerja dan pengusahanya, dimana hubungan kerja tersebut dituangkan ke
dalam suatu bentuk perjanjian atau kontrak kerja.di dalam kontrak kerja
tersebut memuat apa saja yang menjadi hak dan kewajiban para pekerja
dan pengusahanya seperti pendapatan upah/ gaji dan keselamatan kerja.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah salah satu hal dalam
dunia ketenagakerjaan yang paling dihindari dan tidak diinginkan oleh
para pekerja/buruh yang masih aktif bekerja. Untuk masalah pemutusan
hubungan kerja yang terjadi sebab berakhirnya waktu yang telah
ditetapkan dalam perjanjian kerja tidak menimbulkan permasalahan
terhadap kedua belah pihak yaitu pekerja dan pengusahanya karena antara
pihak yang bersangkutan sama-sama telah menyadari atau mengetahiu saat
berakhirnya hubungan kerja tersebut sehingga masing-masing telah
berupaya mempersiapkan diri menghadapi kenyataan tersebut.1
Istilah pemberhentian juga mempunyai arti yang sama dengan
separation yaitu pemisahan. Pemberhentian juga bisa berarti Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) karyawan dari suatu organisasi perusahaan.
Pemberhentian yang dilakukan oleh perusahaan harus berdasarkan dengan
Undang – undang No 12 Tahun 1964 KUHP dan seijin P4D atau P4P atau
seijin keputusan pengadilan. Pemberhentian juga harus memperhatikan
pasal 1603 ayat 1 KUHP yaitu mengenai “tenggang waktu dan ijin
pemberhentian”. Perusahaan yang melakukan pemberhentian akan
1
Deasy Febriyanty, “Modul 14 Pemutusan Hubungan Kerja SDM Pelayanan Kesehatan,”
in Pemutusan Hubungan Kerja SDM Pelayanan Kesehatan, 2019, h.1.
mengalami kerugian karena karyawan yang diberhentikan membawa biaya
penarikan, seleksi, pelatihan dan proses produksi berhenti.2
BAB II
Pembahasan
2
Rizky Eka Febriansyah, Buku Ajar Manajemen Sumber Daya Manusia (Sidoarjo: UMSIDA Press,
2018), 143.
A. Alasan-Alasan dalam Pemberhentian
Menurut Hasibuan (2016) yang dikutip oleh Rizky Eka menyebutkan
beberapa alasan karyawan diberhentikan dari perusahaan, yaitu : 3
a. Undang-undang
Undang-undang dapat menyebabkan seorang karyawan
harus diberhentikan dari suatu perusahaan, antara lain anak-anak
dibawah umur, karyawan WNA, karyawan yang terlibat organisasi
terlarang.
b. Keinginan Karyawan
Terdapat berbagai alasan dari karyawan yang ingin berhenti
dari pekerjaannya. Umumnya alasan berupa :
a) Pindah ke tempat lain untuk mengurus orang tua.
b) Kesehatan yang kurang baik.
c) Untuk melanjutkan pendidikan.
d) Untuk bewirausaha.
e) Balas jasa terlalu rendah.
f) Mendapat pekerjaan yang lebih baik.
g) Suasana dan lingkungan pekerjaan yang kurang serius.
h) Kesempatan promosi yang tidak ada.
i) Perlakukan yang kurang adil
c. Keinginan Perusahaan
Perusahaan juga memiliki alasan tertentu dalam
memberhentikan karyawannya. umumnya disebabkan oleh:
a) Karyawan tidak mampu mengerjakan pekerjaannya.
b) Perilaku dan kedisiplinannya kurang baik.
c) Melanggar peraturan dan tata tertib perusahaan.
d) Tidak dapat bekerja sama dan konflik dengan karyawan
lainnya.
e) Melakukan tindakan amoral dalam perusahaan.
d. Memasuki masa Pensiun
3
Rizky Eka Febriansyah, h.144-147.
Undang-undang mempensiunkan seseorang karena telah
mencapai batas usia dan masa kerja tertentu. Usia kerja seseorang
karyawan untuk setatus kepegawaian adalah 55 tahun atau
seseorang dapat dikenakan pensiun dini, apabila menurut
keterangan dokter, karyawan tersebut sudah tidak mampu lagi
untuk bekerja dan umurnya sudah mencapai 50 tahun dengan masa
pengalaman kerja minimal 15 tahun.
e. Meninggal Dunia
Karyawan yang meninggal dunia secara otomatis hubungan
kerjanya dengan perusahaan akan terputus. Perusahaan tersebut
akan memberikan pesangon atau uang pensiun bagi keluarga yang
ditinggalkannya sesuai dengan peraturan yang ada. Seorang
karyawan yang meninggal dunia saat melaksanakan tugas,
pesangon atau golongannya diatur di dalam undang-undang.
Misalnya, pesangon lebih besar dan golongannya dinaikkan
sehingga uang pensiunnya lebih besar.
f. Perusahaan Dilikuidasi
Dalam hal perusahaan dilikuidasi masalah pemberhentian
karyawan diatur dengan peraturan perusahaan, perjanjian bersama
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk
menentukan apakah benar atau tidak perusahaan dilikuidasi atau
dinyatakan bangkrut harus didasarkan kepada peraturan
perundangundangan.
C. Pensiun
Memasuki usia pensiun adalah suatu proses berakhirnya masa kerja
secara rutin dan mulainya untuk memasuki masa beristirahat, karena masa
kerja secara aktif telah berakhir. Masa pensiun tersebut, kadang
merupakan masa yang cukup memprihatinkan, karena adanya persepsi
yang kurang tepat dalam memaknai masalah pensiun tersebut.5
Dampak yang sering muncul pada masa pensiun adalah sebagai akibat
ketidaksiapan seseorang menghadapi pensiun, misalnya adanya gangguan
psikologis dan ketidaksehatan dalam bentuk kecemasan, stres, bahkan mungkin
depresi. Kondisi demikian biasanya juga diikuti oleh adanya perubahan, dan
kemunduran fisik misalnya dalam bentuk munculnya berbagai gangguan
penyakit, antara lain hipertensi, diabetes, jantung dan lain-lain.
Namun sebaliknya, juga tidak sedikit seseorang Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang memasuki masa usia pensiun ternyata tetap dalam kondisi prima,
baik secara jasmani maupun rokhani. Dapat dikatakan, bahwa bekerja merupakan
salah satu kebutuhan manusia. Hal demikian karena dengan bekerja manusia akan
dapat memenuhi kebutuhannya, yaitu Pertama, kebutuhan fisik dan rasa aman
yang diartikan sebagai pemuasan terhadap rasa lapar, haus, tempat tinggal, dan
perasaan aman dalam menikmati semua hal tersebut. 6
D. Tunjangan Pensiun
Di dalam proses pelaksanaannya para penerima pensiun dapat
memilih salah satu dari beberapa jenis pensiun yang ditawarkan, dengan
melihat situasi dan kondisi yang terjadi. Berikut adalah jenis-jenis pensiun yang
ditawarkan oleh perusahaan:
4
Ahmad Zaini, “Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Menurut Pengaturan
Perundang-Undangan Ketenagakerjaan,” Ekonomi Dan Bisnis, 2019, h.10-11.
5
Moh Kadarisman, “Menghadapi Pensiun Dan Kesejahteraan Psikologis Pegawai Negeri
Sipil,” Jurnal Kebijakan Dan Manajemen PNS Volume 5 n (2011): h.45.
6
Moh Kadarisman, h.46.
a. Pensiun Normal. Pensiun yang diberikan untuk karyawan yang
usianya telah mencapai masa pensiun yang telah ditetapkan
perusahaan. Untuk wilayah Indonesia rata-rata seseorang
memasuki masa pensiun pada usia 55 tahun dan 60 tahun pada
profesi tertentu.
b. Pensiun Dipercepat. Pensiun yang dilakukan apabila
perusahaan menginginkan pengurangan karyawan di dalam
tubuh perusahaan.
c. Pensiun Ditunda. Pensiun yang diminta sendiri oleh karyawan
meskipun usianya belum memasuki usia pensiun. Karyawan
tersebut berhenti bekerja tetapi dana pensiun miliknya di
perusahaan tempat dia bekerja baru akan keluar pada masa
umur karyawan ini telah memasuki masa pension
d. Pensiun Cacat
Pensiun yang diberikan kepada karyawan yang mengalami
kecelakaan sehingga dianggap tidak mampu dipekerjakan seperti
semula, sedangkan umurnya belum memenuhi masa pensiun.
E. Dana Pensiun
Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan
menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Yang dimaksud
dengan manfaat pensiun disini adalah pembayaran berkala yang
dibayarkan kepada pekerja penerima pensiun pada saat usia pensiun dan
dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun. Berdasarkan
UU No 11 tahun 1992 mengenai Dana Pensiun, di Indonesia mengenal 2
jenis Dana Pensiun yaitu:7
a. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK). Dana pensiun yang
dibentuk dan dikelola oleh perusahaan pemberi kerja dan
memberi program pensiun manfaat pasti dan iuran pasti bagi
seluruh karyawannya.
7
Rizky Eka Febriansyah, Buku Ajar Manajemen Sumber Daya Manusia, h.167.
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Dana pensiun yang
didirikan oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa bagi
masyarakat umum, baik karyawan maupun pekerja mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
8
Rizky Eka Febriansyah, h.169.
Ahmad Zaini. “Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Menurut
Pengaturan Perundang-Undangan Ketenagakerjaan.” Ekonomi Dan Bisnis,
2019.
Rizky Eka Febriansyah. Buku Ajar Manajemen Sumber Daya Manusia. Sidoarjo:
UMSIDA Press, 2018.