Anda di halaman 1dari 11

PERTEMUAN 17

PHK / SEPARATION

A. Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa diharapkan memahami dan mengerti pada setiap materi phk/separation


yang telah diajarkan selama pembelajaran berlangsung.

B. URAIAN MATERI

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa yang baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat, sedangkan pengertian pekerja/buruh adalah setiap orang
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam berbentuk lain. Setiap
perusahaan atau organisasi membutuhkan yang namanya tenaga kerja untuk bisa
menjalankan sebuah perusahaan atau organisasi yang sedang dijalankan agar dapat
dikelola dengan baik agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang sudah
ditentukan. Dalam dunia pekerjaan terdapat PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja )
yang mana setiap karyawan akan mengalaminya yang membuat para tenaga kerja
takut akan phk karna adanya phk dapat mempersulit tidak hanya diri sendiri tetapi
keluarga pun merasakan dampaknya itu yang menjadi kekhawatiran karyawan.
Pengertian PHK ( pemutusan Hubungan Kerja ) adalah pemutusan hubungan
terhadap tenaga kerja karna suatu hal atau masalah tertentu yang menyebabkan
karyawan tersebut, berakhirnya hak dan kewajiban sebagai seorang tenaga kerja.

Pada Pasal 1 angka 25 Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan memberikan pengertian pemutusan hubungan kerja adalah
pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.
Pemerintah tidak mengharapkan perusahaan melakukan PHK tercantun dalam Pasal
151 ayat (1) Undang-undang No. 13 thaun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang
menyatakan pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan:
a) Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan
dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara
terusmenerus.
b) Pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi
kewajiban terhadap Negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
c) Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya.
d) Pekerja/buruh menikah .
e) Pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau
menyusui bayinya.
f) Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkakwinan
dengan pekerja/buruh lainnya di dalam 1 perusahaan, kecali telah diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau PKB.

1. Pengertian PHK / SEPARATION

Phk dimata karyawan termasuk hal negatif bahkan sangat dikhawatirkan karna
pemutusan kerja yang maraknya terjadi yang mengakibatkan pengganguran. kondisi
kehidupan politik yang goyah, kemudian disusul dengan menurunnya kondisi
perekonomian yang berdampak pada banyak industri yang harus gulung tikar, dan
tentu saja berdampak pada pemutusan hubungan kerja yang dilakukan dengan sangat
tidak terencana. Hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha berlangsung
selama pekerja masih mengikatkan dirinya untuk bekerja, dan hubungan kerja dapat
berakhir setelah pekerja tidak lagi mengikatkan dirinya untuk bekerja, sehingga
hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha tidak selamanya dapat berlangsung.
Adanya phk dalam hubungan kerja antara karyawan dengan perusahaan/pengusaha
ditandai dengan adanya ditandatangani Surat Perjanjian Kerja oleh kedua belah
pihak. Permasalahan antara pengusaha dan karyawan mungkin bisa terjadi di dalam
hubungan kerja baik sederhana maupun kompleks, baik yang dapat diselesaikan
secara kekeluargaan maupun yang harus diselesaikan melalui jalur hukum.

Menurut Keputusan Menteri Pekerja Nomor 150 tahun 2000 yang menetapkan
bahwa yang dimaksud dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah
pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja berdasarkan ijin
panitia daerah atau panitia pusat.

Pengertian karyawan adalah mereka yang berkerja di suatu perusahaan atau


lembaga untuk mengerjakan tugas operasional dan mengharapkan balas jasa berupa
komisi (uang). Dalam menjadi karyawan ada beberapa hal yang harus diperhatikan
sebelum benar – benar menjadi karyawan tidak hanya kontrak kerja tetapi pemutusan
hubungan kerja atau dikenal sebagai PHK. Maka dengan ini dapat disimpulkan
bahwa Pemutusan Hubungan kerja (PHK) yang juga dapat disebut dengan
pemberhentian atau separation memiliki pengertian yaitu sebuah pengakhiran atau
pemutusan hubungan kerja dengan alasan tertentu yang mengakibatkan berakhirnya
hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan.

2. Fungsi dan Tujuan PHK

a. Fungsi Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan adalah sebagai berikut:


1) Mengurangi biaya tenaga kerja
2) Menggantikan kinerja yang buruk. Bagian integral dari manajemen adalah
mengidentifikasi kinerja yang buruk dan membantu meningkatkan kinerjany.
3) Meningkatkan inofasi PHK meningkatkan kesempatan untuk memperoleh
keuntungan
4) Kesempatan untuk perbedaan yang lebih besar. Meningkatkan kesempatan
untuk mempekerjakan karyawan dari latar belakang yang berbeda-beda

Tujuan Pemutusan Hubungan Kerja memiliki kaitan yang erat dengan alasan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK):
1) Perusahaan/ pengusaha bertanggung jawab terhadap jalannya dengan baik dan
efektif salah satunya dengan PHK.
2) Pengurangan buruh dapat diakibatkan karena faktor dari luar seperti kesulitan
penjualan dan mendapatkan kredit, tidak adanya pesanan, tidak adanya bahan
baku produkti, menurunnya permintaan, kekurangan bahan bakar atau listrik,
kebijaksanaan pemerintah dan meningkatnya persaingan.

3. MACAM MACAM PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja )

PHK ( pemutusan Hubungan Kerja ) dibagi beberapa macam:


a. PHK ( pemutusan hubungan kerja ) oleh Pekerja
pemutusan hubungan kerja sukarela atau yang diprakarsai karyawan (voluntary
turnover) itu sendiri. pekerja berhak untuk meminta diputuskan hubungan kerja
dengan pihak pengusaha. Karena memang pada prinsipnya pekerja tidak boleh
dipaksakan untuk bekerja apabila dirinya sendiri tidak menghendakinya.

b. PHK ( pemutusan hubungan kerja ) oleh Pengusaha

Berdasarkan Pasal 158 ayat (1) UndangUndang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Pengusaha dapat memutusakan hubungan kerja terhadap
pekerja/buruh dengan alasan pekerja/buruh telah melakukan kesalahan berat
sebagai berikut:

 Pekerja/buruh melakukan tindakan penipuan, pencurian, atau penggelapan


barang dan/atau uang milik perusahaan

 Pekerja/buruh memberikan keterangan palsu sehingga merugikan pihak


perusahaan dan berakibat pada hukum.

 Pekerja/buruh menenggak minuman keras atau mendistribusikannya,


memakai dan mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
di lingkungan perusahaan.
Pengusaha juga dapat mem-PHK pekerja/buruh karena perusahaan mengalami
kerugian secara terus-menerus selama 2 tahun, atau keadaan memaksa (force
majeur) diharuskan menutup perusahaannya atau yang biasanya dilakukan oleh
pengusaha mem-PHK karyawannya karena keadaan memaksa untuk melakukan
efisiensi, sehingga sumber dayanya perlu dilakukan pengurangan.

c. PHK ( pemutusan hubungan kerja ) oleh Pengadilan


Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan artinya pengusaha dapat memutuskan
hubungan kerja terhadap pekerja melalui pengadilan negeri dengan alasan pekerja
telah melakukan kesalahan kesalahan berat karena melanggar hukum yang berlaku.
Sehingga pengusaha melayangkannya ke pengadilan negeri, bukan ke pengadilan
hubungan industrial.

d. PHK ( pemutusan hubungan kerja ) Demi Hukum

pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh pelaku usaha karena berakhirnya
jangka waktu perjanjian (kontrak kerja) yang dibuat antara pelaku usaha dengan
pekerja. Meskipun pemutusan hubungan kerja itu terjadi dengan sendirinya namun apabila
para pihak setuju untuk memperpanjang kontrak di kemudian hari, maka ketentuan tersebut
dapat diikuti dan hubungan kerja dapat kembali terjadi.

4. Jenis jenis PHK


 Menurut Sedarmayanti jenis Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) ada 2 jenis,
yaitu:
1) Permberhentian Sementara biasanya terjadi pada karyawan tidak tetap yang
hubungan kerjanya bersifat tidak tetap, perusahaan yang bergerak pada produk
musiman, Karyawan yang dikenakan tahanan sementara oleh yang berwajib
karena disangka telah berbuat tindak pidana kejahatan.
2) Pemberhentian Permanen sering disebut pemberhentian, yaitu terputusnya
ikatan kerja antara karyawan dengan perusahaan tempat bekerja.
 Menurut Mulia S Panggabean Jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ada 4
jenis, diantaranya:
1) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atas kehendak sendiri (Voluntary turnover)
hal ini terjadi jika karyawan yang memutuskan untuk berhenti dengan alasan
pribadi
2) Pemberhentian Karyawan karena habis masa kontrak atau karena tidak
dibutuhkan lagi oleh organisasi (Lay Off).
3) Pemberhentian karena sudah mencapai umur pensiun (Retirement). Saat
berhenti biasanya antara usia 60 sampai 64 tahun.
4) Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan atas kehendak pengusaha. Dalam
hal ini pengusaha memutuskan hubungan kerja dengan pekerja mungkin
disebabkan adanya pengurangan aktivitas atau kelalian pegawai atau
pelanggaran disiplin yang dilakukan pekerja.

Dari dua jenis PHK menurut para ahli dapat disimpulkan sebagai berikut:
Menurut mangkruprawira Pemutusan Hubungan kerja (PHK) ada 2 jenis,
a. pemutusan hubungan kerja sementara
PHK sementara dapat disebabkan karena keinginan sendiri ataupun karena
perusahaan dengan tujuan yang jelas dan dapat melakukan pekerjaan
berdasarkan proses yang sistimatis. (Jurnal Pendas Mahakam, Sulfemi, Wahyu.
Bagja. 2018)

b. pemutusan hubungan kerja permanen.


PHK Permanen dapat disebabkan 4 hal, yaitu:
1. Keinginan sendiri
2. Kontrak yang habis
3. Pensiun
4. Kehendak Perusahaan
5. Hak Hak Pekerja karena PHK
Para tenaga kerja memiliki hak dan kewajibannya selama bekerja disebuah perusahaan
atau organisasi oleh karena itu dengan adanya pemutusan hubungan kerja ( PHK )
maka adanya kewajiban perusahaan yang harus ditunaikan kepada tena ga kerja yang
terkena pemutusan hubungan kerja ( PHK ).
Perusahaan ataupu organisasi dalam memenuhi hak-hak para tenaga kerja akibat
menjadi korban PHK dapat dilihat dalam Pasal 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Nomor Kep-150/Men/2000 yaitu berupa :
1) Uang Pesangon, yaitu uang kompensasi yang harus dibayarkan oleh pelaku
usaha kepada pekerja/buruh sebagai akibat dari berakhirnya masa kerja atau
adanya PHK.
2) Uang Penghargaan Masa Kerja, yaitu uang yang wajib diberikan oleh pelaku
usaha kepada para pekerja/buruh sebagai upah dalam hal lamanya masa bekerja
pekerja/buruh yang bersangkutan.
3) Ganti Kerugian, yaitu upah yang wajib ditunaikan oleh pelaku usaha kepada
pekerja/buruh sebagai ganti rugi yang dialami oleh pekerja/buruh tersebut
karena akibat dari menjadi korban PHK.

6. Kompetensasi PHK
Dalam pemutusan hubungan kerja, perusahaan / pengusaha diwajibkan membayar
uang pesangon (UP) dan atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang
penggantian hak (UPH) yang seharusnya diterima yang dapat dihitung berdasarkan
upah karyawan dan masa kerjanya.
1. Perhitungan Uang Pesangon (UP) paling sedikit sebagai berikut:
a. Masa kerja kurang dari 1 tahun, 1 (satu) bulan upah.
b. Masa kerja kurang dari 1 - 2 tahun, 2 (dua) bulan upah.
c. Masa kerja kurang dari 2 - 3 tahun, 3 (tiga) bulan upah.
d. Masa kerja kurang dari 3 - 4 tahun, 4 (empat) bulan upah.
e. Masa kerja kurang dari 4-5 tahun, 5 (lima) bulan upah.
f. Masa kerja kurang dari 5 - 6 tahun, 6 (enam) bulan upah.
g. Masa kerja kurang dari 6 - 7 tahun, 7 (tujuh) bulan upah.
h. Masa kerja kurang dari 1 tahun, 7 - 8, 8 (delapan) bulan upah.

2. Perhitungan uang penghargaan masa kerja (UPMK) ditetapkan sebagai berikut:


a. Masa kerja 3 - 6 tahun 2 (dua bulan upah)
b. Masa kerja 6 - 12 tahun 3 (tiga bulan upah)
c. Masa kerja 12 - 15 tahun 4 (empat bulan upah)
d. Masa kerja 15 - 18 tahun 5 (lima bulan upah)
e. Masa kerja 18 - 21 tahun 6 (enam bulan upah)
f. Masa kerja 21 - 24 tahun 7 (tujuh bulan upah)
g. Masa kerja 3 - 6 tahun 8 (delapan bulan upah) h). Masa kerja 24 tahun atau
lebih 10 bulan upah

3. Uang penggantian hak yang seharusnya diterima (UPH) meliputi:


a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur
b. Biaya atau ongkos pulang untuk karyawan/buruh dan keluarganya ketempat
dimana karyawan/buruh diterima bekerja.
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15%
dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang
memenuhi syarat.
d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan
atau perjanjian kerja bersama.

7. Alasan alasan PHK yang diperbolehkan oleh undang undang


Perusahaan atau organisasi dalam melakukan pemutusan hubungan kerja tidak boleh
dilakuakan secara sepihak tetapi harus dirundingkan oleh kedua belah pihak yaitu
perusaahaa dan tenaga kerja agar tidak terjadi sebuah masalah.

Alasan alasan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang diizinkan oleh undang – undang
yaitu:
1) Apabila pekerja/buruh melakukan pengajuan pengunduran diri yang didasarkan
atas kemauannya sendiri dalam bentuk tertulis dan tentu saja tanpa adanya
pengaruh atau tekanan dari pihak lain baik dari pengusaha maupun rekan
kerjanya
2) Apabila pekerja/buruh telah mencapai usia pensiun yang seharusnya sesuai
dengan yang ditentukan sebelumnya dalam perjanjian kerja ataupun sesuai
dengan yang diatur dalam undang-undang
3) Apabila pekerja/buruh wafat atau meninggal dunia
4) Apabila perusahaan mengalami kemerosotan perekonomian atau kerugian yang
beruturut-turut
5) Apabila pekerja/buruh tidak melaksanakan tugas atau kewajibannya seperti
tidak bekerja dalam waktu yang lama, tanpa memberikan konfirmasi alasan
kepada pihak perusahaan
6) Apabila pekerja/buruh melakukan kesalahan berat atau tertangkap tangan
melakukan hal-hal yang dilarang oleh hukum maupun oleh kebiasaan yang ada
didalam masyarakat.

8. Proses Dan Prosedur PHK


Permberhentian Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan harus dilakukan dengan baik
dan sesuai dengan regulasi pemerintah yang masih diberlakukan. Namun karena
terkadang pemberhentian terkadang terjadi akibat konflik yang tak terselesaikan maka
menurut Umar (2004) pemecatan secara terpaksa harus sesuai dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Musyawarah karyawan dengan pimpinan perusahaan.
2. Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan perusahaan.
3. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4D
4. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4P
5. Pemutusan hubungan berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri.
Kemudian menurut Mutiara S. Panggabean Proses Pemberhentian hubungan kerja jika
sudah tidak dapat dihindari maka cara yang diatur telah diatur dalam Undang-undang
No.12 tahun 1964. Perusahaan yang ingin memutuskan hubungan kerja harus
mendapatkan izin dari P4D (Panitia Penyelesaian Perburuhan Daerah) dan jika ingin
memutuskan hubungan kerja dengan lebih dari sembilan karyawan maka harus dapat
izin dari P4P (Panitia Penyelesaian Perburuhan Pusat) selama izin belum didapatkan
maka perusahaan tidak dapat memutuskan hubungan kerja dengan karyawan dan harus
menjalankan kewajibannya.
Namun sebelum pemberhentian hubungan kerja harus berusaha untuk meningkatkan
efisiensi dengan:
1. Meengurangi shift kerja
2. Menghapuskan kerja lembur
3. Mengurangi jam kerja
4. Mempercepat pension
5. Meliburkan atau merumahkan karyawan secara bergilir untuk sementara

CONTOH SOAL
1. Sebutkan tujuan dari PHK?
2. Apa saja alasan – alasan phk yang diizinkan oleh undang – undang?
3. Apa pengertian dari PHK?
4. Sebutkan perhitungan uang penghargaan masa kerja (UPMK)?
5. Sebutkan dan jelaskan jenis jenis phk Menurut mangkruprawira?
Daftar Pustaka

Siti Nur Holisah. (2019). Modul Pemutus Hubungan Kerja. Bogor: STKIP Muhammadiyah
Bogor

Lalu Husni, 2010, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
hal. 63.

Sonhaji Fakultas Hukum, 2019, Analisis Yuridis Pemutusan Hubungan Kerja Akibat
Kesalahan Berat Pekerja, Bandung: Universitas Diponegoro

Pratiwi Ulina Ginting. (2016). Tinjauan Yuridis Terhadap Tenaga Kerja Yang Di PHK
(PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA) Secara Sepihak Dan Tanpa Ganti Rugi Dari
Perusahaan. Medan: Universitas Medan Area

https://repository.usm.ac.id/files/skripsi/A11A/2014/A.131.14.0241/A.131.14.0241-04-
BAB-I-20190124065655.pdf

https://www.pengadaanbarang.co.id/2020/11/pemutusan-hubungan-kerja-phk.html

Anda mungkin juga menyukai