Anda di halaman 1dari 14

PEMUTUSAN

HUBUNGAN
KERJA Kelompok 2
Wulan Elistia 1910070160005
Buyamin 1910070160006
Battau 1910070160007
PENGERTIAN
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
● Menurut Mutiara S. Panggabean: Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan pengakhiran
hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha yang dapat disebabkan oleh berbagai macam alasan,
sehingga berakhir pula hak dan kewajiban di antara mereka.

● Menurut Malayu S.P. Hasibuan: Pemberhentian adalah fungsi operatif terakhir manajemen
sumberdaya manusia.Dan istilah ini mempunyai sinonim dengan separation, pemisahan atau
pemutusan hubungan kerja (PHK).

● Menurut UU RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 ayat 25: Pemutusan
hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja atau buruh dan pengusaha.
● Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa Pemutusan Hubungan kerja (PHK) yang juga dapat
disebut dengan Pemberhentian, Separation atau Pemisahan memiliki pengertian sebagai sebuah
pengakhiran hubungan kerja dengan alasan tertentu yang mengakibatkan berakhir hak dan
kewajiban pekerja dan perusahaan.
Fungsi PHK Tujuan
1. PHK
Perusahaan/ pengusaha bertanggung jawab
terhadap jalannya perusahaan dengan baik
1. Mengurangi biaya tenaga kerja. dan efektif salah satunya dengan PHK.

2. Menggantikan kinerja yang 2. Pengurangan buruh dapat diakibatkan karena


buruk. faktor dari luar seperti kesulitan penjualan
dan mendapatkan kredit, tidak adanya
3. Meningkatkan inovasi. pesanan, tidak adanya bahan baku produktif,
menurunnya permintaan, kekurangan bahan
bakar atau listrik, kebijaksanaan pemerintah
4. Kesempatan untuk perbedaan dan meningkatnya persaingan.
yang lebih besar.
3. Tujuan lain pemberhentian yakni agar dapat
mencapai sasaran seperti yang diharapkan
dan tidak menimbulkan masalah baru.
PRINSIP-PRINSIP
PHK
Undang-undang dapat menyebabkan seseorang harus berhenti seperti
1. Undang-undang karyawan WNA yang sudah habis izinnya.

Perusahaan dapat memberhentikan karyawan secara hormat ataupun


2. Keinginan Perusahaan tidak apabila karyawan melakukan kesalahan besar

Buruh dapat memutuskan hubungan kerja sewaktu-waktu karena alasan


3. Keinginan karyawan mendesak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Ketika seseorang telah mencapai batas usia tertentu sesuai dengan


4. Pensiun peraturan perusahaan yang disepakati.

Kesehatan karyawan dapat dijadikan alasan pemberhentian karyawan. Ini bisa


5. Kesehatan karyawan berdasarkan keinginan perusahaan atau keinginan

6. Kontrak kerja berakhir


PRINSIP-PRINSIP
PHK
Karyawan dilepas jika perusahaan dilikuidisasi atau ditutup karena
7. Perusahaan dilikuidisasi bangkrut.

8. Meninggal Dunia
JENIS-JENIS PHK

1. PHK Sementara 2. PHK Permanen

PHK sementara dapat PHK permanen dapat


disebabkan karena disebabkan 4 hal, yaitu :
keinginan sendiri ataupun • Keinginan sendiri
karena perusahaan • Kontrak yang Habis
dengan tujuan yang jelas. • Pensiun
• Kehendak Perusahaan
Proses Dan Prosedur
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan harus dilakukan dengan baik dan
sesuai dengan regulasi pemerintah yang masih diberlakukan. Namun karena terkadang
pemberhentian terkadang terjadi akibat konflik yang tak terselesaikan maka menurut Umar
(2004) pemecatan secara terpaksa harus sesuai dengan prosedur sebagai berikut:
● Musyawarah karyawan dengan pimpinan perusahaan.
● Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan perusahaan.
● Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4D.
● Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4P.
● Pemutusan hubungan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri.
Proses Dan Prosedur
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Lanjutan...

● Kemudian menurut Mutiara S. Panggabean Proses Pemberhentian hubungan kerja jika sudah tidak
dapat dihindari maka cara yang diatur telah diatur dalam Undang-undang No.12 tahun 1964.
● Perusahaan yang ingin memutuskan hubungan kerja harus mendapatkan izin dari P4D (Panitia
Penyelesaian Perburuhan Daerah) dan jika ingin memutuskan hubungan kerja dengan lebih dari
sembilan karyawan maka harus dapat izin dari P4P (Panitia Penyelesaian Perburuhan Pusat)
selama izin belum didapatkan maka perusahaan tidak dapat memutuskan hubungan kerja dengan
karyawan dan harus menjalankan kewajibannya.
● Namun sebelum pemberhentian hubungan kerja harus berusaha untuk meningkatkan efisiensi
dengan:
• Mengurangi shift kerja
• Menghapuskan kerja lembur
• Mengurangi jam kerja
• Mempercepat pension
• Meliburkan atau merumahkan karyawan secara bergilir untuk sementara
Proses Dan Prosedur
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Lanjutan...

Pemerintah tidak mengharapkan perusahaan melakukan PHK tercantun dalam Pasal 153 ayat (1) Undang-
Undang No. 13 Thaun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang menyatakan pengusaha dilarang melakukan PHK
dengan alasan :

1. Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak
melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus.

2. Pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya Karena memenuhi kewajiban terhadap Negara


sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya.

4. Pekerja/buruh menikah.

5. Pekerja/burh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya.


Proses Dan Prosedur
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Lanjutan...
6. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkakwinan dengan pekerja/buruh lainnya di
dalam 1 perusahaan, kecali telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau PKB.

7. Pekeerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat buruh melakukan
kegiatan serikat/pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan
pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
PKB.

8. Pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang
melakukan tindak pidana kejahatan

9. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik
atau status perkawinan.

10. Pekerja/Buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibar kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja
yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penembuhannya belum dapat dipastikan
• Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja,
pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon
(UP) dan atau uang penghargaan masa kerja

p en sa si (UPMK) dan uang penggantian hak (UPH) yang

Kom seharusnya diterima.

PHK • UP, UPMK, dan UPH dihitung berdasarkan upah


karyawan dan masa kerjanya.
Perbedaan PHK di UU Nomor 13
Tahun 2003 dengan RUU Cipta
Kerja omnibus law Pada RUU Cipta Kerja menambah 5 poin lagi
alasan perusahaan boleh melakukan PHK,
diantaranya meliputi:
• Perusahaan melakukan efisiensi
1. Ketentuan PHK • Perusahaan melakukan penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, atau pemisahan perusahaan
Melihat pada UU Ketenagakerjaan, ada  9 alasan • Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban
perusahaan boleh melakukan PHK seperti: pembayaran utang
• Perusahaan bangkrut • Perusahaan melakukan perbuatan yang merugikan
• Perusahaan tutup karena merugi pekerja/buruh
• Perubahan status perusahaan • Pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan
• pekerja/buruh melanggar perjanjian kerja atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat
• pekerja/buruh melakukan kesalahan berat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas
• pekerja/buruh memasuki usia pensiun 12 (dua belas) bulan
• pekerja/buruh mengundurkan diri
• pekerja/buruh meninggal dunia
• pekerja/buruh mangkir
Perbedaan PHK di UU Nomor 13
Tahun 2003 dengan RUU Cipta Sementara pada RUU Cipta Kerja, terdapat beberapa perubahan.
• Dalam pasal 156 poin 2 UU 13 Tahun 2003, perhitungan uang
Kerja omnibus law pesangon disebutkan diberikan "paling sedikit" sesuai dengan
rincian ketentuan yang ada.
• Sedangkan, pada pasal 156 RUU Cipta Kerja, pesangon
2. Pesangon diberikan "paling banyak" berdasarkan rincian yang sama
dengan UU Nomor 13 Tahun 2003.
Di dalam Pasal 156 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang  
Ketenagakerjaan, diatur mengenai pesangon atau uang penghargaan Uang penggantian hak yang seharusnya diterima meliputi:
masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima, • Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur
wajib dibayarkan pengusaha. Uang penggantian hak yang dimaksud • Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya
meliputi beberapa hal seperti: ke tempat di mana pekerja diterima bekerja
• Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur • Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan
• Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
ketempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja
Pada UU Cipta Kerja ini, pasal mengenai tambahan pesangon yang
• Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan didapatkan pekerja apabila perusahaan melakukan efisiensi dihapus.
ditetapkan 15 persen dari uang pesangon dan/atau uang
penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat Sementara, besaran maksimal pesangon yang didapatkan pekerja
• Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan terkena PHK turun menjadi 25 kali upah. Yakni terdiri atas 19 kali
perusahaan atau perjanjian kerja bersama. upah bulanan dan 6 kali jaminan kehilangan pekerjaan (JKP).
Maksimal pesangon yang bisa didapatkan pekerja yang terkena
PHK, menurut UU Ketenagakerjaan, bisa mencapai 32 kali upah.
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai