ABSTRACT
The development that occurred in the Bogor city is currently feared will have an impact on shifting authenticity of existing regional identity.
Regional identity that still exists is one manifestation of local wisdom carried out by the community. This research was conducted to identify the type
of local wisdom that is still done by the community to be assessed and analyzed by One Score One Criteria Scoring System method to be proposed as
the regional identity of Bogor City. Languang Badong, Lodong Bogoran, Wayang Hihit, Rengkong Hatong and Tauge Goreng are local wisdom of
art and culinary aspect in Bogor City. The ecotourism concept put forward to maintain the local wisdom in Bogor City.
ABSTRAK
Pembangunan dan perkembangan yang terjadi di Kota Bogor saat ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap bergesernya keaslian identitas
daerah yang ada. Identitas daerah yang masih ada merupakan salah satu perwujudan kearifan lokal yang dilakukan oleh masyarakat. Penelitian ini
dilakukan untuk mengidentifikasi jenis kearifan lokal yang masih dilakukan oleh masyarakat, kemudian dinilai dan dianalisis dengan metode One
Score One Criteria Scoring System. Langir Badong, Lodong Bogoran, Wayang Hihit, Rengkong Hatong dan Tauge Goreng adalah kearifan lokal dari
aspek kesenian dan kuliner yang ada di Kota Bogor. Konsep ekowisata dikedepankan untuk mempertahankan kearifan lokal di Kota Bogor.
274
Media Konservasi Vol. 23 No. 3 Desember 2018: 274-280
Pertama, sebagai penanda identitas sebuah komunitas. kualitatif deskriptif. Avenzora (2008) mengatakan bahwa
Kedua, sebagai elemen perekat (aspek kohesif) lintas dalam penilaian kualitatif, salah satu struktur nilai yang
warga, lintas agama dan kepercayaan. Ketiga, kearifan mudah dan umum digunakan adalah sistem skoring,
lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah tetapi dalam penggunaannya sangat sering dijumpai
komunitas. Keempat, mengubah pola pikir dan hubungan kesalahan dan kelemahan berupa inkonsistensi struktur
timbal balik individu dan kelompok dengan skor dan kelemahan penetapan indikator setiap satuan
meletakkannya di atas kebudayaan yang dimiliki. skor. Salah satu cara untuk mengeliminasi hal tersebut
Kelima, mendorong terbangunnya kebersamaan, adalah dengan menggunakan Skala Likert yang diubah
apresiasi sekaligus sebagai sebuah mekanisme bersama menjadi sistem skoring yang terstruktur.
untuk menepis berbagai kemungkinan yang meredusir, Data primer yang digunakan dalam studi adalah
bahkan merusak, solidaritas komunal, yang dipercayai kuesioner tertutup yang disebarkan kepada budayawan
berasal dan tumbuh di atas kesadaran bersama, dari dan seniman yang kemudian dianalisis menggunakan
sebuah komunitas terintegrasi (Sumarmi dan Amirudin, metode One Score One Criteria Scoring System yaitu
2014 ). suatu model analisis yang digunakan melalui
Kearifan lokal merupakan wujud dari perilaku pengembangan elaborasi rangkaian kuesioner tertutup
komunitas atau masyarakat tertentu sehingga dapat hidup dalam pengumpulan data dan mengevaluasi berbagai
berdampingan alam/ lingkungan tanpa harus variabel yang telah ditetapkan oleh peneliti (Avenzora
merusaknya. Prawiladilaga dalam Sufia et al. (2016) 2008 ). Setiap variabel dijabarkan dalam beberapa unsur
menguraikan bahwa kearifan lokal merupakan suatu budaya baik yang unsur budaya material dan immaterial.
kegiatan unggulan dalam masayarakat tertentu, Setiap unsur budaya tersebut akan dibagi dalam
keunggulan tersebut tidak selalu berwujud dan pertanyaan-pertanyaan yang lebih detail. Setiap
kebendaan, sering kali di dalamnya terkandung unsur pertanyaan yang merupakan rincian detail dari unsur
kepercayaan atau agama, adat istiadat dan budaya atau budaya diberi skor 1-7. Skor 1 untuk sangat tidak
nilai-nilai lain yang bermanfaat seperti untuk kesehatan, dikenal, skor 2 untuk tidak dikenal, skor 3 untuk tidak
pertanian, pengairan, dan sebagainya. Merujuk terlalau dikenal, skor 4 untuk biasa saja, skor 5 untuk
pengertian tersebut dapat dijelaskan pula bahwa kearifan cukup dikenal, skor 6 untuk dikenal dan skor 7 untuk
lokal sudah mengakar, bersifat mendasar dan telah sangat dikenal. Pola pemaknaan dari setiap skor bisa
menjadi wujud perilaku dari suatu warga masyarakat diubah sesuai dengan kebutuhan. Data sekunder
guna mengelola dan menjaga lingkungan dengan diperoleh melalui studi pustaka yang terdiri dari data
bijaksana. RTRW Kota Bogor, data program dan kegiatan serta data
Perkembangan pembangunan Kota Bogor yang aktual tentang Material dan Immaterial Herritage dari
pesat dan semakin padatnya jumlah penduduk Bogor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor.
berpengaruh terhadap ketersediaan lahan baik untuk
pertanian maupun pemukiman. Kondisi ini juga
dipengaruhi oleh banyaknya penduduk dengan gaya HASIL DAN PEMBAHASAN
perkotaan yang pindah dari Jakarta ke Bogor sehingga 1. Kearifan Lokal di Kota Bogor
meningkatnya kebutuhan akan fasilitas perkotaan modern
seperti shopping mall, fast food restaurant, dan lain-lain Kondisi lahan kota yang semakin sempit
(Tohjiwa et al. 2010 ). Beberapa alasan warga yang mengakibatkan sumberdaya alam berkurang, tetapi
bekerja di Jakarta tetapi lebih memilih Bogor sebagai kondisi ini dimanfaatkan oleh salah satu seniman untuk
tempat tinggal antara lain adanya moda transportasi berkreasi menciptakan kesenian yang menggunakan
(terutama Kereta Api Listrik) dan aksesibilitas yang bambu sebagai medianya. Bambu menjadi salah satu
menunjang mobilitas penduduk. Ketersediaan lahan pada kelengkapan yang tidak bisa ditinggalkan dalam
saat ini mengarah di daerah pinggiran kota sehingga hasil kehidupan budaya masyarakat misalnya dalam upacara
dari sumberdaya alampun juga terbatas. Penelitian ini adat, upacara perkawinan, hajatan keluarga bahkan bahan
bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kearifan lokal baku bambu menjadi alat musik khas komunitas tertentu.
yang masih dilakukan oleh masyarakat Kota Bogor Kegunaan dan manfaat bambu bervariasi mulai dari
dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada. perabotan rumah, perabotan dapur dan kerajinan, bahan
bangunan serta peralatan lainnya dari yang sederhana
sampai dengan industri bambu lapis, laminasi bambu,
METODE PENELITIAN maupun industri kertas yang sudah modern.
Tanaman bambu mempunyai sistem perakaran
Responden dalam penelitian ini adalah budayawan
serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat.
dan seniman yang berjumlah 30 orang. Budayawan dan
Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman
seniman dianggap sebagai orang yang mengetahui
ini menjaga sistem hidroorologis sebagai pengikat tanah
sejarah dan kondisi perkembangan Kota Bogor.
dan air, sehingga dapat digunakan sebagai tanaman
Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor pada bulan
konservasi. Rumpun bambu di Tatar Sunda disebut
September 2014 sampai April 2015. Persepsi dari
dapuran awi juga akan menciptakan iklim mikro di
budayawan dan seniman akan dianalisis dengan metode
275
Kearifan Lokal Untuk Pengembangan Ekowisata
sekitarnya, sedangkan hutan bambu dalam skala luas Sumberdaya alam lainnya yang masih dimanfaatkan
pada usia yang cukup dapat dikategorikan sebagai satu tumbuhan Patat Lipung yang biasa dikenal dengan nama
satuan ekosistem yang lengkap. Kondisi hutan bambu patat daun. Tumbuhan ini tingginya 1,5-2 m dan dapat
memungkinkan mikroorganisme dapat berkembang bertahan hidup di daerah yang berada pada ketinggian di
bersama dalam jalinan rantai makanan yang saling atas 200 mdpl. Tumbuhan ini banyak ditemukan di
bersimbiosis (Hartanto 2011). Tanaman bambu daerah Ciapus. Tumbuhan ini pada saat ini
mempunyai nilai ekonomi yang meyakinkan. Budaya dibudidayakan karena daunnya dijual dan digunakan
masyarakat menggunakan bambu dalam berbagai sebagai pembungkus (Heyne 1987). Makanan yang
aktivitas kehidupan sehingga bambu dapat dikategorikan menggunakan pembungkus daun patat adalah taoge
sebagai multipurpose tree species (MPTS = jenis pohon goreng.
yang serbaguna). Pemanfaatan bambu secara tradisional Kearifan lokal yang terkait dengan pemanfaatan
masih terbatas sebagai bahan bangunan dan kebutuhan sumber daya alam dapat terlihat pada penggunaan
keluarga lainnya (alat rumah tangga, kerajinan, alat bambu untuk alat kesenian dan daun patat pada makanan
kesenian seperti angklung, calung, suling, gambang, khas Kota Bogor yaitu tauge goreng. Hasil pemanfaatan
bahan makanan seperti rebung). bambu dan daun patat dapat dilihat pada Tabel 1.
a. Langir Badong Langir Badong adalah coklat dan coklat tua. Warna
Tari Langir Badong termasuk tarian tradisional tersebut disesuaikan dengan ide dari penciptaan alat
yang baru diciptakan tahun 2008. Langir Badong sebagai musik Langir Badong. Alat musik ini warnanya
kreasi alat musik baru merupakan pengembangan dari disesuaikan dengan warna yang dimiliki oleh
alat musik gambang renteng yang dikembangkan kalajengking yaitu coklat tua.
menjadi calung dan dikemas lagi menjadi Langir Pertunjukan Langir Badong secara keseluruhan
Badong. Alat musik Langir Badong memiliki tekstur pertunjukan Langir Badong memiliki filosofi sesuai
yang halus. Alat musik Langir Badong terbuat dari dengan model alat musik tersebut yaitu kalajengking.
bambu, dipoles dan didesain sesuai dengan bentuk yang Tari tersebut menggambarkan karakter seseorang seperti
jika disatukan akan membentuk desain seekor seekor kalajengking yang cenderung berada di tempat
kalajengking. Alat musik ini desainnya sudah tercatat di yang jauh dari keramaian dan cenderung lebih tenang
Hak Intelektual Indonesia dan sudah dipatenkan. Alat atau diam. Kesenian Langir Badong pada saat ini
musik Langir Badong dimainkan dengan cara digendong ditampilkan pada saat promosi kesenian Bogor oleh
dan kemudian alat dipukul. Alat ini dimainkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor.
seorang perempuan dengan cara memukul alat sambil b. Lodong Bogoran
melakukan gerakan-gerakan sebuah tarian. Penampilan Lodong Bogoran merupakan tarian asli Bogor. Pada
Langir Badong pada acara seni helatan dapat dilakukan tahun 2008, Ade Suarsa merupakan pencipta nama
oleh dua orang saja. Langir Badong dalam acara festival Lodong. Lodong adalah peralatan bertani yang terbuat
bisa dimainkan oleh delapan hingga sepuluh orang. dari bambu. Tujuan utama dari terciptanya kesenian
Karakteristik warna yang ditampilkan dari alat musik Lodong Bogoran adalah untuk melestarikan budaya
276
Media Konservasi Vol. 23 No. 3 Desember 2018: 274-280
277
Kearifan Lokal Untuk Pengembangan Ekowisata
dibungkus dengan daun patat dan diikat dengan bambu semua kegiatan pada kota cenderung lebih bersifat cepat
yang telah diserut tipis dan disematkan pada daun dan praktis (Syah 2013). Dengan demikian, penting bagi
sebagai pengikat daun. Kota Bogor mempertahankan segala sejarah yang
Penggunaan daun patat ini sebagai bahan pengemas dimilikinya baik dalam bentuk fisik maupun non fisik di
sudah dilakukan sejak awal keberadaan tauge goreng. dalamnya. Hal ini sebagai penahan arus modernisasi dari
Penggunaan daun patat bermanfaat untuk mendinginkan kegiatan kunjungan yang dilakukan oleh pengunjung luar
pencernaan. Tatanan nampan yang diisi dengan air untuk daerah Bogor.
merebus tauge dan pemakaian api yang dibuat dari bara Disisi lain perkembangan daerah tujuan wisata yang
kayu, sehingga rasa taugenya sangat khas. Pada saat ini mengerucut pada hal yang cenderung sama
penggunaan kayu bakar sudah sangat terbatas, sebagian mengakibatkan penawaran atraksi wisata hampir tidak
besar pedagang tauge goreng lebih memilih memakai dapat dibedakan lagi dan mendorong tingkat kebosanan
kompor gas. Alasan pemakaian kompor gas karena lebih pengunjung wisata (tren foto selfie) lebih cepat. Kondisi
praktis, asap tidak mengganggu pembeli, sulitnya demikian yang mendasari bahwa perlu untuk dibuatnya
mendapatkan kayu bakar dan harga yang tergolong pengalaman wisata yang berbeda, spesifik dan otentik
mahal. Beberapa pedagang masih menggunakan kayu dari daerah tujuan wisata lainnya. Dengan kata lain
bakar untuk menjaga kekhasan aroma dari taoge goreng. pengembangan wisata yang didasari pada kecenderungan
Kayu bakar yang digunakan oleh pedagang adalah kayu identitas regional suatu kota lebih bersifat khusus atau
bongkahan dari bangunan. alternatif.
Hasil penelitian menemukan bahwa kearifan lokal
2. Memperkuat elemen budaya melalui penetapan Kota Bogor dalam bidang kesenian dan kuliner masih
Identitas Regional Kota Bogor sangat memerlukan bahan-bahan alami dalam
keberlangsungannya. Masyarakat masih menggunakan
Identitas secara obyektif menurut Knapp (2003)
bambu untuk alat kesenian dan kayu serta daun patat
didasarkan pada budaya, lingkungan fisik dan lanskap.
untuk menyajikan tauge goreng sebagai makanan khas
Identitas dapat bertahan jika daerah tersebut mampu
Kota Bogor. Bambu yang digunakan berjenis bambu
mempertahankan karakteristiknya. Karakteristik Kota
apus/awi tali (Gigantochloa apus Kurz), bambu ater/awi
Bogor dipengaruhi oleh sejarahnya, dimulai dari kota
temen (Gigantochloa verticillata Munro), bambu hitam
tradisional (kerajaan) kemudian berkembang pada masa
(Gigantochloa atroviolacea Widjaja) dan bambu tamiang
kolonial dan setelah merdeka menghadapi era
(Schizostachyum blumei Nees & McClure). Keberadaan
modernisasi serta globalisasi. Perkembangan kota di
bambu-bambu tersebut tidak lagi didapatkan di daerah
Indonesia mempunyai alur sejarah yang hampir sama
Kota Bogor namun harus didatangkan dari daerah sekitar
dengan kota-kota lainnya, tetapi pengaruh dan
Kota Bogor seperti Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur
keberadaan kerajaan mengakibatkan budaya yang
dan Kuningan. Pangestu (2011) mengataka bahwa selain
berbeda-beda. Bogor sebagai salah satu kota yang pernah
konversi lahan menjadi pemukiman penduduk, bambu
menjadi pusat Kota Pajajaran mempunyai budaya yang
juga termasuk tanaman liar yang bebas diekspoitasi
beragam dan dikemas dalam kearifan lokalnya. Kearifan
sehingga mudah menjadi langka. Bambu tamiang bahkan
lokal dimaknai sebagai pandangan hidup dan ilmu
termasuk langka atau sulit dicari karena selain digunakan
pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang
sebagai kerajinan juga bermanfaat sebagai obat.
berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal
Pada kuliner tauge goreng, keberadaan kayu bakar
dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
juga sudah tergantikan dengan kompor berbahan gas atau
kebutuhan mereka (Fajarini 2014).
kayu bongkahan yang mudah ditemukan untuk
Pemaparan temuan mengenai kearifan lokal Kota
pembakaran (bersifat seadanya). Daun patat (Phrynium
Bogor pada pembahasan sebelumnya dapat dicermati
pubinerve Bl.) sebagai pembungkus tauge goreng
lebih lanjut, bahwa untuk menjadikan elemen budaya
dikhawatirkan akan tergantikan dengan pembungkus
sebagai identitas regional Kota Bogor maka tantangan
kertas. Dengan demikian, perlu adanya sikap untuk
yang perlu dijawab dan digarisbawahi yaitu bagaimana
mempertahankan kearifan lokal sebagai bentuk
memperkuat elemen budaya sebagai karakter penting
pertahanan dalam melestarikan pengetahuan yang ada.
dalam penetapan Identitas Regional Kota Bogor sebagai
Masyarakat dapat memulainya dengan memunculkan
Kota Pusaka untuk mempertahankan nilai historis yang
gagasan dan komitmen bahwa kearifan lokal dapat
dimilikinya serta mendukung kegiatan ekowisata di Kota
dikembangkan menjadi sesuatu yang bernilai melalui
Bogor. Dalam hal ini perlu ditekankan terlebih dahulu
kerjasama masyarakat dengan berbagai stakeholder dari
bahwa kearifan lokal mampu mendukung domain
berbagai sektor untuk memanfaatkan kearifan lokal
konservasi serta memperkaya sumberdaya ekowisata.
dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Inisiasi penguatan kearifan lokal sebagai identitas
Gagasan yang dapat dipertimbangkan untuk
regional Kota Bogor dapat dikedepankan bahwa sebagai
diimplementasikan adalah: pertama, melakukan
kota yang sering didatangi oleh pengunjung maka Kota
Integrated Stakeholders Management, meliputi
Bogor cenderung terdistraksi dengan adanya pengaruh
pemerintah, kelompok masyarakat, akademisi, LSM, atau
modern dari daerah lain. Pengaruh ini mengakibatkan
pun pihak swasta. Dalam pola dan mekanisme kerjanya,
278
Media Konservasi Vol. 23 No. 3 Desember 2018: 274-280
berbagai sudut pandang yang bersifat parsial harus Dengan demikian diharapkan terbentuk pengetahuan dan
didorong dalam manajemen yang adil untuk melahirkan image dari pengunjung wisata bahwa Kota Bogor adalah
musyawarah mufakat. Kedua, penguatan lembaga adat kota yang mendukung pelestarikan kearifan lokal budaya
dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia masyarakatnya.
(seniman/pengrajin, pelaku bisnis kuliner, masyarakat
peduli lingkungan). Hal ini menjadi penting karena
mereka sebagai elemen sosial kunci dalam melestarikan SIMPULAN
kearifan lokal, sehingga domain sosial budaya dan Kearifan lokal masyarakat Kota Bogor yang masih
konservasi menjadi lebih dikedepankan. Ketiga, lestari di antaranya kesenian dan kuliner. Lodong
memperkuat kearifan lokal melalui ekowisata. Elemen bogoran, langir badong, wayang hihit dan rengkong
kearifan lokal yang terdapat di Kota Bogor dinilai masih hatong adalah kesenian yang tergolong masih dikenal
dikenal oleh masyarakat sehingga dapat menjadi acuan oleh masyarakat Kota Bogor. Dari aspek kuliner, tauge
bahwa perlu untuk dibudayakan kembali kearifan lokal goreng dinilai masih dipakai oleh masyarakat Kota
tersebut. Kearifan lokal melalui ekowisata akan Bogor. Optimalisasi kearifan lokal Kota Bogor dilakukan
dihidupkan kembali sehingga diharapkan dapat dengan menentukan identitas regional kota dengan
membudaya dalam kehidupan masyarakat Kota Bogor. didasari pada kearifan lokal masyarakat yang ada.
Pada fase ‘penghidupan kembali’ kearifan lokal, Strategi pengoptimalan identitas regional dapat dilakukan
ekowisata turut mengedepankan kegiatan dengan mengembangkan ekowisata di Kota Bogor.
pembudidayaan bahan-bahan utama dalam kearifan lokal Bentuk ekowisata yang dikedepankan yaitu ekowisata
tersebut sehingga kemudian pengembangan kearifan budaya dan ekowisata kuliner.
lokal dapat berkelanjutan. Pengembangan ekowisata
juga akan memberikan manfaat ekonomi bagi
masyarakat dan daerah dari adanya kunjungan wisata ke DAFTAR PUSTAKA
Kota Bogor. Hal terpenting kemudian adalah tumbuhnya
kesadaran, komitmen dan rasa bangga masyarakat Amar. 2009. Identitas kota, fenomena dan
terhadap kearifan lokalnya karena menjadi dasar dalam permasalahannya. Jurnal Ruang. 1(1):55-59.
memperkenalkan identitas regional daerah mereka Avenzora R. 2008. Penilaian potensi obyek wisata: aspek
sendiri yaitu Kota Bogor. dan indikator penilaian. Di dalam: Avenzora R,
editor. Ekoturisme: Teori dan Praktek. Banda Aceh
3. Mengoptimalisasi Pengembangan Ekowisata (ID): BRR NAD-Nias.
Badan Pusat Statistik. 2016. Kota Bogor dalam Angka.
Pengembangan ekowisata Kota Bogor dilakukan Bogor (ID): Badan Pusat Statistik Kota Bogor.
dengan memanfaatkan atraksi yang masih dikenal agar Bakar A. 2011. Sosiologi Perkotaan [internet]. Diunduh
menjadi lebih membudaya. Pertama, pengembangan 12 Februari 2018. Tersedia pada
ekowisata kuliner di Bogor. Wisata kuliner yang ada di ebookbrowsee.com/buku-sosiologi-perkotaan-
Bogor masih menyajikan kuliner-kuliner yang dikenal wahyu-a-bakar-pdf-d221361352.
pada saat ini saja. Salah satu kuliner yang perlu Fajarini U. 2014. Peranan kearifan lokal dalam
dikembangkan dalam rangka melestarikan kearifan lokal pendidikan karakter. Sosio Didaktika. 1(2): 123-130
yaitu tauge goreng. Kuliner khas Bogor ini memerlukan Hariyono P. 2007. Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Jakarta
daun patat dalam proses pengemasannya dan saat ini (ID): Penerbit Bumi Aksara.
sumberdaya tersebut tidak ditemui di Kota Bogor Hartanto L. 2011. Seri Buku Informasi dan Potensi
melainkan di luar Kota Bogor. Pengembangan ekowisata Pengelolaan Bambu. Banyuwangi (ID): Taman
kuliner ini diharapkan dapat membangun budidaya Nasional Alas Purwo.
tanaman patat, peningkatan usaha mikro dan PAD bagi Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I.
Kota Bogor. Jakarta (ID): Penerbit Yayasan Sarana Wana Jaya.
Kedua, pengembangan ekowisata budaya Kota Knapp W. 2003. Regional Identity (A conceptual
Bogor. Ekowisata budaya Kota Bogor dapat dilakukan Framework). A Sense of Place 1 October 2003.
dengan mengunjungi pusat-pusat kesenian dan sentra Pangestu A. 2011. Langka, 37 Bambu di Jawa Barat
kerajinan tangan Kota Bogor. Konsep ekowisata budaya [internet]. Diunduh pada 12 Februari 2018].
dapat didasari dari sejarah Kota Bogor yang dahulu Tersedia pada
memiliki berbagai macam sumber daya alam yang http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/01/langk
menarik dan khas yang kemudian dituangkan dan a-37-bambu-di-jawa-barat.
diimplementasikan dalam bentuk benda budaya (bambu Sufia R, Sumarni, Amirudin. 2016. Kearifan Lokal dalam
menjadi bahan baku untuk pembuatan rengkong hatong, melestarikan lingkungan hidup (Studi kasus
lodong bogoran dan wayang hihit) oleh masyarakat masyarakat adat Desa Kemiren Kecamatan Glagah
setempat. Ekowisata budaya juga sebagai media untuk Kabupaten Banyuwangi). Jurnal Pendidikan. Teori,
mengenalkan identitas Kota Bogor yang didasari dari Penelitian dan Pengembangan. 1 (4):726-731.
berbagai elemen kearifan budaya yang dimilikinya.
279
Kearifan Lokal Untuk Pengembangan Ekowisata
Sumarni, Amirudin. 2014. Pengelolaan Lingkungan Tohjiwa AD, Soetomo S, Sjahbana JA, Purwanto E.
Berbasis Kearifan Lokal. Malang(ID): Aditya 2010. Kota Bogor dalam Tarik Menarik Kekuatan
Median Publishing. Lokal dan Regional. Di dalam Kumpulan Makalah
Syah H. 2013. Urbanisasi dan modernisasi (Studi tentang Seminar Nasional Riset Arsitektur dan
perubahan sistem nilai budaya masyarakat urban di Perencanaan. Humanisme, Arsitektur dan
Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan). Perencanaan; 16 Januari 2010; Yogyakarta,
Toleransi. 5(1):1-12 Indonesia. Yogyakarta (ID): Jurusan Teknik
Thamrin H. 2013. Kearifan lokal dalam pelestarian Arsitekstur dan Perencanaan Universitas Gadjah
lingkungan (The Local Wisdom in Environmental Mada.
Sustainable). Kutub Khanah. 16(1):46-59.
280