usaha
Oleh:
1
Ashley Tesalonika Lolowang
NIM: 210711010570
HUKUM DAGANG
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SAMRATULANGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapanKami
Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
bisa berguna.
Akhir kata saya menyadari makalah yang telah saya susun masih jauh
2
dari kata sempurna dengan demikian bila ada kritik dan saran saya
penulis,
KATAPENGANTAR…………………………………………………..i
DAFTARISI……………………………………………………..…….ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………….………………1
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………4
2.1 PENGGABUNGAN……………....………………………………5
3
2.2 PELEBURAN……………………………….…………………….6
BAB 3 PENUTUP………………………………….………………….9
3.1 KESIMPULAN………………….………………………………..10
BAB 1
PENDAHULUAN
usaha dagang dan bisa mengusai KUHD itu sendiri. Mempelajari Hukum
Dagang sangat penting karena dapat bergua bukan hanya untuk menulis
bentuk penggabungan
4
Metode Penggabungan Usaha
Pengertian Peleburan
Tahapan Peleburan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGGABUNGAN
tersebut mengambil dengan cara menyatukan saham berupa aset non aset
Ada tiga bentuk utama dari penggabungan usaha secara legal seperti
5
perusahaan yang bertahan dari berbagai perusahaan yang bergabung dan
ke dalam entitas tunggal yang baru dan tidak ada perusahaan yang
- Merger
6
perusahaan yang bertahan, sedangkan perusahaan lainnya dilikuidasi.
bersih PT D
- Konsolidasi
bentuk dan ridak satupun perusahaan yang bergabung masih tetap berdiri
7
Contoh: PT D dan P B sepakat untuk melakukan penggabungan badan
- Akuisi Saham
adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 2 (dua) Badan Usaha atau
8
dari Badan Usaha yang menggabungkan diri beralih karena hukum
2. seluruh aktiva dan pasiva Badan Usaha X beralih kepada Badan Usaha
Y; dan
9
bersahabat’ Dalam Penggabungan Usaha yang bersahabat, Manajemen
lebih harga beli di atas nilai wajar aset dan kewajiban yang dapat
dari perusahaan lain bukan melalui akuisisi aset neto. Dalam Situasi
10
Seperti ini, perusahaan yang di akuisis tetap berdiri dan perusahaan
2.2 PELEBURAN
atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan
Pasal 122 ayat (3) UUPT menyebutkan pada pokoknya bahwa dalam hal
11
b. pemegang saham Perseroan yang meleburkan diri karena hukum
peleburan; dan
A. TAHAPAN PELEBURAN
- Rancangan Peleburan
peleburan.
Hal tersebut sesuai dengan Pasal 123 ayat (1) UUPT. Berdasarkan Pasal
124 UUPT, ketentuan yang terdapat dalam Pasal 123 UUPT tentang
meleburkan diri.
12
- persetujuan RUPS
ketentuan pasal
mufakat dan disetujui paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah
13
berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli sesuai harga
penjelasan Pasal 123 ayat (2) huruf c dan Pasal 125 ayat (6) huruf d
diselenggarakan.
seluruh kreditor dengan surat tercatat paling lambat 30 (tiga puluh) hari
14
- Pengajuan Keberatan Kreditor
mengenai peleburan sesuai dengan rancangan tersebut (Pasal 127 ayat (4)
15
- pengumuman hasil peleburan
Menurut Pasal 133 ayat (1) UUPT, direksi Perseroan yang menerima
(satu) Surat Kabar atau lebih dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
16
dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan atau akan
dana yang kuat, manajemen yang baik, dan jaringan yang luas, serta
17
A. Proses Pengambilalihan melalui Direksi Perseroan
seperti yang dimaksud dalam Pasal 7 angka 11 UUPT. Berikut ini adalah
18
C.Pengendalian yang Tidak Mengakibatkan Perubahan
syarat dimana jumlah saham yang diambilalih yaitu tidak melebihi 50%
saham Perseroan.
pemindahan hak atas saham sesuai yang diatur dalam Pasal 56 UUPT.
19
1. Prosedur keputusan RUPS (Pasal 125 ayat (4) UUPT), tanpa
bersangkutan.
(6) UUPT).
128 UUPT)
sosial.
selalu bersaing. Persaingan ada yang dilakukan secara positif dan negatif.
20
Persaingan usaha yang dilakukan secara negatif atau sering diistilahkan
sebagai persaingan tidak sehat akan berakibat pada hal-hal di bawah ini.
usaha tersebut.
konsumen dengan cara menjual barang yang mahal tanpa kualitas yang
memadai
Asas dan tujuan akan memberi refleksi bagi bentuk pengaturan dan
21
pelaku usaha dan kepentingan umum”, dimana ruang lingkup
diterima.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23