Anda di halaman 1dari 7

Tugas KelompokDosenPengampu

Kekuasaan Kehakiman Muhammad A Rauf,SH.,MH

PERAN DAN KEDUDUKAN KOMISI YUDISIAL DALAM PELAKSANAAN


FUNGSI KEHAKIMAN

Disusun Oleh:
Kelompok 2

1. R.Mustar Lofi (2009111551)


2. Osama Niko Lara (2009113306)
3. Muhammad Effendi (2009110016)
4.Muhammad Farel (

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Peran dan kedudukan Komisi Yudisial dalam Pelaksanaan Fungsi Kehakiman ”.

Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih pada
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Tentunya dengan dukungan dari
berbagai pihak membuat penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan maksimal. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan baik dari segi tata
bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami menerima
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah tentang “Penyelesaian Sengketa dalam Pembangunan”
dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang luas bagi para pembaca. Terima kasih.

Pekanbaru, 5 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................3
1.3 Tujuan.....................................................................................................................3
BAB IIPEMBAHASAN...................................................................................................4
2.1 Sejarah,pengertian,fungsi Komisi Yudisial di indonesia.....................................4
2.3 Kedudukan serta peranan Komisi Yudisial dalam Pengawasan Hakim............7
BAB IIIPENUTUP.........................................................................................................12
3.1 Simpulan...............................................................................................................12
3.2 Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap kekuasaan selalu mengandung potensi disalahgunakan (Mesbruik Van Recht)
atau dilaksanakan sewenang-wenang (Arbitrary willekeur) atau dilaksanakan dengan
melampaui wewenang (Detournement du Povoir). Hal ini dapat terjadi karena dua hal,
pertama : kekuasaan mengandung hak dan wewenang (Recht en bevoeg heid), kedua hak dan
wewenang, memberi posisi lebih baik terhadap subjek yang dituntut atau dalam hal ini
pencari keadilan, setiap kekuasaan tanpa mekanisme pengawasan secara cepat atau lambat
kekuasaan tersebut disalahgunakan. Baligante menyatakan "geen macht zonder toiziht" dan
John Emerichh Edward Dalberg-Acton menyatakan "power tends to corrupts, and absolute
power corrupts absolutely".

Komisi yudisial diharapkan menjadi lembaga yang mampu melakukan control


eksternal terhadap perilaku hakim dan lembaga peradilan. Sedangkan Mahkamah Agung
berperan melakukan pengawasan internal atas lembaga peradilan. Dua lembaga ini
mempunyai tujuan yang sama yaitu mengembalikan hakim dan lembaga peradilan
sebagaimana harapan rakyat Indonesia.

Keberadaan Komisi Yudisial sebagai lembaga negara yang bersifat penunjang


(auxiliary organ) terhadap kekuasaan kehakiman, berdasarkan UUD NRI 1945 Komisi
Yudisial mempunyai kedudukan yang sederajat dengan lembaga negara yang lain seperti
presiden, DPR,dan lembaga negara yang lain. Komisi Yudisial bukan merupakan pelaku
kekuasaan kehakiman, tetapi kewenangan yang berhubungan dengan kekuasaan kehakiman.

Kewenangan untuk mengawasi para hakim ini masih bersifat terlalu umum dalam
artiannya, sehingga menimbulkan perbedaan penafsiran yurisdiksi tugas pengawasan perilaku
hakim. Mahkamah Agung menganggap bahwa yang dimaksud pengawasan perilaku tidak
termasuk pengawasan atas putusan hakim (dan eksekusi putusan). Pengawasan terhadap
putusan (teknis yudisial) adalah wewenang Mahkamah Agung. Sebab, jika hal tersebut
dilakukan oleh Komisi Yudisial dapat mengancam independensi hakim.
Adanya Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas eksternal yang ada dalam sistem
kekuasaan kehakiman di Indonesia tidak menjadi hal yang mengikat bagi setiap hakim
dikarenakan sudah adanya pengawas internal oleh Mahkamah Agung yang mengikat dalam
hal administratif, kewenangan dan hal lembaga peradilan, sehingga tidak ada suatu kewajiban
bagi setiap hakim untuk memenuhi panggilan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial.

Pembentukan Komisi Yudisial yang juga merupakan konsekuensi logis yang muncul
dari penyatuan satu atap lembaga peradilan pada Mahkamah Agung (MA). Ternyata
penyatuan satu atap berpotensi menimbulkan monopoli kekuasaan kehakiman oleh
Mahkamah Agung. Disamping itu kekhawatiran Mahkamah Agung tidak mampu
melaksanakan kewenangan administrative, personel, keuangan dan organisasi pengadilan
yang selama ini dilakukan oleh departemen kehakiman. Bahkan, pandangan yang cukup
pesimis menyatakan bahwa Mahkamah Agung tidak mungkin dapat menjalankan fungsi yang
diemban dalam penyatuan satu atap secara baik karena mengurus dirinya sendiri saja
Mahkamah Agung tidak mampu.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah,Pengertian, serta Fungsi Komisi Yudisial Diindonesia ?


2. Bagaimana Kedudukan serta peranan Komisi Yudisial Dalam Pengawasan Hakim?

1.3.Tujuan

1. Untuk Memahami sejarah ,Pengertian, serta Fungsi Komisi Yudisial Diindonesia.


2. Untuk mengetahui Bagaimana Kedudukan serta peranan Komisi Yudisial Dalam
Pengawasan Hakim.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah,Pengertian, serta Fungsi Komisi Yudisial Diindonesia


Pembentukan lembaga pengawas peradilan sebenarnya sempat digagas sebelum
terbentuknya Komisi Yudisial. Misalnya, ada wacana pembentukan Majelis Pertimbangan
Penelitian Hakim (MPPH) dan Dewan Kehormatan Hakim (DKH). MPPH yang telah
diwacanakan sejak tahun 1968. berfungsi memberikan pertimbangan dan mengambil
keputusan terakhir mengenai saran-saran dan/atau usul-usul yang berkenaan dengan
pengangkatan, promosi, kepindahan, pemberhentian,dan tindakan/hukuman jabatan para
hakim yang diajukan, baik oleh Mahkamah Agung maupun oleh Menteri Kehakiman.
Sayangnya, ide tersebut menemui kegagalan sehingga tidak berhasil menjadi materi muatan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman.

Pasal 24 B perubahan ketiga Undang-Undang NRI 1945 yang ditetapkan pada tanggal
9 November 2001 mengamanatkan terbentuknya lembaga yang disebut Komisi Yudisial.
Lembaga ini mempunyai peranan signifikan dalam rangka mengaktualisasikan gagasan
kekuasaan kehakiman yang merdeka dari campur tangan kekuasaan lain di luarnya dan tidak
memihak (independent dan impartial judiciary).

Komisi Yudisial karenanya dibentuk dengan dua kewenangan konstitutif, yaitu untuk
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Selanjutnya, dalam rangka mengoperasionalkan keberadaan Komisi Yudisial dibentuk
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang disahkan di Jakarta
pada tanggal 13 Agustus 2004.

Meski pengesahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 pada 13 Agustus 2004,


namun kiprah Komisi Yudisial dimulai sejak terbentuknya organ organisasi pada 2 Agustus
2005. Ditandai dengan pengucapan sumpah ketujuh Anggota Komisi Yudisial periode 2005
2010 di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Usaha untuk merevisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi


Yudisial mulai membuahkan hasil dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial
yang disahkan pada 9 November 2011. Kelahiran Undang-Undang ini menandai kebangkitan
kembali Komisi Yudisial.

Selain itu, amunisi lain yang menguatkan kewenangan Komisi Yudisial adalah
Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum: Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama, dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Komisi Yudisial Republik Indonesia atau cukup disebut Komisi Yudisial (disingkat
KY RI atau KY) adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang
bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau
pengaruh kekuasaan lainnya. Komisi Yudisial bertanggung jawab kepada publik melalui
DPR dengan cara menerbitkan laporan tahunan dan membuka akses informasi secara lengkap
dan akurat.

Mengenai Dasar Hukum Dari Komisi Yudisial itu sendiri terdapat pada Pasal 24B
ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945: Komisi Yudisial
bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim.

Anda mungkin juga menyukai