DOSEN PENGAMPU:
OLEH:
Kelompok 2
Buyamin 1910070160006
Battau 1910070160007
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia dengan
judul “Pemutusan Hubungan Kerja”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
pengampu mata kuliah MSDM kami yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat memenuhi tugas kelompok kami dan dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
1.2 Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)....................................................................6
2.2 Fungsi Dan Tujuan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).......................................................7
3.2 Prinsip – Prinsip Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)...........................................................8
4.2 Jenis – Jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)..................................................................8
5.2 Proses Dan Prosedur PHK...................................................................................................10
6.2 Kompensasi PHK.................................................................................................................12
7.2 Perdedaan PHK di UU Nomor 13 Tahun 2003 dengan RUU Cipta Kerja omnibus law....13
BAB III..........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................16
3.2. Saran...............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sering kita mendengar mengenai karyawan, dimana karyawan adalah anggota darisebuah
organisasi peruasaan/lembaga yang bekerja dalam mencapai tujuan tertentu. Ada yang bekerja di
lembaga kepemerintahan dan ada pula yang di lembaga swasta. Bagi merekayang bekerja di
lembaga kepemerintahan bisa kita sebut sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS) yang mereka bekerja
untuk Negara dan di gajih pula oleh Negara dan diatur pula oleh aturan pemerintah. Kemudian
ada yang bekerja di lembaga suasta dimana mereka di pekerjakan oleh perusahaan atau lembaga
suata diman merka di atur oleh perusahaan dan oleh pemerintah.
Hingga saat ini PHK menjadi pemikiran yang negatif karena di anggap sebagai
pemecatan. Padahal PHK bukan itu tapi ini merupakan proses dari sebuah keberlangsungan
perusahaan. Dan akan dibahas lebih jelasnya dalam pembahasan makalah ini.
4
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa Pemutusan Hubungan kerja (PHK) yang juga
dapat disebut dengan Pemberhentian, Separation atau Pemisahan memiliki pengertian sebagai
sebuah pengakhiran hubungan kerja dengan alasan tertentu yang mengakibatkan berakhir hak
dan kewajiban pekerja dan perusahaan.
6
7
2.2 Fungsi Dan Tujuan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Tujuan Pemutusan Hubungan Kerja memiliki kaitan yang erat dengan alasan Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK), namun tujuan lebih menitikberatkan pada jalannya perusahaan (pihak
pengusaha). Maka tujuan PHK diantaranya:
1. Perusahaan/ pengusaha bertanggung jawab terhadap jalannya perusahaan dengan baik
dan efektif salah satunya dengan PHK.
2. Pengurangan buruh dapat diakibatkan karena faktor dari luar seperti kesulitan penjualan
dan mendapatkan kredit, tidak adanya pesanan, tidak adanya bahan baku produktif,
menurunnya permintaan, kekurangan bahan bakar atau listrik, kebijaksanaan pemerintah
dan meningkatnya persaingan.
Tujuan lain pemberhentian yakni agar dapat mencapai sasaran seperti yang diharapkan
dan tidak menimbulkan masalah baru dengan memperhatikan tiga faktor penting, yaitu faktor
kontradiktif, faktor kebutuhan, dan faktor sosial.
8
3.2 Prinsip – Prinsip Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Prinsip-prinsip dalam pemutusan hubungan kerja adalah mengenai alasan dan mekanisme
pemutusan hubungan kerja. Maka alasan pemutusan hubungan kerja (PHK) antara lain sebagai
berikut:
1. Undang-Undang
Undang-undang dapat menyebabkan seseorang harus berhenti seperti karyawan WNA
yang sudah habis izinnya.
2. Keinginan Perusahaan
Perusahaan dapat memberhentikan karyawan secara hormat ataupun tidak apabila
karyawan melakukan kesalahan besar
3. Keinginan karyawan
Buruh dapat memutuskan hubungan kerja sewaktu-waktu karena alasan mendesak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
4. Pensiun
Ketika seseorang telah mencapai batas usia tertentu sesuai dengan peraturan perusahaan
yang disepakati.
5. Kontrak kerja berakhir
6. Kesehatan karyawan
Kesehatan karyawan dapat dijadikan alasan pemberhentian karyawan. Ini bisa
berdasarkan keinginan perusahaan atau keinginan
7. Meninggal dunia
8. Perusahaan dilikuidisasi
9. Karyawan dilepas jika perusahaan dilikuidisasi atau ditutup karena bangkrut.
9
a. Sementara tidak bekerja: Terkadang para karyawan butuh untuk meningglakan
pekerjaan mereka sementara. Alasannya bermacam-macam dapat berupa
kesehatan, keluarga, melanjutkan pendidikan rekreasi dan lain sebagainya.
Keadaan ini disebut juga dengan cutipendek atau cuti panjang namun karyawan
tersebut masih memiliki ikatan dengan perusahaan dan memiliki aturan masing-
masing.
b. Pemberhentian sementara: Berbeda dengan sementara tidak bekerja
pembertihan sementara memiliki alasan internal perusahaan, yaitu karena alasan
ekonomi dan bisnis, misalnya kondisi moneter dan krisis ekonomi menyebabkan
perusahaan mengalami chaos atau karena siklus bisnis. Pemberhentian sementara
dapat meminimumkan di beberapa perusahaan melalui perencanaan sumber daya
manusia yang hati-hati dan teliti.
2. Pemutusan Hubungan Kerja Permanen, ada tiga jenis yaitu atrisi, terminasi dan
kematian.
1. Atrisi atau pemberhentian tetap seseorang dari perusahaan secara tetap karena
alasan pengunduran diri, pensiun, atau meninggal. Fenomena ini diawali oleh
pekerja individual, bukan oleh perusahaan. Dalam perencanaan sumber daya
manusia, perusahaan lebih menekannkan pada atrisi daripada pemberhentian
sementara karena proses perencanaan ini mencoba memproyeksikan kebutuhan
karyawan di masa depan.
2. Terminasi adalah istilah luas yang mencakup perpisahan permanen karyawan
dari perusahaan karena alasan tertentu. Biasnya istilah ini mengandung arti orang
yang dipecat dari perusahaan karena faktor kedisiplinan. Ketika orang dipecat
karena alasan bisnis dan ekonomi. Untuk mengurangi terminasi karena kinerja
yang buruk maka pelatihan dan pengembangan karyawan merupakan salah satu
cara yang dapat ditempuh karena dapat mengajari karyawan bagaimana dapat
bekerja dengan sukses.
3. Kematian
Menurut Mutiara S. Panggabean Jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ada 4 Jenis,
diantaranya :
10
1. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atas kehendak sendiri (Voluntary turnover) hal ini
terjadi jika karyawan yang memutuskan untuk berhenti dengan alasan pribadi.
2. Pemberhentian Karyawan karena habis masa kontrak atau karena tidak dibutuhkan lagi
oleh organisasi (Lay Off).
3. Pemberhentian karena sudah mencapai umur pensiun (Retirement). Saat berhenti
biasanya antara usia 60 sampai 65 tahun.
4. Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan atas kehendak pengusaha. Dalam hal ini
pengusaha mmutuskan hubungan kerja dengan pekerja mungkin disebabkan adanya
pengurangan aktivitas atau kelalian pegawai atau pelanggaran disiplin yang dilakukan
pekerja.
Dari beberpa sumber tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jenis Pemberhentian hubungan
kerja (PHK) adalah:
1. Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Sementara.
PHK sementara dapat disebabkan karena keinginan sendiri ataupun karena perusahaan
dengan tujuan yang jelas.
2. Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Permanen.
PHK permanen dapat disebabkan 4 hal, yaitu :
1. Keinginan sendiri
2. Kontrak yang Habis
3. Pensiun
4. Kehendak Perusahaan
Permberhentian Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan harus dilakukan dengan baik
dan sesuai dengan regulasi pemerintah yang masih diberlakukan. Namun karena terkadang
pemberhentian terkadang terjadi akibat konflik yang tak terselesaikan maka menurut Umar
(2004) pemecatan secara terpaksa harus sesuai dengan prosedur sebagai berikut:
1. Musyawarah karyawan dengan pimpinan perusahaan.
2. Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan perusahaan.
11
3. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4D.
4. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4P.
5. Pemutusan hubungan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri.
Pemerintah tidak mengharapkan perusahaan melakukan PHK tercantun dalam Pasal 153
ayat (1) Undang-Undang No. 13 Thaun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang menyatakan
pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan :
1. Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama
waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus
2. Pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya Karena memenuhi kewajiban
terhadap Negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
3. Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya
4. Pekerja/buruh menikah
5. Pekerja/burh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya.
12
6. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkakwinan dengan
pekerja/buruh lainnya di dalam 1 perusahaan, kecali telah diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau PKB.
7. Pekeerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat
buruh melakukan kegiatan serikat/pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam
jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau PKB.
8. Pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan
pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan
9. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik atau status perkawinan.
10. Pekerja/Buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibar kecelakaan kerja, atau sakit karena
hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penembuhannya belum dapat dipastikan .
Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang
pesangon (UP) dan atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang penggantian hak
(UPH) yang seharusnya diterima.UP, UPMK, dan UPH dihitung berdasarkan upah karyawan dan
masa kerjanya.
1. Perhitungan Uang Pesangon (UP) paling sedikit sebagai berikut :
Masa Kerja Uang Pesangon
Masa kerja kurang dari 1 tahun, 1 (satu) bulan upah.
Masa kerja 1 – 2 tahun, 2 (dua) bulan upah.
Masa kerja 2 – 3 tahun, 3 (tiga) bulan upah.
Masa kerja 3 – 4 tahun 4 (empat) bulan upah.
Masa kerja 4 – 5 tahun 5 (lima) bulan upah.
Masa kerja 5 – 6 tahun 6 (enam) bulan upah.
Masa kerja 6 – 7 tahun 7 (tujuh) bulan upah.
Masa kerja 7 – 8 tahun 8 (delapan) bulan upah.
13
Masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.
7.2 Perdedaan PHK di UU Nomor 13 Tahun 2003 dengan RUU Cipta Kerja omnibus law
Terdapat aturan-aturan yang berbeda antara UU Nomor 13 Tahun 2003 dengan RUU
Cipta Kerja omnibus law, yaitu sebagai berikut:
a. Ketentuan PHK
1. Melihat pada UU Ketenagakerjaan, ada 9 alasan perusahaan boleh melakukan
PHK seperti:
Perusahaan bangkrut
Perusahaan tutup karena merugi
Perubahan status perusahaan
14
pekerja/buruh melanggar perjanjian kerja
pekerja/buruh melakukan kesalahan berat
pekerja/buruh memasuki usia pensiun
pekerja/buruh mengundurkan diri
pekerja/buruh meninggal dunia
pekerja/buruh mangkir
2. RUU Cipta Kerja menambah 5 poin lagi alasan perusahaan boleh melakukan
PHK, diantaranya meliputi:
Perusahaan melakukan efisiensi
Perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau
pemisahan perusahaan
Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang
Perusahaan melakukan perbuatan yang merugikan pekerja/buruh
Pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan
kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12
(dua belas) bulan
b. Pesangon
1. Di dalam Pasal 156 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
diatur mengenai pesangon atau uang penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak yang seharusnya diterima, wajib dibayarkan pengusaha.
Uang penggantian hak yang dimaksud meliputi beberapa hal seperti:
Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur
Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya
ketempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja
Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15
persen dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi
yang memenuhi syarat
Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Maksimal pesangon yang bisa didapatkan pekerja yang terkena PHK, menurut
UU Ketenagakerjaan, bisa mencapai 32 kali upah.
15
Sedangkan, pada pasal 156 RUU Cipta Kerja, pesangon diberikan "paling
banyak" berdasarkan rincian yang sama dengan UU Nomor 13 Tahun 2003.
Perbedaan uang penggantian hak yang seharusnya diterima pekerja pada UU
Cipta Kerja terdapat perbedaan dengan UU Ketenagakerjaan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Maka dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa pemutusan hubungan
kerja (PHK) merupakan dinamika dalam sebuah organisasi perusahaan. Dan jika pandangan
mengenai PHK itu negative maka itu kurang tepat karna PHK merupakan proses yang akan
dialami semua karyawan misalnya dengan pensiun atau kematian. Maka dari itu pemutusan
hubungan kerja dibagi kedalam dua bagian yaitu :
1. Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Sementara.
PHK sementara dapat disebabkan karena keinginan sendiri ataupun karena perusahaan
dengan tujuan yang jelas.
2. Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Permanen.
PHK permanen dapat disebabkan 4 hal, yaitu :
1. Keinginan sendiri
2. Kontrak yang Habis
3. Pensiun
4. Kehendak perusahaan
Kemudian perusahaan setelah pemutusan hubungan kerja tidak langsung lepas tangan
namun masih ada yang harus di berikan perusahaan kepada karyawan yaitu berupa uang
pesangon dan uang penghargaan masa kerja. Dimana pemberian uang pesangaon dan uang
penghargaan masa kerja disesuaikan dengan seberapa lama karyawan itu bekerja untuk
perusahaan.
17
3.2. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini, hendaknya dalam
pemutusan hubungan kerja harus sesuai dengan undang undang yang berlaku agar tidak ada
perselisihan dan tidak ada pihak yang merasa di rugikan.
DAFTAR PUSTAKA
Jones, G. R. 1994. Organizational theory: Text and cases. New York: Addison
Kumara, A., Utami, M.S., Rosyid, H.F., 2003. Strategi mengoptimalkan diri
https://www.academia.edu/10163016/MAKALAH_PHK_TGS_SDM?show_app_
store_popup=true
18
Sulfemi, Wahyu Bagja. (2018). Modul Manajemen Pendidikan Non Formal.
19