KORUPSI
Dosen Pengampu :
Drg. Resa Ferdina, MARS
Disusun Oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat
fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan anti korupsi. Kami tentu menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan
serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu Resa
Ferdina sebagai dosen pembimbing kami di mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi.
Cover………………………………………...……………………………………………..
Kata Pengantar…………………………………………………………………...…….….
Daftar
Isi………………………………………………………………………………………
Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………
1.3 Tujuan………………………………………………….............
Bab II Pembahasan…………………………………………………………………..
2.1 ………………………………………………..….
2.2 ………………………………………………………………...
3.2 Saran……………………………………………………………….
Daftar Pustaka……………………………………………………….…………
BAB I
Pendahuluan
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar yang berasal dari situasi lingkungan
yang mendukung seseorang untuk melakukan korupsi, yang dapat diidentifikasi dari hal-
hal berikut :
a. Aspek Organisasi
1) Manajemen yang Kurang Baik sehingga Memberikan Peluang untuk Melakukan
Korupsi
Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan di dalam berbagai jenis
organisasi untuk membantu manajer memecahkan masalah organisasi (Muninjaya,
2004).Pengorganisasian adalah bagian dari manajemen, merupakan langkah untuk
menetapkan, menggolong-golongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan,
menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh
pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Muninjaya,
2004).
Manajemen adalah sebuah konsep, yang harus dikembangkan oleh pimpinan
dan staf sehingga bisa mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi yang tidak
dipahami dengan baik oleh pimpinan dan staf membuka ruang terjadinya
penyalahgunaan yang termasuk kegiatan korupsi, sehingga menimbulkan kerugian
baik materiil maupun immateriil. Seringkali pihak manajemen menutupi kegiatan
stafnya yang melakukan korupsi sebagai usaha mencegah ketidaknyamanan situasi
yang ditimbulkan.
2) kultur organisasi yang kurang baik
Korupsi di Indonesia sebagai kejahatan sistemik (Wattimena, 2012). Artinya, yang
korup bukan hanya manusianya, tetapi juga sistem yang dibuat oleh manusia
tersebut yang memiliki skala lebih luas, dan dampak lebih besar. Latar
belakang kultur Indonesia yang diwarisi dari kultur kolonial turut menyuburkan
budaya korupsi. Masyarakat Indonesia belum terbiasa dengan sikap asertif (terbuka)
atau mungkin dianggap kurang “sopan” kalau terlalu banyak ingin tahu masalah
organisasi. Budaya nepotisme juga masih melekat karena juga mungkin ada
dorongan mempertahankan kekuasaan dan kemapanan individu dan keluarga.
Sikap ingin selalu membalas budi juga bisa berujung korupsi, ketika
disalahgunakan dengan melibatkan wewenang atau jabatan. Sikap sabar atau ikhlas
diartikan “nrimo”, apapun yang terjadi, sehingga bisa memberikan peluang kepada
pimpinan atau bagian terkait untuk menyalahgunakan wewenangnya.
3) Lemahnya Controlling/Pengendalian Dan Pengawasan
Controlling/pengendalian, merupakan salah satu fungsi manajemen.
Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan,
agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana (Earl P. Strong, dalam
Hasibuan, 2010). Pengendalian dan pengawasan ini penting, karena manusia
memiliki keterbatasan, baik waktu, pengetahuan, kemampuan dan perhatian.
Pengendalian dan pengawasan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing dengan
SOP (Standard Operating Procedure) yang jelas.
Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar penggunaan sumber daya
dapat lebih diefisienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat
lebih diefektifkan (Muninjaya, 2004). Masyarakat bisa juga melakukan pengawasan
secara tidak langsung dan memberikan masukan untuk kepentingan peningkatan
organisasi, dengan cara-cara yang baik dan memperhatikan aturan.
4) Kurangnya Transparansi Pengelolaan Keuangan
Keuangan memegang peranan vital dalam sebuah organisasi. Dengan uang,
salah satunya, kegiatan organisasi akan berjalan untuk melaksanakan isi
organisasi dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapkan. Pengelolaan
keuangan yang baik dan transparan menciptakan iklim yang kondusif dalam sebuah
organisasi, sehingga setiap anggota organisasi sesuai tugas pokok dan fungsinya
masing-masing dapat ikut bertanggung jawab dalam penggunaan anggaran sesuai
perencanaan yang telah disusun.
c. Aspek Ekonomi
Gaya hidup yang konsumtif, menjadikan penghasilan selalu dianggap kurang.
Lingkungan pergaulan juga berperan mendorong seseorang menjadi lebih konsumtif
dan tidak dapat menetapkan prioritas kebutuhan.
e. Aspek Hukum
Subtansi hukum di Indonesia sudah menjadi rahasia umum, masih ditemukan aturan-
aturan yang diskriminatif, berpihak, dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas
sehingga menjadi multitafsir, kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain
(baik yang sederajat maupun lebih tinggi).
Penegakan hukum juga masih menjadi masalah. Masyarakat umum sudah mulai
luntur kepercayaan kepada aparat penegak hukum, karena praktik-praktik penegakan
hukum yang masih diskriminatif, dan tidak jelas tujuannya.
Masyarakat menganggap ketika terlibat masalah hukum pasti butuh biaya
yang tidak sedikit untuk aparat penegak hukum. Muncul lelucon, kalau hilang ayam,
lapor ke aparat hukum, jadi hilang sapi, karena biaya perkara yang mahal. Karena itu,
orang-orang yang banyak uang dianggap akan luput dari jerat hukum atau mungkin
hukumannya lebih ringan dan mendapatkan berbagai kemudahan.
1.3 Tujuan
1. Kita dapat membedakan penyebab terjadinya kasus korupsi
2. Kita dapat mengetahui teori-teori yang berkaitan dengan faktor
internal dan eksternal penyebab korupsi
BAB II
Pembahasan
Contoh Kasus faktor internal
Kasus 1 (sifat tamak/rakus manusia)
seorang pegawai suatu institusi ditugaskan atasannya untuk menjadi
panitia pengadaan barang. Pegawai tersebut memiliki prinsip bahwa kekayaaan
dapat diperoleh dengan segala cara dan ia harus memanfaaatkan kesempatan.
Karena itu, ia pun sudah memiliki niat dan mau menerima suap dari rekanan
(penyedia barang. Kehidupan mapan keluarganya dan gaji yang lebih dari cukup
tidak mampu menghalangi untuk melakukan korupsi.