PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Dari latar belakang yang telah dipapakan siatas dan agar makalah ini
sesuai dengan yang dikehendaki, maka penulis dapat menarik rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penulisan ini berguna untuk mengembangkan pemikiran dalam
masyarakat khususnya dalam bidang hukum ketenagakerjaan dan hukum
kepailitan
2. Manfaat Praktis
Bagi Perusahaan
Diharapkan Perusahaan lebih memahami kedudukan hak-hak
pekerja saat perusahaan pailit sehingga saat terjadi pailit
pekerja sebagai kaum lemah tidak dirugikan.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
c. Jika pekerja terjerat tindak pidana atau ditahan oleh pihak berwajib
(Pasal 160)
d. Jika perusahaan beralih status kepemilikan (Pasal 163)
e. Jika perusahaan tutup akibat merugi secara terus-menerus selama
2 tahun (Pasal 164)
f. Jika perusahaan harus melakukan efisiensi (Pasal 156)
g. Jika perusahaan mengalami pailit (Pasal 165)
h. Jika pekerja meninggal dunia (Pasal 166)
i. Jika pekerja memasuki usia pensiun (Pasal 167)
j. Jika pekerja mangkir selama 5 hari kerja tanpa pemberitahuan
(Pasal 168)
4
i. Karena perbedaan paham, Agama, aliran politik, suku, warna kulit,
golongan, jenis kelamin, kondisi fisik atau status perkawainan
j. Pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja.
5
i. Masa kerja 8 tahun/lebih, 9 bulan upah.
6
2.4 Pengertian Pailit
7
1. Pihak Pemohon Pailit
2.6 Perdamaian
8
pailit. Berdasarkan Pasal 144 UUK debitor pailit berhak untuk menawarkan
suatu perdamaian kepada semua kreditor. Perdamaian merupakan perjanjian
antara debitor dengan para kreditor dimana debitor menawarkan pembayaran
sebagian dari utangnya dengan syarat bahwa ia setelah melakukan
pembayaran tersebut dibebaskan dari sisa utangnya, sehingga ia tidak
mempunyai utang lagi.
1. Isi perdamaian
2. Nama kreditor yang hadir dan berhak mengeluarkan suara dan
menghadap
3. Suara yang dikeluarkan
4. Hasil pengumungutan suara dan
5. Segala sesuatu yangterjadi dalam rapat.
9
9. Actio pauliana berakhir
1. Terdapat bukti baru yang penting, yang apabila diketahui pada tahap
persidangan sebelumnya, akan menghasilkan putusan yang berbeda
atau
2. Pengadilan Niaga/putusan hakim yang bersangkutan terdapat
kekeliruan yang nyata.
10
BAB III
11
Terkait dalil force majeur, majelis hakim berpendapat klausul tersebut
harus dicantumkan dalam perjanjian. Namun, Batavia Air tidak dapat
membuktikan dalil tersebut. Untuk itu, majelis hanya mempertimbangkan apa
yang dapat dibuktikan saja.
Selain memenuhi unsur utang, Batavia Air juga memiliki utang senilai
AS$4.939.166,53 yang jatuh tempo pada 13 Desember 2012 kepada
perusahaan lain, Sierra Leasing Limited. Utang ini juga timbul dari sewa-
menyewa pesawat yang dituangkan ke dalam Aircraft Lease
Agreement tertanggal 6 Juli 2009.
12
BAB IV
ANALISIS KASUS
Batavia Air telah dinyatakan pailit karena tak mempu melunasi utang-
utang dalam jutaan Dollar itu yang muncul akibat perjanjian perbaikan
pesawat yang tertuang dalam agreement on Overhaul and repair pada 19
April 2007 dan 12 Mei 2008. Memang tak dapat dipungkiri bahwa
penggunaan utang sebagai modal operasional atau pun ekspansi usaha
merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan oleh lembaga atau
perusahaan. Menumpuknya utang oleh Batavia Air karena ketika jatuh tempo
pelunasan utang, yang terjadi adalah ketidakmampuan. Dalam hal ini,
menumpuknya utang mungkin saja disebabkan lemahnya aspek manajemen
keuangan dalam tubuh Batavia Air. Karena bagaimana pun kasus pailitnya
Batavia Air diduga disebabkan oleh utang. Apabila dikaji dari perspektif
keuangan maka pailitnya Batavia Air mendeskripsikan pengelolaan keuangan
yang kurang bagus yang mana dapat terindikasi dari kemampuan
13
menghasilkan nilai lebih dari utang atau biasanya disebut sebagai cost lebih
besar dari benefit. Terlebih sebagai perusahaan swasta (private
corporation) Batavia Air juga tidak memiliki kewajiban untuk memberikan
laporan keuangannya secara publik, sehingga dalam hal ini juga sulit untuk
memberikan dan menyimpulkan kondisi keuangan Batavia Air.
14
Pada saat batavia dinyatakan pailit, sisa uang direkening perusahaan
hanya satu miliar namun aset yang dimiliki perusahaan tersebut ditaksir
sekitar 500 miliar, sedangkan perkiraan total biaya yang dibutuhkan untuk
pembayaran pesangon karyawan 150 miliar, namun pada kenyataannya
setelah dinyatakan pailit bertahun-tahun pesangon para karyawannya belum
juga sepenuhnya selesai. Lebih dari 500 orang yang dinyatakan belum
mendapatkan upah, pesangon, penghargaan masa kerja dan penggantian
hak. Menurut kurator yang ditunjuk, hal itu disebabkan karena penjualan aset
batavia yang mandek.
15
(hanya bila karyawan hadir di kantor). Setelah 3 tahun 3 bulan masa kerjanya,
dia mengalami PHK per 15 Oktober. Hak cuti tahunan yang sudah Karyawan
A ambil adalah 4 hari, lalu dari januari – oktober Karyawan A tidak melakukan
tugas di luar daerah. Berapa kewajiban yang harus dibayarkan perusahaan
kepada Karyawan A?
- Hak Cuti
(Jumlah hak cuti Karyawan A Januari – Oktober 10, Sudah diambil
4 sisa 6)
((Jumlah hak cuti yang belum diambil / Jumlah hari kerja dalam 1
bulan) x upah 1 bulan) = (6 / 24) x 4.000.000 = 1.000.000
- Hak Perumahan dan Pengobatan
15% x (Uang Pesangon + UPMK)
=15% x (16.000.000 + 4.000.000) = 3.000.000
- Total UPH yang diterima
1.000.000 + 3.000.000 = 4.000.000
- Total Pesangon yang Diterima Karyawan A
16
17
BAB V
5.1 Kesimpulan
Selain itu juga tedapat keputusan dan akibat dari hukum pailit serta
pencocokan piutang, perdamaian dan permohonan peninjauan kembali, dan
pada intinya kepailitan mengakibatkan debitur yang dinyatakan pailit oleh
Pengadilan Niaga kehilangan segala “hak perdata” untuk menguasai dan
mengurus harta kekayaan yang telah dimasukkan ke dalam harta
pailit, sehingga sangat penting mempelajari tentang hukum pailit.
5.2 Saran
18
pailit, diperlukan adanya ’dual kontrol’ terhadap proses itu
sendiri berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku juga tidak
melanggar hak-hak yang seharusnya dipenuhi dalam rangka
melaksanakan kewajiban perusahaan yang masih harus
dipenuhi terutama menyangkut upah karyawan. Dalam hal ini
keterlibatan pekerja/buruh akan sangat membantu proses itu
berjalan sesuai dengan standar yang diharapkan, faktor
pekerja/buruh sebagai pelaksana operasional membantu dan
menjalankan kegiatan utama perusahaan sangat memberi arti
dalam pengawasan proses pailit tyang dipastikan dapat
meminimalisir konflik kepentingan antar kepentingan mana yang
harus didahulukan atas harta pailit, juga atas nilai aset jaminan
yang berada di bawah kekuasaan pihak lain.
Peningkatan standar kompetensi kurator yang dilibatkan Dalam
proses kepailitan, kurator dan hakim pengawas memegang
peran yang menentukan. Dari pengurusan harta pailit,
penentuan daftar urutan pembagian melalui rapat kreditor,
hingga pemberesan harta pailit saat terjadi keadaan insolvensi;
itu semua membutuhkan kecermatan dan ketelitian kurator dan
hakim pengawas, obyektivitas dan integritas harus tetap terjaga
meski belum sepenuhnya menjawab permasalahan upah buruh
yang tidak terbayarkan, akibat harta pailit yang tidak mencukupi.
Kompentensi yang jelas terkait penanganan masalah kepailitan,
karena Kedudukan buruh..., Rielly Lontoh, GH UI, 2010.
Universitas Indonesia 89 selain Pengadilan Niaga juga
melibatkan Pengadilan Hubungan Industrial.
2. Meningkatkan proses pengawasan perlindungan terhadap hak pekerja
atau buruh
Berkaitan dengan perjanjian kerja dan kesepakatan dengan
pengusaha atau majikan, perlu diperhatikan pengaturan tentang
syarat dan kondisi kepailitan dalam perjanjian kerja untuk
meminimalisir dampak-dampak negatif apabila di kemudian hari
terjadi resiko pailit atas perusahaan termasuk
19
mempertimbangkan kepentingan pelaksanaan pembayaran
upah buruh jika kepailitan terjadi Diupayakan juga agar
penyelesaian mengenai pembayaran upah buruh atau pekerja
dilakukan dengan pelaksanaan mediasi atau negosiasi agar
dapat lebih efektif sebagai upaya perundingan para pihak yang
berkepentingan.
Tidak cukup dengan sistem perlindungan pesangon, namun
harus ada sistem asuransi dan perbaikan sistem jaminan sosial
yang dapat digunakan untuk meminimalisir resiko pekerja
kehilangan upahnya akibat kepailitan.
3. Perlu pengaturan spesifik dalam undang-undang yang mengatur
tingkatan kreditor yang kepentingannya benar-benar harus
didahulukan, dengan lebih jelas membedakan definisi utang dan
jaminan, juga aturan yang menjamin hak-hak pekerja/buruh
didahulukan dari kepentingan hak lain.
20
DAFTAR PUSTAKA
HukumDalamEkonomikaryaElsa(Kartikahttp://dhyladhil.blogspot.co.id/2011/05/penco
cokan-verfikasi-piutang.html). (diakses pada 04 nopember 2017).
http//muhammadarifudin.bogspot.co.id/2012/11/pengertian-pkpu-penundaan-
kewajiban.html.(diakses pada 05 nopember 2017).
HukumDalamEkonomikaryaElsa(Kartikahttp://dhyladhil.blogspot.co.id/2011/05/penco
cokan-verfikasi-piutang.html). (diakses pada 04 nopember 2017).
21
Catur Indiro, Penerapan Asas Kelangsungan Usaha dalam Penyelesaian Perkara
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Jurnal hukum
peradilan, vol.4 No.3. Pekanbaru. 7.
http://eprints.walisongo.ac.id/1119/3/092311064_Bab2.pdf
Hapsari, Dwi Ratna Indri. 2014. kontrak dalam undang-undang hukum perdata dan
hukum islam, Jurnal Repetorium, edisi 1.
https://ar.scribd.com/mobile/document/114876661/makalah-hukum-perjanjian diungg
ah pada tanggal 23 September 2017.
Herniawati. 2015. Penerapan Pasal 1320 KUHPerdata Terhadap Jual Beli Secara
Online (E Commerece). Vol.8, No.04, 178. diakses .23 September 2017.
Dwi ratna indri hapsari,kontrak dalam undang-undang hukum perdata dan hukum
islam,Jurnal repretorium edisi 1, 2014.
https://ar.scribd.com/mobile/document/114876661/makalah-hukum-perjanjian diungg
ah pada tanggal 23 September 2017.
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/63506
http://bloggermahasiswahukum.blogspot.com/2017/05/analisa-kasus-kepailitan-pt-
asean-gold.html
https://wirahipatios.wordpress.com/2015/03/12/analisis-kasus-kepailitan-pt-citra-
televisi-pendidikan-indonesia-di-tinjau-dari-undang-undang-nomor-37-tahun-2004-
tentang-kepailitan-dan-penundaan-kewajiban-pembayaran-utang/
http://eprints.walisongo.ac.id/1119/3/092311064_Bab2.pdf
22