Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia
Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia yang
berjudul “ Pemutusan Hubungan Kerja”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
Pemutusan Hubungan Kerja
1.Pengertian
Pemutusan hubungan kerja merupakan fungsi terakhir manajemen sumber daya
manusia yang dapat didefinisikan sebagai pengakhiran hubungan kerja antara pekerja dan
pengusaha yang dapat disebabkan oleh berbagai macam alasan, sehingga berakhir pula hak dan
kewajiban di antara mereka.
Menurut Undang-undang tenaga kerja, Pemutusan Hubungan Kerja dapat diartikan
sebagai “ Pengakhiran Hubungan Kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya Hak dan Kewajiban antara Pengusaha dan Pekerja”.
1. Kehendak Pribadi
Bagi pekerja yang mengundurkan diri secara baik-baik tidak berhak mendapat
uang pesangon sesuai ketentuan pasal 156 ayat 2. Yang bersangkutan juga tidak berhak
mendapatkan uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan pasal 156 ayat 3 tetapi
berhak mendapatkan uang penggantian hak mendapatkan 1 kali ketentuan pasal 156
ayat 4.
3. Pensiun
Mengenai batasan usia pensiun perlu disepakati antara pengusaha dan pekerja
dan dituangkan dalam perjanjian kerja bersama atau peraturan perusahaan. Batasan usia
pensiun yang dimaksud adalah penentuan usia berdasarkan usia kelahiran dan
berdasarkan jumlah tahun masa kerja.
2.2 Prosedur PHK
Pekerja harus diberi kesempatan untuk membela diri sebelum hubungan kerjanya
diputus. Pengusaha harus melakukan segala upaya untuk menghindari memutuskan hubungan
kerja.Pengusaha dan pekerja beserta serikat pekerja menegosiasikan pemutusan hubungan
kerja tersebut dan mengusahakan agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja.
Namun biasanya, pihak perusahaan akan mengeluarkan surat peringatan terlebih dahulu
sebelum melakukan PHK. Di banyak perusahaan, pemecatan karena pelanggaran aturan
perusahaan baru dilakukan setelah karyawan tersebut menerima tiga kali surat peringatan.
1. Biaya Recruitment
meliputi:
2. Biaya Pelatihan
Meliputi:
1. Biaya training secara langsung, seperti instruksi, diktat, material untuk kursus
training
2. Waktu untuk memberikan training
3. Kehilangan produktivitas pada saat training
2.5 Larangan Terhadap PHK (Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang No. 12
tahun 1964)
Perusahaan dilarang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan alasan-alasan
sebagai berikut (Pasal 153 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan) :
1. Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama
waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus
2. Pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya, karena memenuhi kewajiban
terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Pekerja/buruh menjalankan idabah yang diperintahkan agamanya
4. Pekerja/buruh menikah
5. Pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya
6. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan dengan
pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama; (frasa “kecuali telah diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;” sudah
dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Mahkamah Konstutusi)
7. Pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat
buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh di luar jam
kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan
yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama
8. Pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan
pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan
9. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan
10. Pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit
karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penyembuhannya belum dapat dipastikan.
2.5.1 PHK di Organisasi Swasta
Kemungkinan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), hal ini terjadi tanpa meminta izin pada
Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D) atau Panitia Perselisihan
Perburuhan Pusat (P4P)
1. Permintaan sendiri
2. Kondisi Fisik dan Mental
3. Hukuman jabatan
4. Keputusan Pengadilan
5. Akibat Penyelewengan
6. Perubahan Susunan Kantor
7. Rasionalisasi Pegawai atau Retooling
8. Ketidakcakapan Melakukan Tugas
9. Mencapai usia Pensiun
10. Meninggalkan Jabatan 5 tahun berturut-turut
11. Lalai melaksanakan Ketentuan-Ketentuan Penting dsb
3. Studi Kasus Mengenai Pemutusan Hubungan Kerja
“Klien saya waktu itu sempat jalani 3 bulan hukuman. Jadi masalah, klien saya sudah
berkerja di PT Vale. Itupun melalui prosedur dengan melampirkan SKCK. Semua tahapan telah
dilalui dan dinyatakan lulus. Pada saat diterima bekerjalah seperti karyawan biasanya, ” Hari
menceritakan, kliennya itu masuk kontrak 28 Juli 2017, masa percobaan 3 bulan dan masa
percobaannya sudah dijalani. Karyawan itu di PHK 29 November 2017. Ironisnya, disitu mulai
aktif masa kerja pemanen.
“Karyawan itu, langsung dipanggil ke kantor PT Vale dan diberikan surat PHKnya.
Kalaupun mau PHK karyawan, harusnya melalui prosedur. Harus ada surat peringatan (SP) 1,2
dan seterusnya, ” Padahal lanjut Hari, beberapa proses sudah dilalui karyawan itu. Adapun
aturan yang sudah ditempuh yakni Tripartit. Dengan melalui mediasi di Dinas Transmigrasi,
Tenaga Kerja dan Perindustrian Kabupaten Luwu Timur, PT Vale dianjurkan agar tetap
mempekerjakan karyawan tersebut.
“Akibat tindakan itu, PT Vale telah melanggar Pasal 1 ayat 69 Undang-undang No 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Olehnya itu, kami menuntut kerugian puluhan miliar kepada
PT Vale, lanjutnya.
Dengan adanya PHK sepihak ini tambah Hari, pihaknya tidak menyangka perusahaan sebesar
itu melakukan PHK dan cacat hukum.”Untuk itu, saya meminta kepada seluruh serikat buruh
agar mengawal masalah ini hingga selesai, ” tutupnya.
Sumber: https://fajar.co.id/2018/05/11/pt-vale-digugat-usai-phk-karyawan/
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja
Indonesia. Kepmen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 78/2001 tentang Perubahan
Kepmenaker No. 150/2000 tentang PHK, Pesangon, dan lainnya