Ketika kita masuk dalam dunia kerja, mau tidak mau, suka tidak suka, kadang-kadang
kita dihadapkan pada suatu permasalahan yang membuat kita berbenturan dengan
pengusaha atau pihak manajemen dimana kita bekerja. Pada saat masalah itu terjadi
biasanya diposisi pekerjalah yang selalu kalah karena melawan Perusahaan yang dalam
posisi kuat. Hal ini membawa kita pada suatu kondisi kita menjadi dirugikan dan
bingung pada siapa harus mengadu dan mendapatkan solusi terbaik bagi permasalahan
kita. Untuk itu maksud tujuan dari penulisan artikel ini saya harap bisa menjadi
pedoman sebagai langkah awal yang harus diketahui sejak dini untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan, untuk mengantisipasi dengan mengetahui apa yang menjadi hak-
hak kita sebagai pekerja, Sehingga apabila dikemudian hari terjadi Permasalahan, maka
kita dapat memposisikan diri sebagai pekerja yang tahu hukum dan tidak dapat
diperlakukan dengan sewenang-wenang.
Apabila permasalahannya demikian benar terjadi, tentu saja bisa diselesaikan sesuai
dengan SOP (Standard Operating Procedure) yang ada dalam peraturan Perusahaan
atau langsung kepada leader anda. Tetapi apabila permasalahannya berkaitan dengan
permasalahan ketenagakerjaan, seperti cuti tahunan yang hangus, cuti hamil yang tidak
diberikan, pesangon yang tidak diberikan, asuransi kesehatan yang amburadul, jaminan
kecelakaan kerja yang tidak bisa di klaim, jaminan kematian yang tidak jelas, upah
lembur yang tidak sesuai dengan aturan, atau sturktur dan skala upah yang tidak
transparan, maka kita akan pusing dibuatnya karena sangat merugikan bila hak kita
dilanggar. Di satu sisi, kita tahu itu adalah hak kita, tetapi di sisi lain, ketika kita
meminta hak tersebut, kita berbenturan dengan atasan yang juga tidak tahu peraturan
ketenagakerjaan atau tidak berniat untuk beritikad baik memberikan hak-hak kita. Jika
demikian lengkap sudah penderitaan, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Dan ini perlu
diantisipasi, oleh karena itu kita perlu tahu dan mengerti apa yang harus dilakukan…
Jika kita sudah bekerja atau akan bekerja pada suatu perusahaan, apa yang harus
diketahui agar terjaminnya hak-hak kita didepan hukum?
Mempunyai Status ;
Definisi dan ketentuan yang berlaku untuk karyawan kontrak adalah sbb:
1. Karyawan kontrak dipekerjakan oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu saja,
waktunya terbatas maksimal hanya 3 tahun.
4. Status karyawan kontrak hanya dapat diterapkan untuk pekerjaan tertentu yang
menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu,
yaitu :• Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya ;• Pekerjaan yang
diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3
(tiga) tahun ;• Pekerjaan yang bersifat musiman; atau• Pekerjaan yang berhubungan
dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan
atau penjajakan.• Untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tidak dapat diberlakukan status
karyawan kontrak.
5. Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka
waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, atau berakhirnya
hubungan kerja bukan karena terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang telah
disepakati bersama, maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar
ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar gaji karyawan sampai batas waktu berakhirnya
jangka waktu perjanjian kerja
6. Jika setelah kontrak kemudian perusahaan menetapkan ybs menjadi karyawan tetap,
maka masa kontrak tidak dihitung sebagai masa kerja.
Definisi dan ketentuan yang berlaku untuk karyawan tetap adalah sbb:
5. Jika terjadi pemutusan hubungan kerja bukan karena pelanggaran berat atau
karyawan mengundurkan diri maka karyawan tetap mendapatkan uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja (bagi karyawan yang bekerja minimal 3 tahun) dan uang
penggantian hak sesuai UU yang berlaku.
KONTRAK KERJA
Sebelum bekerja, sebaiknya Anda membaca dengan hati-hati setiap kalimat dalam
kontrak kerja. Terutama hal-hal yang menyangkut tugas dan tanggung jawab
professional. Saat menandatangani dokumen ini, berarti anda setuju ‘mengikatkan diri’
dengan perusahaan. Jadi pahami juga tata tertib perusahaan dengan benar, agar anda tak
mendapat kesulitan di kemudian hari.
CATATAN :
Biasanya kontrak kerja dibuat dalam 2 eksemplar, bisa lebih. Kontrak kerja
ditandatangani oleh kedua belah pihak . Anda akan menerima satu berkas.
Penting Dokumen ini harus disimpan dengan baik karena merupakan bukti
tertulis bagi anda yang suatu saat dibutuhkan apabila terjadi suatu permasalahan.
- Pengangkatan.
Sudah jelas, dalam kontrak kerja harus tertulis jabatan dan sebutan yang akan anda
pangku. Setelah itu, tertulis rincian tugas dan tanggung jawab posisi tersebut.
Perhatikan job descriptions baik-baik. Jangan sampai saat sudah aktif bekerja, Anda
mengeluh karena dibebani pekerjaan yang ‘tak sesuai dengan job descriptions’.
Ini istilah keren dari gaji. Pastikan bilangan gaji yang diterima tertulis dengan
jelas.Hindari persoalan di kemudian hari hanya karena hanya karena ada beda jumlah
rupiah dalam kontrak dan kenyataannya. Bahkan, jika ada perubahan karena kondisi
khusus ( misalnya masa percobaan ), Anda harus tahu dengan pasti. “Jika anda
dijanjikan kenaikan gaji setelah selesai menjalani masa percobaab, sebaiknya semuanya
tertulis dengan jelas dalam kontrak kerja,” lanjut Imaniati lagi. Selain itu, fringe benefit
atau tunjangan juga harus disebutkan, jika ada.
- Jadwal kerja.
Dalam kontrak kerja akan tertulis jadwal kerja yang harus anda patuhi. Jam kerja resmi,
termasuk jam lembur atau shift malam jika ada. Lokasi kerja juga harus disebutkan
dengan jelas. Jangan sampai anda keluar dari pekerjaan , hanya gara-gara lebih banyak
melewatkan waktu di pabrik di lokasi terpencil. Dan hampir tak pernah duduk di kantor
yang ber-AC dingin!
Ini termasuk bagian yang amat penting. Perusahaan perlu menuliskan hal ini agar para
karyawan tak masuk dan pulang kantor seenaknya. Pada beberapa perusahaan tertentu,
tata tertib dan disiplin ini menyangkut informational proprietary yang harus anda jaga
rapat-rapat dan tak boleh’bocor’ ke tangan perusahaan lain. Apalagi ke perusahaan
saingan.
Pasal ini membahas kondisi yang bisa menyebabkan seorang karyawan dipecat. Jika
terjadi pelanggaran oleh karyawan, perusahaan berhak “ merumahkan” karyawannya
itu. Karena itu, karyawan perlu tahu pasal-pasal itu.
JIKA SUDAH MEMPUNYAI STATUS KARYAWAN KONTRAK ATAU TETAP,
PERMASALAHAN APA YANG MUNGKIN TERJADI ?
PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha. Pemutusan Hubungan
Kerja dapat dilakukan oleh pekerja atau Perusahaan. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
adalah hal yang paling krusial sering terjadi permasalahannya antara perusahaan dengan
pekerja. Untuk itu perlu diketahui apa penyebab/bagaimana PHK itu dibenarkan dan apa
yang harus dilakukan jika terjadi PHK?
Alasan/sebab PHK
Terdapat bermacam-masam alasan PHK, dari mulai pekerja mengundurkan diri, tidak
lulus masa percobaan hingga perusahaan pailit. Selain itu:
KONSEKUENSI PHK
Dalam pasal 156 UU No 13 Tahun 2003 mengatakan “Pihak yang mengakhiri
hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah
pekerja/ buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja”Kecuali
bukan kerena ketentutan yang mengatur berakhirnya perjanjian kerja misalnya :
atau
d. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja,
Pak Toyib di-PHK oleh perusahaannya 10 bulan sebelum masa kontraknya berakhir,
tanpa alasan yang jelas dan tidak melalui kesepakatan bersama. Itu artinya perusahaan
tempat Pak Toyib bekerja, wajib membayar 10 x take home pay (Gaji pokok +
tunjangan tetap).
Pengunduruan diri oleh pekerja termasuk kategori PHK yang dilakukan pekerja
kepada perusahaannya yang dilakukan dengan sukarela/kemauan sendiri. Dengan cara
pekerja dapat mengajukan pengunduran diri kepada pengusaha secara tertulis tanpa
paksaan/intimidasi.
Jadi, jika anda sebagai pekerja yang ingin mengundurkan diri dalam perjanjian kerja
sebaiknya anda mempertimbangkan tentang kewajiban membayar ganti rugi kepada
perusahaan/ pihak pemberi kerja. Usahakan, ketika niat untuk mengundurkan diri
tersebut sudah bulat, dapat dibicarakan kepada pihak perusahaan/ pihak pemberi kerja.
Sebutkan, bahkan kalau perlu, uraikan alasan-alasan mengapa anda mengundurkan diri
tersebut. Jika alasan-alasan pengunduran diri tersebut terkait dengan kondisi kerja dan
hal tersebut dapat diterima oleh pihak perusahaan/ pemberi kerja kiranya kewajiban
membayar ganti rugi sebagaimana diatur dalam perjanjian kerja anda dapat dihindarkan.
Management perusahaan yang baik tentunya tidak akan mempermasalahkan klausul
ganti rugi tersebut.
Secara hukum sesungguhnya tuntutan ganti rugi dalam perjanjian kerja dapat dihindari
jika dalam pengunduran diri tersebut pekerja memiliki alasan yang mendesak. Hal ini
diatur dalam pasal 1603 huruf p KUHPerdata. Alasan-alasan yang mendesak antara lain
dapat dianggap ada :
Yang menjadi masalah, walaupun sudah ada alasan mendesak sebagaimana telah
dijelaskan di atas, ternyata alasan-alasan pengunduran diri anda tersebut tidak dapat
diterima dan pihak management tetap menuntut anda harus membayar ganti rugi maka,
saran saya, jika sedemikian rumit masalahnya tidak ada sepakat maka sebaiknya
permasalahan tersebut dibawa/ dilaporkan ke kantor Dinas Ketenagakerjaan setempat
atau menghubungi pengacara/advokat sebagai sebagai pelaksana yang mewakili
kepentingan untuk memperjuangkan hak-hak tersebut.
Seseorang dapat dipecat dengan tidak sukarela atau sepihak tanpa kesepakatan karena
bermacam hal, antara lain rendahnya performa kerja, melakukan pelanggaran perjanjian
kerja, peraturan perusahaan atau kebijakan-kebijakan lain yang dikeluarkan pengusaha.
Tidak semua kesalahan dapat berakibat pemecatan. Hal ini tergantung besarnya tingkat
kesalahan.
Selain karena kesalahan pekerja, pemecatan mungkin dilakukan karena alasan lain.
Misalnya bila perusahaan memutuskan melakukan efisiensi, penggabungan atau
peleburan, dalam keadaan merugi, pailit, maupun PHK terjadi karena keadaan diluar
kuasa pengusaha (force majeure).
pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama
waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus;
pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban
terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
pekerja menikah;
pekerja perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui
bayinya;
pekerja mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja
lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam PK, PP, atau PKB;
pekerja mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja, pekerja
melakukan kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja
atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam PK,
PP, atau PKB;
pekerja yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan
pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan;
karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan,
jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan;
pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit
karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penyembuhannya belum dapat dipastikan.
Dan perlu diketahui ada kabar gembira walaupun anda sebagai pekerja melakukan
kesalahan berat/melakukan tindak pidana yang disengaja maupun tidak dengan sengaja.
Perusahaan kini tidak dapat semena-semana memPHK anda. Karena dalam Pasal 158
UU No. 13/2003 telah dicabut oleh Mahkamah Konstitusi , artinya Hak pekerja, seperti
gaji pokok, tunjanngan, dan lain-lain harus tetap dibayarkan oleh Perusahaan sebelum
terbukti/mempunyai keputusan tetap dari Pengadilan yang menyatakan bersalah atau
tidaknya seseorang/pekerja. Dan jika pun sudah diputus bersalah berhak juga atas
pembayaran uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang penggantian hak (UPH).
Hal ini berangkat dari ide asas Praduga tak bersalah yang dijunjung tingi oleh hukum.
CATATAN :
Jika bertentangan dengan hal diatas maka perusahaan besar sekalipun dapat
dituntut serta dibatalkan demi hukum dan pengusaha wajib mempekerjakan
pekerja/buruh yang bersangkutan serta membayar seluruh upah dan hak yang
seharusnya diterima".
Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang
pesangon (UP) dan atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang penggantian
hak (UPH) yang seharusnya diterima. UP, UPMK, dan UPH dihitung berdasarkan upah
karyawan dan masa kerjanya.
b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat dimana
pekerja/buruh diterima bekerja;
c. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang
pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;
d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.
CATATAN :
Contoh :
Bang toyib yang tinggal di jakarta telah bekerja selama 10 {sepuluh tahun} di PT Angin
Ribut yang juga berdomisili di Jakarta, dengan upah Rp 3 juta per bulan. Ia kemudian di
PHK perusahaannya karena melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kerja.
Maka, ia berhak atas kompensasi sebesar:
UPMK= Rp3.000.000 x1x 4= 12.000.000,- (tiga juta kali 4 bulan upah, karena masa
kerja 10 tahun UPH = 15% (uang penggantian perumahan dan pengobatan) x (27 juta
+12 juta) =Rp5.850.000,-
Wow lumayankan jika semua hak-hak tersebut dapat diperjuangkan, namun pada
prakteknya tidak segampang membalikan telapak tangan, walaupun sudah dijamin oleh
Undang-undang ada saja permasalahan rumit untuk penyelesaiiannya. Jika hal tersebut
sedemikian rupa, banyak faktor yang memperngaruhi para pekerja tidak bisa
mendapatkan/memperjuangkan hak-haknya tersebut antara lain karena tidak mau
pusing/pasrah/karena urusan yang berbelit,dan karena tidak mengetahui aturan
hukum/acara hukum yang berlaku sehingga tidak dapat memperjuangkan hak-haknya
tersebut yang padahal dilindungi hukum. Jika demikian mau tau caranya? Simak
dibawah ini tipsnya, cekidot gan….^_^
Sebelumnya perlu kita ketahui apa itu perselisihan atau mengapa timbul perselisihan
sehingga menjadi masalah yang cukup kompleks. Meskipun pengaturan tentang
perlindungan hak-hak pekerja telah diatur sedemikian rupa sebagai apa yang diuraikan
telah dibahas diatas, pada pelaksanaannya masih saja ada perselisihan dan konflik yang
muncul antara pengusaha dan pekerja/buruh. Apa sih penyebabya>?
Contoh :
Urutan Peraturan/Perundang-undangan
Lakukan Negosiasi terkait informasi yang sudah didapatkan, Jika tidak mengetahui
langkah negosiasi/perundingan libatkan orang pihak ke-3 sebagai penengah atau
orang yang dipercaya untuik mewakili kepentingan yang dipercaya mempunyai
pengetahuan hukum seputar ketenagerjaan seperti Pengacara/advokat atau kepada
Depnaker.
Perundingan Bipartit
Perundingan Bipartit adalah forum perundingan dua kaki antar pengusaha dan pekerja
atau serikat pekerja. Kedua belah pihak diharapkan dapat mencapai kesepakatan dalam
penyelesaian masalah mereka, sebagai langkah awal dalam penyelesaian perselisihan.
Dalam perundingan ini, harus dibuat risalah yang ditandatangai para Pihak. isi risalah
diatur dalam Pasal 6 Ayat 2 UU PPHI. Apabila tercapai kesepakatan maka Para pihak
membuat Perjanjian Bersama yang mereka tandatangani. Kemudian Perjanjian Bersama
ini didaftarkan pada PHI wilayah oleh para pihak ditempat Perjanjian Bersama
dilakukan. Perlunya mendaftarkan perjanjian bersama, ialah untuk menghindari
kemungkinan slah satu pihak ingkar. Bila hal ini terjadi, pihak yang dirugikan dapat
mengajukan permohonan eksekusi.
Apabila gagal dicapai kesepakatan, maka pekerja dan pengusaha mungkin harus
menghadapi prosedur penyelesaian yang panjang melalui Perundingan Tripartit.
Perundingan Tripartit
b. Konsiliasi
Forum Konsiliasi dipimpin oleh konsiliator yang ditunjuk oleh para pihak. Seperti
mediator, Konsiliator berusaha mendamaikan para pihak, agar tercipta kesepakatan
antar keduanya. Bila tidak dicapai kesepakatan, Konsiliator juga mengeluarkan produk
berupa anjuran.
c. Arbitrase
Lain dengan produk Mediasi dan Konsiliasi yang berupa anjuran dan tidak mengikat,
putusan arbitrase mengikat para pihak. Satu-satunya langkah bagi pihak yang menolak
putusan tersebut ialah permohonan Pembatalan ke Mahkamah Agung. Karena adanya
kewajiban membayar arbiter, mekanisme arbitrase kurang populer.
Dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai dengan
melalui perundingan terlebih dahulu sebegaimana no 1 diatas, maka pengusaha dan
pekerja/buruh menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalui Pengadilan
Hubungan Industrial yang sebagaimana telah diatur dalam UU No. 2 Tahun 2004.
Kecuali keputusan Abritase harus melalui kasasi yang mana tidak lagi diperiksa melalui
Pengadilan Negeri tetapi melalui Mahkamah Agung
Bagaimana Prosedurnya?
1. Mengajukan Gugatan
3. Pembuktian
Pembuktian adalah penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum kepada hakim
yang memeriksa suatu perkara, guna memberikan suatu kepastian tentang kebenaran
peristiwa yang dikemukakan.
Menurut Pasal 1886 KUH Perdata alat bukti yang sah adalah :
Surat;
Keterangan Saksi
Persangkaan;
Pengakuan;
Sumpah;
Keterangan ahli
4. Kesimpulan
5. Keputusan Hakim
CATATAN :
Selama proses sengketa/proses perdamaian musyawarah/proses hukum berjalan
maka sebelum adanya kepastian hukum tetap dari pengadilan Pekerja wajib
menerima upah dari perusahaannya.
Sekian....
Jika ada hal terkait seputar permasalahan ditempat perusahaan anda bekerja belum
terjawab dalam artikel ini silahkan ditanyakan, didiskusikan, melalui forum group
ADVOKAT PEMBELAMU