Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK 5

MATA KULIAH :
“HUKUM PERBURUAN”
NAMA KELOMPOK :
GIOVANI G HENUKH (2101070010)
GESLI G. HENUK (2101070009)
MUHAMAD SYUKRI (2101070020)
WILMARTH DOLLU SING (2101070126)
RINA U. MONEMNASI (2101070027)
ARINIA J. NAHAK (2101070095)
OMRI TAUHO (2101070022)
YONAH F. MELSI BEREK (2101070129)
YUMINA S. LAKILAF (1901070056)

MATERI :
PERMOHONAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA OLEH BURUH, PASANGON, UANG
PENGHARGAAN MASA KERJA, BURUH DI TAHAN

A. PERMOHONAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA OLEH BURUH


a. Pengertian
Pemutusan hubungan kerja merupakan suatu langkah pengakhiran kerja antara buruh dan
majikan karena suatu hal tertentu, sedangkan pekerja atau buruh merupakan bagian dari tenaga
kerja yaitu tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja, dibawah perintah pemberi kerja.
Sedangkan menurut Undang–undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 angka (3) menyebutkan
bahwa, ”Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain ”. Jadi pekerja/buruh adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja
dibawah perintah pengusaha/pemberi kerja dengan mendapatkan upah atau imbalan dalam
bentuk lain. Jadi dari situ dapat di ambil kesimpulan menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 2003
pasal 1 angka (25) menyebutkan bahwa pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan
kerja karena sesuatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
pekerja/buruh dan pengusaha.

b. Jenis pemutusan hubungan kerja


Berakhirnya hubungan kerja terbagi menjadi lima macam, yakni:
1. Berakhir demi hukum
a. Berakhir karena perjanjian.
b. Diakhiri dalam masa percobaan pekerja.
c. Atas permintaan pekerja.
d. Pekerja meninggal dunia.
e. Karena pensiun.
f. Atas persetujuan kedua belah pihak.
g. Diputus oleh pengadilan.
2. Keadaan yang melekat pada pribadi pekerja
a. Sakit selama lebih dari 1 tahun.
b. Cacat total tetap.
c. Karena tejadi perkawinan.
3. Berkenaan dengan kelakuan pekerjaan
a. Kesalahan berat.
b. Kesalahan di luar kesalahan berat.
4. Berkenaan dengan tindakan pengusaha
Sebagaimana diatur dalam pasal 169 Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
5. Berkenaan dengan jalannya perusahaan
a. Perusahaan tutup.
b. Perubahan status perusahaan.
c. Perusahaan melakukan efisiensi.
d. Perusahaan pailit.
c. Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pekerja/Buruh
Pemutusan oleh pekerja/buruh, dilakukan sebelum berakhir perjanjian kerja
merupakan hak dan wewenang pekerja/buruh untuk mengakhiri hubungan kerja baik atas
persetujuan maupun dilakukan secara sepihak oleh pekerja/buruh itu sendiri. Cara
pemutusan oleh buruh ini tidak ada terdapat di dalam peraturan perundang-undangan
terutama dalam KUHPa. Pasal 1603e KUHPa, masa percobaan itu tidak boleh ditetapkan
tidak sama bagi kedua belah pihak atau lebih lama dari tiga bulan dan bahwa tiap janji
yang mengadakan masa percobaan baru antara pihak-pihak yang sama adalah batal.
Apabila diperjanjikan masa percobaan, selama waktu itu berlangsung buruh berwenang
seketika memutuskan hubungan kerja dengan pernyataan pengakhiran.dalam pasal 1603
KUHPa, jika hubungan kerja diadakan untuk waktu lama lebih dari lima tahun bahkan
untuk selama hidupnya seseorang tertentu, buruh/pekerja bagaimanapun juga berhak sejak
lewatnya lima tahun dari permulaan hubungan kerja, mengakhirinya dengan
mengindahkan tenggang waktu 6 bulan.
Apabila majikan meninggal dunia atau dinyatakan pailit, maka buruh berhak
mengakhiri hubungan kerja dengan ahli waris majikan atau dengan balai harta
peninggalan. Pekerja/buruh berhak sewaktu-waktu memutuskan hubungan kerja untuk
waktu tak tertentu dengan pernyataan pengakhiran dengan memperhatikan tenggang
waktu pengakhiran sesuai dengan pasal 1603j KUHPa), bahkan berhak pula sewaktu-
waktu memutuskan hubungan kerja
untuk waktu tertentu. Hubungan kerja laut, yang ditetapkan atas dasar perjanjian setelah
setengah tahun bekerja. Pelaut dapat memutuskan hubungan kerjanya pada setiap
pelabuhan yang disinggahi kapal dengan pernyataan pengakhiran dan terdapat seorang
pegawai bahari. Dalam pernyataan pengakhiran pelaut/ pekerja harus mengindahkan
tenggang waktu yang cukup layak, ini diperlukan agar mendapatkan gantinya di
pelabuhan itu sesuai dengan Pasal 449 KUHD.
Untuk pemutusan hubungan kerja berdasarkan alasan mendesak harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
a. Harus ada alasan yang obyektif.
b. Alasan itu harus mendesak secara subyektif pihak yang bersangkutan sehingga
pekerja/buruh tidak bersedia lagi meskipun meneruskan hubungan kerja.
c. Alasan mendesak ini harus diberitahukan kepada pihak lawannya,
d. Pemberitahuan itu harus segera dilakukan.

d. Prosedur pemutsan hubungan kerja oleh buruh


Sebagaimana uraian sebelumnya bahwa PHK oleh pekerja/ buruh itu dapat disebabkan
oleh dua hal, yaitu PHK karena permintaan pengunduran diri dan PHK karena permohonan
kepada pengadilan hubungan industrial. Masing-masing memililki prosedur yang berbeda,
yaitu:
a. Prosedur PHK karena Permintaan Pengunduran Diri
Diatur dalam Pasal 162 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 sebagai berikut:
1) Diajukan secara tertulis kepada pengusaha selambat-lam- batnya tiga puluh hari
sebelum tanggal mulai pengunduran diri.
2) Tidak terikat dalam ikatan dinas dan pengunduran diri.
3) Tetap menjalankan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri.
Prosedur secara terperinci dapat diatur lebih lanjut dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
b. Prosedur PHK Karena Permohonan kepada Pengadilan Hubungan Industrial
Diatur dalam Pasal 169 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 bahwa
pekerja/buruh dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja kepada
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Prosedur penyelesaiannya
adalah melalui upaya penyelesa- ian perundingan bipartit, konsiliasi, arbitrase, ataupun
mediasi, kemudian mengajukan gugatan pada pengadilan hubungan industrial. Jadi,
setelah upaya penyelesaian di luar pengadilan tidak berhasil, pekerja/buruh menempuh
penyelesaian melalui pengadilan, yakni dengan cara mengajukan gugatan kepada
pengusaha melalui pengadilan hubungan industrial.

B. PESANGON DAN UANG PENGHARGAAN MASA KERJA


Uang pesangon adalah pembayaran berupa uang dari pengusaha kepada pekerja sebagai
akibat adanya pemutusan hubungan kerja. Salah satu tujuan tersebut adalah sebagai suatu
wujud tanggung jawab atau kompensasi dari pihak perusahaan kepada pegawainya, karena
perusahaan kini tidak mampu lagi untuk memberikan upah setelah putus hubungan kerja
dengan karyawan tersebut. Dalam perundang-undangan dan praktek di banyak
negara, menghendaki agar majikan mmembayar uang pesangon (tunjangan
pemberhentian) kepada buruh yang diperhentikan.

a.Syarat mendapat uang pesangon


Berikut syarat bagi karyawan untuk mendapatkan uang pesangon. Diketahui terdapat
dua cara yang dapat dilakukan, yakni:
1. Karyawan Telah Masuk Masa Pensiun
Secara umum, kasus pensiun adalah kasus yang paling banyak terjadi. Masa pensiun terjadi
ketika seorang karyawan sudah tidak bisa lagi melaksanakan berbagai tugas dan tanggung
jawabnya, karena faktor usia yang sudah lanjut. Jika begitu, maka pihak perusahaan memiliki
hak untuk mengakhiri masa kerja karyawan tersebut dan wajib memberikan uang pesangon
untuk masa pensiunnya.
2. Karyawan yang Terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Berkaitan dengan Pemutusan Hubungan Kerja, dalam kasus ini setiap perusahaan wajib
membayarkan uang pesangon sebagai dana penghargaan atas masa kerja karyawan, juga
sebagai dana penggantian hak yang memang sudah seharusnya diterima oleh karyawan.
Sebab, pemutusan hubungan kerja ini adalah kehendak perusahaan dan bukan merupakan
keinginan dari pihak karyawan, sehingga pihak perusahaan harus bertanggung jawab atas
keputusan ini.

b.Besarnya uang pesangon


Menurut UU N0. 13 Tahun 2003 tetang Ketenagakerjaan Pasal 156 ayat (2),
besarnya uang pesangon sebagai berikut :
1. Masa kerja sampai 1 tahun = 1 bulan upah ;
2. Masa kerja sampai 2 tahun = 2 bulan upah
3. Masa kerja sampai 3 tahun = 3 bulan upah ;
4. Masa kerja sampai 4 tahun = 4 bulan upah ;
5. Sampai dengan Masa kerja 8 tahun atau lebih = 9 bulan upah

Selain uang pesangon dapat lagi diberikan uang jasa sebagai berikut :
1. Masa kerja 5 sampai 10 tahun = 1 bulan upah ;
2. Masa kerja 15 sampai 20 tahun = 2 bulan upah ;
3. Masa kerja 21 sampai 25 tahun = 3 bulan upah ;
4. Masa kerja lebih dari 25 tahun = 5 bulan upah.

c. Macam-macam uang pesangon


1. Uang Pesangon (UP)
Perlu diketahui oleh masing-masing pihak, yakni oleh perusahaan dan karyawan, bahwa cara
perhitungan uang pesangon tidak hanya satu, tetapi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai
berikut. Jenis yang pertama adalah uang pesangon biasa, yaitu uang pesangon itu sendiri,
yang mana cara perhitungan uang pesangon, yaitu sejumlah uang atau gaji pokok yang
ditambah dengan gaji tetap.
Misalnya seperti tunjangan transportasi, tunjangan kesehatan, tunjangan jabatan, tunjangan
makanan, dan lain sebagainya. Terkait dengan perhitungan dan jumlah nominal uang
pesangon tersebut, anda dapat melihat dan mempelajarinya sendiri di dalam Undang-Undang
nomor 13 tahun 2003 pasal 156 ayat 2, terkait ketenagakerjaan.

2.Uang Penggantian Hak (UPH)


Jenis kedua dari uang pesangon adalah uang penggantian hak atau UPH. Sesuai dengan
namanya, dapat kita ketahui bahwa uang pesangon jenis ini merupakan uang pesangon yang
wajib diberikan perusahaan kepada karyawan setelah terjadi pemutusan hubungan kerja atau
PHK. Contoh lainnya, yaitu uang penggantian hak seperti cuti tahunan yang belum sempat
diambil karyawan atau hangus.
Uang penggantian hak juga mencakup berbagai hal seperti pengobatan, perawatan, dan
perumahan senilai 15% dari uang pesangon penghargaan masa kerja, jika karyawan tersebut
memenuhi syarat. Selain itu, bisa juga mencakup biaya transportasi karyawan yang karena
pekerjaannya harus bepergian atau dinas di luar daerah, dan lain sebagainya.
Penjelasan mengenai uang penggantian hak juga telah dimuat di dalam Undang-Undang No.
13 Tahun 2003 Pasal 156 ayat (4), terkait ketenagakerjaan. Sebab, mereka yang sudah tidak
lagi bekerja di perusahaan atau mantan karyawan juga masih memiliki hak untuk
mendapatkan uang penggantian hak.

Untuk memperjelas terkait uang penggantian hak ini, anda bisa memperhatikan sejumlah poin di
bawah ini.

• Karyawan masih memiliki sisa cuti tahunan yang belum sempat diambil atau hangus.
• Uang penggantian hak juga termasuk dalam pengobatan, perawatan, dan perumahan yang
sebelumnya sudah ditetapkan senilai 15% dari uang penghargaan masa kerja atau UPMK,
apabila karyawan dapat memenuhi syarat tertentu.
• Biaya atau uang transportasi bagi para pegawai, yang biasanya diberikan pada pegawai
atau karyawan yang diberikan tugas di luar kota atau melakukan dinas di luar daerah
asalnya.
• Ada sejumlah biaya lain yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerja sebelumnya, baik
itu dalam peraturan manajemen perusahaan, atau perjanjian kerja lain yang sama
pentingnya, saat karyawan bergabung dengan perusahaan.

3. Uang Penghargaan Masa Kerja (UPMK)


Macam uang pesangon yang terakhir, yakni uang penghargaan masa kerja atau yang dikenal
dengan sebutan UPMK. Sesuai dengan namanya, uang pesangon jenis ini merupakan wujud dari
penghargaan perusahaan atas masa kerja atau masa bakti seorang karyawan. Dana yang diterima
dalam uang pesangon jenis ini tidak hanya berasal dari gaji pokok dan gaji tetap saja, tetapi juga
hak atas penghargaan yang diberikan oleh perusahaan, atas loyalitas dan prestasi karyawan
selama bekerja di sana

a. Aturan pemerintah mengenai uang penghargaan masa kerja


Karena uang penghargaan masa kerja ini berbeda dengan uang pesangon yang syarat
penerimanya memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun, peraturan pemerintah untuk uang
penghargaan ini pun ikut berbeda. Berdasarkan pasal 156 ayat (3) UU 11/2020, perusahaan wajib
membayarkan uang penghargaan masa kerja kepada karyawan dengan ketentuan sebagai berikut:

• Masa kerja mencapai 3 tahun, tetapi kurang dari 6 tahun = 2 bulan upah
• Masa kerja mencapai 6 tahun, tetapi kurang dari 9 tahun = 3 bulan upah
• Masa kerja mencapai 9 tahun, tetapi kurang dari 12 tahun = 4 bulan upah
• Masa kerja mencapai 12 tahun, tetapi kurang dari 15 tahun = 5 bulan upah
• Masa kerja mencapai 15 tahun, tetapi kurang dari 18 tahun = 6 bulan upah
• Masa kerja mencapai 18 tahun, tetapi kurang dari 21 tahun = 7 bulan upah
• Masa kerja mencapai 21 tahun, tetapi kurang dari 24 tahun = 8 bulan upah
• Masa kerja melebihi dari 24 tahun = 10 bulan upah

Selanjutnya, seperti tertera pada pasal 25 pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja, adapun uang
penghargaan masa kerja ini terdiri dari upah pokok, segala macam tunjangan yang bersifat tetap
yang diberikan kepada pekerja dan keluarganya.

Seseorang dianggap bisa mendapatkan uang penghargaan masa kerja ketika ia memenuhi syarat
yang salah satunya adalah masa kerja minimal 3 tahun. Bahkan, jika seseorang dipecat atau
hubungan kerjanya diputuskan karena kesalahan yang tertera pada pasal 18 ayat 1, ia tetap
berhak atas uang penghargaan masa kerja. Namun, perlu dicatat bahwa meski berhak atas uang
penghargaan masa kerja orang tersebut tetap tidak berhak untuk mendapatkan uang pesangon.

Adapun karyawan yang tidak berhak untuk mendapatkan UPMK adalah mereka yang melakukan
kesalahan berat dan mangkir dari pekerjaannya. Sedangkan mereka yang masih berhak
mendapatkan UPMK sebesar 1 bulan gaji adalah karyawan yang meninggal dunia, melakukan
tindak pidana, mendapatkan surat peringatan, sakit berkepanjangan, perusahaan tutup,
perusahaan pailit, perusahaan melakukan efisiensi, perubahan status perusahaan dan karyawan
menolak meneruskan bekerja, dan perubahan status perusahaan dan perusahaan menolak lanjut
mempekerjakan karyawan tersebut.

Selain itu, jika putusnya hubungan kerja disebabkan oleh usia pensiun, maka uang penghargaan
masa kerja, pesangon, dan uang ganti kerugiaan tidak wajib diberikan kepada karyawan tersebut.
Kecuali jika perusahaan memiliki kebijakan lain mengenai hal ini.

b. Fungsi uang penghargaan masa kerja


Fungsi pemberian uang ini adalah untuk menunjukkan tanggung jawab dari perusahaan
mengenai penghidupan karyawan yang sudah tidak lagi mendapatkan gaji setelah dilakukannya
pemutusan hubungan kerja. Tujuannya tentu saja agar karyawan bisa tetap memenuhi kebutuhan
hidupnya sampai sampai akhirnya ia mendapatkan pekerjaan kembali. Itulah mengapa
perusahaan wajib untuk memberikan uang penghargaan masa kerja ini, berserta dengan
pesangon, dan uang penggantian hak kepada karyawannya terlebih lagi jika mereka memenuhi
syarat penerima.

C. BURUH DI TAHAN
a. Buruh ditahan oleh alat Negara
Buruh atau pegawai dapat diberhentikan oleh perusahaan dari pekerjaannya, jika buruh atau
pegawai tersebut ditahan oleh alat-alat Negara. Jika kemudian buruh atau pegawai tersebut telah
dilepaskan, ia dapat dipekerjakan kembali atau diberhentikan untuk seterusnya. Bila buruh atau
pegawai yang bersangkutan terus diberhentikan,maka perusahaan berkewajiban membayar ganti
kerugian berupa pesangon dan uang jasa. Besarnya uang pesangon dan uang jasa adalah sesuai
dengan masa kerja buruh.

Dasar hukum terkait hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2021
tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan
Pemutusan Hubungan Kerja. Dalam regulasi tersebut, yang dimaksud upah adalah hak
pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha
atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh. Upah tersebut ditetapkan dan dibayarkan menurut
suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan
bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan
dilakukan.

Dengan adanya pekerja ditahan pihak berwajib karena diduga melakukan tindak pidana, maka
hak pekerja berupa upah tersebut tidak bisa cair. Secara spesifik, ketentuan ini termuat dalam
Pasal 53 ayat (1) PP Nomor 35 Tahun 2021. Disebutkan bahwa dalam hal pekerja/buruh ditahan
pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana maka pengusaha tidak wajib
membayar upah. Kendati demikian, pengusaha wajib memberikan bantuan kepada keluarga
pekerja/buruh yang menjadi tanggungannya.
Besaran bantuan untuk keluarga pekerja Adapun besaran bantuan untuk keluarga pekerja yang
ditahan pihak berwajib karena diduga melakukan tindak pidana adalah sebagai berikut:
1. untuk 1 orang tanggungan, 25 persen dari upah
2. untuk 2 orang tanggungan, 35 persen dari upah
3. untuk 3 orang tanggungan, 45 persen dari upah
4. untuk 4 orang tanggungan atau lebih, 50 persen dari upah.

Adapun bantuan tersebut diberikan untuk paling lama 6 bulan terhitung sejak hari pertama
pekerja/buruh ditahan oleh pihak yang berwajib.

Anda mungkin juga menyukai