MATA KULIAH
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Dosen Pengampu: CHRISTOFFEL KOJO SE, M.Si
Oleh KELOMPOK 5:
JORDI PANGET – 220611020024
JULIANNA REINA NANGKA – 220611020025
JUNYFFER SYALOMY WEHANTOUW – 220611020026
JUSTIN ETHAN LIMBAT – 220611020027
Pemutusan hubungan kerja merupakan berakhirnya hubungan kerja antara karyawan dengan
instansi, artinya karyawan sudah tidak lagi berkerja setelah keluarnya surat pemutusan kerja dan
tidak diperkerjakan lagi sebagai karyawan.
Menurut Sedarmayanti (2017) pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan suatu kondisi
tidak berkerjanya karyawan pada suatu instansi karena adanya pemutusan kerja antara karyawan
dengan instansi atau masa kontraknya habis.
Menurut Kuncoro (2016) pemutusan hubungan kerja diartikan sebagai adanya pemberhentian
hubungan kerja secara permanen antara instansi dengan karyawan. Perpindahaan karyawan dari
instansi satu ke instansi lainya atau diberhentikan karyawan dari instansi yang mengupayakan
dengan berbagai alasan.
Pemutusan Hubungan Kerja/PHK dapat terjadi karena alasan (UU No. 11 Tahun 2020
Pasal 154A):
a. Perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan
Perusahaan dan Pekerja/Buruh tidak bersedia melanjutkan Hubungan Kerja atau
Pengusaha tidak bersedia menerima Pekerja/Buruh;
b. Perusahaan melakukan efisiensi diikuti dengan penutupan Perusahaan atau tidak diikuti
dengan penutupan Perusahaan yang disebabkan Perusahaan mengalami kerugian;
c. Perusahaan tutup yang disebabkan karena Perusahaan mengalami kerugian secara terus
menerus selama 2 (dua) tahun;
f. Perusahaan pailit;
i. Pekerja/Buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan harus memenuhi syarat:
mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri;
tidak terikat dalam ikatan dinas; dan
tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri;
j. Pekerja/Buruh mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa
keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh
Pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis;
l. Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 (enam) bulan akibat ditahan
pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana;
m. Pekerja/Buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan
tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan;
Ketentuan Pemutusan Hubungan Kerja (PP 35 Tahun 2021 Pasal 37) adalah sebagai
berikut:
a. Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja dibuat dalam bentuk surat pemberitahuan dan
disampaikan secara sah dan patut oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh dan/atau Serikat
Pekerja/Serikat Buruh paling lama 14 (empat belas) hari kerja sebelum Pemutusan
Hubungan Kerja.
b. Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan dalam masa percobaan, surat
pemberitahuan disampaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum Pemutusan Hubungan
Kerja.
c. Pekerja/Buruh yang telah mendapatkan surat pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja
dan menyatakan menolak, harus membuat surat penolakan disertai alasan paling lama 7
(tujuh) hari kerja setelah diterimanya surat pemberitahuan. (PP 35 Tahun 2021 Pasal 39)
Hak Akibat Pemutusan Hubungan Kerja
Ketika terjadi PHK perusahaan wajib membayar uang pesangon dan uang penghargaan
masa kerja, dan uang penggantian hak.
1. Besaran Uang Pesangon (pasal 40)
Masa kerja < 1 tahun, besaran nya 1 bulan upah
Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun, besaran nya 2 bulan upah
Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun, besaran nya 3 bulan upah, dst
(mengacu PP 35 Tahun 2021)
2. Besaran Uang Penghargaan (Pasal 40)
Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, besaran nya 2 bulan upah
Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun, besaran nya 3 bulan upah, dst
(mengacu PP 35 Tahun 2021)
3. Besaran Uang Penggantian Hak meliputi:
cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
biaya atau ongkos pulang untuk Pekerja/Buruh dan keluarganya ke tempat dimana
Pekerja/ Buruh diterima bekerja; dan
hal-hal lain yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.
Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemutusan
hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena yang mengakibatkan berakhirnya hak
dan kewajiban antara pegawai/buruh dan pengusaha.
Alasan pemutusan hubungan kerja bisa terjadi dari berbagai faktor baik dari instansi dan dari
diri sendiri. Alasan pemutusan hubungan kerja dari diri sendiri yaitu adanya:
1. Permintaan pengunduran diri adanya pengajuan yang diberikan langsung oleh karyawan
secara pribadi, dengan alasanan untuk mencari instansi yang lebih baik dan lebih
menguntungkan
2. Alasan memasuki usia pensiun, karyawan akan berhenti bekerja sesuai dngan kebijakan
usia yang telah ditetapkan instansi
3. Diberhentikan karena lalai, adanya karyawan yang berbuat kecurangan seperti penipuan
dan pencurian
4. Kesehatan yang kurang baik
5. Untuk melanjutkan pendidikan, dan
6. Ingin berwiraswasta.
Pemutusan hubungan kerja merupakan suatu kondisi dimana karyawan diberhentikan atau
tidak berkerja lagi dari instansi karena hubungan kerja antara karyawan dan instansi terputus, atau
masa kontrakya tidak diperpanjang lagi. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan pasal 162 ayat 1, menyatakan pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas
kemauan sendiri memperoleh uang penggantian hak. Sesuai ketentuan pasal 156 ayat 4 yaitu:
1. Cuti yang belum diambil atau belum gugur
2. Biaya atau ongkos pulang karyawan atau keluarga ketempat dimana dia diterima bekerja
3. Penggantian perumahan dan pengobatan/perawatan minimal 15% dari pesangon.