Anda di halaman 1dari 5

REVIEW MATERI PEMBELAJARAN 14

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

MATA KULIAH
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Dosen Pengampu: CHRISTOFFEL KOJO SE, M.Si

Oleh KELOMPOK 5:
 JORDI PANGET – 220611020024
 JULIANNA REINA NANGKA – 220611020025
 JUNYFFER SYALOMY WEHANTOUW – 220611020026
 JUSTIN ETHAN LIMBAT – 220611020027

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI MANAJEMEN
2023
A. Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Pemutusan hubungan kerja merupakan berakhirnya hubungan kerja antara karyawan dengan
instansi, artinya karyawan sudah tidak lagi berkerja setelah keluarnya surat pemutusan kerja dan
tidak diperkerjakan lagi sebagai karyawan.
Menurut Sedarmayanti (2017) pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan suatu kondisi
tidak berkerjanya karyawan pada suatu instansi karena adanya pemutusan kerja antara karyawan
dengan instansi atau masa kontraknya habis.
Menurut Kuncoro (2016) pemutusan hubungan kerja diartikan sebagai adanya pemberhentian
hubungan kerja secara permanen antara instansi dengan karyawan. Perpindahaan karyawan dari
instansi satu ke instansi lainya atau diberhentikan karyawan dari instansi yang mengupayakan
dengan berbagai alasan.

B. Alasan Terjadinya PHK


Menurut pasal 154A ayat (1) UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU 13/2003).
Undang-undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU 11/2021) dan peraturan turunannya
yakni Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih
Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PP 35/2021), pada pasal
36 mengatur demikian:

 Pemutusan Hubungan Kerja/PHK dapat terjadi karena alasan (UU No. 11 Tahun 2020
Pasal 154A):
a. Perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan
Perusahaan dan Pekerja/Buruh tidak bersedia melanjutkan Hubungan Kerja atau
Pengusaha tidak bersedia menerima Pekerja/Buruh;

b. Perusahaan melakukan efisiensi diikuti dengan penutupan Perusahaan atau tidak diikuti
dengan penutupan Perusahaan yang disebabkan Perusahaan mengalami kerugian;

c. Perusahaan tutup yang disebabkan karena Perusahaan mengalami kerugian secara terus
menerus selama 2 (dua) tahun;

d. Perusahaan tutup yang disebabkan keadaan memaksa (force majeure);

e. Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang;

f. Perusahaan pailit;

g. adanya permohonan Pemutusan Hubungan Kerja yang diajukan oleh Pekerja/Buruh


dengan alasan Pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut:
 menganiaya, menghina secara kasar, atau mengancam Pekerja/ Buruh;

 membujuk dan/atau menyuruh Pekerja/Buruh untuk melakukan perbuatan yang


bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
 tidak membayar Upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 (tiga) bulan
berturut- turut atau lebih, meskipun Pengusaha membayar Upah secara tepat waktu
sesudah itu;
 tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada Pekerja/Buruh;
 memerintahkan Pekerja/Buruh untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang
diperjanjikan; atau
 memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan
kesusilaan Pekerja/Buruh sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada
Perjanjian Kerja;
h. adanya putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang menyatakan
Pengusaha tidak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada huruf g terhadap
permohonan yang diajukan oleh Pekerja/Buruh dan Pengusaha memutuskan untuk
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja;

i. Pekerja/Buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan harus memenuhi syarat:
 mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri;
 tidak terikat dalam ikatan dinas; dan
 tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri;
j. Pekerja/Buruh mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa
keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh
Pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis;

k. Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Kerja,


Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama dan sebelumnya telah diberikan
surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut masing- masing berlaku
untuk paling lama 6 (enam) bulan kecuali ditetapkan lain dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama;

l. Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 (enam) bulan akibat ditahan
pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana;

m. Pekerja/Buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan
tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan;

n. Pekerja/Buruh memasuki usia pensiun; atau

o. Pekerja/ Buruh meninggal dunia.


 Pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan (Pasal 153 UU No. 11 Tahun
2020):
a. berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak
melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus;
b. berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
c. menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
d. menikah;
e. hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau mmenyusui bayinya;
f. mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja/buruh lainnya di
dalam satu perusahaan;
g. mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengururs serikat pekerja/serikat buruh,
pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di
dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
h. mengadukan pengusaha kepada pihak yang berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang
melakukan tindak pidana kejahatan;
i. berbeda paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi
fisik, atau status perkawinan; dan
j. dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja
yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat
di pastikan.

 Ketentuan Pemutusan Hubungan Kerja (PP 35 Tahun 2021 Pasal 37) adalah sebagai
berikut:
a. Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja dibuat dalam bentuk surat pemberitahuan dan
disampaikan secara sah dan patut oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh dan/atau Serikat
Pekerja/Serikat Buruh paling lama 14 (empat belas) hari kerja sebelum Pemutusan
Hubungan Kerja.
b. Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan dalam masa percobaan, surat
pemberitahuan disampaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum Pemutusan Hubungan
Kerja.
c. Pekerja/Buruh yang telah mendapatkan surat pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja
dan menyatakan menolak, harus membuat surat penolakan disertai alasan paling lama 7
(tujuh) hari kerja setelah diterimanya surat pemberitahuan. (PP 35 Tahun 2021 Pasal 39)
 Hak Akibat Pemutusan Hubungan Kerja
Ketika terjadi PHK perusahaan wajib membayar uang pesangon dan uang penghargaan
masa kerja, dan uang penggantian hak.
1. Besaran Uang Pesangon (pasal 40)
 Masa kerja < 1 tahun, besaran nya 1 bulan upah
 Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun, besaran nya 2 bulan upah
 Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun, besaran nya 3 bulan upah, dst
(mengacu PP 35 Tahun 2021)
2. Besaran Uang Penghargaan (Pasal 40)
 Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, besaran nya 2 bulan upah
 Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun, besaran nya 3 bulan upah, dst
(mengacu PP 35 Tahun 2021)
3. Besaran Uang Penggantian Hak meliputi:
 cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
 biaya atau ongkos pulang untuk Pekerja/Buruh dan keluarganya ke tempat dimana
Pekerja/ Buruh diterima bekerja; dan
 hal-hal lain yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.
Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemutusan
hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena yang mengakibatkan berakhirnya hak
dan kewajiban antara pegawai/buruh dan pengusaha.
Alasan pemutusan hubungan kerja bisa terjadi dari berbagai faktor baik dari instansi dan dari
diri sendiri. Alasan pemutusan hubungan kerja dari diri sendiri yaitu adanya:
1. Permintaan pengunduran diri adanya pengajuan yang diberikan langsung oleh karyawan
secara pribadi, dengan alasanan untuk mencari instansi yang lebih baik dan lebih
menguntungkan
2. Alasan memasuki usia pensiun, karyawan akan berhenti bekerja sesuai dngan kebijakan
usia yang telah ditetapkan instansi
3. Diberhentikan karena lalai, adanya karyawan yang berbuat kecurangan seperti penipuan
dan pencurian
4. Kesehatan yang kurang baik
5. Untuk melanjutkan pendidikan, dan
6. Ingin berwiraswasta.

Pemutusan hubungan kerja merupakan suatu kondisi dimana karyawan diberhentikan atau
tidak berkerja lagi dari instansi karena hubungan kerja antara karyawan dan instansi terputus, atau
masa kontrakya tidak diperpanjang lagi. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan pasal 162 ayat 1, menyatakan pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas
kemauan sendiri memperoleh uang penggantian hak. Sesuai ketentuan pasal 156 ayat 4 yaitu:
1. Cuti yang belum diambil atau belum gugur
2. Biaya atau ongkos pulang karyawan atau keluarga ketempat dimana dia diterima bekerja
3. Penggantian perumahan dan pengobatan/perawatan minimal 15% dari pesangon.

Anda mungkin juga menyukai