Anda di halaman 1dari 19

15.

P H K
Suatu langkah pengakhiran hubungan kerja antara
buruh dan majikan karena suatu hal tertentu.”

pasal 1 ayat (4) Keputusan PHK


Menteri Tenaga Kerja Nomor
Kep- 15A/Men/ 1994

PHK ialah pengakhiran hubungan pengakhiran hubungan kerja


kerja antara pengusaha dan karena suatu hal tertentu yang
pekerja berdasarkan izin Panitia mengakibatkan berakhirnya
Daerah atau Panitia Pusat.” hak dan kewajiban antara
karyawan dan perusahaan
Macam – Macam Bentuk Pemutusan
Hubungan Kerja

1 PHK demi hukum

2 PHK oleh pengadilan

3
PHK oleh pekerja/buruh,

PHK Oleh Pengusaha


1. P H K DEMI HUKUM

perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu, misalnya


dalam kerja borongan tentu saja akan selesai dalam waktu
tertentu

Jika waktu perjanjian sudah lewat, maka tidak perlu


disyaratkan adanya pernyataan pengakhiran atau
adanya tenggang waktu pengakhiran. Hubungan kerja
putus demi hukum dapat pula terjadi jika pekerja
meninggal dunia. Namun hubungan kerja tidak putus
demi hukum jika pemberi kerja yang meninggal dunia.
PHK yang terjadi dengan sendirinya secara hukum.
Pasal 1603 KUH Perdata menyebutkan bahwa :

“ Hubungan kerja berakhir demi hukum jika habis


waktunya yang di tetapkan dalam perjanjian dan
dalam peraturan undang – undang atau jika
semuanya itu tidak ada, menurut kebiasaan.”
2. P H K OLEH PENGDILAN
PHK karena adanya putusan hakim pengadilan

Pemutusan hubungan kerja ini juga tidak menimbulkan


masalah yang berarti bagi kedua belah pihak

Dari pihak pekerja yang terikat perjanjian seperti ini sudah


memahami posisi dan kedudukannya dalam pelaksanaan
pekerjaan tersebut. Biasanya pekerja dapat mempersiapkan
diri untuk mencari pekerjaan lain, ketika terjadinya waktu
pemutusan hubungan kerja tersebut akan tiba.
3. P H K OLEH PERJA
PHK yang timbul karena kehendak pekerja atau buruh
Secara murni tanpa adanya rekayasa pihak lain.

seorang pekerja harus menyatakan kehendaknya dalam waktu 1


(satu) bulan sebelum mengundurkan diri dari pekerjaan.
Seandainya pekerja/buruh mengundurkan diri secara diam-
diam perbuatan pekerja tersebut dianggap perbuatan
melawan hukum.
Untuk menghindari segala akibat dari tindakan yang berlawanan
dengan hukum seorang pekerja harus secepatnya membayar
ganti rugi atau mengakhiri hubungan kerja tersebut secara
mendesak.
alasan yang mendesak
Alasan yang mendesak yang dikemukakan pihak
pekerja/buruh

a. Pemberi kerja sering melakukan penganiayaan, penghinaan,


ancaman kepada pekerja/buruh atau anggota keluarga
pekerja/buruh yang bersangkutan
b. Pemberi kerja membujuk pekerja atau anggota keluarga pekerja
untuk melakukan perbuatan yang melanggar undang-undang
atau asusila.
c. Pemberi kerja sering membayar upah atau gaji dalam
keadaan terlambat atau tidak tepat waktu.
d. Pemberi kerja tidak memenuhi pembayaran biaya makan
dan biaya pemondokan yang telah diperjanjikan
sebelumya
e. Pemberi kerja tidak memberikan pekerjaan yang cukup kepada
pekerja yang upahnya ditetapkan berdasarkan hasil pekerjaan
yang dilakukan.
f. Pemberi kerja sering menyuruh pekerja/buruh untuk bekerja
pada
perusahaan lain

g. Pemberi kerja memberikan pekerjaan yang dapat menimbulkan


bahaya besar bagi jiwa, kesehatan, kesusilaan atau reputasi yang
tidak terlihat ketika perjanjian dibuat.
h. Pemberi kerja telah menyebabkan pekerja/buruh tidak cakap lagi
untuk bekerja
Seandainya ditemukan alasan-alasan
tersebut diatas maka pemutusan
hubungan kerja tidak dibebankan kepada
pekerja/buruh untuk memberikan ganti
rugi melainkan sang pemberi kerja, yang
harus membayar biaya ganti rugi menurut
masa kerja pekerja atau ganti rugi
sepenuhnya
4. Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengusaha

PHK dimana kehendak atau prakarsanya berasal


dari pengusaha karenaadanya pelanggaran atau
kesalahan yang dilakukan oleh pekerja atau
buruh atau mungkin karena faktor-faktor lain.

Seperti pengurangan tenaga kerja, perusahaan tutup karena


merugikan Perubahan status dan sebagainya.
PHK Pasal 151 Undang
PHK
karena - Undang Nomor
karena
kesalahan 13 Tahun
kesalahan
ringan 2003
berat.
Berdasarkan Pasal 151 Undang -
Undang Nomor 13 Tahun
2003 bahwa oleh pengusaha harus
memperoleh penetapan terlebih
dahulu dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
Dasar Hukum Pemutusan Hubungan Kerja

Pasal 1 Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 2


Tahun 2004 tentang penyelesaian hubungan kerja
disebutkan:
“Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja adalah
perselisihan yang timbul karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan
kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak “
PHK Pasal 56 Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 2
Tahun 2004 menjelaskan fungsi Pengadilan Hubungan
Industrial bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus,“
ditingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan
kerja “.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor : 12 Tahun


1964 terkait dengan Pemutusan Hubungan Kerja
mengamanatkan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan PHK sedapat mungkin dicegah dengan
segala daya upaya.
b. Perundingan antara pihak yang berselisih relatif lebih dapat
diterima oleh pihak penyelesaian yang dipaksakan oleh
pemerintah.
c. Intervensi pemerintah dalam proses PHK akan dilakukan
menakala terjadi jalan buntu antara dua pihak. Bentuk campur
tangan ini adalah pengawasan preventif, yaitu tiap-tiap PHK
oleh pengusaha diperlukan ijin dari Pemerintah.

d. Akibat PHK secara besar-besaran karena


tindakan pemerintah, maka pemerintah akan
berusaha meringankan beban tenaga kerja itu
dan akan diusahakan penyaluran mereka pada
perusahaan atau tempat Kerja lain.
e. PHK akibat modernisasi, efisiensi, yang disetujui oleh
pemerintah, mendapat perhatian pemerintah
sepenuhnya dengan jalan mengusahakan secara aktif
penyaluran tenagakerja itu ke perusahaan lain
Pasal 151 Ayat 1 Undang-Undang tentang
Ketenagakerjaan menyebutkan, “Pengusaha,
pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh,
dan pemerintah, dengan segala upaya harus
mengusahakan agar jangan terjadi
pemutusan hubungan kerja.”
Akibat Pemutusan Hubungan Kerja

mekanisme dan prosedur PHK diatur


sedemikian rupa agar pekerja/buruh tetap
mendapatkan perlindungan yang layak
dan memperoleh hak – haknya sesuai
dengan ketentuan.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : 150
Tahun 2000 didalam terdapat ketentuan tentang
Hak – hak pekerja akibat PHK
pada perusahaan:

a) Uang Pesangon
Uang pesangon adalah pembayaran dalam bentuk uang
dari pengusaha kepada pekerja sebagai akibat adanya
PHK yang jumlahnya disesuaikan dengan masa kerja
pekerja ( Pasal 22 ).

b) Uang Penghargaan Masa Kerja


Uang penghargaan masa kerja atau dalam peraturan
sebelumnya disebut dengan uang jasa adalah uang
penghargaan oleh pengusaha kepada pekerja yang
besarnya dikaitkan dengan lamanya masa kerja ( Pasal
(23)
c) Uang Ganti Rugi
Ganti kerugian adalah pemberian berupa uang dari
pengusaha kepada pekerja sebagai pengganti dari hak-
hak yang belum diambil istirahat tahunan, istirahat
panjang, biaya perjalanan pulang ke tempat di mana
pekrja diterma bekerja, fasilitas pengobatan, fasilitas
perumahan dan hal-hal lain yang ditetapkan oleh
Panitia Daerah atau Panitia Pusat sebagai akibat adanya
Pemutusan Hubungan Kerja (Pasal 24)

Anda mungkin juga menyukai