Anda di halaman 1dari 8

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

A. Pengertian
Hubungan kerja menurut Basin Barthohos ialah suatu hubungan yang timbul jika
seseorang atau banyak orang bekerja di bawah perintah orang lain (pengusaha atau majikan)
dengan menerima upah.
Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan
pengusaha. Menurut para ahli, Mutiara S. Panggabean mengartikan Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) sebagai pengakhiran hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha yang dapat
disebabkan oleh berbagai macam alasan, sehingga berakhir pula hak dan kewajiban di antara
mereka. Adapun menurut Undang-undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
Pasal 1 ayat 25, pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja
karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja
atau buruh dan pengusaha. Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa Pemutusan Hubungan
kerja (PHK) yang juga dapat disebut dengan Pemberhentian, Separation atau Pemisahan
memiliki pengertian sebagai sebuah pengakhiran hubungan kerja dengan alasan tertentu yang
mengakibatkan berakhir hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan.
B. Regulasi
Kasus pemutusan hubungan kerja secara sepihak banyak terjadi, dengan berbagai
alasan tenaga kerja di PHK dan ini bukanlah keputusan yang bijaksana, sebagai pegangan
tentang ketenagakerjaan dan faktor penyebab terjadinya pemutusan hubungan kerja sudah ada
dalam Undang-Undang. Faktor penyebab pemutusan hubungan kerja secara yuridis dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, yang mana PHK yang dilakukan oleh perusahaan
disebabkan:
1. Perusahaan mengalami kemunduran sehingga perlu rasionalisasi atau pengurangan
jumlah pekerja/buruh. Dalam hal PHK dengan alasan rasionalisasi atau kesalahan
ringan pekerja/ buruh dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Pasal 151 ayat
(1) ditentukan bahwa pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/buruh, dan
pemerintah berupaya mengusahakan agar tidak terjadinya PHK. Dalam hal, upaya
tersebut telah dilakukan, tetapi PHK tidak dapat dihindari, maka maksud PHK wajib
dirundingkan oleh perusahaan dan SP/SB atau pekerja/buruh, apabila pekerja/buruh
tidak menjadi anggora SP/SB.
2. Pekerja/buruh telah melakukan kesalahan, baik kesalahan melanggar ketentuan yang
tercantum dalam peraturan perusahaan, perjanjian kerja ataukesalahan ringan, maupun
kesalahan pidana (kesalahan berat). Pekerja/buruh yang diputuskan hubungan kerja
karena alasan telah melakukan kesalahan berat hanya dapat peroleh uang penggantian
hak.

C. Prinsip-Prinsip PHK
Pemutusan hubungan di dalam buku karya Dr. H. Suwatno, M.Si dan Donni Juni
Priansa, S.Pd. S.E., M.M yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia dalam
Organisasi Publik dan Bisnis dikemukakan ada 8 (delapan) alasan dalam pemutusan
hubungan kerja :
1. Undang-undang
Yaitu hubungan kerja antara karyawan/buruh harus diberhentikan karena melanggar
undang-undang. Misalnya usia tenaga kerja yang menyalahi (anak-anak), karyawan WNA
yang habis masa izinnya, terlibat organisasi terlarang, tindakan kriminal, dll.
2. Keinginan perusahaan.
Kenginan perusahan dapat menyebabkan seseorang harus diberhentikan dari perusahaan,
baik secara terhormat, atau dipecat. Permohonan izin PHK dapat diberikan dalam hal
buruh melakukan suatu pelanggaran/kesalahan besar, antara lain:
a. Pada saat perjanjian kerja diadakan memberikan keterangan paslu atau dipalsukan.
b. Melakukan tindakan kejahatan.
c. Penganiayaan, menghina secara kasar atau mengancam pengusaha, keluarga
pengusaha atau teman kerja. (F.X Djumialdji, 1994:1001).
3. Keinginan karyawan.
Pemicunya antara lain:
a. Perusahaan atau pengusaha tidak membayar upah pada waktu yang telah
ditetapkan.
b. Perusahaan atau pengusaha dengan cara lain melalaikan kewajiban-kewajiban
yang ditetapkan pada perjanjian kerja.
4. Pensiun
Apabila seorang tenaga kerja telah mencapai batas akhir usia atau masa kerja maksimum
sesuai dengan peraturan perusahaan yang telah disepakati atau karena alasan-alasan lain.
5. Kontrak kerja berakhir.
Karyawan akan dilepas atau diberhentikan apabila kontrak kerjanya sudah berakhir.
6. Kesehatan kerja
Kesehatan kerja karyawan dapat menjadi alasan untuk pemberhentian karyawan. Inisiaatif
pemberhentian ini bisa berdasarkan keinginan perusahaan atau bisa juga keinginan
karyawan itu sendiri.
7. Meninggal dunia.
Karyawanyang meninggal dunia secara otomaatis putus hubungan kerjanya dengan
perusahaan.
8. Perusahaan bangkrut.
Terjadinya likuidasi atau perusahaan ditutup karena bangkrut.
D. Fungsi, Tujuan dan Arti Penting Pemutusan Hubungan Kerja
Fungsi Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi biaya tenaga kerja
2. Menggantikan kinerja yang buruk. Bagian integral dari manajemen adalah
mengidentifikasi kinerja yang buruk dan membantu meningkatkan kinerjanya.
3. Meningkatkan inovasi. PHK meningkatkan kesempatan untuk memperoleh
keuntungan, yaitu:
a. Pemberian penghargaan melalui promosi atas kinerja individual yang tinggi.
b. Menciptakan kesempatan untuk level posisi yang baru masuk
c. Tenaga kerja dipromosikan untuk mengisi lowongan kerja sebgai sumber daya
yang dapat memberikan inovasi/menawarkan pandangan baru.
4. Kesempatan untuk perbedaan yang lebih besar. Meningkatkan kesempatan untuk
mempekerjakan karyawan dari latar belakang yang berbeda-beda dan
mendistribusikan ulang komposisi budaya dan jenis kelamin tenaga kerja.
Tujuan Pemutusan Hubungan Kerja memiliki kaitan yang erat dengan alasan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), namun tujuan lebih menitikberatkan pada jalannya
perusahaan (pihak pengusaha). Maka tujuan PHK diantaranya:
1. Perusahaan/ pengusaha bertanggung jawab terhadap jalannya perusahaan dengan baik
dan efektif salah satunya dengan PHK.
2. Pengurangan buruh dapat diakibatkan karena faktor dari luar seperti kesulitan
penjualan dan mendapatkan kredit, tidak adanya pesanan, tidak adanya bahan baku
produktif, menurunnya permintaan, kekurangan bahan bakar atau listrik,
kebijaksanaan pemerintah dan meningkatnya persaingan.
3. Tujuan lain pemberhentian yakni agar dapat mencapai sasaran seperti yang
diharapkan dan tidak menimbulkan masalah baru.

E. Jenis-Jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)


Menurut Mangkuprawira Pemutusan Hubungan kerja (PHK) ada 2 Jenis, yaitu pemutusan
hubungan kerja sementara dan pemutusan hubungan kerja permanen.
1. Pemutusan Hubungan Kerja Sementara, yaitu sementara tidak bekerja dan
pemberhentian sementara.
a. Sementara tidak bekerja
Terkadang para karyawan butuh untuk meningglakan pekerjaan mereka sementara.
Alasannya bermacam-macam dapat berupa kesehatan, keluarga, melanjutkan
pendidikan rekreasi dan lain sebagainya. Keadaan ini disebut juga dengan cutipendek
atau cuti panjang namun karyawan tersebut masih memiliki ikatan dengan perusahaan
dan memiliki aturan masing-masing.
b. Pemberhentian sementara
Berbeda dengan sementara tidak bekerja pembertihan sementara memiliki alasan
internal perusahaan, yaitu karena alasan ekonomi dan bisnis, misalnya kondisi
moneter dan krisis ekonomi menyebabkan perusahaan mengalami chaos atau karena
siklus bisnis. Pemberhentian sementara dapat meminimumkan di beberapa perusahaan
melalui perencanaan sumber daya manusia yang hati-hati dan teliti.
2. Pemutusan Hubungan Kerja Permanen, ada tiga jenis yaitu atrisi, terminasi dan
kematian.
a. Atrisi atau pemberhentian tetap seseorang dari perusahaan secara tetap karena
alasan pengunduran diri, pensiun, atau meninggal. Fenomena ini diawali ileh
pekerja individual, bukan oleh perusahaan. Dalam perencanaan sumber daya
manusia, perusahaan lebih menekannkan pada atrisi daripada pemberhentian
sementara karena proses perencanaan ini mencoba memproyeksikan kebutuhan
karyawan di masa depan.
b. Terminasi adalah istilah luas yang mencakup perpisahan permanen karyawan dari
perusahaan karena alasan tertentu. Biasnya istilah ini mengandung arti orang yang
dipecat dari perusahaan karena faktor kedisiplinan. Ketika orang dipecat karena
alasan bisnis dan ekonomi. Untuk mengurangi terminasi karena kinerja yang buruk
maka pelatihan dan pengembangan karyawan merupakan salah satu cara yang
dapat ditempuh karena dapat mengajari karyawan bagaimana adapat bekerja
dengan sukses.
c. Kematian dalam pengertian pada karyawan usia muda berarti kehilangan besar
bagi perusahaan, karena terkait dengan investasi yang dikeluarkan dalam bentuk
penarikan tenaga kerja, seleksi, orientasi, dan pelatihan.
Melalui dua sumber tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jenis Pemberhentian hubungan
kerja (PHK) adalah:
1. Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Sementara.
PHK sementara dapat disebabkan karena keinginan sendiri ataupun karena perusahaan
dengan tujuan yang jelas.
2. Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Permanen.
PHK permanen dapat disebabkan 4 hal, yaitu:
a. Keinginan sendiri
b. Kontrak yang Habis
c. Pensiun
d. Kehendak Perusahaan

F. Prosedur dan Proses Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)


Pemberhentian Pegawai /Karyawan Perushaan Swasta
Pemberhentian karyawan hendaknya berdasarkan peraturan dan perundang-undangan
yang ada agar tidak menimbulkan masalah, dan dilakukan dengan cara sebaik-baiknya,
sebagaimana pada saat mereka diterima sebagai karyawan. Dengan demikian, hubungan
antara perusahaan dan mantan karyawan tetap terjalin dengan baik. Berikut adalah
prosedur/proses tahap-tahap pemecatan karyawan:
1. Musyawarah karyawan dengan pimpinan perusahaan
2. Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan perusahaan
3. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan, dan P4D
4. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan, dan P4P
5. Pemutusan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri
Pada dasarnya, PHK merupakan pilihan akhir dari suatu perusahaan. Oleh karena itu setiap
Pemutusan Hubungan Kerja harus dibicarakan terlebih dahulu antara pengusaha dengan
buruh (dalam hal tidak ikut serta dalam suatu serikat buruh) atau serikat buruh di mana buruh
menjadi anggotanya. Menurut Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP-
150/MEN/2000 tanggal 20 Juni 2000 tentang Penyelesaian PHK dan Penetapan Uang
Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Ganti Kerugian di Perusahaan sebagaimana
telah diubah dengan KEP-78/MEN/2001 dikatakan bahwa perusahaan berkewajiban untuk
terlebih dahulu melakukan pembinaan dengan memberikan teguran secara lisan maupun
tertulis kepada pekerja sebelum PHK diambil. Surat peringatan tertulis yang disampaikan
dapat berupa Surat Peringatan Pertama, Kedua, dan Ketiga (SP1,SP2,dan SP3) dengan
tenggang enam bulan. Dalam hal demikian, maka harus dilakukan perundingan secara
bersama antara pengusaha dan serikat buruh atau buruh itu sendiri dengan musyawarah.
Jika pembicaraan gagal dan tidak membuahkan hasil, maka berdasarkan Undang-
Undang No. 12 Tahun 1964 Tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta, PHK
dapat dilakukan dengan izin Panitia Penyelesaian Sengketa Perburuhan Daerah (P4D) untuk
PHK perseorangan dan izin dari Panitia Penyelesaian Sengketa Perburuhan Pusat (P4P) untuk
PHK diatas sepuluh orang. Izin harus diajukan secara tertulis dan hanya akan diterima jika
memang perundingan telah gagal. Selama izin belum diberikan pemutusan hubungan kerja
belum sah maka kedua belah pihak harus menjalankan kewajibannya.
Perundingan dilakukan sebanyak-banyaknya tiga kali dengan tenggang paling lama
tiga puluh hari, dan dibuatkan risalah untuk masing-masing perundingan. Risalah tersebut
memuat:
a. Nama dan alamat pekerja
b. Nama dan alamat serikat pekerja yang terdaftar di Depnaker
c. Nama dan alamat pengusaha atau yang mewakili
d. Tanggal dan tempat perundingan
e. Pokok masalah dan alasan PHK
f. Pendirian para pihak
g. Kesimpulan perundingan
h. Tanggal dan tanda tangan pihak yang melakukan perundingan
Persetujuan yang dicapai disampaikan kepada Panitia Penyelesaian Sengketa
Perburuhan Daerah (P4D) atau Panitia Penyelesaian Sengketa Perburuhan Pusat (P4P) untuk
disahkan guna memberikan izin PHK. Pemerataan oleh pegawai Depnaker harus telah
dilakukan selambat-lambatnya tujuh hari terhitung sejak permohonan diterima. Dalam hal
pemerataan penyelesaian tidak berhasil, maka pegawai pemerataan berkewajiban untuk
membuat anjuran tertulis yang memuat saran penyelesaian dengan dasar pertimbangannya,
dan disampaikan kepada para pihak untuk ditanggapi paling lama tujuh hari setelah surat
anjuran diterima.
Jika tidak diterima kabar dan tujuh hari telah lewat, maka berarti anjuran ditolak.
Penerimaan atau penolakan harus disampaikan oleh pegawai pemerataan kepada P4D atau
P4P. Penyelesaian ditingkat pemerataan harus selesai dalam jangka waktu maksimum tiga
puluh hari. Demikianlah prosedur Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Perusahaan Swasta.
Bagi pemutusan hubungan kerja yang bersifat massal yang disebabkan keadaan
perusahaan, maka sebelum pemutusan hubungan kerja pengusaha harus berusaha untuk
meningkatkan efisiensi. Upaya peningkatan efisiensi yang biasa digunakan adalah dengan:
1. Mengurangi shift kerja
2. Menghapuskan kerja lembur
3. Mengurangi jam kerja
4. Mempercepat pension
5. Meliburkan atau merumahkan karyawan secara bergilir untuk sementara
Dalam pemberhentian karyawan, apakah yang sifatnya kehendak perusahaan,
kehendak karyawan maupun karena undang-undang harus betul-betul didasarkan kepada
peraturan, jangan sampai pemberhentian karyawan tersebut menibulkan suatu konflik suatu
konflik atau yang mengarah kepada kerugian kepada dua belah pihak, baik perusahaan
maupun karyawan.
Adapun beberapa cara yang dilakukan dalam proses pemberhentian karyawan:
1. Bila kehendak perusahaan dengan berbagai alasan untuk memberhentikan dari
pekerjaannya perlu ditempuh terlebih dahulu:
a. Adakan musyawarah antara karyawan dengan perusahaan.
b. Bila musyawarah menemui jalan buntu maka jalan terakhir adalah melalui
pengadilan atau instansi yang berwenang memutuskan perkara.
2. Bagi karyawan yang melakukan pelanggaran berat dapat langsung diserahkan kepada
pihak kepolisian untuk diproses lebih lanjut tanpa meminta ijin lebih dahulu kepada
Dinas terkait atau berwenang.
3. Bagi karyawan yang akan pensiun, dapat diajukan sesuai dengan peraturan. Demikian
pula terhadap karyawan yang akan mengundurkan diri atau atas kehendak karyawan
diatur atas sesuai dengan paraturan perusahaan dan peraturan perundang-undangan.
Pemberhentian Pegawai Negeri
Menurut UU Pokok-Pokok Kepegawaian (UU No. 18 Tahun 1974) pasal 23, seorang
pegawai negeri dapat diberhentikan karena sebab-sebab berikut:
1. Mempergunakan hak pensiunnya
2. Permintaan sendiri
3. Alasan-alasan fisik dan mental
4. Hukuman jabatan
5. Keputusan pengadilan
6. Keputusan pemerintah berhubung dengan penyelewengan
7. Perubahan susunan kantor atau jumlah pegawai atau penghapusan kantor
8. Tidak cakap dalam melakukan pekerjaan
9. Mencapai usia lima puluh tahun
10. Meninggalkan jabatan litahun berturut-turut
11. Melakukan atau melalaikan beberapa perbuatan tertentu

G. Penyelesaian Perselisihan PHK


Perselisihan PHK termasuk kategori perselisihan hubungan industrial bersama
perselisihan hak, perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat karyawan.
Perselisihan PHK timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat antara karyawan dan
pengusaha mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan salah satu pihak.
Perselisihan PHK antara lain mengenai sah atau tidaknya alasan PHK, dan besaran
kompensasi atas PHK.
Penyelesaian konflik antar buruh dengan majikan berdasarkan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan hubungan
industrial:
1. bahwa hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan perlu
diwujudkan secara optimal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila;
2. bahwa dalam era industrialisasi, masalah perselisihan hubungan industrial menjadi
semakin meningkat dan kompleks, sehingga diperlukan institusi dan mekanisme
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang cepat, tepat, adil, dan murah;
3. bahwa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan
Perburuhan dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan
Kerja di Perusahaan Swasta sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
4. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a, b, dan c perlu
ditetapkan undang-undang yang mengatur tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial;
Terhadap hal tersebut disebutkan dalam UU Nomor 2 Tahun 2004 Tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial bahwa perselisihan hubungan industrial ini
dimungkinkan untuk dapat diselesaikan melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).
Berikut di bawah ini penjelasan lebih lanjut mengenai mekanisme penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang dapat dilakukan:
1. Penyelesaian melalui perundingan bipartit, yaitu perundingan dua pihak antara
pengusaha atau gabungan pengusaha dan buruh atau serikat buruh. Bila dalam
perundingan bipartit mencapai kata sepakat mengenai penyelesaiannya maka para
pihak membuat perjanjian bersama yang kemudian didaftarkan pada Pengadilan
Hubungan Industrial setempat, namun apabila dalam perundingan tidak mencapai kata
sepakat, maka salah satu pihak mendaftarkan kepada pejabat Dinas Tenaga Kerja
setempat yang kemudian para pihak yang berselisih akan ditawarkan untuk
menyelesaikan perselisihan tersebut melalui jalan mediasi, konsiliasi atau arbitrase;
2. Penyelesaian melalui mediasi, yaitu penyelesaian melalui musyawarah yang ditengahi
oleh seorang atau lebih mediator yang netral dari pihak Depnaker, yang antara lain
mengenai perselisihan hak, kepentingan, PHK dan perselisihan antar serikat buruh
dalam satu perusahaan. Dalam mediasi bilamana para pihak sepakat maka akan dibuat
perjanjian bersama yang kemudian akan didaftarkan di pengadilan hubungan
industrial, namun bilamana tidak ditemukan kata sepakat maka mediator akan
mengeluarkan anjuran secara tertulis, bila anjuran diterima maka para pihak
mendaftarkan anjuran tersebut ke Pengadilan Hubungan Industrial, dan apabila para
pihak atau salah satu pihak menolak anjuran maka pihak yang menolak dapat
mengajukan tuntutan kepada pihak yang lain melalui pengadilan yang sama;
3. Penyelesaian melalui konsiliasi, yaitu penyelesaian melalui musyawarah yang
ditengahi oleh seorang konsiliator (yang dalam ketentuan undang-undang PHI adalah
pegawai perantara swasta bukan dari Depnaker sebagaimana mediasi) dalam
menyelesaikan perselisihan kepentingan, Pemutusan Hubungan Kerja dan perselisihan
antar serikat buruh dalam satu perusahaan. Dalam hal terjadi kesepakatan maka akan
dituangkan kedalam perjanjian bersama dan akan didaftarkan ke pengadilan terkait,
namun bila tidak ada kata sepakat maka akan diberi anjuran yang boleh diterima
ataupun ditolak, dan terhadap penolakan dari para pihak ataupun salah satu pihak
maka dapat diajukan tuntutan kepada pihak lain melalui pengadilan hubungan
industrial;
4. Penyelesaian melalui arbitrase, yaitu penyelesaian perselisihan di luar pengadilan
hubungan industrial atas perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat buruh
dalam suatu perusahaan yang dapat ditempuh melalui kesepakatan tertulis yang berisi
bahwa para pihak sepakat untuk menyerahkan perselisihan kepada para arbiter.
Keputusan arbitrase merupakan keputusan final dan mengikat para pihak yang
berselisih, dan para arbiter tersebut dipilih sendiri oleh para pihak yang berselisih dari
daftar yang ditetapkan oleh menteri;
5. Penyelesaian melalui pengadilan hubungan industrial, yaitu penyelesaian perselisihan
melalui pengadilan yang dibentuk di lingkungan pengadilan negeri berdasarkan
hukum acara perdata. Pengadilan hubungan industrial merupakan pengadilan tingkat
pertama dan terakhir terkait perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat
buruh, namun tidah terhadap perselisihan hak dan pemutusan hubungan kerja karena
masih diperbolehkan upaya hukum ketingkat kasasi bagi para pihak yang tidak puas
atas keputusan PHI, serta peninjauan kembali ke Mahkamah Agung bilamana terdapat
bukti-bukti baru yang ditemukan oleh salah satu pihak yang berselisih.

H. Perhatian Pemerintah Terhadap PHK


Pemutusan Hubunga Kerja (PHK) adalah sebuah momok bahkan tidak hanya bagi
para pekerja/buruh, pemerintahpun juga akan ikut merasakan. PHK tentu akan melahirkan
pengangguran, sektor ekonomi akan terganggu, dan merambah ke sektor kesehatan rakyat,
bahkan keamanan. Dalam pemutusan hubungan kerja, pengusaha/perusahaan dan pemerintah
haruslah berhati-hati, ini permasalahan pelik yang perlu pemerhatian lebih, karena merupakan
sebuah lingkaran maut.
Berikut adalah perhatian pemerintah melalui Undang-Undang yang dan perhatian
pengusaha/perusahaan untuk menjamin hak-hak pekerja setelah di PHK,
1. Pemberian kompensasi bagi karyawan di-PHK.
Kompensasi diberikan oleh perusahaan kepada pekerja/buruh yang hubungan
kerjanya terputus dengan perusahaan, yaitu terdiri dari:
a. Uang pesangon.
b. Uang penghargaan masa kerja.
c. Uang pergantian hak, yang meliputi cuti tahunan yang belum diambil dan
belum gugur; biaya atau orngkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya
ke tempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja, pergantian perumahan,
pengobatan, dan perawatan yang ditetapkan 15% dari uang pesangon dan atau
uang perghargaan masa kerja; hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan atau PKB (misalnya uang upah); uang pisah yang
besarannya sesuai yang di atur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan
dan PKB.
2. Bantuan bagi karyawan di-PHK
Bantuan dan besaranya bantuan bagi karyawan yang di PHK diatur menurut peraturan
menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI. No :Per. 05/Men/II/2010 tentang Bantuan
Keuangan bagi Tenaga Kerja Peserta Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang mengalami
pemutusan hubungan kerja (PHK). Pasal 1 menyatakan bahwa tenaga kerja peserta program
jaminan sosial tenaga kerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja diberi bantuan
keuangan dari PT. Jamsostek (Persero). Selanjutnya pasal 2 mengatur bahwa untuk
mendapatkan bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pasal 1, tenaga kerja program
jamsostek harus mengajukan permohonan dan memenuhi syarat-syarat dikeluarkan oleh PT.
Jamsostek (Persero).
3. Pensiun (dalam bentuk insentif)
Pensiun, terkhusus pensiun dini adalah salah satu pendekatan dalam konteks
pemberhentian karyawan. Hal ini berarti dengan jarak yang telah ditentukan adanya
senioritas, dimana karyawan yang sudah tua, ditawarkan insentif jika dia pensiun secara
sukarela. Insentif bisa mencakup mendapat uang pensiun lebih awal, bonus kas, serta lainnya
seperti insentif finansial perlengkapan.

Anda mungkin juga menyukai