Anda di halaman 1dari 10

PEMBERHENTIAN

DAN PENSIUN
DOSEN PENGAMPU:Dr. REIMOND HASANGAPAN
MIKKAEL,M.M

Kelompok 10
Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia

• Adinda Naia Ramadhanti (2892150058)

• Muhammad Daffanda Fadilla (2892150367)

• Widya Sari Andini (2892150076)


A. PENGERTIAN PEMBERHENTIAN
PEGAWAI
Menurut (Adhi et al., 2014) istilah pemberhentian dan pensiun pegawai sering dimaknai memiliki arti sama, padahal
sesungguhnya berbeda. Salah satu perbedaan dari keduanya adalah jika dalam pemberhentian, pegawai yang diberhentikan
hanya diberi ganti rugi satu kali. Sementara itu, dalam pensiun, kepada pegawai yang pensiun diberi ganti rugi atau sering
disebut dengan jaminan hari tua berulang kali. Pemberhentian dalam manajemen PNS tidak semata-mata pemutusan
hubungan kerja, namun ada hal lain yang menyebabkan pegawai yang diberhentikan mendapatkan hak yang berbeda dari
karyawan perusahaan. Dilihat dari cara pemberhentian, ada dua macam pemberhentian PNS, yaitu pemberhentian dengan
hormat dan tidak dengan hormat.

• Pemberhentian PNS dengan hormat


PNS yang diberhentikan dengan hormat diberikan hak-hak
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. PNS yang diberhentikan dengan hormat sebagai PNS karena
mencapai batas usia pensiun (BUP) berhak atas pensiun apabila ia
memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun kecuali
jika yang bersangkutan sakit.

• Pemberhentian PNS tidak dengan hormat


Pemberhentian PNS tidak dengan hormat akan mengakibatkan yang
bersangkutan kehilangan hak pensiun
B. ALASAN DAN
PENYEBAB
PEMBERHENTIAN
PEGAWAI
Menurut Hasibuan ada beberapa alasan-alasan
pemberhentian, diantaranya :

 Keinginan Perusahaan
Keinginan perusahaan dapat menyebabkan diberhentikannya
seorang karyawan baik secara terhormat ataupun dipecat.

 Keinginan Karyawan
Pemberhentian atas keinginan karyawan sendiri dengan
mengajukan permohonan untuk berhenti dari perusahaan
tersebut. Permohonan hendaknya disertai alasan-alasan dan
saat akan berhentinya, misalnya bulan depan. Hal ini perlu
agar perusahaan dapat mencari penggantinya, supaya
kegiatan perusahaan jangan sampai mandek.
C. PENGERTIAN PENSIUN
PEGAWAI
Menurut Ensiklopedi Administrasi arti pensiun adalah:
 Pemberhentian yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat kepada bawahannya, karena dianggap sudah mencapai umur lanjut,
sehingga tidak dapat bekerja lagi dengan sempurna;
 Tunjangan balas jasa yang diterima seorang bekas pejabat, karena dianggap telah
melakukan tugas pekerjaan dengan baik selama masa aktif bekerja.

Sistem atau program pensiun telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari program
manajemen sumber daya pemerintah. Perencanaan program pensiun yang benar tidak
hanya mengurangi inefisiensi pengelolaan pegawai, tetapi juga berdampak pada
kekuatan moral pegawai dan keunggulan proses rekrutmen.
D. RUANG LINGKUP
PEMBERHENTIAN DAN
PENSIUN PNS
PNS terdiri atas Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Daerah.

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat


Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya
dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara dan
bekerja pada departemen, lembaga pemerintah non-departemen,
kesekretariatan lembaga tertinggi/tinggi negara, instansi vertikal di
daerah provinsi/kabupaten/kota, kepaniteraan pengadilan, atau
dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah


Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah,
atau dipekerjakan di luar instansi induknya. (PNS Pusat dan Daerah
yang diperbantukan di luar instansi induk, gajinya dibebankan pada
instansi yang menerima perbantuan).
E. RUANG LINGKUP PEMBERHENTIAN
DAN PENSIUN PEJABAT NEGARA
Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga tertinggi/tinggi negara sebagaimana dimaksud dalam
UUD 1945 dan pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh UU (Butir 4 Pasal 1 UU Nomor 43 Tahun 1999).
Pejabat negara terdiri atas pejabat negara eksekutif dan non eksekutif.

1. Pejabat Negara Eksekutif


 Presiden/Wapres RI;Sebagai kepala negara, Presiden merupakan simbol resmi negara Indonesia dan
sebagai kepala pemerintahan, Presiden memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan sehari-hari.
 Menteri Negara dan yang diberi kedudukan setingkat dengan Menteri Negara, yaitu Jaksa Agung,
Panglima TNI, Gubernur Bank Indonesia;
 Kepala Perwakilan Republik Indonesia diluar negeri yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa dan
berkuasa penuh
 Gubernur dan Wakil Gubernur
 Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Walikota

2. Pejabat Negara Non Eksekutif


 Ketua, Wakil Ketua, dsn Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat; Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) adalah lembaga tertinggi negara (Pasal 1 UU 12/1980). Jumlah anggota MPR terdiri atas anggota
DPR, dan anggota DPD.
 Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat; Dewan Perwakilan Rakyat adalah salah satu
lembaga tinggi negara, dan lembaga tinggi negara yang lain adalah Dewan Pertimbangan Agung, Badan
Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung (Pasal 1 UU 12/1980).
STUDI KASUS DAN
PENYELESAIAN

 STUDI KASUS
Kasus ini bermula dari pemutusan hubungan kerja sepihak yang dilakukan oleh PT. Dok dan Perkapalan
Surabaya (Persero) terhadap 129 pekerja dan yang menolak untuk di pemutusan untuk di PHK sebanyak 16
pekerja dengan dasar pensiun dini. Sebelum terjadinya pemutusan hubungan kerja, perusahaan PT. Dok dan
Perkapalan Surabaya (Persero) mengalami kerugian dan defisit cash flow selama kurang lebih sembilan tahun
terakhir. Salah satu faktor penyebab kerugian dan defisit cash flow adalah beban biaya tetap diatas rata-rata
industri dan rasio beban pegawai terhadap pendapatan yang di atas 50% serta tidak match antara sifat bisnis PT.
Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) yang Job Order. Pekerja yang menolak di PHK tersebut menuntut
untuk mendapatkan hak-hak nya dan dipekerjakan kembali sampai memasuki batas usia pensiun normal
sebagaimana yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama antara PT. Dok dan Perkapalan Surabaya
(Persero) dengan Serikat Karyawan PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), dan Serikat Pegawai PT. Dok
dan Perkapalan Surabaya (Persero)
STUDY KASUS DAN
 PENYELESAIAN
PENYELESAIAN
Berdasarkan kasus posisi dalam penelitian ini bahwa benar PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) telah melakukan
pemutusan hubungan kerja terhadap 16 (enam belas) pekerjanya. Adanya pemutusan hubungan kerja tersebut perusahaan harus
melakukan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 156 ayat (1) UU Ketenagakerjaan. Adapun kopensasi
(hak pekerja) yang diterima oleh pekerja sebagaimana akibat pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan, penulis
mengklasifikasikan hak yang diperoleh pekerja sebagai akibat dilakukan pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan, pemutusan
hubungan kerja atas kemauan sendiri pekerja (pensiun dini), maupun pemutusan hubungan kerja demi hukum (mencapai usia
pensiun) dengan tidak terlepas terhadap kasus posisi dalam penelitian ini, sebagai berikut :

a. Pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan, ketika perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja dengan program mempercepat
usia pensiun (pensiun dini), maka perusahaan wajib untuk memberikan hak pensiun kepada pekerja. Sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 43 Huruf c perjanjian kerja bersama anatara PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) dengan Serikat Karyawan dan Serikat
Pegawai PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) bahwa :“ karyawan yang di PHK dengan hak pensiun, menerima hak pensiun
dengan perhitungan sebagai berikut :
• Manfaat Pensiun = 2 x Masa Kerja x Gaji Bruto Dimana 0,5 x Masa Kerja x Gaji Bruto dibayarkan oleh perusahaan, dan 1,5
x Masa Kerja x Gaji Bruto dibayarkan oleh Dana Pensiun/DPL
• Penggantian Uang Pulang Kampung = 1 x Gaji Bruto”
STUDY KASUS DAN
PENYELESAIAN
b. Pemutusan hubungan kerja atas kemauan sendiri pekerja (pensiun dini), hak yang diperoleh berdasarkan perjanjian
kerja bersama anatara PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) dengan Serikat Karyawan dan Serikat Pegawai PT.
Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) yaitu, berdasarkan Pasal 43 Ayat 2 perjanjian kerja bersama anatara PT. Dok
dan Perkapalan Surabaya (Persero) dengan Serikat Karyawan dan Serikat Pegawai PT. Dok dan Perkapalan Surabaya
(Persero) bahwa : “ pemutusan hubungan kerja (PHK) atas kemauan/permohonan karyawan (undur diri).

Dalam hal ini ketika perusahaan telah melakukan pemutusan hubungan kerja dengan program pensiun dini harus
dirundingkan terlebih dahulu dengan serikat pekerja. Karena pada dasarnya pensiun dini adalah pengakhiran hubungan
kerja atas kemauan sendiri pekerja untuk berhenti bekerja. Apabila dalam pemutusan hubungan kerja yang dilakukan
oleh perusahaan dengan program pensiun dini tidak memberikan uang hak pesangon dengan kesepakatan para pekerja
maka pekerja berhak menolak untuk di lakukan pemutusan hubungan kerja secara pensiun dini.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemutusan hubungan kerja dengan alasan pensiun dini yang
tanpa melalui kesepakatan pekerja pada PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) tidak dibenarkan dalam peraturan
perundang-undangan.
THANK
S!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, and includes icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai