MATA PELAJARAN :
OTOMATISASI TATA KELOLA KEPEGAWAIAN
KOMPETENSI DASAR :
3.14. Menerapkan pemberhentian pegawai
4.14. Melakukan pemberhentian pegawai
DISUSUN OLEH :
Dra. PARINI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui proses pembelajaran diharapkan siswa mampu :
URAIAN MATERI
A. PENGERTIAN PEMBERHENTIAN
Pemberhentian merupakan fungsi operatif terakhir manajemen SDM. Istilah pemberhentian
sama dengan separation, pemisahan, atau pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan dari suatu
organisasi perusahaan. Dengan pemberhentian, berarti berakhirnya keterikatan kerja antara
karyawan dan perusahaan. Pada dasarnya tidak ada yang abadi di dunia ini, jika ada pengadaan,
akan ada pula pemberhentian. Pemberhentian terjadi karena undang-undang, perusahaan, dan
karyawan yang bersangkutan.
Pemberhentian pegawai adalah pemutusan hubungan kerja, baik untuk sementara maupun untuk
selamanya yang dilakukan oleh perusahaan atas permintaan pegawai atau karena kehendak pihak
perusahaan.(Dr.A.A.Anwar Prabu Mangkunegara, Drs., Msi.Psi. Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan, 2011). Sedangkan menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003
mengartikan bahwa pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran
hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
antar pekerja dan pengusaha. Sedangkan menurut Moekijat mengartikan bahwa Pemberhentian
adalah pemutusan hubungan kerja seseorang karyawan dengan suatu organisasi perusahaan.
Perusahaan yang melakukan pemberhentian akan mengalami kerugian karena karyawan yang
diberhentikan membawa biaya penarikan, seleksi, pelatihan dan proses produksi berhenti.
Pemberhentian yang dilakuakn oleh perusahaan juga harus dengan baik – baik, mengingat saat
karyawan tersebut masuk juga diterima baik – baik. Pemberhentian juga dapat diartikan sebagai
pemutusan hubungan kerja seseorang karyawan dengan organisasi perusahaan. Dengan
pemberhentian dilakukan berarti karyawan tersebut sudah tidak ada ikatan lagi dengan
perusahaan (Drs. Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia,2001).
B. LANDASAN HUKUM
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil diatur dalam :
1. UU NO.1 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/ duda PNS
2. UU no.8 Tahun 1974 Jo.UU NO.43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
3. PP No.12 Tahun 1981tentang perawatan Tunjangan cacat dan uang duka.
4. PP No. 1 Tahun 1983 tentang Perlakuan terhadap Caalon PNS yang tewas atau cacat akibat
kecelakaan karena Dinas.
5. PP No. 13 Tahun 2007 tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiun PNS dan Janda/Duda.
6. UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
7. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara
C. SEBAB-SEBAB PEMBERHENTIAN.
Hal-hal yang menyebabkan pemberhentian/pemutusan hubungan kerja adalah sebagai berikut :
1. Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan
Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi karena keinginan pengusaha, keinginan pegawai
maupun karena alasan lain.
Pemutusan hubungan kerja keinginan pengusaha , antara lain disebabkan :
a. Pekerja tidak cakap dalam masa percobaan
b. Adanya alasa-alasan mendesak
c. Pekerja sering mangkir
d. Pekerja ditahan oleh alat Negara
e. Pekerja dihukum oleh Hakim
f. Pekerja sering sakit
g. Pekerja berusia lanjut
Pemutusan hubungan kerja karena keinginan pekerja, disebabkan :
a. Pegawai tidak cocok dengan situasi dan kondisi perusahaan
b. Pegawai pindah karena mengikuti keluarga
Pemutusan hubungan kerja karena alasan lain :
a. Pekerja meninggal dunia
b. Perjanjian kerja berakhir
c. Pekerjaan telah selesai
2. Pemberhentian Pegawai dalam Pemerintahan
Dalam pemerintahan dalam segala sesuatu hal mengenai pemberhentian pegawai telah diatur
dalam UU Aparatur Sipil Negara (ASN ) Nomor 5 Tahun 2014 maupun PP Nomor 11 Tahun
2017. Hal-hal yang menyebabkan pemberhentian PNS adalah :
a. PNS diberhentikan dengan hormat karena;
1) Permintaan sendiri;
Permohonan berhenti dari seorang Pegawai Negeri Sipil, dapat:
a. Ditunda, untuk paling lama 1 (satu) tahun apabila ada kepentingan dinas mendesak.
Dalam arti kata bila Pegawai Negeri Sipil yang bersangkut berhenti, akan dapat
menghambat pelaksanaan tugas pelaksanaan tugas yang penting tersebut dapat
diselesaikan dan sekaligus mempersiapkan penggantinya.
a. Ditolak, apabila Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan masih terikat adlam
keharusan bekerja pada Pemerintah, berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Antara lain Pegawai Negeri Sipil yang menjalankan ikatan Dinas ,
wajib militer dan lain-lain
2) Telah mencapai usia pensiun
Batas usia pensiun secara umum ditentukan 58 tahun, dengan pertimbangan bahwa
seorang Pegawai Negeri Sipil dalam 58 tahun tersebut secara umum dianggap masih
mampu menjalankan tugasnya secara berdayaguna dan berhasila guna. Sedangkan
batasan usia pensiun bagi pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan tertentu
dapat di perpanjang sampai dengan;
a. 65 (enam puluh lima) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan:
Ahli penelitian dan peneliti yang ditugaskan secara penuh di bidang
penelitian;
Guru besar, Lektor Kepala, Rektor yang ditugaskna di perguruan tinggi;
Jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden.
b. 60 (enam puluh ) tahun bagi Pegawai Negeri Sipli yang memengku jabatan;
Ketua/ wakil ketua, ketua muda dan hakim angggota mahkamah agung,
Jaksa agung,
Pimpinan kesekretariatan Lembaga Tertinggi /tinggi Negeri,
Pimpinan lembaga pemerintah non departemen,
Sekretaris Jendral, Inspektorat Jendaral dan Kepala Badan di departemen,
Eselon I dalam jabatan struktural yang tidak termasuk dalam angka 2,3 dan 4
di atas, Eselon II dalam jabatan struktural
Dokter yang ditugaskan secara penuh pada lembaga Kedokteran Negeri
sesuai dengan profesinya.
Pegawas Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan Pegawas Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama.
Guru yang ditugaskan secara penuh pada sekolah lanjutan.
Penilik taman kanak kanak, Penilik Sekolah Dasar dan Penilik Pendidikan
Agama.
Guru yang ditugaskan secara penuh pada Sekolah Dasar,
.
3) Adanya penyederhanan organisasi pemerintah
Perubahan dan penyederhanaan suatu organisasi kadang-kadang di perlukan dalam
rangka penyesuaian dengan kebutuhan, sehingga dengan demikian dapat dicapai
dayaguna yang sebesar-besarnya. Perubahan dan Penyederhanaan ini ada kalanya
menimbulkan kelebihan Pegawai Negeri Sipil. Untuk mengatasinya diusahkan agar
Pegawai Negeri Sipil yang berlebih tersebut di salurksn pada satuan organisasi
negera lainnya. Kalau penyaluran ini tidak mungkin dilaksanakan, pasal 7 Peraturan
Pemerintah No. 32/1979 mengharuskan, maka Pegawai Negeri Sipil yang berlebih
itu diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau dari jabatan
jabatan negeri dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Diantara hak tersebut adalah uang tunggu.
4) Tidak cakap rohani dan jasmani sehingga tidak dapat menjalankan kewajiban
sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Menurut pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 32/ 1979 Pegawai Negri Sipil
diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak-hakl kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undang yang berlaku, apabila;
a. Berdasarkan Surat Keterangan Tim Penguji kesehatan dinyatakan tidak dapat
bekerja lagi dalam semua jabatan Negari karena kesehatanya.
b. Berdasarkan Surat Keterangan Tim Penguji kesehatan dinyatakan menderita
penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan atau lingkungan
kerjanya. Umpanya orang yang menderita penyakit jiwa, gila, dan lain-lainnya.
c. Berdasarkan Surat Keterangan Tim Penguji kesehatan dinyatakan, Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan setelah menjalani cui sakit dinyatakan belum
mampu bekerja kembali.
5) Meninggal dunia, tewas atau hilang
D. HAK-HAK KEPEGAWAIAN
Kepada PNS yang diberhentikan dengan hormat sebagai PNS diberikan hak-hak
kepegawaian berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak tersebut
adalah hak untuk mendapatkan pensiun. Penjelasan lebih lanjut atas hak pensiun sebagai
berikut :
1. Hak atas Pensiun Pegawai
Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai PNS berhak menerima pensiun
pegawai, jika saat diberhentikan :
a. Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan mempunyai masa kerja
sekurang-kurangnya 20 tahun.
b. Oleh badan/pejabat yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan (Tim Penguji
Kesehatan PNS) dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri
karena keadaan jasmani atau rohani yang disebabkan oleh dan karena ia menjalankan
kewajiban jabatannya (dinas). Maksudnya, seorang PNS dapat diberhentikan dengan
hormat dengan hak pensiun tanpa terikat masa kerja apabila yang bersangkutan
dinyatakan menderita sakit (baik jasmani atau rohani) sehingga tidak bisa lagi
bekerja dalam jabatan apapun, yang sakitnya tersebut diakibatkan karena
menjalankan kewajiban jabatannya (karena alasan kedinasan)
c. Bagi PNS yang dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri
karena keadaan jasmani atau rohani namun bukan karena diakibatkan menjalankan
kewajiban jabatan, maka yang bersangkutan dapat diberhentikan dengan hak pensiun
asalkan telah memiliki masa kerja minimal 4 (empat) tahun.
d. Pegawai Negeri Sipil yang mengalami penyederhanaan organisasi (sekarang sangat
jarang ditemukan), telah selesai menjalankan kewajiban negara namun tidak
dipekerjakan kembali sebagai PNS ataupun karena alasan-alasan dinas lainnya dapat
diberhentikan dengan hak pensiun jika telah memiliki usia minimal 50 tahun dan
memiliki masa kerja pensiun minimal 10 tahun. Untuk pemberhentian jenis ini, PNS
tersebut dapat terlebih dahulu diberikan uang tunggu.
2. Berakhirnya Hak Pensiun Pegawai
Hak pensiun pegawai berakhir pada penghabisan bulan penerima pensiun pegawai yang
bersangkutan meninggal dunia. Apabila pegawai yang bersangkutan meninggal dunia,
maka yang berhak atas pensiunnya adalah :
a. Isteri/suami disebut Pensiun Janda/Duda
Penerima pensiun ini sebelumnya telah terdaftar sebagai isteri/suami sah PNS yang
bersangkutan. Besarnya pensiun janda/duda 36% dari dasar pensiun, dengan
ketentuan apabila terdapat lebih dari seorang yang berhak menerima pensiun janda,
maka dibagi rata untuk masing-masing isteri.
b. Anak disebut Pensiun anak
Apabila PNS atau penerima pensiun meninggal dunia sedangkan ia tidak mempunyai
isteri/suami lagi, yang berhak menerima pensiun janda/duda adalah anak yang
seayah-seibu , dengan ketentuan :
Berusia kurang dari 25 tahun
Tidak mempunyai penghasilan sendiri
Belum menika/belum pernah menikah
c. Orang Tua disebut Pensiun Orang Tua
Apabila seorang PNS/CPNS tewas, apabila tidak meninggalkan suami/isteri
/anak yang berhak menerima pensiun janda/duda , maka diberikan kepada orang
tua almarhum yang besarnya 20% dari pensiun janda/duda.
Jika kedua orang tua telah bercerai, maka kepada mereka masing-masing
diberikan setengah dari jumlah dimaksud.
SOAL-SOAL :