Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGUPAHAN TENAGA KERJA

KELOMPOK 3

 Kharisma Dwi Permata (S012018005)


 A.Nurainun Rahma Iftitah (S012018006)
 Tantri Dwi Astuti (S012018007)
 Jeelan Shabrina (S012018018)
 Euis Sri Auliana (S012018021)
 Muhammad Rizky (S012018023)
 Nur afifah Mustamin (S012018026)
 Muhammad Elnawan (S012018026)

PRODI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NEGARA


POLITEKNIK STIA-LAN MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................2


1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI...........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Upah........................................................................................................................3

2.2 Macam-macam Upah dan Faktor yang Mempengaruhi...................................................4


2.3 Prinsip, Tujuan Upah dan Gaji...............................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..................................................................................................................................7
3.1 Penentuan Upah di Berbagai Bentuk Pasar Tenaga Kerja.............................................7

3.2 Faktor Penyebab Perbedaan Upah.......................................................................................8

3.3 Contoh Kasus Pengupahan Tenaga Kerja dan Solusi Permasalahannya..................9

BAB IV...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
4.1 KESIMPULAN............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas dalam mata kuliah “Analisis Kependudukan, Demografi dan Ketenagakerjaan”
yang membahas mengenai “Pengupahan Tenaga Kerja ”.

Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan


lebih dan bermanfaat bagi para pembaca, kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran sangat kami
harapkan dari para pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. semoga Allah SWT senantiasa meridhai kita semua.

Sinjai, 9 November 2020

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi pekerja
atau buruh dituangkan dalam UU Nomor 13 tahun 2003. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dalam Bab I Pasal 1
angka 30 menjelaskan, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya, atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau
akan dilakukan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 Bab X
Bagian Kedua Pasal 88 mengatur tentang pengupahan sebagai berikut :
1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusian.
2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan sebagaimana pada ayat (1), pemerintah menetapkan
kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.
3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi a) upah minimum; b) upah kerja lembur;
c) upah tidak masuk kerja karena berhalangan; d) upah tidak masuk kerja
karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya; e) upah karena
menjalankan hak waktu istirahat kerjanya; f) bentuk dan cara pembayaran
upah; g) denda dan potongan upah; h) hal-hal yang dapat diperhitungkan
dengan upah; i) struktur dan skala pengupahan yang proposional; j) upah
untuk pembayaran pesangon; dan k) upah untuk perhitungan pajak
penghasilan.
4) Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

1
Sedangkan di dalam Pasal 89 ayat (1) upah minimum terdiri atas:
1) Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
2) Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau
kabupaten/kota.

Upah bagi para pekerja merupakan faktor penting karena merupakan sumber
untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang
berpendidikan upah merupakan hasil investasi (rate of return) sumber daya manusia
pada dirinya, dan bagi para kelompok tertentu upah melambangkan status sosial
dan penghargaan bagi pekerja. Bagi pengusaha, upah dan kesaeluruhan biaya
tenaga kerja (labour cost) merupakan biaya yang menentukan kelangsungan
perusahaan dan mempengaruhi kembalinya investasi; investasi ulang dari sebagian
pendapatan yang akan menentukan penyerapan tenaga kerja dimasa mendatang.
Bagi pemerintah, upah merupakan variabel ekonomi makro seperti inflasi,
kesempatan kerja, pengangguran, pemerataan pendapatan, dan pertumbuhan
secara umum. Upah merupakan kebijakan ekonomi sosial dan politik, sebagian
instrumen, efektivitasnya sangat tergantung pada situasi ekonomi dan pasar kerja
daerah/sektor (Swasono, Yudo dan Sulistyaningsih, 1983: 113-116).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penentuan upah di berbagai bentuk pasar tenaga kerja?


2. Apa faktor-faktor yang menimbulkan perbedaan upah?
3. Jelaskan salah satu contoh kasus tentang pengupahan tenaga kerja beserta
penyelesaian masalahnya !

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penentuan upah di berbagai bentuk pasar tenaga kerja.


2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang menimbulkan perbedaan upah.
3. Untuk mengetahui salah satu contoh kasus tentang pengupahan tenaga kerja
beserta penyelesaian masalahnya.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Upah


Salah satu faktor produksi yang berpengaruh dalam kegiatan memproduksi
adalah tenaga kerja, dengan mengolah barang mentah menjadi barang jadi maupun
barang setengah jadi menjadi barang jadi atau dikenal dengan proses produksi
sehingga menghasilkan output yang yang diinginkan perusahaan. Adanya
pengorbanan yang dikeluarkan tenaga kerja untuk perusahaan maka tenaga kerja
berhak atas balas jasa yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja tersebut
berupa upah. Sadono Sukirno (2005), membuat perbedaan diantara dua pengertian
upah :
 Upah Nominal (upah uang) adalah jumlah uang yang diterima para pekerja
dari para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental dan fisik para
pekerja yang digunakan dalam proses produksi.
 Upah Riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan
upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan para pekerja.

Beberapa pendapat ahli tentang pengertian upah dapat dipaparkan sebagai berikut:
 Hasibuan (1997), upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada para
pekerja harian dengan berpedoman atas perjanjian yang disepakati
membayarnya.
 Moekijat (1992), menyatakan bahwa upah adalah pembayaran yang diberikan
kepada karyawan produksi dengan dasar lamanya jam kerja.
 Edwin B. Flippo (dalam As’ad, 2004: 92), “a wage a price for the service
human being”, yang mana artinya adalah upah merupakan harga yang
diberikan oleh pemilik perusahaan kepada para karyawan atas dasar jasa
yang telah diberikan oleh karyawan.

Adapun yang dimaksud dengan upah menurut Undang-Undang Nomor 13


Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah hak pekerja / buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
3
kepada pekerja/buruh, yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan jasa yang
telah atau akan dilakukan.
Upah sering diidentikkan dengan gaji. Anggapan ini terjadi mungkin
disebabkan karena gaji dan upah sama-sama merupakan imbalan jasa yang
diberikan oleh pengusaha kepada karyawannya. Pada kenyataannya, kedua istilah
tersebut mempunyai perbedaan. Menurut Sadono Sukirno (2005), gaji adalah
pembayaran kepada pekerja tetap dan tenaga kerja professional seperti pegawai
pemerintah, dosen, guru, manajer, dan akuntan. Sedangkan upah adalah
pembayaran kepada pekerja-pekerja kasar seperti buruh, petani, tukang batu.
Sementara menurut Hadi Purwono (2003), membedakan pengertian gaji dan
upah sebagai berikut: Gaji (salary) biasanya dikatakan upah (wages) yang
dibayarkan kepada pimpinan, pengawas, dan tata usaha pegawai kantor atau
manajer lainnya. Gaji umumnya tingkatnya lebih tinggi dari pada pembayaran
kepada pekerja upahan. Sedangkan upah adalah pembayaran kepada karyawan
atau pekerja yang dibayar menurut lamanya jam kerja dan diberikan kepada mereka
yang biasanya tidak mempunyai jaminan untuk dipekerjakan secara terus menerus.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara gaji
dan upah terletak pada kuatnya ikatan kontrak kerja dan jangka waktu
penerimaannya. Seseorang menerima gaji apabila ikatan kontrak kerjanya kuat dan
memiliki jabatan yang bersifat administratif. Sedangkan orang yang menerima upah,
ikatan kontrak kerjanya kurang kuat dan biasanya diberikan kepada pekerja
pelaksana (buruh). Untuk jangka waktu penerimaan, gaji pada umumnya diberikan
secara periodik biasanya setiap akhir bulan, sedangkan upah diberikan pada setiap
hari atau mingguan.

2.2 Macam-macam Upah dan Faktor yang Mempengaruhi

Menurut Rivai (2004), upah dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

1) Upah menurut waktu, yaitu upah yang diberikan kepada para pekerja menurut
waktu kapasitas kerjanya. Pembayaran upah tersebut bisa dilakukan secara
harian, mingguan, dan bulanan. Besarnya upah yang dibayarkan didasarkan
kepada lamanya bekerja bukan dikaitkan dengan prestasi kerjanya. Kelebihan

4
upah menurut waktu adalah tata usaha yang mengurus soal pembayaran
upah dapat menyelenggarakan dengan mudah dan Perhitungan tidak
menyukarkan. Sedangkan kekurangannya yaitu upah 1) Upah pekerja yang
rajin dan yang malas disamakan; 2) Pimpinan perusahaan tidak mempunyai
kepastian tentang kecakapan dan kemauan bekerja dari pekerja dan 3) Buruh
tidak mempunyai dorongan untuk bekerja keras demi perusahaan.

2) Upah menurut satuan hasil, yaitu upah yang diberikan kepada para pekerja
menurut prestasi yang dihasilkan oleh para pekerja tersebut. Artinya,
besarnya upah ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan pekerja, seperti
per potong, meter, liter, dan kilogram. Besarnya upah yang diberikan selalu
didasarkan kepada banyaknya hasil yang dikerjakan bukan kepada lamanya
waktu untuk mengerjakannya. Kelebihan upah menurut satuan hasil yaitu
Pekerja yang rajin akan mendapatkan upah yang tinggi daripada pekerja yang
malas dan pekerja berusaha mendapatkan prestasi kerja, sehingga
menguntungkan perusahaan karena hasil produksi meningkat. Sedangkan
kekurangannya yaitu kualitas barang yang dihasilkan turun karena pegawai
bekerja dengan tergesa-gesa dan keinginan pegawai untuk mendapatkan
upah yang besar menyebabkan ia bekerja terus – menerus yang pada
akhirnya mempengaruhi kesehatan bagi pekerja.

3) Upah menurut borongan, yaitu suatu cara pengupahan yang penetapan


besarnya jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya.
Penetapan besarnya balas jasa berdasarkan system borongan cukup rumit,
lama mengerjakannya serta banyak alat yang diperlukan untuk
menyelesaikannya.

2.3 Prinsip, Tujuan Upah dan Gaji

Menurut Moekijat (1992) dan Menurut Rivai (2004), menyebutkan upah


dibedakan menjadi 3 macam sebagai berikut :

 Upah itu harus adil


 Upah yang diberikan harus layak dan wajar
 Upah harus dapat memenuhi kebutuhan yang minimal
5
 Upah harus dapat mengikat
 Upah tidak boleh bersifat statis

Adapun tujuan diberikannya upah atau gaji adalah sebagai berikut :

 Mampu menarik tenaga kerja yang berkualitas baik dan mempertahankan


mereka
 Memotivasi tenaga kerja yang baik untuk berprestasi tinggi
 Mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia
 Membantu mengendalikan biaya imbalan tenaga kerja
 Disiplin

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penentuan Upah di Berbagai Bentuk Pasar Tenaga Kerja


Pasar tenaga kerja dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, diantaranya:

1. Persaingan Tenaga Kerja yang Bersifat Persaingan Sempurna

Persaingan Sempurna dalam Pasar Tenaga Kerja. Dalam pasar ini sifat-sifat
permintaan dan penawaran tenaga kerja tidak berbeda dengan sifat-sifat
permintaan dan penawaran di pasar barang. Artinya, semakin tinggi/rendah
upah tenaga kerja, semakin sedikit/banyak permintaan ke atas tenaga kerja.
Semakin tinggi/rendah upah tenaga kerja, semakin sedikit/banyak permintaan
atas tenaga kerja. Penawaran atas tenaga kerja. semakin tinggi upah,
semakin banyak tenaga kerja yang bersedia menawarkan tenaganya. Jadi
upah ditentukan oleh besar kecilnya permintaan/penawaran tenaga kerja.

2. Pasar Tenaga Kerja Monoposmi

Pasar Tenaga Kerja Monopsoni. Monopsoni berarti hanya terdapat satu pembeli di
pasar sedangkan penjual jumlahnya banyak. Pasar tenaga kerja seperti ini bersifat
monopoli di pihak perusahaan. Upah tenaga kerja bertambah tinggi apabila lebih
banyak tenaga yang digunakan. Jadi upah ditentukan oleh pengusaha yang
membayar pekerja tersebut.

3. Pasar Tenaga Kerja Monopoli

Pasar Tenaga Kerja Monopoli di Pihak Pekerja. Para pekerja dapat menuntut
upah yang mereka inginkan. Penentuan upah dalam pasar pasar tenaga kerja
yang bersifat monopoli pihak pekerja dibedakan pada tiga keadaan:
 Menuntut upah yang lebih tinggi dari yang dicapai pada keseimbangan
permintaan dan penawaran.
 Membatasi penawaran tenaga kerja.
 Menjalankan usaha-usaha yang bertujuan menaikan permintaan
tenaga  kerja.

4. Pasar Monopoli di Kedua Belah Pihak (monopoli bilateral)

7
Pasar Monopoli di Kedua Belah Pihak (Monopoli Bilateral). Didalam pasar
tenaga kerja monopoli bilateral terdapat perbedaan yang nyata diantara upah
yang dituntut serikat buruh dengan upah yang ditawarkan. Jadi tingkat upah
tidak akan bisa ditentukan tetapi biasanya tingkat upah yang berlaku adalah
tingkat dimana antara upah yang dituntut serikat buruh dengan upah yang
ditawarkan perusahaan.

Dalam pasar monopsoni upah lebih rendah daripada di pasar persaingan


sempurna, sementara di mana pekerja mempunyai kekuasaan monopoli,
upahnya lebih tinggi dari pasar persaingan sempurna. Maka, dalam pasar
monopoli bilateral, yaitu di dalam pasar tenaga kerja di mana tenaga kerja
bersatu dalam satu serikat buruh, dan di dalam pasar tenaga kerja dimana
hanya terdapat satu perusahaan saja yang menggunakan tenaga kerja,
penentuan upahnya adalah berdasarkan perundingan dari kedua belah pihak.
Pihak yang lebih kuat akan menentukan tingkat upah yang berlaku.

3.2 Faktor Penyebab Perbedaan Upah


 Perbedaan permintaan dan penawaran dalam berbagai jenis
pekerjaan.
 Perbedaan dalam jenis-jenis pekerjaan.
 Perbedaan kemampuan, keahlian dan pendidikan.
 Terdapatnya pertimbangan bukan keuangan dalam memilih pekerjaan.
 Ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja.
 Faktor geografis.
 Faktor institusional.

8
3.3 Contoh Kasus Pengupahan Tenaga Kerja dan Solusi Permasalahannya
A. Contoh Kasus

Karyawan Pabrik di Cianjur Keluhkan Upah Rendah

CIANJUR, (PR).- Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia Raya (Astakira) Pembaharuan


DPC Kabupaten Cianjur menyoroti perusahan yang membayar pegawainya di
bawah UMK. Hal tersebut terungkap usai sejumlah tenaga kerja lokal yang
merupakan karyawan pabrik melakukan pengaduan karena upah yang rendah.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, seharusnya perusahaan yang sudah


memiliki tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih harus mengikuti undang-
undang atau aturan ketenagakerjaan. Menurut Ketua Harian DPC Astakira
Pembaharuan Kabupaten Cianjur Supyan, perusahaan harus membayar gaji sesuai
UMR/UMP/UMK.

”Sementara di Cianjur, masih ada beberapa perusahaan menggaji karyawan masih


dibawah UMK," kata Supyan, Senin, 11 Maret 2019. Ia mengatakan, sesuai dengan
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, perusahaan
dilarang keras membayar gaji karyawan lebih rendah dari upah minimum yang
sudah ditentukan sessuai wilayah, provinsi, kota, dan kabupaten. Supyan
menambahkan, bahkan perusahaan juga sebaiknya memiliki perjanjian kerja dengan
karyawan. Selain itu, perusahaan harus benar-benar mengikuti aturan
ketenagakerjaan. Apalagi, terkait dengan masalah pengupahan yang sudah diatur
sedemikian rupa oleh pemerintah terkait.

Tak berhenti pada sistem pengupahan, Supyan mengungkapkan, jika persoalan jam
kerja juga ikut menjadi sorotan asosiasi. Pasalnya, masih ada perusahaan yang
menerapkan aturan kerja dengan sistem kejar target bagi para pegawainya.
”Padahal, jam kerja juga sudah diatur jelas dalam aturan ketenagakerjaan. Ada
batasannya, kalau lebih dari jam 05.00 sore artinya harus masuk sebagai lembur,”
ujar dia.

Seluruh hal yang diungkapkan Supyan, menjadi poin-poin yang disampaikan


langsung oleh para pegawai sejumlah pabrik. Keluhan-keluhan tersebut diutarakan,
setelah tidak ada perubahan keadaan oleh perusahaan bagi masing-masing

9
pegawainya. Oleh karena itu, Ketua Ketua DPC Astakira Pembaharuan Ali Hildan
pun menilai, agar keluhan tenaga kerja itu dapat segera ditindaklanjuti oleh
pemerintah daerah. Soalnya, persoalan ketenagakerjaan pasti dipegang oleh
instansi terkait yang lebih berkompeten untuk menanganinya.

”Dinas pasti lebih kompeten untuk menampung segala keluh kesah tenaga


kerja. Sementara kami, hanya organisasi eksternal yang ada di ranah
ketenagakerjaan," ucap Ali. Ia mengharapkan, pemerintah dapat lebih vokal lagi
untuk menyuarakan hak para pegawai lokal. Setidaknya, hal tersebut menjadi salah
satu bentuk pelayanan atau fasilitas pemerintah terhadap putra putri daerah yang
bekerja di tanah sendiri.

Masih fokus pada penanganan Pekerja Migran Indonesia

Lebih lanjut dikatakan, asosiasi bukan tidak mau memberikan bantuan yang
signifikan. Namun, selain dikarenakan ranah asosiasi yang tidak lebih sentral
dibandingkan dinas, Astakira juga masih perlu memfokuskan diri pada penanganan
Pekerja Migran Indonesia (PMI) Cianjur.

”Jadi memang harus mengurusi tenaga kerja dalam negeri, sekaligus tenaga


kerja luar negeri (PMI). Karena, menurut pantauan kami, sampai sekarang masih
banyak pemberangkatan PMI dari Cianjur yang nonprosedural," kata dia.

Maka dari itu, Ali mengharapkan kerjasama instansi agar dapat mengurus dan
mengawasi persoalan terkait. Ia mengatakan, untuk persoalan PMI saat ini juga
perlu terus diperhatikan, terutama dalam masalah pemberangkatan.

Selama 2019 mulai banyak pengaduan yang datang ke Astakira mengenai


pemberangkatan PMI. Menurut Ali, selama dua bulan terakhir sudah ada 12
pengaduan PMI bermasalah. Beruntung, asosiasi sudah bisa membantu setidaknya
untuk memulangkan tiga PMI asal Cianjur.

10
B. Solusi dari Permasalahan Kasus

Maka solusinya secara umum adalah melepaskan ketergantungan kita


terhadap sektor swasta untuk pembangunan ekonomi dan lapangan kerja.
Artinya, kita perlu membangun ekonomi sektor publik yang kuat, dimana
berbagai macam unit ekonomi berada di bawah kepemilikan Negara sebagai
organisasi publik tertinggi. Tentu saja, agar Negara tidak berperilaku seperti
pengusaha swasta dan kehilangan watak publiknya, maka Negaranya juga
harus demokratis. Dengan ekonomi sektor publik yang kuat, kontrol atas
ekonomi berada di tangan publik/masyarakat (melalui Negara), bukan di
tangan para pengusaha swasta. Karenanya, ekonomi bisa dikelola untuk
kepentingan kesejahteraan masyarakat, bukan kepentingan keuntungan para
pengusaha swasta.

11
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada para pekerja harian dengan
berpedoman atas perjanjian yang disepakati membayarnya, Menurut Rivai
(2004), upah dibedakan menjadi 3 macam yaitu upah menurut waktu, upah
hasil dan upah menurut borongan. Upah dibedakan menjadi 3 macam
sebagai berikut, Upah itu harus adil, upah yang diberikan harus layak dan
wajar, upah harus dapat memenuhi kebutuhan yang minimal, upah harus
dapat mengikat, upah tidak boleh bersifat statis, dengan tujuan agar mampu
menarik tenaga kerja yang berkualitas baik dan mempertahankan mereka
memotivasi tenaga kerja yang baik untuk berprestasi tinggi, mendorong
peningkatan kualitas sumber daya manusia, membantu mengendalikan biaya
imbalan tenaga kerja, disiplin kerja karyawan.

4.2 SARAN
Diharapkan dengan pembuatan makalah ini, dapat dijadikan pedoman untuk
perusahaan, atau pelaku industri sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
karyawan maupun perusahaan. Adapun saran yang penulis usulkan yakni :

 Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.


Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antar
pengusaha dan pekerja tidak boleh lebih rendah dari ketentuan
pengupahan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
 Setiap pengusaha wajib memiliki peraturan perusahaan, yang memuat
hak dan kewajiban pengusaha, hak dan kewajiban pekerja, syarat
kerja, tata tertib perusahaan, serta jangka waktu berlakunya peraturan
perusahaan yang bersangkutan agar menghindari terjadinya
kecurangan oleh kedua belah pihak.

12
DAFTAR PUSTAKA

 https://anisusanti1982.blogspot.com/2017/12/v-
behaviorurldefaultvmlo_41.html
 https://hpweblog.wordpress.com/2012/10/19/penentuan-upah-di-pasar-
tenaga-kerja/#:~:text=Penentuan%20Upah%20di%20Berbagai%20Bentuk
%20Pasar%20Tenaga%20Kerja&text=Penawaran%20atas%20tenaga
%20kerja%3B%20semakin,kecilnya%20permintaan%2Fpenawaran
%20tenaga%20kerja.
 http://mukhyi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/16900/
PENGANTAR+EKONOMI+13.pdf
 https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01307856/karyawan-
pabrik-di-cianjur-keluhkan-upah-rendah?page=2

13

Anda mungkin juga menyukai