DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
NIM : 23080130182
KELAS : A23
PRODI : AKUNTANSI – S1
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudul “Analisis Kebijakan
Ketenagakerjaan Pengupahan” sampai dengan selesai tepat waktu. Makalah disusun
untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Dasar-Dasar Ekonomika.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nenden Susilowati M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Ekonomika. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan
kepada pihak yang sudah memberi saran dan masukan, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Saya sebagai penulis dan penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Saya berharap semoga maklah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Situasi dan kondisi ketenagakerjaan baik sifat maupun dinamikanya semakin kompleks.
Sehingga upah masih menjadi persoalan utama diberbagai Negara berkembang salah
satunya adalah Indonesia. Keadaan pasar kerja yang dualistik dengan kelebihan
penawaran tenaga kerja, serta tidak seimbangnya pertumbuhan angkatan kerja dengan
peluang kerja yang tersedia. Di sisi lain, dengan mutu angkatan kerja yang rendah
menyebabkan upah menjadi issu yang tidak terselesaikan, dan selalu menjadi
pembicaraan utama dalam bidang ketenagakerjaan. Pengupahan merupakan masalah
yang sangat krusial dalam bidang ketenagakerjaan bahkan apabila tidak profesional
dalam menanganinya, tidak jarang akan menimbulkan perselisihan atau kesalahpahaman
dan bisa mendorong terjadinya mogok kerja ataupun unjuk rasa.
Penanganan pengupahan tidak hanya menyangkut aspek teknis dan aspek ekonomi saja,
tetapi juga aspek hukum yang menjadi dasar bagaimana hal-hal yang berkaitan dengan
pengupahan dilaksanakan dengan aman, benar dan pastinya adil berdasarkan regulasi
pemerintah., termasuk bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/ jasa
yang telah atau akan dilakukan. Pasal 88 Ayat (4) UU Ketenagakerjaan menyatakan
bahwa “Pemerintah menetapka upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi”.Kebijakan pengupahan pertama kali diatur pada tahun 1956,
sebagai bagian dari regulasi ketenagakerjaan. Tahun 1969 dibentuk Dewan Pengupahan
Nasional (Depnas), yang bertugas untuk meriset kebutuhan hidup tenaga kerja untuk
dijadikan rujukan penentu upah minimum. Dampak upah minimum terhadap pekerjaan
bergantung bergantung pada struktur pasar tenaga kerja dan tingkat penegaknya.
B. Rumusan Masalah
1. Sistem upah apa saja yang digunakan di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan kebijakan pengupahan dalam konteks nasional dan
internasional?
3. Apa tujuan dari kebijakan pengupahan, dan sejauh mana kebijakan ini berhasil
mencapai tujuan-tujuan tersebut?
4. Bagaimana pengaruh kebijakan pengupahan terhadap tingkat inflasi,, dan
pertumbuhan ekonomi di suatu Negara?
5. Bagaimana efektivitas kebijakan pengupahan dalam mengatasi masalah
ketidaksetaraan pendapatan dan kemiskinan?
6. Apa impaksi kebijakan pengupahan terhadap produktivitas, kualitas hidup pekerja, dan
stabilitas sosial?
C. TUJUAN
a) Untuk memberikan pemahaman mendalam tentang perkembangan kebijakan
pengupahan dari waktu ke waktu, termasuk perubahan signifikan dalam
pendekatan kebijakan.
b) Mengevaluasi tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijakan pengupahan,
seperti mengurangi kemiskinan, meningkatkan tingkat upah, dan mengatasi
ketidaksetaraan pendapatan.
c) Menganalisis dampak kebijakan pengupahan pada pasar tenaga kerja, termasuk
pengaruhnya terhadap tingkat pengangguran, partisipasi tenaga kerja, dan tingkat
kegiatan ekonomi.
d) Menilai sejauh mana kebijakan pengupahan berhasil mencapai tujuannya, baik
dalam mengurangi kemiskinan maupun dalam meningkatkan kualitas hidup
pekerja.
D. DATA PENDUKUNG
Penetapan upah minimum sejak tahun 2006 di dasarkan pada kebutuhan hidup layak
(KHL) seorang pekerja lajang. Komponen Kebutuhan Hidup layak tersebut di atur
dalam Permenaker No Per-17/Men/2005 tentang komponen dan pentahapan
kebutuhan hidup layak. Berdasarkan Peraturan tersebut, Komponen KHL terdiri dari 7
kelompok kebutuhan dan 46 komponen dengan rincian sebagai berikut :
(1) Makanan dan minimum, terdiri dari 11 (sebelas) komponen
(2) Sandang terdiri dari 9 (sembilan) komponen
(3) Perumahan terdiri dari 19 (sembilan belas) komponen
(4) Pendidikan terdiri dari 1 (satu) komponen
(5) Kesehatan terdiri dari 3 (tiga) komponen
(6) Transportasi 1 (satu) komponen
(7) Rekreasi dan Tabungan 2 (dua) komponen
Dengan adanya perkembangan waktu, dan desakan yang kuat dari SB/SP menuntut
perbaikan upah minimum, pemerintah kemudian merevisi komponen KHL yang ada
dengan meluncurkan Permenakertrans No 13 Tahun 2012 tentang Komponen Dan
Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Dalam regulasi ini
komponen KHL terdiri dari 7 kelompok kebutuhan dan 60 komponen dengan rincian
sebagai berikut:
(1) Makanan dan minimum, terdiri dari 11 (sebelas) komponen
(2) Sandang terdiri dari 13 (tigabelas) komponen
(3) Perumahan terdiri dari 26 (duapuluh enam) komponen
(4) Pendidikan terdiri dari 2 (dua) komponen
(5) Kesehatan terdiri dari 5 (lima) komponen
(6) Transportasi 1 (satu) komponen
(7) Rekreasi dan Tabungan 2 (dua) komponen
a. homogenitas perusahaan
b. jumlah perusahaan
c. jumlah tenaga kerja
d. devisa yang dihasilkan
e. nilai tambah yang dihasilkan
f. kemampuan perusahaan
g. asosiasi perusahaan
h. serikat pekerja terkait
4) Apabila di sektor tersebut belum memiliki asosiasi perusahaan, maka perundingan dan
kesepakatan dilakukan oleh perusahaan di sektor/subsektor tersebut bersama APINDO
dengan Serikat Buruh/Serikat Pekerja di sektor yang sama.
6) Penetapan upah minimum sektoral propinsi (UMSP) harus lebih besar sekurang-kurangnya
5% dari upah minimum propinsi (UMP). Begitu juga penetapan upah minimum sektoral
kabupaten harus lebih besar sekurangkurangnya 5% dari dari upah minimum kabupaten
(UMK). Hal ini sebagai diatur dalam Permenakertrans No. 01 Tahun 1995 jo Kepmenakertrans
No. 226/MEN/2000.
Perhitungan kenaikan UMP 2023 diharapkan dapat menghadirkan jalan tengah bagi
pengusaha dan pekerja/buruh. Hal ini terlihat dari rata-rata kenaikan UMP mencapai 7,50%
di rentang alpha (tengah-tengah) yaitu di 0,20%.
Dalam UMP 2023 terbaru, DKI Jakarta menempati urutan pertama tertinggi yaitu
Rp.4.901.798 atau naik sebesar 5,6% dan urutan terendah ditempati oleh provinsi Jawa
Tengah dengan UMP Rp.1.958.670 atau naik sebesar 7,88%.
BAB II
PEMBAHASAN
Tiga jenis sistem diatas adalah jenis sistem yang sering digunakan oleh pengusaha di
indonesia. Namun tidak meutup kemungkinan ada perusahaan yang menerapkan
jenis system upah lainnyaseperti berdasarkan performa/prestasi karyawan,
banyaknya produksi, dan sebagainnya. Selaian itu adapun manfaat dari sistem upah
yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum karyawan dan keluarganya. Fungsi
dan manfaat system upah itu sendiri yaitu sebagai berikut:
Seorang karyawan dapat mengalami kenaikan atau penurunan upah saat bekerja. Hal
ini didasari beberapa faktor internal dan eksternal yaitu:
Tujuan pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan adalah sebagai salah satu upaya
mewujudkan hak pekerja untuk memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan (Pasal 88 ayat (1) dan (2) UU 13/2003 jp. UU 11/2020 dan pasal 2
ayat (1) PP 36/2021). Penetapan pengupahan juga bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas, serta mengupayakan pemerataan pendapatan dalam rangka menciptakan
keadilan sosial. Pemerintah juga bertujuan untuk melindungi pekerja/buruh dari kesewenang-
wenangan pengusaha/majikan dalam memberikan upah atau balas jasa. Pekerja menerima
upah dari pemberi kerja dan dilindungi undang-undang. Peran pemerintah dalam hal ini
adalah menetapkan kebijakan pengupahan yang bisa melindungi pekerja/buruh agar dapat
memenuhi kebutuhan hidup pekerja maupun keluarganya. Tujuan dari kebijakan pengupahan
adalah untuk menciptakan tingkat upah yang adil dan layak bagi pekerja, memastikan bahwa
pekerja dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, dan mengurangi ketidaksetaraan upah.
Keberhasilan kebijakan ini dapat dinilai melalui evaluasi tingkat upah aktual, tingkat
ketidaksetaraan upah, dan kemampuan pekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sejauh
mana kebijakan ini berhasil dapat bervariasi tergantung pada implementasi dan kondisi
ekonomi negara tertentu dan keberhasilan kebijakan pengupahan mencapai tujuan-tujuan ini
dapat bervariasi tergantung pada banyak faktor, termasuk desain kebijakan, implementasi,
dan kondisi ekonomi.
Pengaruh kebijakan pengupahan terhadap tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi dapat
kompleks. Jika kebijakan pengupahan diterapkan dengan peningkatan upah yang sejalan
dengan pertumbuhan produktivitas, maka dampak terhadap inflasi dapat terkendali. Namun,
jika kenaikan upah tidak sebanding dengan produktivitas, hal itu dapat meningkatkan inflasi.
Pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi juga tergantung pada berbagai faktor, termasuk
bagaimana kebijakan tersebut mempengaruhi konsumsi, investasi, dan pasar tenaga kerja
secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan semua faktor ini
dalam merancang kebijakan pengupahan.
Kebijakan pengupahan dapat memiliki dampak yang signifikan pada produktivitas, kualitas
hidup pekerja, dan stabilitas sosial. Peningkatan upah yang sebanding dengan
produktivitas dapat meningkatkan motivasi pekerja dan produktivitas secara keseluruhan.
Kualitas hidup pekerja juga dapat meningkat jika mereka dapat memenuhi kebutuhan
dasar dengan upah yang layak. Selain itu, kebijakan pengupahan yang baik dapat
membantu mengurangi ketegangan sosial dengan meminimalkan ketidaksetaraan upah
yang berlebihan dan mencegah konflik laboral. Namun, dampaknya juga bisa berbeda-
beda tergantung pada berbagai faktor termasuk keadaan ekonomi dan cara pelaksanaan
kebijakan oleh pemerintah dan perusahaan. Impaksi kebijakan pengupahan terhadap
produktivitas, kualitas hidup pekerja, dan stabilitas sosial dapat beragam tergantung pada
desain dan pelaksanaan kebijakan tersebut. Beberapa dampak umum dari kebijakan
pengupahan yaitu sebagai berikut :
1. Produktivitas:
• Positif: Peningkatan upah yang sebanding dengan produktivitas dapat
memberikan insentif kepada pekerja untuk bekerja lebih keras dan lebih
efisien, meningkatkan produktivitas perusahaan.
• Negatif: Jika kenaikan upah tidak diimbangi dengan peningkatan
produktivitas, perusahaan dapat menghadapi peningkatan biaya
tenaga kerja yang mungkin mengurangi investasi dan pertumbuhan.
3. Stabilitas Sosial:
• Positif: Kebijakan pengupahan yang adil dapat membantu
mengurangi ketidaksetaraan pendapatan dan ketegangan sosial
yang dapat muncul sebagai akibat dari kesenjangan ekonomi yang
besar
• Negatif: Jika kebijakan pengupahan tidak diterapkan dengan baik,
misalnya dengan adanya pekerjaan ilegal atau upah yang tidak
cukup tinggi, itu dapat menyebabkan ketidakpuasan sosial dan
ekonomi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam konteks nasional, Indonesia memiliki berbagai sistem upah yang digunakan oleh
pengusaha, dengan tujuan utama untuk memastikan pekerja mendapatkan upah yang adil
dan dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum mereka. Namun, pengaruh upah pada
pekerja dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk regulasi pemerintah, kemampuan
perusahaan, dan standar kebutuhan hidup.
EVALUASI
Makalah ini membahas berbagai aspek terkait sistem upah di Indonesia, termasuk jenis-
jenis sistem upah yang umum digunakan, manfaatnya, dan faktor-faktor yang memengaruhi
besaran upah. Makalah juga mengulas perkembangan kebijakan pengupahan di tingkat
nasional dan internasional, serta tujuan dari kebijakan tersebut.
Evaluasi perlu dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa kebijakan pengupahan
mencapai tujuannya tanpa mengganggu stabilitas ekonomi. Perubahan yang bijaksana
dalam desain kebijakan, pelaksanaan yang baik, dan keterlibatan berbagai pemangku
kepentingan dapat membantu mencapai keseimbangan yang diperlukan dalam upah yang
adil dan perlindungan pekerja.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.uir.ac.id/index.php/uirlawreview/article/download/152/256/
http://e-journal.uajy.ac.id/11570/1/JURNAL%20HK10788.pdf
https://www.hukumonline.com/berita/a/cek-daftar-lengkap-ump-2023-se-indonesia-
lt638dac3bcacb9/
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_dialogue/---
actrav/documents/meetingdocument/wcms_210427.pdf
http://digilib.unila.ac.id/2491/16/16.%20BAB%20II.pdf
https://www.online-pajak.com/seputar-pph21/sistem-upah