Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANALISIS KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN


PENGUPAHAN

DOSEN PENGAMPU :

NENDEN SUSILOWATI M.Pd.

DISUSUN OLEH :

NAMA : MEZALUNA WINDRY PUTRI

NIM : 23080130182

KELAS : A23

PRODI : AKUNTANSI – S1

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudul “Analisis Kebijakan
Ketenagakerjaan Pengupahan” sampai dengan selesai tepat waktu. Makalah disusun
untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Dasar-Dasar Ekonomika.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nenden Susilowati M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Ekonomika. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan
kepada pihak yang sudah memberi saran dan masukan, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Saya sebagai penulis dan penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Saya berharap semoga maklah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Yogyakarta, 7 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Situasi dan kondisi ketenagakerjaan baik sifat maupun dinamikanya semakin kompleks.
Sehingga upah masih menjadi persoalan utama diberbagai Negara berkembang salah
satunya adalah Indonesia. Keadaan pasar kerja yang dualistik dengan kelebihan
penawaran tenaga kerja, serta tidak seimbangnya pertumbuhan angkatan kerja dengan
peluang kerja yang tersedia. Di sisi lain, dengan mutu angkatan kerja yang rendah
menyebabkan upah menjadi issu yang tidak terselesaikan, dan selalu menjadi
pembicaraan utama dalam bidang ketenagakerjaan. Pengupahan merupakan masalah
yang sangat krusial dalam bidang ketenagakerjaan bahkan apabila tidak profesional
dalam menanganinya, tidak jarang akan menimbulkan perselisihan atau kesalahpahaman
dan bisa mendorong terjadinya mogok kerja ataupun unjuk rasa.

Penanganan pengupahan tidak hanya menyangkut aspek teknis dan aspek ekonomi saja,
tetapi juga aspek hukum yang menjadi dasar bagaimana hal-hal yang berkaitan dengan
pengupahan dilaksanakan dengan aman, benar dan pastinya adil berdasarkan regulasi
pemerintah., termasuk bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/ jasa
yang telah atau akan dilakukan. Pasal 88 Ayat (4) UU Ketenagakerjaan menyatakan
bahwa “Pemerintah menetapka upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi”.Kebijakan pengupahan pertama kali diatur pada tahun 1956,
sebagai bagian dari regulasi ketenagakerjaan. Tahun 1969 dibentuk Dewan Pengupahan
Nasional (Depnas), yang bertugas untuk meriset kebutuhan hidup tenaga kerja untuk
dijadikan rujukan penentu upah minimum. Dampak upah minimum terhadap pekerjaan
bergantung bergantung pada struktur pasar tenaga kerja dan tingkat penegaknya.

B. Rumusan Masalah
1. Sistem upah apa saja yang digunakan di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan kebijakan pengupahan dalam konteks nasional dan
internasional?
3. Apa tujuan dari kebijakan pengupahan, dan sejauh mana kebijakan ini berhasil
mencapai tujuan-tujuan tersebut?
4. Bagaimana pengaruh kebijakan pengupahan terhadap tingkat inflasi,, dan
pertumbuhan ekonomi di suatu Negara?
5. Bagaimana efektivitas kebijakan pengupahan dalam mengatasi masalah
ketidaksetaraan pendapatan dan kemiskinan?
6. Apa impaksi kebijakan pengupahan terhadap produktivitas, kualitas hidup pekerja, dan
stabilitas sosial?

C. TUJUAN
a) Untuk memberikan pemahaman mendalam tentang perkembangan kebijakan
pengupahan dari waktu ke waktu, termasuk perubahan signifikan dalam
pendekatan kebijakan.
b) Mengevaluasi tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijakan pengupahan,
seperti mengurangi kemiskinan, meningkatkan tingkat upah, dan mengatasi
ketidaksetaraan pendapatan.
c) Menganalisis dampak kebijakan pengupahan pada pasar tenaga kerja, termasuk
pengaruhnya terhadap tingkat pengangguran, partisipasi tenaga kerja, dan tingkat
kegiatan ekonomi.
d) Menilai sejauh mana kebijakan pengupahan berhasil mencapai tujuannya, baik
dalam mengurangi kemiskinan maupun dalam meningkatkan kualitas hidup
pekerja.

D. DATA PENDUKUNG
Penetapan upah minimum sejak tahun 2006 di dasarkan pada kebutuhan hidup layak
(KHL) seorang pekerja lajang. Komponen Kebutuhan Hidup layak tersebut di atur
dalam Permenaker No Per-17/Men/2005 tentang komponen dan pentahapan
kebutuhan hidup layak. Berdasarkan Peraturan tersebut, Komponen KHL terdiri dari 7
kelompok kebutuhan dan 46 komponen dengan rincian sebagai berikut :
(1) Makanan dan minimum, terdiri dari 11 (sebelas) komponen
(2) Sandang terdiri dari 9 (sembilan) komponen
(3) Perumahan terdiri dari 19 (sembilan belas) komponen
(4) Pendidikan terdiri dari 1 (satu) komponen
(5) Kesehatan terdiri dari 3 (tiga) komponen
(6) Transportasi 1 (satu) komponen
(7) Rekreasi dan Tabungan 2 (dua) komponen
Dengan adanya perkembangan waktu, dan desakan yang kuat dari SB/SP menuntut
perbaikan upah minimum, pemerintah kemudian merevisi komponen KHL yang ada
dengan meluncurkan Permenakertrans No 13 Tahun 2012 tentang Komponen Dan
Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Dalam regulasi ini
komponen KHL terdiri dari 7 kelompok kebutuhan dan 60 komponen dengan rincian
sebagai berikut:
(1) Makanan dan minimum, terdiri dari 11 (sebelas) komponen
(2) Sandang terdiri dari 13 (tigabelas) komponen
(3) Perumahan terdiri dari 26 (duapuluh enam) komponen
(4) Pendidikan terdiri dari 2 (dua) komponen
(5) Kesehatan terdiri dari 5 (lima) komponen
(6) Transportasi 1 (satu) komponen
(7) Rekreasi dan Tabungan 2 (dua) komponen

MEKANISME PENETAPAN UPAH MINIMUM

Mekanisme penetapan Upah Minimum Sektoral adalah sebagai berikut:

1) Dewan pengupahan Propinsi dan atau dewan pengupahan Kabupaten/kota melakukan


penelitian serta menghimpun data dan informasi mengenai:

a. homogenitas perusahaan
b. jumlah perusahaan
c. jumlah tenaga kerja
d. devisa yang dihasilkan
e. nilai tambah yang dihasilkan
f. kemampuan perusahaan
g. asosiasi perusahaan
h. serikat pekerja terkait

2) Selanjutnya Dewan pengupahan menentukan sektor dan sub-sektor unggulan yang


selanjutnya di sampaikan kepada masing-masing asosiasi perusahaan dan serikat pekerja.

3) Setelah dewan pengupahan menetapkan sektor/sub-sektor yang memenuhi syarat dan


mampu, maka hasil penetapan di sampaikan kepada asosisasi perusahaan dan serikat
buruh/serikat pekerja di sektor tersebut untuk melakukan perundingan menetapkan upah
minimum di sektor yang bersangkutan.

4) Apabila di sektor tersebut belum memiliki asosiasi perusahaan, maka perundingan dan
kesepakatan dilakukan oleh perusahaan di sektor/subsektor tersebut bersama APINDO
dengan Serikat Buruh/Serikat Pekerja di sektor yang sama.

5) Hasil kesepakatan antara asosiasi perusahaan dengan serikat buruh kemudian di


sampaikan kepada Dewan Pengupahan yang selanjutnya menyampaikan usulan penetapan
upah minimum sektoral tersebut kepada Gubernur untuk ditetapkan sebagai Upah Minimum
Sektoral.

6) Penetapan upah minimum sektoral propinsi (UMSP) harus lebih besar sekurang-kurangnya
5% dari upah minimum propinsi (UMP). Begitu juga penetapan upah minimum sektoral
kabupaten harus lebih besar sekurangkurangnya 5% dari dari upah minimum kabupaten
(UMK). Hal ini sebagai diatur dalam Permenakertrans No. 01 Tahun 1995 jo Kepmenakertrans
No. 226/MEN/2000.
Perhitungan kenaikan UMP 2023 diharapkan dapat menghadirkan jalan tengah bagi
pengusaha dan pekerja/buruh. Hal ini terlihat dari rata-rata kenaikan UMP mencapai 7,50%
di rentang alpha (tengah-tengah) yaitu di 0,20%.

Dalam UMP 2023 terbaru, DKI Jakarta menempati urutan pertama tertinggi yaitu
Rp.4.901.798 atau naik sebesar 5,6% dan urutan terendah ditempati oleh provinsi Jawa
Tengah dengan UMP Rp.1.958.670 atau naik sebesar 7,88%.
BAB II

PEMBAHASAN

Sistem upah yang digunakan di Indonesia

Di Indonesia pelaksanaan pengupahan menggunakan 3 jenis sistem upah yang umum


digunakan oleh pengusaha atau pemberi kerja, di antaranya yaitu :

1. Sistem upah berdasarkan satuan waktu


2. Sistem upah borongan
3. Sistem upah hasil

Tiga jenis sistem diatas adalah jenis sistem yang sering digunakan oleh pengusaha di
indonesia. Namun tidak meutup kemungkinan ada perusahaan yang menerapkan
jenis system upah lainnyaseperti berdasarkan performa/prestasi karyawan,
banyaknya produksi, dan sebagainnya. Selaian itu adapun manfaat dari sistem upah
yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum karyawan dan keluarganya. Fungsi
dan manfaat system upah itu sendiri yaitu sebagai berikut:

a. Melindungi karyawan dari kesewenang-wenangan pemberi kerja


dalam pemberian upah.
b. Menjamin kehidupan yang layak nagi pekerja dan keluarganya
c. Menyediakan uang insentif untuk mendorong peningkatan produksi
kerja

Seorang karyawan dapat mengalami kenaikan atau penurunan upah saat bekerja. Hal
ini didasari beberapa faktor internal dan eksternal yaitu:

• Regulasi pemerintah yang berlaku dan mengatur upah minimum di


Negara tersebut
• Kemampuan perusahaan dalam membayar upah karyawan
• Standar kebutuhan hidup pekerja yang dikeluarkan oleh lembaga
berwenang pada Negara tersebut. Di Indonesia, dilakukan secara
survei oleh Dewan Pengupahan Nasional
• Kompensasi rata-rata di pacsaran terhadapsuatu jabatan
• Tingkat jabatan dan tanggung jawab yang diemban karyawan.
• Peran serikat pekerja di suatu Negara
• Masa kerja karyawan di suatu perusahaan
Secara garis besar, pemerintah berupaya menetapkan kebijakan pengupahan agar
pekerja di Indonesia mendapatkan hak pekerjanya serta dapat memenuhi kebutuhan
hidup yang layak bagi kemanusiaan. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 dan PP 36 Tahun 2021. Berikut ini adalah contoh kebijakan pengupahan
yang ada di Indonesia:

• Pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan sebagai salah satu


upaya mewujudkan hak pekerja untuk memperoleh penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
• Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama dalam
penerapan sistem pengupahan tanpa diskriminasi.
• Setiap pekerja berhak memperoleh Upah yang sama untuk pekerjaan
yang sama nilainya.

Perkembangan kebijakan pengupahan dalam konteks nasional dan internasional

Perkembangan kebijakan pengupahan dalam konteks nasional dan internasional dapat


bervariasi tergantung pada waktu dan negara tertentu. Di tingkat nasional, kebijakan
pengupahan dapat mengalami perubahan seiring waktu sebagai respons terhadap
perkembangan ekonomi, sosial, dan politik. Ini termasuk peningkatan atau penurunan upah
minimum, perubahan dalam metode perhitungan upah, dan inisiatif perlindungan pekerja.

Di tingkat internasional, ada upaya untuk menetapkan standar pengupahan minimum di


berbagai sektor industri melalui organisasi internasional seperti International Labour
Organization (ILO). Kebijakan ini mencoba untuk mempromosikan upah yang adil dan layak
di seluruh dunia.

Selain itu, perdagangan internasional dan globalisasi juga memengaruhi kebijakan


pengupahan, karena kompetisi global dapat memengaruhi tingkat upah di berbagai negara.
Perkembangan kebijakan pengupahan di tingkat nasional dan internasional selalu menjadi
topik penting dalam diskusi ekonomi dan kebijakan sosial. Informasi terbaru tentang
perkembangan tersebut dapat ditemukan melalui sumber berita terkini atau lembaga
pemerintah terkait.

Perkembangan kebijakan pengupahan dapat berbeda-beda dalam konteks nasional dan


internasional, tetapi ada beberapa tren dan perkembangan umum yang dapat diidentifikasi:

1. Perkembangan Kebijakan Pengupahan di Tingkat Nasional:


• Peningkatan Upah Minimum: Banyak negara telah meningkatkan upah
minimum secara berkala untuk menciptakan tingkat upah yang lebih
layak bagi pekerja. Ini sering kali dilakukan untuk mengatasi masalah
kemiskinan dan ketidaksetaraan pendapatan.
2. Inflasi Terkendali:
• Peningkatan upah minimum sering kali memicu perdebatan. Negara-
negara berusaha mencari keseimbangan antara meningkatkan upah
dan menjaga stabilitas harga.
3. Perluasan Cakupan Kebijakan:
• Beberapa negara telah memperluas cakupan kebijakan pengupahan
untuk melibatkan sektor-sektor yang sebelumnya tidak diatur, seperti
pekerja migran atau pekerja berstatus kontrak.
4. Negosiasi Upah:
• Di negara-negara dengan sistem upah yang lebih terdesentralisasi,
sering terjadi negosiasi upah antara perusahaan dan serikat pekerja.
Pemerintah biasanya memainkan peran pengawas dan mediator dalam
proses ini.
5. Perkembangan Kebijakan Pengupahan di Tingkat Internasional:
• Organisasi seperti International Labour Organization (ILO) telah
mengembangkan standar internasional terkait upah dan perlindungan
pekerja. Meskipun ini tidak mengikat secara hukum, mereka
memberikan kerangka kerja untuk negara-negara dalam merancang
kebijakan mereka.
6. Upah Minimum Global:
• Terdapat diskusi internasional tentang potensi pembentukan upah
minimum global, yang akan memastikan bahwa pekerja di seluruh
dunia menerima tingkat upah minimum yang layak. Namun, hal ini
masih dalam tahap pembicaraan dan perdebatan.

Tujuan Kebijakan Pengupahan, sejauh mana kebijakan ini berhasil

Tujuan pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan adalah sebagai salah satu upaya
mewujudkan hak pekerja untuk memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan (Pasal 88 ayat (1) dan (2) UU 13/2003 jp. UU 11/2020 dan pasal 2
ayat (1) PP 36/2021). Penetapan pengupahan juga bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas, serta mengupayakan pemerataan pendapatan dalam rangka menciptakan
keadilan sosial. Pemerintah juga bertujuan untuk melindungi pekerja/buruh dari kesewenang-
wenangan pengusaha/majikan dalam memberikan upah atau balas jasa. Pekerja menerima
upah dari pemberi kerja dan dilindungi undang-undang. Peran pemerintah dalam hal ini
adalah menetapkan kebijakan pengupahan yang bisa melindungi pekerja/buruh agar dapat
memenuhi kebutuhan hidup pekerja maupun keluarganya. Tujuan dari kebijakan pengupahan
adalah untuk menciptakan tingkat upah yang adil dan layak bagi pekerja, memastikan bahwa
pekerja dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, dan mengurangi ketidaksetaraan upah.
Keberhasilan kebijakan ini dapat dinilai melalui evaluasi tingkat upah aktual, tingkat
ketidaksetaraan upah, dan kemampuan pekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sejauh
mana kebijakan ini berhasil dapat bervariasi tergantung pada implementasi dan kondisi
ekonomi negara tertentu dan keberhasilan kebijakan pengupahan mencapai tujuan-tujuan ini
dapat bervariasi tergantung pada banyak faktor, termasuk desain kebijakan, implementasi,
dan kondisi ekonomi.

Pengaruh Kebijakan Pengupahan Terhadap Tingkat Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi


di Suatu Negara

Pengaruh kebijakan pengupahan terhadap tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi dapat
kompleks. Jika kebijakan pengupahan diterapkan dengan peningkatan upah yang sejalan
dengan pertumbuhan produktivitas, maka dampak terhadap inflasi dapat terkendali. Namun,
jika kenaikan upah tidak sebanding dengan produktivitas, hal itu dapat meningkatkan inflasi.
Pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi juga tergantung pada berbagai faktor, termasuk
bagaimana kebijakan tersebut mempengaruhi konsumsi, investasi, dan pasar tenaga kerja
secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan semua faktor ini
dalam merancang kebijakan pengupahan.

efektivitas kebijakan pengupahan dalam mengatasi masalah ketidaksetaraan


pendapatan dan kemiskinan

Efektivitas kebijakan pengupahan dalam mengatasi masalah ketidaksetaraan pendapatan


dan kemiskinan dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk desain kebijakan,
implementasi, dan kondisi ekonomi negara tersebut. Berikut adalah beberapa cara kebijakan
pengupahan dapat memengaruhi masalah ketidaksetaraan pendapatan dan kemiskinan:

• Kenaikan Upah Minimum: Jika kebijakan pengupahan menghasilkan kenaikan upah


minimum yang signifikan bagi pekerja dengan gaji rendah, ini dapat membantu
mengurangi ketidaksetaraan pendapatan dengan mendekatkan perbedaan upah
antara pekerja dengan pendapatan tinggi dan rendah.
• Proteksi Pekerja Rentan: Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja rentan,
seperti pekerja berpenghasilan rendah, pekerja migran, atau pekerja kontrak, dapat
membantu mengurangi risiko kemiskinan di kalangan kelompok ini.
• Pemantauan dan Penegakan: Penting untuk memastikan kebijakan pengupahan
diterapkan dengan baik dan secara adil oleh perusahaan. Pemantauan dan
penegakan yang kuat dapat membantu mencegah pelanggaran dan memastikan
pekerja benar-benar mendapatkan manfaatnya.
• Dampak Ekonomi Secara Keseluruhan: Kebijakan pengupahan juga harus
mempertimbangkan dampaknya terhadap ekonomi secara keseluruhan. Jika kenaikan
upah yang terlalu besar menyebabkan inflasi atau pengurangan lapangan kerja, maka
itu dapat memiliki dampak negatif pada kemiskinan dan stabilitas ekonomi.
• Pelatihan dan Pendidikan: Selain hanya kenaikan upah, kebijakan yang mendukung
pelatihan dan pendidikan bagi pekerja juga dapat membantu mengatasi masalah
kemiskinan jangka panjang dengan meningkatkan kemampuan pekerja untuk
memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan berpenghasilan lebih tinggi.

Efektivitas kebijakan pengupahan dalam mengatasi masalah ketidaksetaraan pendapatan


dan kemiskinan dapat bervariasi tergantung pada konteks ekonomi dan implementasinya.
Oleh karena itu, penting untuk merancang kebijakan dengan bijak, memantau dampaknya
secara berkala, dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

impaksi kebijakan pengupahan terhadap produktivitas, kualitas hidup pekerja, dan


stabilitas sosial

Kebijakan pengupahan dapat memiliki dampak yang signifikan pada produktivitas, kualitas
hidup pekerja, dan stabilitas sosial. Peningkatan upah yang sebanding dengan
produktivitas dapat meningkatkan motivasi pekerja dan produktivitas secara keseluruhan.
Kualitas hidup pekerja juga dapat meningkat jika mereka dapat memenuhi kebutuhan
dasar dengan upah yang layak. Selain itu, kebijakan pengupahan yang baik dapat
membantu mengurangi ketegangan sosial dengan meminimalkan ketidaksetaraan upah
yang berlebihan dan mencegah konflik laboral. Namun, dampaknya juga bisa berbeda-
beda tergantung pada berbagai faktor termasuk keadaan ekonomi dan cara pelaksanaan
kebijakan oleh pemerintah dan perusahaan. Impaksi kebijakan pengupahan terhadap
produktivitas, kualitas hidup pekerja, dan stabilitas sosial dapat beragam tergantung pada
desain dan pelaksanaan kebijakan tersebut. Beberapa dampak umum dari kebijakan
pengupahan yaitu sebagai berikut :

1. Produktivitas:
• Positif: Peningkatan upah yang sebanding dengan produktivitas dapat
memberikan insentif kepada pekerja untuk bekerja lebih keras dan lebih
efisien, meningkatkan produktivitas perusahaan.
• Negatif: Jika kenaikan upah tidak diimbangi dengan peningkatan
produktivitas, perusahaan dapat menghadapi peningkatan biaya
tenaga kerja yang mungkin mengurangi investasi dan pertumbuhan.

2. Kualitas Hidup Pekerja:


• Positif: Upah yang lebih tinggi dapat meningkatkan kualitas hidup
pekerja dengan memungkinkan mereka memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan, perumahan, dan pendidikan.
• Negatif: Jika upah tidak mencukupi untuk mengimbangi biaya hidup
yang meningkat, pekerja mungkin masih berjuang untuk memenuhi
kebutuhan mereka.

3. Stabilitas Sosial:
• Positif: Kebijakan pengupahan yang adil dapat membantu
mengurangi ketidaksetaraan pendapatan dan ketegangan sosial
yang dapat muncul sebagai akibat dari kesenjangan ekonomi yang
besar
• Negatif: Jika kebijakan pengupahan tidak diterapkan dengan baik,
misalnya dengan adanya pekerjaan ilegal atau upah yang tidak
cukup tinggi, itu dapat menyebabkan ketidakpuasan sosial dan
ekonomi.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pembahasan mengenai sistem upah di Indonesia, tujuan kebijakan pengupahan,


pengaruhnya terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi, efektivitas dalam mengatasi
ketidaksetaraan pendapatan dan kemiskinan, serta dampaknya pada produktivitas, kualitas
hidup pekerja, dan stabilitas sosial menggambarkan kompleksitas isu-isu terkait upah dan
perlindungan pekerja.

Dalam konteks nasional, Indonesia memiliki berbagai sistem upah yang digunakan oleh
pengusaha, dengan tujuan utama untuk memastikan pekerja mendapatkan upah yang adil
dan dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum mereka. Namun, pengaruh upah pada
pekerja dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk regulasi pemerintah, kemampuan
perusahaan, dan standar kebutuhan hidup.

Perkembangan kebijakan pengupahan di tingkat nasional dan internasional mencerminkan


upaya untuk meningkatkan kondisi pekerja, mengurangi ketidaksetaraan, dan
mempromosikan upah yang adil di seluruh dunia. Banyak negara telah meningkatkan upah
minimum, meskipun ada tantangan dalam menjaga stabilitas harga. Di tingkat internasional,
ada upaya untuk menetapkan standar pengupahan minimum global.

Namun, kebijakan pengupahan bukan tanpa kontroversi. Efektivitasnya dalam mengatasi


ketidaksetaraan pendapatan dan kemiskinan dapat bervariasi, tergantung pada
implementasi dan kondisi ekonomi. Dampaknya pada produktivitas, kualitas hidup pekerja,
dan stabilitas sosial juga kompleks, dengan potensi dampak positif dan negatif.

EVALUASI

Makalah ini membahas berbagai aspek terkait sistem upah di Indonesia, termasuk jenis-
jenis sistem upah yang umum digunakan, manfaatnya, dan faktor-faktor yang memengaruhi
besaran upah. Makalah juga mengulas perkembangan kebijakan pengupahan di tingkat
nasional dan internasional, serta tujuan dari kebijakan tersebut.

Evaluasi perlu dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa kebijakan pengupahan
mencapai tujuannya tanpa mengganggu stabilitas ekonomi. Perubahan yang bijaksana
dalam desain kebijakan, pelaksanaan yang baik, dan keterlibatan berbagai pemangku
kepentingan dapat membantu mencapai keseimbangan yang diperlukan dalam upah yang
adil dan perlindungan pekerja.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

https://journal.uir.ac.id/index.php/uirlawreview/article/download/152/256/

http://e-journal.uajy.ac.id/11570/1/JURNAL%20HK10788.pdf

https://www.hukumonline.com/berita/a/cek-daftar-lengkap-ump-2023-se-indonesia-
lt638dac3bcacb9/

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_dialogue/---
actrav/documents/meetingdocument/wcms_210427.pdf

http://digilib.unila.ac.id/2491/16/16.%20BAB%20II.pdf

https://www.online-pajak.com/seputar-pph21/sistem-upah

Anda mungkin juga menyukai