Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUKUM KETENAGAKERJAAN

“MASALAH KETENAGAKERJAAN ”

Di Susun dan dipersiapkan untuk memenuhi tugas pembelajaran Hukum


Ketenagakerjaan

Dosen Pengampu : MOCHAMMAD ZAMRONI,SH,MH

Disusun oleh :

1. Yuyun Ayunda (20059)

2.

YAYASAN AMAK FADHOLI

STIH JENDERAL SUDIRMAN LUMAJANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
telah diberikan oleh Bapak dosen Bapak Mochammad Zamroni SH,.MH. selaku
dosen pengampu pada mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak dosen dan kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara moral maupun materi, penulisan makalah ini ditulis
berdasarkan referensi dari Buku maupun media massa..

Penulis menyadari, bahwa makalah yang penulis buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi materi, penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan dan perbaikan untuk makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca
maupun penulis dan bisa bermanfaat untuk peningkatan ilmu pengetahuan
kedepannya Amin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Lumajang, 06 Oktober 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan.................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Tenaga Kerja................................................................ 4
B. Kondisi Tenaga Kerja............................................................... 5
C. Evaluasi Program dan Kebijakan Tenaga Kerja....................... 6
D. Strategi Dalam Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja............. 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................... 11

B. Saran.......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 12
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masalah pengangguran dan ketenagakerjaan sampai saat ini masih menjadi


perhatian utama disetiap negara di dunia khususnya dinegara yang sedang
berkembang. Kedua masalah tersebut merupakan satu kesatuan yang keduanya
menciptakan dualisme permasalahan yang saling bertentangan antar satu
dengan yang lainnya. Dualisme tersebut terjadi jika pemenntah tidak mampu
dalam memanfaatkan dan miminimalkan dampak yang diakibatkan dari dua
persalahan tersebut dengan baik. Namun jika pemerintah mampu
memanfaatkan kelebihan tenaga kerja yang ada maka dualisme permasalahan
tidak akan terjadi bahkan memberikan dampak yang positif dalam percepatan
pembangunan. Demikian sebaliknya jika pemerintah tidak mampu
memanfaatkan maka akan menciptakan dampak negatif yaitu mengganggu
pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari sudut pandang positif tenaga kerja
merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting dalam mendorong
pertumbuhan dan kemajuan ekonomi suatu negara. Namun dari sudut pandang
yang lain meningkatnya tenaga kerja justru sering kali menjadi persoalan
ekonomi yang sulit untuk diselesaikan olch pemerintah. Sebagai akibat dan
kurangnya pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan sebagai dampak
dari meningkatnya jumlah penduduk yang ada, sehingga tenaga kerja yang ada
tidak terserap secara penuh, konsekuensinya terciptalah pengangguran.
Berdasarkan data yang dirilis (World Bank, 2013), disebutkan bahwa jumlah
angkatan kerja atau tenaga kerja diIndonesia merupakan yang terbesar keempat
didunia. Artinya jumlah angkatan kerja di Indonesia mengalami peningkatan
yang cukup tinggi sciring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Berdasarkan data dan BPS (2014) angkatan kerja Indonesia berjumlah
122.742.601 jiwa, dan mengalami peningkatan menjadi 125.316.991 jiwa pada
tahun 2014. Dalam hal ini pemanfaatan tenaga kerja secara maksimal wajib
dilakukan oleh pemerintah, jika pemerintah ingin survive dalam pembangunan,
jika tidak perlahan tapi pasti bertambahnya jumlah angkatan kerja yang tdak

3
terserap (pengangguran) akan menjadi beban dan penghambat dalam dalam
perckonomian dan pada akhirnya menjadi masalah. Selain menjadi beban dan
penghambat dalam pertumbuhan perekonomian suatu ncgara, pengangguran
juga digunakan menjadi salah satu indikator dari pasar tenaga kerja yang ada.
Rendahnya pengangguran sering dianggap menjadi suatu prestasi dalam suatu
negara demikian juga sebaliknya. Namun pada kenyataannya belum
mencerminkan masalah ketenagakerjaan yang sebenarnya. Konsep
pengangguran disini diartikan sebagai penduduk yang memasuki usia kerja
(15-65 tahun) yang sedang mencari kerja, mempersiapkan usaha, putus asa dan
sudah punya pekerjaan tapi belum memulai bekerja. Secara umum upaya
pemerintah dalam mengatasi pengangguran yang terjadi di negeri ini cukup
berhasil, khususnya dalam menyediakan lapangan kerja meskipun tidak semua
mampu terserap. Berdasarkan data dari BPS RI dalam 10 tahun terakhir trend
penurunan tingkat pengangguran di Indonesia cukup tinggi, yang mana pada
tahun 2005 pengangguran di Indonesia sebesar 10.3 persen (dari total jumlah
usia kerja) ada mengalami pemenurunan menjadi 7.0 persen (dari total jumlah
usia kerja) pada tahun 2015. Namun dalam perjalananya ada beberapa
permasalahan yang menyebabkan masih belum maksimalnya penyerapan
tenaga kerja yang terjadi tersedianya lapangan pekerjaan tersebut. Dikutip dari
laporan doing bisnis di Indonesia, World Bank dan IFC (2012) menyatakan
bahwa terdapat beberapa faktor utama yang menjadi hambatan penyerapan
tenaga kerja di Indonesia. yaitu kurangnya tenaga kerja terdidik, intrastruktur
yang buruk dan kerangka kebijakan yang berbelit-belit. Hal tersebut juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purna dkk (2010) rendahnya
penyerapan tenaga kerja terjadi karena Link and Match (keterkaitan dan
kecocokan) antara dunia pendidikan dan dunia usaha belum berjalan dengan
baik dan masih banyak permasalahan-permasalahan yang lainnya. Dengan
mengacu pada permasalahan ketenagakerjaan dan pengangguran tersebut, maka
perlu dilakukan pembahasan mengenai permasalahan yang menjadi
penghambat dalam menciptakan lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja. dan
pengangguran dalam upaya meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan
ekonomi negara ini.

4
B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan


beberapa masalah yang selanjutnya dirumuskan sebagai berikut:
1. Seperti Apa Konsep Tenaga Kerja di Indonesia?
2. Bagaimana Kondisi Tenaga Kerja di Indonesia?
3. Bagaimana Evaluasi Program dan Kebijakan Tenaga Kerja?
4. Bagaimana Strategi Dalam Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja?
C. Tujuan
1. Memahami serta menjelaskan pengertian Hukum Perbankan menurut
Undang-Undang yang berlaku di indonesia
2. Menjelaskan kepada para mahasiswa tentang poin dasar dalam
mempelajari Hukum Perbankan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Tenaga Kerja di Indonesia

Konsep Tenaga kerja sendiri diartikan sebagai penduduk dalam usia kerja
yang siap melakukan pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Menurut UUNo.13
tahun 2003, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun orang lain atau masyarakat. Dalam permasalahan ini
tenaga kerja dikelompokkan menjadi :

1. Tenaga Kerja Terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan jenjang


pendidikan yang tinggi. Misalnya dokter, guru, insinyur dsb.

5
2. Tenaga Kerja Terlatih adalah tenaga kerja yang memerlukan pelatihan dan
pengalaman. Misalnya sopir, montir dsb.

3. Tenaga Kerja tidak Terdidik dan Terlatih adalah tenaga kerja yang dalam
pekerjaannya tidak memerlukan pendidikan ataupun pelatihan terlebih
dahulu. Misalnya tukag sapu, tukang sampah dsb.

Sementara bekerja diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh


seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan
atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.
Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu
dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Berdasarkan definisi yang ada bekerja dapat
dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu:

1. bekerja secara optimal baik dari segi upah dan maupun jam kerja,

2. bekerja paruh waktu secara sukarela,

3. bekerja tetapi disertai ketidaksesuaian antara pendidikan dan pekerjaan


yang ditekuni dan bekerja paruh waktu secara sukarela,

4. bekerja tetapi disertai dengan ketidaksesuaian antara latar belakang


pendidikan dengan pekerjaan yang ditekuni.

Selanjutnya, untuk mengukur persentase penduduk usia kerja yang aktif secara
ekonomi maka digunakan konsep Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) didefinisikan sebagai persentase
jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun keatas dalam
suatu wilayah. Sedangkan Pengangguran diartikan sebagai angkatan kerja yang belum dan sedang mencari pekerjaan.

Pengangguran terjadi karena jumlah penawaran tenaga kerja lebih besar daripada permintaan tenaga kerja. Dengan kata lain, terjadinya

surplus penawaran tenaga kerja dipasar tenaga kerja. Ketidakseimbangan dan ketidakcocokan antara permintaan lapangan kerja dengan

penawaran lapangan kerja inilah yang menciptakan pengangguran.

6
B. Kondisi Tenaga Kerja di Indonesia

Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip


kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun
dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak. 

Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas


bank umum dan BPR. Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah tidak
dapat menerima simpanan berupa giro dan tidak dapat turut serta dalam lalu
lintas pembayaran, tidak dapat melakukan kegiatan bisnis dalam valas dan
jangkauan kegiatan operasional yang terbatas.

Tujuan perbankan Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-


Undang Perbankan adalah menunjang pelaksanaan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional
kearah peningkatan kesejahteraan rakyat.

Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan


penyalur dana masyarakat. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, & stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat.1

1
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1992/7tahun~1992uu.htm

7
C. Evaluasi Program dan Kebijakan Tenaga Kerja

Untuk Mempelajari norma hukum, maka kita harus mengetahui asas-asas


hukum yang menyertainya. Karna norma hukum itu lahir tidak dengan sendiri.
Norma hukum lahir dilatarbelakangi oleh dasar-dasar yuridis filosofi tertentu.
Asas hukum ini sebagai suatu sarana yang membuat hukum itu hidup, tumbuh
dan berkembang berikut beberapa asas asas perbankan yang dapat kita
jabarkan.

1. Asas Demokrasi Ekonomi

Asas demokrasi ekonomi ditegaskan dalam Pasal 2 Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 1992 setelah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan. Bahwa perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati-hatian. Ini berarti fungsi dan usaha perbankan diarahkan
untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam demokrasi
ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.2

2. Asas Kehati – hatian (Prudential Principle)

Ketentuan Pasal 2 UU No.10/1998 juga mengatur bahwa asas


demokrasi ekonomi sebagaimana diuraikan sebelumnya dilakukan dengan
menggunakan prinsip kehati – hatian. Adapun mengenai prinsip kehati –
hatian tersebut tidak ada penjelasan secara resmi, tetapi kita dapat
mengemukakan bahwa bank dan orang – orang yang terlibat di dalamnya,
terutama dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya
wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing – masing secara cermat,
teliti, dan profesional, sehingga memperoleh kepercayaan masyarakat.
Tujuan dilakukannya prinsip kehati – hatian ini adalah agar bank selalu
dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik dan memenuhi
seluruh ketentuan dan norma hukum yang berlaku di dunia perbankan secara

2
http://blog.ub.ac.id/bellashapira/aplikom/asas-asas-hukum-perbankan/

8
konsisten dengan didasari oleh itikad baik. Prinsip kehati – hatian ini
tercermin dalam pasal 2 dan pasal 29 ayat (2) Undang – undang Perbankan.3

3. Asas Kepercayaan (Fiduciary Principle)

Asas kepercayaan (Fiduciary Principle) adalah suatu asas yang


melandasi hubungan antara bank dan nasabah bank. Asas kepercayaan
adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh
hubungan kepercayaan antara bank dan nasabah. Bank terutama bekerja
dengan dana dari masyarakat yang disimpan padanya atas dasar
kepercayaan, sehingga setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dengan
tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat padanya.
Kemauan masyarakat untuk menyimpan sebagian uangnya di bank, semata –
mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperolehnya
kembali pada waktu yang diinginkan atau sesuai dengan yang diperjanjikan
dan disertai engan imbalan12 Asas kepercayaan (Fiduciary Principle) ini
tercermin dalam pasal 29 ayat (4) UU No.10/1998, yaitu: “Untuk
kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai
kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi
nasabah yang dilakukan melalui bank”.4

4. Asas Kerahasiaan (Confidential Principle)

Asas Kerahasiaan (Confidential Principle) adalah asas yang


mengharuskan atau mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan keuangan dan lain – lain dari nasabah bank menurut
kelaziman dunia perbankan (Wajib) dirahasiakan kerahasiaan tersebut
adalah : untuk kepentingan bank sendiri karena bank memerlukan
kepercayaan masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Asas
kerahasiaan (onfidential Principle) tercermin dalam Pasal 1 angka 28 dan
Pasal 40 sampai dengan pasal 44A UU No.10/1998. Menurut Pasal 40 UU
No.10/1998, bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya. Namun dalam ketenuan tersebut kewajiban
3
Ibid
4
Ibid

9
merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian. Kewajiban merahasiakan itu
dikecualikan dalam hal – hal untuk kepentingan pajak, penyelesaian utang
piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara / Panitia Urusan Piutang Negara (UPLN/PUPN), untuk
kepentingan pengadilan perkara pidana, dalam perkara perdata antara bank
dengan nasabah, dan dalam rangka tukar menukar informasi antar bank yang
kesemuanya itu atas permintaan, persetujuan/kuasa dari nasabah
penyimpan/ahli warisnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 41, 41A, 42,
43, 44, dan 44 A UU No.10/1998.5

5. Asas Mengenal nasabah (Know Your Customer Principle)

Asas mengenal nasabah (Know Your Customer Principle) adalah asas


yang diterapkan oleh bank untuk mengenal dan mengetahui nasabah,
memanytau kegiatan transaksi termasuk melaporkan setiap transaksi yang
mencurigakan. Asas ini tercermin dalam Peraturan Bank Indonesia No.
3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip mengenal Nasabah. Tujuan yang
hendak dicapai dalam penerapan prinsip mengenal nasabah adalah
meningkatkan peran lembaga keuangan denagan berbagai kebijakan dalam
menunjang praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan
lembaga keuangan dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas illegal
yang dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga
keuangan.6

5
Ibid
6
Ibid

10
D. Strategi Dalam Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja

Bank berdasarkan fungsinya: 


 Bank Sentral: Bank yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter
dalam negeri untuk menjaga stabilitas harga dan nilai mata uang negara.
Bank sentral juga mempunyai tanggung jawab dalam hal mengatur serta
mengawasi perbankan lain agar bisa membatasi adanya risiko serta biaya
krisis sistemik. Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia.7
 Bank Umum: Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum
adalah bank yang paling sering kita gunakan untuk menabung. 8
 Bank Perkreditan Rakyat: Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Singkatnya, BPR tidak menerima simpanan berupa giro, kegiatan valas,
dan perasuransian. 9
Bank berdasarkan kepemilikannya: 
 Bank Pemerintah: Bank yang seluruh atau sebagian besar
kepemilikannya dimiliki pemerintah dan biasanya disebut sebagai Bank
BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Contoh bank pemerintah yaitu,
Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. Selain pemerintah pusat, pemerintah
daerah juga bisa memiliki bank pemerintah daerah. Contoh bank
pemerintah daerah yaitu, Bank Jatim, Bank NTB, dan lain-lain. 10
 Bank Swasta Nasional: Bank yang sebagian besar kepemilikannya
dimiliki pihak swasta atau pengusaha asal Indonesia. Contohnya seperti
BCA, Bank Maspion, Bank Ganesha, dan masih banyak lagi.11

7
https://kumparan.com/kabar-harian/5-jenis-bank-berdasarkan-fungsinya-di-indonesia-
1x76samu3cR/full
8
Ibid
9
Ibid
10
https://kumparan.com/kabar-harian/5-jenis-bank-berdasarkan-kepemilikannya-
1x774wa2Xw9/2
11
Ibid

11
 Bank Asing: Bank yang kepemilikannya dipegang oleh pihak asing dan
memiliki cabang pada suatu negara di luar negara asalnya. Contoh bank
asing yang ada di Indonesia seperti ICBC Indonesia, HSBC, Bank of
America, Standard Chartered, dan sebagainya. 12
 Bank Campuran: Bank yang didirikan oleh badan hukum di Indonesia
dan badan hukum luar negeri. Bank ini biasanya disebut juga sebagai joint
venture bank. Contohnya seperti Bank CIMB Niaga. 13
Bank berdasarkan operasionalnya:  
 Bank Konvensional: Bank yang menjalankan kegiatan usaha secara
konvensional dengan metode penetapan harga sesuai dengan tingkat suku
bunga bunga yang sudah dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Contohnya
seperti Bank Mandiri, Bank BRI, BNI, BTN dan masih banyak lagi. 14
 Bank Syariah: Bank yang menjalankan kegiatan usaha menerapkan
prinsip-prinsip syariah dalam agama Islam. Peraturan tentang Bank
Syariah sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah. Contohnya seperti Bank Syariah Indonesia dan lain-
lain. 15
Bank berdasarkan statusnya: 
 Bank Devisa: Bank yang bisa melakukan kegiatan transaksi luar negeri
dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan mata uang asing.
Biasanya, bank devisa memiliki produk unggulan seperti tabungan valuta
asing atau mata uang asing. Contoh bank devisa antara lain yaitu Bank
Mandiri, BRI, Bank BTN, Bank Ganesha, dan lain-lain. 16
 Bank Non Devisa: Bank yang bisa melakukan kegiatan transaksi luar
negeri dengan wilayah yang terbatas pada negara tertentu saja. Contoh dari
bank non devisa adalah Bank Yudha Bakti, Bank Harda Internasional, dan
lain-lain. 17

12
Ibid
13
Ibid
14
Ibid
15
Ibid
16
Ibid
17
Ibid

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hukum Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,


menyangkut kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Adapun dasar hukum yang mengatur
yaitu terdapat dalam UU NO.10 TAHUN 1998 TENTANG Perbankan.
2. Yang menjadi poin penting dalam mempelajari Hukum Perbankan adalah
memahami definisi,tujuan, jenis-jenis, dan juga asas-asas yang terdapat
dalam Hukum Perbankan
B. Saran

Setelah melakukan penulisan makalah ini, maka saran yang dapat kami
sampaikan adalah sebagai berikut :

Sebagai Mahasiswa khususnya ilmu hukum yang merupakan Agent of


Change dan Agent of Social Control maka kita perlu melaukan aksi perubahan
di kalangan sosial dengan cara salah satunya yakni dengan mensosialisasikan
Kinerja Perbankan kepada masyarakat khususnya untuk meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan
kesejahteraan rakyat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Djoni S. Gozali S.H.,M.Hum , Rachmadi Usman SH,MH .2010.


Hukum Perbankan ; Jakarta ; Sinar Grafika

Santosa Sembiring, Hukum Perbankan, Mandar Maju, Bandung,


2012, hlm. 1.

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1992/7tahun~1992uu.htm

https://kumparan.com/kabar-harian/5-jenis-bank-berdasarkan-
kepemilikannya-1x774wa2Xw9/2

https://kumparan.com/kabar-harian/5-jenis-bank-berdasarkan-
fungsinya-di-indonesia-1x76samu3cR/full

http://blog.ub.ac.id/bellashapira/aplikom/asas-asas-hukum-
perbankan/

14

Anda mungkin juga menyukai