Anda di halaman 1dari 8

Volume 10 Nomor 1 Tahun 2019

DINAMIKA PERMASALAHAN KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN DI


INDONESIA

Hendra Wijayanto1, Samsul Ode2


1
Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas 17 Agustus
1945 Jakarta
2
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas 17 Agustus 1945
Jakarta
1 2
hendra90@gmail,com, samsul.ode@uta45jakarta.ac.id

Abstrak
Paper ini berusaha membahas permasalahan ketenagakerjaan dan pengangguran. Masalah pengangguran perlu
dikurangi dan menciptakan lapangan pekerjaan dalam rangka meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan
ekonomi negara ini. Dengan menciptakan pasar tenaga kerja adalah kunci kemudahan dalam berbisnis.
Implementasi kebijakan di Indonesia sejauh ini tidak memberikan kemudahan bagi swasta dan dunia dalam
menjalankan bisnisnya. Sejumlah hal yang menjadi kendala yaitu perizinan yang panjang, biaya yang mahal dan
waktu pemrosesan yang lama karena hal tersebut dapat mengganggu penciptaan lapanga pekerjaan yang
berkualitas. Aspek kelembagaan adalah elemen kunci yang perlu diperbaiki dalam upaya menurunkan
pengangguran. Disampng itu, pentingnya aspek institusional dalam menyelesaikan masalah pembangunan dengan
menciptakan dan dan memperluas peluang kerja. Aspek hukum kelembagaan perlu dibuat pengaturan untuk
barang publik dalam aturan formal dan non-formal.

Kata kunci : Pekerjaan, Pengangguran, dan Kelembagaan

Abstract
This paper attempts to discuss employment and unemployment issues. The problem of unemployment needs to be
reduced and create jobs in order to increase and accelerate the country's economic growth. Creating a labor market
is the key to ease in doing business. The implementation of policies in Indonesia so far does not provide convenience
for the private sector and the world in carrying out their business. A number of things are constraints, namely long
licensing, expensive costs and long processing times because it can interfere with the creation of quality work field
work. The institutional aspect is a key element that needs to be improved in an effort to reduce unemployment. Beside
that, the importance of institutional aspects in solving development problems by creating and expanding employment
opportunities. Institutional legal aspects need to be made arrangements for public goods in formal and non-formal
rules.

Keywords: Employment, Unemployment and Institutional

I. PENDAHULUAN tersebut dengan baik. Namun jika pemerintah


Masalah pengangguran dan ketenagakerjaan mampu memanfaatkan kelebihan tenaga kerja
sampai saat ini masih menjadi perhatian utama yang ada maka dualisme permasalahan tidak akan
disetiap negara di dunia khususnya dinegara yang terjadi bahkan memberikan dampak yang positif
sedang berkembang. Kedua masalah tersebut dalam percepatan pembangunan. Demikian
merupakan satu kesatuan yang keduanya sebaliknya jika pemerintah tidak mampu
menciptakan dualisme permasalahan yang saling memanfaatkan maka akan menciptakan dampak
bertentangan antar satu dengan yang lainnya. negatif yaitu mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Dualisme tersebut terjadi jika pemerintah tidak Dilihat dari sudut pandang positif tenaga kerja
mampu dalam memanfaatkan dan miminimalkan merupakan salah satu sumberdaya yang sangat
dampak yang diakibatkan dari dua persalahan penting dalam mendorong pertumbuhan dan
kemajuan ekonomi suatu negara. Namun dari

1
sudut pandang yang lain meningkatnya tenaga yang buruk dan kerangka kebijakan yang berbelit-
kerja justru sering kali menjadi persoalan ekonomi belit. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian
yang sulit untuk diselesaikan oleh pemerintah. yang dilakukan Purna dkk (2010) rendahnya
Sebagai akibat dari kurangnya pemerintah dalam penyerapan tenaga kerja terjadi karena Link and
menyediakan lapangan pekerjaan sebagai dampak Match (keterkaitan dan kecocokan) antara dunia
dari meningkatnya jumlah penduduk yang ada, pendidikan dan dunia usaha belum berjalan
sehingga tenaga kerja yang ada tidak terserap dengan baik dan masih banyak permasalahan-
secara penuh, konsekuensinya terciptalah permasalahan yang lainnya.
pengangguran. Dengan mengacu pada permasalahan
Berdasarkan data yang dirilis (World Bank, ketenagakerjaan dan pengangguran tersebut, maka
2013), disebutkan bahwa jumlah angkatan kerja perlu dilakukan pembahasan mengenai
atau tenaga kerja diIndonesia merupakan yang permasalahan yang menjadi penghambat dalam
terbesar keempat didunia. Artinya jumlah menciptakan lapangan kerja, penyerapan tenaga
angkatan kerja di Indonesia mengalami kerja, dan pengangguran dalam upaya
peningkatan yang cukup tinggi seiring dengan meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan
bertambahnya jumlah penduduk. Berdasarkan data ekonomi negara ini.
dari BPS (2014) angkatan kerja Indonesia
berjumlah 122.742.601 jiwa, dan mengalami II. TINJAUAN SECARA UMUM
peningkatan menjadi 125.316.991 jiwa pada tahun
2014. Dalam hal ini pemanfaatan tenaga kerja Konsep Tenaga Kerja dan Pengangguran
secara maksimal wajib dilakukan oleh pemerintah, Konsep Tenaga kerja sendiri diartikan sebagai
jika pemerintah ingin survive dalam pembangunan, penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
jika tidak perlahan tapi pasti bertambahnya jumlah pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Menurut
angkatan kerja yang tidak terserap UUNo.13 tahun 2003, tenaga kerja merupakan
(pengangguran) akan menjadi beban dan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
penghambat dalam dalam perekonomian dan pada guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk
akhirnya menjadi masalah (Faedlulloh, 2015). memenuhi kebutuhan sendiri maupun orang lain
Selain menjadi beban dan penghambat dalam atau masyarakat. Dalam permasalahan ini tenaga
pertumbuhan perekonomian suatu negara, kerja dikelompokkan menjadi :
pengangguran juga digunakan menjadi salah satu a. Tenaga Kerja Terdidik adalah tenaga kerja
indikator dari pasar tenaga kerja yang ada. yang memerlukan jenjang pendidikan yang tinggi.
Rendahnya pengangguran sering dianggap menjadi Misalnya dokter, guru, insinyur dsb.
suatu prestasi dalam suatu negara demikian juga b. Tenaga Kerja Terlatih adalah tenaga kerja
sebaliknya. Namun pada kenyataannya belum yang memerlukan pelatihan dan pengalaman.
mencerminkan masalah ketenagakerjaan yang Misalnya sopir, montir dsb.
sebenarnya. Konsep pengangguran disini diartikan c. Tenaga Kerja tidak Terdidik dan Terlatih
sebagai penduduk yang memasuki usia kerja (15– adalah tenaga kerja yang dalam pekerjaannya tidak
65 tahun) yang sedang mencari kerja, memerlukan pendidikan ataupun pelatihan
mempersiapkan usaha, putus asa dan sudah punya terlebih dahulu. Misalnya tukag sapu, tukang
pekerjaan tapi belum memulai bekerja. sampah dsb.
Secara umum upaya pemerintah dalam Sementara bekerja diartikan sebagai kegiatan
mengatasi pengangguran yang terjadi di negeri ini ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan
cukup berhasil, khususnya dalam menyediakan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
lapangan kerja meskipun tidak semua mampu pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam
terserap. Berdasarkan data dari BPS RI dalam 10 (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.
tahun terakhir trend penurunan tingkat Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja
pengangguran di Indonesia cukup tinggi, yang tak dibayar yang membantu dalam suatu
mana pada tahun 2005 pengangguran di Indonesia usaha/kegiatan ekonomi. Berdasarkan definisi
sebesar 10,3 persen (dari total jumlah usia kerja) yang ada bekerja dapat dibedakan menjadi 4
ada mengalami pemenurunan menjadi 7,0 persen kelompok yaitu; 1) bekerja secara optimal baik
(dari total jumlah usia kerja) pada tahun 2015. dari segi upah dan maupun jam kerja, 2) bekerja
Namun dalam perjalananya ada beberapa paruh waktu secara sukarela, 3) bekerja tetapi
permasalahan yang menyebabkan masih belum disertai ketidaksesuaian antara pendidikan dan
maksimalnya penyerapan tenaga kerja yang terjadi pekerjaan yang ditekuni dan bekerja paruh waktu
tersedianya lapangan pekerjaan tersebut. Dikutip secara sukarela, 4) bekerja tetapi disertai dengan
dari laporan doing bisnis di Indonesia, World Bank ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan
dan IFC (2012) menyatakan bahwa terdapat dengan pekerjaan yang ditekuni.
beberapa faktor utama yang menjadi hambatan Selanjutnya, untuk mengukur persentase
penyerapan tenaga kerja di Indonesia, yaitu penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi
kurangnya tenaga kerja terdidik, infrastruktur maka digunakan konsep Tingkat Partisipasi

2
Angkatan Kerja (TPAK). Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) didefinisikan sebagai
persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah
penduduk usia 15 tahun keatas dalam suatu III. POTENSI DAN PERMASALAHAN
wilayah.
Sedangkan Pengangguran diartikan sebagai TENAGA KERJA DAN PENGANGGURAN
angkatan kerja yang belum dan sedang mencari DI INDONESIA
pekerjaan. Pengangguran terjadi karena jumlah
penawaran tenaga kerja lebih besar daripada Potensi Tenaga kerja dan Pengangguran di
permintaan tenaga kerja. Dengan kata lain, Indonesia
terjadinya surplus penawaran tenaga kerja dipasar
tenaga kerja. Ketidakseimbangan dan a) Bonus demografi
ketidakcocokan antara permintaan lapangan kerja Bonus demografi dapat dikatakan sebagai
dengan penawaran lapangan kerja inilah yang sumberdaya atau juga menjadi tantangan dan
menciptakan pengangguran. penghambat dalam pembangunan suatu negara.
Yang dalam sejarah perkembangan suatu bangsa,
Kondisi Tenaga Kerja dan Pengangguran Di bonus demografi hanya ada satu kali. Jika mampu
Indonesia manfaatkan maka akan tercipta jendela
Sejalan dengan bertambahnya jumlah kesempatan untuk mengakselerasi pembangunan.
penduduk di Indonesia tentunya jumlah angkatan Namun juga sebaliknya jika tidak mampu
kerja juga mengalami peningkatan. Berdasarkan memanfaatkan akan menjadi masalah dalam suatu
data dari BPS RI pada tahun 2014 jumlah tenaga negara. Berdasarkan data dari BPS di jelaskan
kerja di Indonesia sebanyak 125,3 juta orang. bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi
Merupakan Sumberdaya yang sangat potensial dalam beberapa tahun kedepan yang puncaknya
dalam menghadapi pasar global mendatang. pada tahun 2025. Dimana pada tahun tersebut usia
Menurut World Bank (2013), menyebutkan angkatan kerja atau tenaga kerja kita melimpah,
bahwa kinerja ketenagakerjaan Indonesia dan ini menjadi tantangan tersendiri dalam
merupakan salah satu yang terkuat di Asia Timur memanfaatkanya.
Pasifik. Hal ini karna didukung pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan, lingkungan ekonomi b) Globalisasi
yang mendukung, dan sektor jasa yang Dampak globalisasi perekonomian yang terjadi
berkembang pesat. di seluruh negara di dunia. Globalisasi sendiri
Berdasar data dari Kementerian Tenaga Kerja merupakan proses kegiatan ekonomi dan
bahwa sektor informal masih mendominasi perdagangan antar negara diseluruh dunia yang
sebagai penyumbang lapangan kerja terbesar. menjadi satu kekuatan pasar yang semakin
Dimana tenaga kerja yang bekerja di seketor terintegrasi tanpa rintangan batas teritorial
informal masih lebih besar dibandingkan dengan negara. Dengan adanya globalisasi batas batas
yang bekerja disektor formal. Selain itu, struktur secara ekonomi menjadi semakin kabur dan
tenaga kerja Indonesia dalam perekonomian sempit.Sementara arus globalisasi dalam bentuk
sebagian besar berada pada sektor jasa, pertanian TTA, WTO, NAFTA dan lainnya, akan semakin
dan manufaktur. intensif. Dimana indonesia akan menjadi pasar
potensial bagi negara asean mengingat posisinya
Kondisi Pasar Tenaga Kerja Indonesia yang strategis dengan jumlah penduduk yang besar
Dilihat dari permintaan tenaga kerja di dan memiliki tingkat konsumsi yang tinggi, hal ini
Indonesia, pasar tenaga kerja Indonesia mengalami akan menjadi peluang dan tantangan bagi
perkembangan yang cukup baik, hal ini terbukti pembangunan ketenaga kerjaan.
dengan meningkatnya jumlah lapangan pekerjaan
dan penurunan angka pengangguran terbuka c) Potensi unggulan daerah
dalam waktu yang bersamaan dengan Sumber daya alam yang masih melimpah di
pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. setiap daerah di Indonesia juga merupakan
Walaupun pada kenyataannya permintaan tenaga peluang dan modal dasar dalam percepatan
kerja selalu berfluktuasi setiap periode dan pembangunan. Dengan pemanfaatan sumberdaya
tahunnya, sebagai akibat dari berbagai macam yang ada dengan optimal maka akan mampu
faktor musiman, perputaran pasar tenaga kerja dan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi
iklim perekonomian dunia. Selanjutnya kita pembangunan suatu bangsa.
melihat tenaga kerja di Indonesia dari sisi
penawarannya. Kondisi tenaga kerja kita masih Permasalahan Tenaga Kerja dan Pengangguran
rendah daya saingnya, baik dilihat dari tingkat di Indonesia
pendidikan, keterampilan, keahlian dengan bidang
yang ditekuni, dan lain lain.

3
IV. EVALUASI PROGRAM DAN
a) Daya saing tenaga kerja KEBIJAKAN TENAGA KERJA DAN
Dari berbagai servey yang dilakukan oleh BPS PENGANGGURAN DI INDONESIA
dapat disimpulkan bahwa daya saing tenaga kerja
Indonesia relatif masih rendah dibandingkan a) Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia
dengan daya saing negara tetangga. Rendahnya Bila ditelaah lebih mendalamdapat
daya saing di sebabkan rendahnya mutu SDM disimpulkan bahwa akar dari semua masalah
sebagai akibat dari rendahnya tingkat pendidikan dalam ketenagakerjaan nasional adalah daya saing.
dan rendahnya kompetensi kerja dan kecocokan Berdsarkan data (Susenas,2012) tingkat
skill dengan kecocokan pekerjaan. pendidikan tenaga kerja Indonesia tahun 2014
sebanyak 9,87% yang lulus dari perguruan tinggi
b) Pasar kerja tenaga kerja dan 91,2 % yang hanya berpendidikan SLTA ke
Masih rendahnya peningkatan pasar kerja di bawah. Bagi kalangan investor yang ingin
bandingkan peningkatan jumlah tenaga menanamkan modalnya di Indonesia, sajian data
kerja,meski pertambahan lapangan kerja selama 5 ini akan menghadirkan suatu pengertian bahwa
tahun terahir cukup banyak dibandingkan jenis industri yang potensial dikembangkan
pertambahan angkatan kerja. Kondisi dilndonesia adalah jenis industri manufaktur padat
menyebabkan kelebihan tenaga kerja (labour karya (garmen, tekstil, sepatu, elektronik). Sebab
surplus economy). Disamping itu kondisi pasar dalam situasi pasokan tenaga kerja yang melimpah
kerja juga pada pasar yang kurang berkualitas (over supply), pendidikan yang minim, dan upah
sehingga produktivitas dari tenaga kerja juga murah, hanya jenis industri manufaktur ringan saja
masih rendah yang cocok di bisniskan. Sekalipun para investor
ini tetap harus mengeluarkan biaya pelatihan kerja,
c) Hubungan industrial tetapi biayanya tidak sebesar jenis industri padat
Masih belum terjalinnya hubungan Industrial modal.
antara pemerintah, pekerja dan perusahaan Selama hampir 25 tahun lebih pemerintah
dengan baik. Mengakibatkan rendahnya daya saing Indonesia percaya, dengan jenis investor ini,
tenaga kerja dan sakah satu penyebab sampai kemudian disadarkan oleh kenyataan pahit
pengangguran sistim hubungan yang terbentuk bahwa jenis industri seperti itu adalah jenis
antarapelaku dalam proses produksi barang dan industri yang paling gemar melakukan relokasi.
dan jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja Pemindahan lokasi industri ke negara yang
buruh dan pemerintah. Permasalahannya menawarkan upah buruh yang lebih kecil,
hubungan industrial saat ini masih belum peraturan yang longgar, dan buruh yang melimpah.
harmonis. Seperti : peraturan perusahaan (PP), Mereka diberikan gelar industri tanpa kaki (foot
perjanjian kerja bersama (PKB), lembaga kerja loose industries), karena kemudahan mereka
sama (LKS) bipartit, lembaga kerja sama (LKS) melangkah dari satu negara ke negara lainnya.
tripartit, peran SP/SB dan asosiasi pengusaha. Indonesia yang mendapat era reformasi tahun
1998 secara ambisius meratifikasi semua konvensi
d) Pengawasan dan perlindungan tenaga dasar ILO (a basic human rights conventions) yaitu;
kerja kebebasan berserikat dan berunding, larangan
Pelaksanaan pengawasan dan perlindungan kerja paksa, penghapusan diskriminasi kerja, batas
ketenagakerjaan juga masih sangat rendah di minimum usia kerja anak, larangan bekerja di
Indonesia. Ini terbukti dengan masih banyaknya tempat terburuk. Ditambah dengan kebijakan
pelanggaran dalam hubungan kerja, jam kerja, demokratisasi baru di bidang politik, telah
kerja lembur dan upah antara teanga kerja dan membuat investor tanpa kaki ini kuatir bahwa
perusahaan. demokratisasi baru selalu diikuti dengan
diperkenalkannya Undang-undang baru yang
e) Link and Match melindungi dan menambah kesejahteraan buruh.
Ketidak sesuaian antara perusahaan dan tenaga Bila ini yang terjadi maka konsekuensinya akan
kerja dalam mendapatkan pekerja dan pekerjaan ada peningkatan biaya tambahan (labor cost
yang sesuai dengan keahlian juga merupakan maupun overhead cost). Bagi perusahaan yang
permasalahan dalam menciptakan pengangguran masih bisa mentolerir kenaikan biaya operasional
di Indonesia. Link and Match merupakan konsep ini, mereka akan mencoba terus bertahan, tetapi
keterkaitan dan kesepadanan antara skill yang akan lain halnya kepada perusahaan yang
dimiliki oleh tenaga kerja dengan kebutuhan kerja keunggulan komparatifnya hanya mengandalkan
yang dibutuhkan. Link and Match masih menjadi upah murah dan longgarnya peraturan, mereka
masalah utama yang harus diselesaikan dalam akan segera angkat kaki ke negara yang
mengurangi pengangguran di Indonesia. menawarkan fasilitas bisnis yang lebih buruk.
Itulah sebabnya sejak tahun 1999-2002

4
diperkirakan jutaan buruh telah kehilangan d) Pengawasan dan perlindungan tenaga
pekerjaan karena perusahaannya bangkrut atau re- kerja
lokasi ke Cina, Kamboja atau Vietnam. Jenis indusri Ada tiga kebijakan yang mempengaruhi
seperti ini sudah lama hilang dari negara-negara fleksibilitas pasar tenaga kerja di Indonesia yaitu
industri maju, karena sistem perlindungan hukum kebijakan berkaitan dengan perlindungan di
dan kuatnya serikat buruh telah membuat industri tempat kerja, kebijakan berkaitan dengan PHK dan
ini hengkang ke negara lain. kebijakan berkaitan dengan upah minimum
(Dzaelani,2004). Penerapan kebijakan tersebut
b) Pasar tenaga kerja di Indonesia akan sangat mempengaruhi permintaan teanga
Dalam upaya menciptakan pasar tenaga kerja kerja oeh perusahaan, sekaligus penyerapan
kemudahan berbisnis merupakan kunci utama. teanga kerja dan pengurangan pengangguran
Penerapan kebijakan kebijakan yang tidak dalam perekonomian.
memeberikan kemudahan bagi swasta dan dunia 1) Kebijakan perlindungan di tempat kerja
usah untuk memulai dan melaksanakan aktivitas (pekerja kontrak dan outsourcing). Dengan
bisnis di Indonesia, termasuk prosedur perizinan penerapan kebijakan ini perusahaan dapat
yang panjang, biaya yang mahan dan waktu meningkatkan kinerja perusahaan tetapi disisi lain
pengurusan yang lama. Merupakan faktor penerapan sistim tenaga kerja kontrak dan
penghambat utama dalam menciptakan lapangan outsourcing seringkali menciptakan ketidak sesuai
pekerjaan yang berkualitas. Tingginya hambatan mengenai hak-hak kerja yang jauh dari memadai,
dalam melakukan bisnis di Indonesia dapat dilihat sehingga perlu dilakukan pengaturan yang baik.
dari laporan tingkat kemudahan berusaha (the easy Yang pada prakeknya sering ditemukan pekerja
of doing bussines) yang dikeluarkan oleh World Outsourcing yang yang dioutsourcingkan dan
Bank dan IFC, dimana hingga tahun 2014 Indonesia dikontrakkan lagi hingga tiga tingkatan kebawah
menduduki urutan ke 120 doing bussines dari 189 dan tentunya berdampak pada rendahnya upah
negara yang di survey. Hal ini membuktikan bahwa yang diterima pekerja itu. Bahkan lebih ekstrim
betapa sulitnya berusaha atau bisnis di Indonesia. lagi penerapan kerja outsourcing seringkali
Selain itu biaya yang harus dikeluarkan oleh manyalahi aturan yang telah ditetapkan
pengusaha yang baru relatif masih sangat tinggi pemerintah.
serta danya aturan deposit (cadangan) modal 2) Kebijakan pemutusan hubungan kerja
inimum yang harus disetorkan oleh usaha baru. (PHK). Hal ini berkaitan dengan pemberian
Sehingga peringkat kemudahan untuk memulai pesangoon pekerja. Hal yang sangat lazim terjadi
usaha (starting bussines) di Indonesia berada di adalah perusahan menerapkan aturan yang tidak
urutan 175 dari 189 negara di dunia. Tentunya sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi.
permasalahan semacam ini sangat menghambat sebagi contoh dalam mengurangi beban biaya PHK,
dalam upaya pengurangan pengangguran di perusahaan seringkali menyatakan diri bangkrut
Indonesia dan menutup kegiatan usaha dari pada harus
membayar pesangon yang besar kepada para
c) Hubungan Industrial pekerja yang diberhentikan (World Bank, 2010).
Hubungan industrial juga turut menyumbang Hal ini terjadi sebagai akibat dari kekakuan dari
terciptanya pengangguran di negara ini. Karena kebijakan ketenagakerjaan di Indonesia dalam hal
menurut Guntur (2010) hubungan ndustrial dapat perekrutan dan pemberhentian tenaga kerja di
menciptakan hubungan yang harmonis antara Indonesia. Sehingga berdampak pada kurangnya
pengusaha, pekerja dan pemerintah. Dalam UU minat investor dan pengusaha untuk menciptakan
ketenagakerjaan No 13 tahun 2003 dijelaskan usaha baru atau menambah jumlah pekerja baru.
bahwa hubungan industrial merupakan hubungan 3) Kebijakan upah minimum. Permasalahan
yang terbentuk antara para pelaku dalam proses yang terjadi pada penerapan kebijakan upah
produksi barang dan jasa yang terdiri dari unsur minimum juga menjadi masalah dalam
pengusaha pekerja dan pemerintah yang menciptakan pengangguran di Indonesia. Disatu
didasarkan pada nilai nilai Pancasial dan Undang sisi peningkatan upah minimum dapat
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun meningkatkan kesejahteraan para pekerja tetapi
1945. disisi lain membebankan para pengusaha dan
Pemutusan hubungan kerja menjadi salah menurunkan daya saing terutama pada industri
satu faktor yang sering menyebabkan terjadinya yang padat karya.Studi World Bank (2014)
hubungan industrial. Perselisihan ini disebabkan mencatat bahwa selama periode 2001-2012 upah
karena ketidak sesuaian antara alasan riil hanya naiki 21,3 persen sementara kenaikan
pemberhentian kerja dengan ketidaksesuaian atau upah nominal mencapai 175,8 persen pada periode
terpenuhinya hak hak pekerja atas pemutuasan yang sama. Hal ini diakibatkan oleh tingginya
hubungan kerja tersebut. inflasi yang terjadi di Indonesia sehingga memaksa
para pekerja meminta penyesuaian pendapatan

5
yang diterima untuk tetap mempertahankan environment) dan pada tingkat mikro berkaitan
tingkat kesejahteraannya. dengan kesepakatan kelembagaan (institusional
arragement). Menurut wiliamson (dalam
e) Link And Match yustika,2006) mendeskripsikan bahwa sebagai
Link and Match merupakan konsep seperangkat struktur aturan politik, sosial dan
keterkaitan dan kesepadanan antara skill yang legal yang memapankan kegiatan produksi,
dimiliki oleh tenaga kerja dengan kebutuhan kerja pertukaran dan distribusi. Sementaran institisional
yang dibutuhkan. Link and Match masih menjadi errangement merupakan kesepakatan antara unit
masalah utama yang harus diselesaikan dalam ekonomi untuk mengelola dan mencari jalan agar
mengurangi pengangguran di Indonesia. Ketidak hubungan antar unit tersebut bisa berlangsung,
sesuaian menunjukkan bahwa adanya kesulitan baik melalui kerja sama maupun kompetisi. Yang
antara perusahaan dan tenaga kerja dalam menjadi masalah bahwa selama ini masih belum
mendapatkan pekerja dan pekerjaan yang sesuai benar benar sesuai yang dirumuskan sehingga
dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan dan sering terjadi perselisihan dan masalah lainnya.
kemampuan antara perusahaan dan tenaga kerja
yang ada. sesuai dengan hasil studi Alisjahbana V. STRATEGI DAN REKOMENDASI
(2008) bahwa ketidak sesuaian bagi pekerja yang
berpendidikan tinggi di Indonesia masih tetap KEBIJAKAN DALAM MENINGKATKAN
tinggi, terutama laki laki. Dibandingkan lulusan KUALITASS TENAGA KERJA
universitas, dan ketidak sesuaian lebih banyak
dialami oleh lulusan bergelar diploma kejuruan. Secara umum dalam upaya mengatasi
Tingginya link and match antara lain permasalahan-permaslaahan yang menyangkut
disebabkan oleh lembaga penyelenggara tenaga kerja dan pengangguran di Indonesia dapat
pendidikan yang kurang memperhatikan dilakukan dengan beberapa strategi sebagai
kebutuhan pasar dan masih berorientasi pada berikut:
lulusan berkualitas. Sehingga lulusan yang 1. Peningkatan kompetensi dan
dihasilkan tidak terserap oleh pasar, dampaknya produktivitas tenaga kerja untuk memasuki
terjadilah pengangguran (Purna dkk,2010). Selain pasar tenaga kerja
itu juga berdasarkan studi KPPOD (2013)
menunjukkan bahwa banyak program pelatihan Rekomendasi Kebijakan melalui :
kerja yang diselenggarakan pemerintah daerah a. Harmonisasi, standarisasi dan sertifikasi
belum berjalan optimal dan tidak relevan dengan kompetensi melalui kerja sama lintas
kebutuhan dunia usaha. Dimana program yang sektor, daerah dan negara dalam kerangka
semula diprioritaskan untuk pemenuhan keterbukaan pasar dengan beberapa
kebutuhan UMKM kenyataannya masih strategi;
dimanfaatkan untuk usaha berskala besar
ditambah sebagian pemda juga belum memiliki 1. Penetapan standar kompetensi
Balai Latihan Kerja (BLK), program peningkatan seluruh sektor.
produktivitas yang jelas dan pengalokasian khusus 2. Peningkatan daya saing tenaga kerja
untuk diklat persiapan memasuki pasar kerja bagi nasional
masyarakat. 3. Peningkatan produktivitas dan
kompetensi nasional
f) Aspek kelembagaan 4. Peningkatan sumber pendanaan
Aspek kelembagaan merupakan kunci utama dalam rangka peningkatan kerahlian
yang perlu diperbaiki dalam upaya menurunkan tenaga kerja (penyelenggaraan
pengangguran. Menurut sugiyanto (2007) pelatihan tenaga kerja (skilled based
pentingknya aspek kelembagaan dalam industries)
menyelesaikan persoalan pembangunan 5. Peningkatan kualitas dan kuantitas
(institutionmatter), termasuk dalam menciptakan penyelenggara pelatihan (mutu dan
dan memperluas kesempatan kerja. Aspek standarisasi)
kelembagaan mengatur hukum yang berlaku di
masyarakat baik itu aturan formal maupun aturan b. Pengembangan program kemitraan antara
non formal. Aspek kelembagaan mempunyai peran pemerintah dengan dunia usaha (baik
sentral dalam keberhasilan suatu negara karena pemerintah pusat maupun pemerintah
seluruh kebijakan ekonomi, regulasi dan aturan daerah)
aturan selalu di dasarkan pada kelembagaan. c. Pengembangan pola pendanaan pelatihan
Menurut Yustika (2006) menjelaskan bahwa d. Penataan lembaga berbasis kompetensi
pada dasarnya kelembagaan dapat dilihat dari 2 e. Peningkatan kualitas sistim tata kelola
level yaitu pada tingkat makro yang berkaitan program pelatihan untuk mempercepat
dengan lingkungan kelembagaan (institusional sertifikasi pekerja.

6
f. Identifikasi dan memilih sektor yang 1) Memperluas kerjasama dalam rangka
mempunyai nilai tambah dan meningkatkan perlindungan
penyerapatan tenaga kerja yang tinggi 2) Meningkatkan tata kelola penyelenggaraan
penempatan
2. Peningkatan kualitas pelayanan 3) Membekali pekera migran dengan
penempatan dan pemberdayaan tenaga kerja pengetahuan pendidikan dan keahlian
Rekomendasi Kebijakan Melalui: 4) Memperbesar pemanfaatan jasa keuangan
a. Penataan lembaga berbasis kompetensi bagi pekerja
b. Peningkatan kualitas sistem tata kelola
program pelatihan untuk mempercepat 4. Penciptaan hubungan industrial yang
sertifikasi pekerja. harmonis dan memperbaiki iklim
c. Identifikasi dan memilih sektor yang ketenagakerjaan
mempunyai nilai tambah dan Rekomendasi Kebijakan melalui:
penyerapatan tenaga kerja yang tinggi a. Meningkatkan tata kelola kelembagaan
dan kerjasama hubungan industrial
3. Peningkatan kualitas pelayanan b. Mewujudkan sistim pengupahan yang adil
penempatan dan pemberdayaan tenaga kerja c. Meningkatkan perlindungan sosial bagi
Rekomendasi Kebijakan melalui : pekerja/buruh
a. Peningkatan akses angkatan kerja pada d. Menerapkan prinsip hubungan industrial
sumber daya produktif dalam rangka peningkatan dalam pencegahan dan penyelesaian
keterampilan pekerja melalui: hubungan industrial
1) Penciptaan lapangan kerja e. Meningakatkan tata kelola persyaratan
2) Pengembangan kredit mikro untuk UKM kerja, kesejahteranaan dan analisis
3) Meningkatkan kegiatan yang bersifat diskriminasi
padat karya
4) Mendorong pekerja setengah penganggur 5. Peningkatan perlindungan tenaga
untuk melaksanakan usaha produktif kerja, menciptakan rasa keadilan dalam dunia
dengan memamnfaatkan SDA, SDM dan usaha dan pengembangan sistim pengawasan
teknologi tepat guna. tenaga kerja melalui
a. Mengembangakan sistim pengawasan
b. Mendorong pengembangan ekonomi ketenagakerjaan
produktif berbasis masyarakat melalui : b. Meningkatkan kualitas teknik
1) Pemberdayaan dan pendampingan untuk pemeriksaan dan penyidikan norma
usaha mandiri ketenagakerjaan dan K3
2) Peningakatan sarana dan prasarana c. Meningkatkan kualitas penerapan norma
perekonomian kerja dan jamsostek
3) Perluasan akses kredit bagi pelaku
ekonomi Strategi dan Rekomendasi Kebijakan Dalam
4) Perbaikan iklim usaha melalui penyediaan Mengurangi Pengangguran
informasi yang lengkap 1. Peningkatan efisiensi pasar tenaga kerja dalam
menciptakan lapangan kerja yang berkualitas
c. Fasilitasi mobilitas teanga kerja internal dengan tujuan:
dan eksternal, serta memfungsikan pasar tenaga a. Memperkuat daya saing tenaga kerja
kerja melalui: dalam memasuki pasar tenaga kerja secara
1) Meningkatakan efektivitas dan efisiensi global
pasar teanga kerja b. Meningkatkan efisiensi pasar tenaga kerja
2) Mengintegresikan sistem informasi pasar dengan memperkuat infrastruktur
tenaga kerja untuk merespon kebutuhan pelayanan informasi pasar tenaga kerja
informasi dari perusahaan c. Mendukung penciptaan iklim investasi
3) Kerjasama dengan lembaga pendidikan, yang dapat mendorong penciptaan
pelatihan serta pemberi kerja sehingga kesempatan kerja yang laya, hubungan
terbangun dengan kerjasama industrial yang harmonis antara pekerja
berkelanjutan dan pemberi kerja
4) Membangunan jejaringan kemitraan Rekomendasi kebijakannya
dengan berbasis instansi atau organisasi 1) Memperkuat perundingan bipartit antara
baik pemerintah maupun non pemerintah serikat pekerja dan pengusaha dalam
melakukan perundingan upah, kondisi
d. Perlindungan pekerja migran dilakukan kerja dan syarat kerja
melalui :

7
2) Meningkatkan peran pemerintah dalam 5) Memperluas kerjasama baik dengan
mendorong penguatan kelembagaan negara tujuan maupun dengan pemda dan
hubungan industrial unsur-unsur masyarakat dalam rangkan
meningkatkan perlindungan pekerja
2. Memperkuat daya saing tenaga kerja dalam
dalam memasuki pasar tenaga kerja secra global
dengan tujuan: VI. DAFTAR PUSTAKA
a. Meningkatkan proporsi pekerja menjadi
44,2 persen dari total pekerja
Alisjahbana, Armida.2008.Educations and skill
b. Meningkatkan tenaga kerja dengan
mismatch, World bank Office
keahlian menengah yang kompeten
Jakarta.Mimeo
menjadi 35 persen
c. Meningkatkan jumlah tenaga kerja dan Faedlulloh, Dodi. 2015. Homo Cooperativus:
wirausaha yang mendapatkan sertifikasi Redefinisi Makna Manusia Indonesia.
d. Meningkatkan lembaga pelatihan yang Proceeding Masa Depan Manusia
berbasis kompetensi Indonesia: Prospek dan Pemberdayaan.
Guntur, agus, 2004. Sambutan kepala dinas tenaga
Rekomendasi kebijakan
kerja provinsi jawa timur dalam laporan
1) Meningkatkan upaya harmonisasi
pelaksanaan lokakarya kebijakan pasar
standarisasi dan sertifikasi kompetensi
tenaga kerja dan hubungan industrial
melalui kerjasama lintas sektor
untuk memperluas kesempatan kerja,
2) Memperkuat kelembagaan untuk
Lembaga Penelitian SMERU
mengelola dana pelatihan secara potensial
untuk mempercepat peningkatan keahlian Islamy, M. Irfan. 1988. Prinsip-Prinsip Perumusan
3) Moderisasi lembaga pelatihan kerja milik Kebijaksanaan Negara. Jakarta : PT. Bina
pemerintha agar menjadi elmabga Aksara.
pelatihan yang dapat secara fleksibel
Jawa Pos. Kamis 27 Maret, 2008.Atasi
memenuhi kebutuhan pasar
pengangguran, Butuh Sinergi, Hlm. 9.
4) Memperbaiki tatakelola dan manajemen
lembaga pelatihan sehingga dapat tercipta KPPOD, 2013. Kesejahteraan buruh dan daya saing
pengelolaan yang profesional perusahaan, KPPOD Brief Edisi maret-
5) Meningkatkan sarana dan prasarana April2013
sesuai kebutuhan peningkatan keahlian
Permenakerstrans No.14 Tahun 2015. Rencanan
profesi sektor prioritas
Strategis Kementrian Ketenagakerjaan
2015-2019
3. Perlindungan pekerja migran Rekomendasi
kebijakan Tjokroamidjojo, Bintoro. M.A. 1976. Analisa
1) Menerapkan perhentian dan pelarangan Kebijaksanaan Dalam Proses
PLRT ke 21 negara timur tengah secara Perencanaan Pembangunan Nasional.
bertahap Majalah Administrator.
2) Meningkatkan pemahaman pekerja migran
Undang Undang No.13 Tahun 2003 Tentang
terhadap pemanfaatan jasa keuangan bagi
Ketenagakerjaan World Bank IFC 2012.
pekerja
3) Meningkatkan pemahaman pekerja migran Doing Bussines di Indonesia 2012.
Membandingkan kebijakan usaha di 20
terhadap prisip prinsip hak asasi manusia
kota dan 183 perekonomian
untuk membekali pekerja migran dengan
pengetahuan yang cukup atas hak haknya Yustika, Ahmad Erani,2006. Ekonomi kelembagaan
selama bekerja di luar negeri. defisi, teori dan strategi. Malang; Bayu
4) Menerapkan tata kelola penyelenggaraan Media
penempatan pekerja migran dengan
meningkatkan peranan pemerintah daerah Zulhanto Aan.Dkk (2014) Under utilization di
dalam proses pelayanan dan pengawasan Indonesia dan Problematika
melalui dana dekonsentrasi kepada pemda ketenagakerjaan lainnya di Indonesia,
provinsi dan kab/kota FEB.UNPAD

Anda mungkin juga menyukai