Makalah ini dibuat untuk Menyelesaikan tugas Ekonomi Regional Semester Genap Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Riau
(2210247852)
Sanisa Wilogeni
(2210248003)
2023
IDENTITAS KELOMPOK
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ekonomi Regional : " Ketenagakerjaan,
Pengangguran, Dan IPK" .
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik dari berbagai pihak. Akhirnya,
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.
A. Latar Belakang
Dalam perencanaan pembangunan, data mengenai ketenagakerjaan memegang
peranan penting. Tanpa data tersebut tidaklah mungkin program pembangunan direncanakan
dan dilaksanakan. Makin lengkap dan tepat data mengenai ketenagakerjaan yang tersedia
makin mudah dan tepat rencana pembangunan itu disusun. Jadi dapat dikatakan bahwa faktor
kekuatan manusia merupakan unsur yang penting dalam pembangunan. Lebih-lebih dalam
pelaksanan pembangunan daerah dan nasional di Indonesia dewasa ini, dibutuhkan sekali data
mengenai jumlah tenaga kerja baik dari aspek kualitas maupun kuantitas.
Dalam membahas ketenagakerjaan tidak terlepas dari Tenaga Kerja. Istilah tenaga kerja
tidak sama dengan angkatan kerja. Yang dimaksud dengan Tenaga Kerja (Man Power) ialah
besarnya bagian dari penduduk yang dapat diikutsertakan dalam proses ekonomi (Tan Goan
Tiang, 1965). Pada awalnya banyak indikator yang digunakan untuk mengukur keterlibatan
dalam kegiatan ekonomi. Utamanya ekonomi upah, artinya kegiatan tersebut harus
menghasilkan barang dan atau jasa yang berguna bagi masyarakat. Perdebatan muncul karena
definisi upah sebab di Negara sedang berkembang persentase pekerja yang tidak di bayar
cukup masih tinggi.
Membicarakan angkatan kerja sebenarnya berhubungan erat dengan jumlah
penduduk, karena ukuran besarnya angkatan kerja sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan
jumlah penduduk yang sudah memasuki usia kerja. Angkatan kerja dapat didefinisikan sebagai
penduduk yang sudah memasuki usia kerja, baik yang sudah bekerja, belum bekerja, atau
sedang mencari pekerjaan. Prof. Soemitro Djojohadikusumo mendefinisikan angkatan kerja
(labor force) sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang
sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Bagaimana
pandangan pemerintah mengenai angkatan kerja ini? Pemerintah menetapkan bahwa
penduduk yang sudah memasuki usia kerja adalah mereka yang berusia minimal 15 tahun dan
di atas 65 tahun bukan merupakan penduduk usia kerja. Namun, tidak semua penduduk yang
memasuki usia kerja disebut angkatan kerja sebab penduduk yang tidak aktif dalam kegiatan
ekonomi tidak termasuk dalam kelompok angkatan kerja.
Di Indonesia Biro Pusat Statistik mengambil penduduk umur 10 tahun ke atas sebagai
kelompok penduduk usia kerja. Akan tetapi sejak 1998 mulai mengunakan usia 15 tahun ke
atas, atau lebih tua batas usia kerja ada periode sebelumnya. Biasanya batasan umur yang
digunakan berbeda-beda untuk tiap Negara, tetapi yang sering dijadikan pertimbangan adalah
tingkat perekonomian dan situasi tenaga kerja. Semakin maju perekonomian di suatu daerah
atau Negara batas umur yang ditentukan untuk usia kerja minimum semakin tinngi.
Bekerja diartikan sebagai melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau
membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh
penghasilanberupa uang dan atau barang, dalam kurun waktu (time refrence) tertentu. Di
Indonesia yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas
yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomis (Biro Pusat Statistik, 1983). Angkatan Kerja
terdiri dari penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetap tetapi sementara tidak
bekerja, dan tidak mempunyai pekerjaan tetap tetapi sementara tidak bekerja, dan tidak
mempunyai pekerjaan sama sekali tetapi mencari pekerjaan secara aktif. Mereka yang berumur
15 tahun atau tidak bekerja atau tidak mencari pekerjaan karena sekolah, mengurus rumah
tangga, pensiun, atau secara fisik dan mental tidak memungkinkan untuk bekerja tidak
dimasukan dalam angkatan kerja.
Konsep Tenaga kerja sendiri diartikan sebagai penduduk dalam usia kerja yang siap
melakukan pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Menurut UU No.13 tahun 2003, tenaga kerja
merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun orang lain atau masyarakat. Dalam
permasalahan ini tenaga kerja dikelompokkan menjadi :
▪ Tenaga Kerja Terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan jenjang pendidikan yang tinggi.
Misalnya dokter, guru, insinyur dsb.
▪ Tenaga Kerja Terlatih adalah tenaga kerja yang memerlukan pelatihan dan pengalaman.
Misalnya sopir, montir dsb.
▪ Tenaga Kerja tidak Terdidik dan Terlatih adalah tenaga kerja yang dalam pekerjaannya tidak
memerlukan pendidikan ataupun pelatihan terlebih dahulu. Misalnya tukag sapu, tukang
sampah dsb.
Sementara bekerja diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang
dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan,
paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola
kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.
Berdasarkan definisi yang ada bekerja dapat dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu;
1) bekerja secara optimal baik dari segi upah dan maupun jam kerja,
2) bekerja paruh waktu secara sukarela,
3) bekerja tetapi disertai ketidaksesuaian antara pendidikan dan pekerjaan yang ditekuni dan
bekerja paruh waktu secara sukarela,
4) bekerja tetapi disertai dengan ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan dengan
pekerjaan yang ditekuni.
Tingginya angka pengangguran termasuk dalam masalah pembangunan yang artinya
lapangan kerja yang tersedia tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk usia kerja.
Pengangguran membuat pendapatan penduduk berkurang sehingga mengurangi
kesejahteraan atau kemakmuran. Menurunnya kemakmuran ini karena pengangguran tidak
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tabel diatas menunjukkan Tingkat Pengangguran Terbuka tahun 2002 sampai dengan
tahun 2021 mengalami penurunan namun masih tergolong berfluktuasi. Angka tertinggi pada
data 20 tahun terakhir yaitu pada tahun 2004 sebesar 15.25 persen dan angka terkecil di tahun
2021 sebesar 4.42 persen. Angka tingkat pengangguran terbuka Provinsi Riau pada tahun 2021
mengalami penurunan dari tahun 2020 sebesar 2.10 persen, hal ini dapat disebabkan adanya
lapangan pekerjaan yang meningkat sebesar 1.55 persen pada saat pandemi covid-19,
lapangan pekerjaan yang meningkat yaitu pada sektor transportasi dan pergudangan.
Tabel 1.2: Data Angkatan Kerja dan Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Riau
Tahun 2002-2021
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa data tingkat pengangguran terbuka dan
jumlah angkatan kerja mengalami fluktuasi. Tingkat pengangguran terbuka tertinggi pada
tahun 2004 mencapai sebesar 15.25% diikuti dengan tahun tahun selanjutnya yang kemudian
mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi sebesar 9.79% atau 184.744 jiwa penduduk
yang menganggur, dengan jumlah angkatan kerja terendah ditahun ini sebesar 1.356.612 jiwa,
orang yang bekerja sebanyak 1.171.868 jiwa. Dan pada tahun 2011 tingkat pengangguran
terbuka kembali mengalami kenaikan cukup tinggi dengan angka 10,27% hal ini disebabkan
oleh ketidakstabilan ekonomi akibat inflasi. Dan tingkat pengangguran terbuka pada tahun
2013 sebesar 5,48% hal ini dikarnakan adanya perubahan tren dari pekerjaan disektor informal
menjadi sektor formal dipasar kerja. Pada tahun 2021 jumlah angkatan kerja tertinggi mencapai
sebesar 3.294.616 jiwa terbagi 3.148.947 jiwa yang bekerja dan 145.669 jiwa tergolong dalam
pengangguran terbuka dengan persentase pengangguran 4.42% yang terbilang rendah.
Tabel diatas menunjukkan Tingka Kependudukan tahun 2010 sampai dengan tahun
2022 mengalami penurunan namun masih tergolong berfluktuasi. Angka tertinggi pada data 10
tahun terakhir yaitu pada tahun 2019 sebesar 6.971.745 Jiwa dan angka terkecil di tahun 2010
sebesar 5.574.928.
Jumlah penduduk yang besar bagi beberapa kalangan merupakan suatu hal positif
karena dengan jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dijadikan sebagai subjek
pembangunan, perekonomian akan berkembang bila jumlah tenaga kerjanya banyak. Namun
disisi lain beberapa kalangan justru meragukan apakah jumlah penduduk yang besar adalah
sebagai asset seperti yang dijelaskan sebelumnya, akan tetapi kebalikan dari hal tersebut
bahwa penduduk merupakan beban bagi pembangunan. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan yang semakin lama semakin banyak pula seiring dengan perkembangan jumlah
penduduk tersebut. Pandangan pesimis seperti ini di dukung oleh teori Malthus yang
menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk menurut deret ukur sementara pertumbuhan
bahan makanan menurut deret hitung. Simpulan dari pandangan pesimis ini adalah bukan
kesejahteraan yang didapat tapi justru kemelaratan akan di temui bilamana jumlah penduduk
tidak dikendalikan dengan baik.
Pengangguran adalah problem yang terus menumpuk. Bertambah dari tahun ke tahun.
Persoalan pengangguran bukan sekedar bertumpu pada makin menyempitnya dunia kerja,
tetapi juga rendahnya kualitas SDM (sumber daya manusia) yang kita punyai.
Beberapa masalah lain yang juga berpengaruh terhadap ketenagakerjaan adalah masih
rendahnya arus masuk modal asing, perilaku proteksionis sejumlah negara-negara maju dalam
menerima ekspor komoditi, Beberapa masalah lain yang juga berpengaruh terhadap
ketenagakerjaan adalah masih rendahnya arus masuk modal asing (investasi), stabilitas
keamanan, perilaku proteksionis (travel warning) sejumlah Negara-negara barat terhadap
Indonesia, perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan global yang menjadikan krisis
pangan didunia, harga minyak dunia naik, pasar global dan berbagai perilaku birokrasi yang
kurang kondusif atau cenderung mempersulit bagi pengembangan usaha, serta tekanan
kenaikan upah buruh ditengah dunia usaha yang masih lesu. Disamping masalah-masalah
tersebut diatas, faktor-faktor seperti kemiskinan, ketidakmerataan pendapatan karyawan,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik juga sangat berpengaruh terhadap
ketenagakerjaan di Indonesia.
Semua permasalahan hal diatas tampaknya sudah dipahami oleh pembuat kebijakan
(Decision Maker). Namun hal yang tampaknya kurang dipahami adalah bahwa masalah
ketenagakerjaan atau pengangguran bersifat multidimensi, sehingga juga memerlukan cara
pemecahan yang multidimensi pula.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Referensi
SITUS REFERENSI
https://www.bps.do.id
Idham, M., Razak, M., Yusof, A. M., Syazana, W. N., Jaafar, W. E., & Talib, A. H. (2014). Factors Influencing
Unemployment among Graduates in Malaysia – An Overview. Issn, 5(11), 2222–1700. Retrieved
Mankiw, (2018). Teori Makroekonomi Edisi Kelima. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mada, M., & Ashar, K. (2015). Analisis Variabel Yang Mempengaruhi Jumlah Pengangguran Terdidik Di
Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Pembangunan, 15(1), 50–76. Retrieved from
https://jurnal.uns.ac.id/jiep/article/view/9894 mendenhall, beaver. (n.d.). introduction to probability
and statistics.
Sukirno, Sadono. (2013). Makroekonomi Modern Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga
Keynesian Baru.