Anda di halaman 1dari 15

Modul Perekonomian Indonesia

PERTEMUAN 6:
INDIKATOR KEMISKINAN DAN KESENJANGAN
PENDAPATAN SERTA KEBIJAKAN ANTI KEMISKINAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai indikator kemiskinan, kesenjangan
pendapatan dan kebijakan anti kemiskinan. Setelah mempelajari materi
perkuliahan, mahasiswa mampu memahami konsep:
6.1 Pengangguran dan lapangan kerja
6.2 Hubungan antara tingkat kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi
6.3 Indikator kemiskinan dan kebijakan anti kemiskinan

c. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 6.1:
Pengangguran dan Lapangan Kerja

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak.

Statistik Pengangguran
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan

81
Modul Perekonomian Indonesia

ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara.
Akibat Pengangguran
Akibat yang ditimbulkan dari pengangguran untuk perekonomian negara, yaitu:
1. Penurunan pendapatan perkapita.
2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
4. Dapat menambah hutang negara.
Akibat yang ditimbulkan dari pengangguran bagi masyarakat, yaitu :
1. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
2. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan
apabila tidak bekerja.
3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

Kebijakan Mengatasi Pengangguran


Kebijakan dalam mengatasi pengangguran dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
2. Memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan
ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan kerja
yang kosong
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.
5. Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang
timbulnya investasi baru.
6. Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
7. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor
agraris dan sektor formal lainnya.

82
Modul Perekonomian Indonesia

Lapangan Pekerjaan
Lapangan kerja adalah penduduk usia kerja yang mampu bekerja. Usia
angkatan kerja di Negara berkembang >15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak. Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah ussia di atas 17 tahun. Angkatan kerja di Indonesia kualaitasnya masih
rendaah karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD,SD & SMP.
Pengertian lapangan pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana
seseorang bekerja. Saat ini sering kita dengar banyak orang yang menganggur
artinya tidak punya tempat bekerja, akibatnya dia tidak mempunyai pendapatan.
Jumlah pengangguran cukup tinggi menyebabkan beban bagi masyarakat bahkan
menimbulkan kemiskinan. Angka pengangguran tiap tahun terus bertambah
apalagi saat ini sering terjadi PHK.
Terjadinya pengangguran disebabkan oleh tidak adanya lapangan
pekerjaan atau lapangan pekerjaan yang asa mempunyai persyaratan tinggi,
sehingga banyak tenaga kerja yang tidak bisa masuk. Akan tetapi ada pula orang
yang sudah bekerja tetapi di-PHK.

Jenis-jenis Lapangan Kerja

Lowongan kerja yang disediakan sebenarnya menyebar dalam arti tidak


hanya pada satu bidang atau sektor saja. Lowongan kerja menyebar dibeberapa
sektor lapangan pekerjaan yang ada. Lapangan pekerjaan, menurut sensus
penduduk 2000, adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan/instansi dimana
seseorang bekerja atau pernah bekerja. Lapangan pekerjaan ini dibagi dalam 10
golongan, terdiri dari 5 sub sektor pertanian dan 5 sektor lainnya, yaitu :
1. Sub sektor pertanian tanaman pangan
2. Sub sektor perkebunan
3. Sub sektor perikanan
4. Sub sektor peternakan
5. Sub sektor pertanian lainnya
6. Sektor industri pengolahan
7. Sektor perdagangan

83
Modul Perekonomian Indonesia

8. Sektor jasa
9. Sektor angkutan
10. Sektor lainnya
Dari masing masing sektor lapangan pekerjaan itu tentu akan menyerap
tenaga kerja. Data Jumlah penyerapan tenaga kerja menurut sektor lapangan
kerja tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 2. Bagi yang sedikit kreatif tentu
tidak hanya memiliki orientasi mencari kerja, namun bisa melihat potensi dan
peluang dari berbagai sektor lapangan kerja untuk dijadikan peluang usaha.

Gambar 2. Jumlah penyerapan tenaga kerja menurut sektor lapangan kerja tahun
2015 (juta orang)
Sumber BPS 2016

Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga

84
Modul Perekonomian Indonesia

kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang
berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini,
setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak
pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas
17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang
menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga
kerja.

Klasifikasi Tenaga Kerja

Berdasarkan penduduknya tenaga kerja ada 2 (dua), yaitu :


1. Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja
dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang
Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka
yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
2. Bukan tenaga kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau
bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga
Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka
yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok
ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.

Berdasarkan batas kerja tenaga kerja ada 2 (dua), yaitu :

1. Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun
yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang
sedang aktif mencari pekerjaan.
2. Bukan angkatan kerja
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang
kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh

85
Modul Perekonomian Indonesia

kelompok ini adalah anak sekolah, mahasiswa, para ibu rumah tangga, orang
cacat, dan para pengangguran sukarela.

Berdasarkan Kualitasnya tenaga kerja ada 3 (tiga), yaitu :


1. Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau
kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan
nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
2. Tenaga kerja terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang
tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan
latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut.
Contohnya apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang
hanya mengandalkan tenaga saja. Contohnya kuli, buruh angkut, pembantu rumah
tangga, dan sebagainya.

Masalah Ketenagakerjaan
Berikut beberapa masalah ketenagakerjaan di Indonesia yang menyebabkan
pengangguran :
1. Rendahnya kualitas tenaga kerja
2. Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja
3. Persebaran tenaga kerja yang tidak merata

Tujuan Pembelajaran 6.2:


Hubungan Antara Tingkat Kemiskinan Dan Kesenjangan Pendapatan
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Yang Tinggi

Definisi Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan


Definisi tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan
semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun permasalahan lain yang
melingkupinya. Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi

86
Modul Perekonomian Indonesia

melainkan telah meluas hingga kedimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan


politik. Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan
memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan
maupun non makan. Definisi dibuat tergantung dari latar belakang dan tujuan,
juga tergantung dari sudut mana definisi tersebut ditinjaunya, untuk kepentingan
apa definisi tersebut dibuat. Biasanya definisi-definisi tersebut akan saling
melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya.

 Kemiskinan didesa dan dikota


Kondisi kemiskinan di pedesaan dan proses industrialisasi di perkotaan
hampir seperti dua sisi mata uang. Kondisi kemiskinan di pedesaan mendorong
penduduk untuk pergi ke kota dengan impian akan dapat keluar dari kemiskinan
dan sedapat mungkin membawa pulang uang ke desa untuk pemenuhan kebutuhan
hidup. Bahkan bila mungkin untuk melakukan investasi atau untuk akumulasi
asset. Impian itu dilandaskan pada sebuah asumsi bahwa industrialisasi di kota
dengan sektor formal modern lebih terlindungi, lebih terjamin dan lebih
menyejahterakan karena diatur oleh pemerintah.
Meskipun pada satu masa - periode 80an hingga separuh 90an - bekerja di
pabrik untuk sebagian berhasil mewujudkan sebagian mimpi mengangkat tingkat
kehidupan yang lebih baik, akan tetapi seiring dengan kebijakan pembangunan
dan investasi yang dilengkapi dengan politik perburuhan yang lebih
mengutamakan dukungan dan pelayanan terhadap modal, impian tersebut semakin
sirna.
Modal besar dan asing adalah mantra bagi pembangunan ekonomi Indonesia.
Kedatangannya amat dirindukan. Kerinduan yang dalam terhadap modal asing
telah membuat pemerintah tega menjual murah warganegaranya. Saat ini upah
buruh di Indonesia adalah yang paling murah dibandingkan 10 negara ASEAN.
Secara resmi pemerintah Indonesia melalui BKPM (Badan Koordinasi Penanaman
Modal) menjual upah buruh hanya US$0.6 per jam (=Rp.5,400). Buruh di Filipina
menerima upah 2 kali lipat (US$ 1.04), buruh Thailand dibayar hampir 3 kali lipat
(US$1.63) dan buruh Malaysia menerima hampir 5 kali lipat (US$2.88).

87
Modul Perekonomian Indonesia

Rendahnya upah menjelaskan mengapa keinginan kaum buruh industri – terutama


di sektor manufaktur padat karya untuk pasar ekspor - untuk memperbaiki
kehidupan dan menyumbang ekonomi desa, tak banyak terwujud karena alih-alih
membawa pulang uang ke desa, yang terjadi justru warga desa mensubsidi
industri melalui sumbangan pemenuhan kebutuhan hidup buruhnya yang tak dapat
dipenuhi oleh upah yang diterima. Kisah-kisah buruh di kota yang bersandar pada
pengiriman beras dan bahan makanan dari keluarga di desa dan menitipkan anak
untuk diasuh nenek-kakek di desa adalah contoh dari subsidi desa terhadap roda
industrialisasi.

 Indikator – indikator kemiskinan


Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara
detail indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator – indikator kemiskinan
sebagaimana dikutip dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar ( sandang,pangan, papan


).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (
kesehaatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi ).
3. Tidak adanya jaminan masa depan ( karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga ).
4. Kerentangan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun
massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya
alam.
6. Kuranganya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial ( anak-anak terlantar,
wanita korban kekerasan rumah tangga,janda miskin,kelompok marginal
dan terpencil ).

88
Modul Perekonomian Indonesia

Kesenjangan Pendapatan
Ketimpangan pendapatan yang terjadi di Indonesia sangat terlihat jelas,
dari istilah yang kayak semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini
sangat berdampak pada pendapatan tersebut tidak cukup hanya bicara mengenai
subsidi modal terhadap kelompok miskin maupun peningkatan pendidikan (
ketrampilan ) tenaga kerja di Indonesia. Lebih penting dari itu ,persoalan yang
terjadinya sesungguhnya adalah akibat kebijakan pembangunan ekonomi yang
kurang tepat dan bersifat struktural. Maksudnya kebijakan masa lalu yang begitu
menyokong sektor industri dengan mengorbankan sektor lainnya patut direvisi
karena telah mendorong munculnya ketimpangan sektoral yang berujung kepada
kesenjangan pendapatan. Dari perspektif ini agenda mendesak bagi Indonesia
adalah memikirkan kembali secara serius model pembangunan ekonomi yang
secara serius model pembangunan ekonomi yang secara serentak bisa memajukan
semua sektor dengan melibatkan seluruh rakyat sebagai partisipan. Sebagian besar
ekonom meyakini bahwa strategi pembangunan itu adalah modernisasi pertanian
dengan melibatkan sektor industri sebagai unit pengolahnya.
Ketimpangan atau kesenjangan pendapatan adalah menggambarkan
distribusi pendapatan masyarakat di suatu daerah atau wilayah pada waktu
tertentu. Kaitan kemiskinan dengan ketimpangan pendapatan ada beberapa pola
yaitu :
 Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada miskin)
tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.
 Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada miskin)
tetapi ketimpangan pendapatannya rendah ( ini yang paling baik).
 Semua anggota masyarakat mempunyai income rendah ( semuanya
miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.
 Semua anggota masyarakat mempunyai income yang rendah (semuanya
miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya rendah.
 Tingkat income masyaraka bervariasi ( sebagian miskin,sebagian tidak
miskin)tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.

89
Modul Perekonomian Indonesia

 Tingkat income masyarakat bervariasi (sebagian miskin, sebagian tidak


miskin)tetapi ketimpangan pendapatannya rendah.

Masalah Dasar
Di Indonesia pada awal pemerintahan Orde Baru, pemerintah menetapkan
kebijaksanaan pembangunan yang disebut dengan “TRICKLE DOWN
EFFECTS” yaitu bagaimana mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dalam suatu periode yang relatif singkat.
Pembangunan ekonomi nasional dimulai dari Pulau Jawa (khususnya jawa
Barat), dengan alasan bahwa di Pulau Jawa sudah tersedia infrastruktur, dengan
harapan bahwa hasil-hasil pembangunan itu akan menetes ke sektor dan wilayah
lain di Indonesia. Akan tetapi sejarah menunjukkan bahwa setelah 10 tahun
berlalu sejak Pelita I (1969) ternyata efek tersebut tidak tepat. Perekonomian
Indonesia pada 2010 tumbuh 6,1 persen, melampaui target 5,8 persen. Nilai
produk domestik bruto naik dari Rp 5.603,9 triliun pada 2009 menjadi Rp 6.422,9
triliun tahun lalu. Namun, pertumbuhan ekonomi ini menimbulkan kesenjangan di
masyarakat. Pengamat ekonomi mengatakan, kelompok masyarakat yang sangat
kaya masih menjadi penyokong utama pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi
rumah tangga mereka. Hal ini sangat jelas bahwa orang yang sangat kaya
memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Pengentasan kesenjangan pendapatan tetap merupakan salah satu masalah
yang paling mendesak di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang hidup
dengan penghasilan kurang dari AS$2-per hari hampir sama dengan jumlah total
penduduk yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$2- per hari dari semua
negara di kawasan Asia Timur kecuali Cina. Komitmen pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2005-2009 yang disusun berdasarkan Strategi Nasional
Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Di samping turut menandatangani Tujuan
Pembangunan Milenium (atau Millennium Development Goals) untuk tahun
2015, dalam RPJM-nya pemerintah telah menyusun tujuan-tujuan pokok dalam
pengentasan kemiskinan untuk tahun 2009, termasuk target ambisius untuk
mengurangi angka kemiskinan dari 18,2 persen pada tahun 2002 menjadi 8,2

90
Modul Perekonomian Indonesia

persen pada tahun 2009. Walaupun angka kesenjangan pendapatan nasional


mendekati kondisi sebelum krisis, hal ini tetap berarti bahwa sekitar 40 juta orang
saat ini hidup di bawah garis kemiskinan. Lagi pula, walaupun Indonesia
sekarang merupakan negara berpenghasilan menengah, proporsi penduduk yang
hidup dengan penghasilan kurang dari AS$2-per hari sama dengan negara-negara
berpenghasilan rendah di kawasan ini, misalnya Vietnam.
Ada tiga ciri yang menonjol dari kesenjangan pendapatan di Indonesia.
1. Banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan nasional,
yang setara dengan PPP AS$1,55-per hari, sehingga banyak penduduk
yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan.
2. Ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak
menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang
mungkin tidak tergolong (miskin dari segi pendapatan) dapat
dikategorikan sebagai miskin atas dasar kurangnya akses terhadap
pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan
manusia.
3. Perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di
Indonesia.
Banyak penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Angka
kemiskinan nasional sejumlah besar penduduk yang hidup sedikit saja di atas
garis kemiskinan nasional. Hampir 42 persen dari seluruh rakyat.
Kemiskinan dari segi non-pendapatan adalah masalah yang lebih
serius dibandingkan dari kemiskinan dari segi pendapatan. Bidang-bidang
khusus yang patut diwaspadai adalah:
 Angka gizi buruk (malnutrisi) yang tinggi dan bahkan meningkat pada
tahun-tahun terakhir: seperempat anak di bawah usia lima tahun
menderita gizi buruk di Indonesia, dengan angka gizi buruk tetap sama
dalam tahun- tahun terakhir kendati telah terjadi penurunan angka
kemiskinan.
 Kesehatan ibu yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara
di kawasan yang sama, angka kematian ibu di Indonesia adalah 307
(untuk 100.000 kelahiran hidup), tiga kali lebih besar dari Vietnam dan

91
Modul Perekonomian Indonesia

enam kali lebih besar dari Cina dan Malaysia hanya sekitar 72 persen
persalinan dibantu oleh bidan terlatih.
 Lemahnya hasil pendidikan. Angka melanjutkan dari sekolah dasar
ke sekolah menengah masih rendah, khususnya di antara penduduk
miskin: di antara kelompok umur 16-18 tahun pada kuintil termiskin,
hanya 55 persen yang lulus SMP, sedangkan angka untuk kuintil terkaya
adalah 89 persen untuk kohor yang sama.
 Rendahnya akses terhadap air bersih, khususnya di antara penduduk
miskin. Untuk kuintil paling rendah, hanya 48 persen yang memiliki
akses air bersih di daerah pedesaan, sedangkan untuk perkotaan, 78
persen.
 Akses terhadap sanitasi merupakan masalah sangat penting. Delapan
puluh persen penduduk miskin di pedesaan dan 59 persen penduduk
miskin di perkotaan tidak memiliki akses terhadap tangki septik,
sementara itu hanya kurang dari satu persen dari seluruh penduduk
Indonesia yang terlayani oleh saluran pembuangan kotoran berpipa.
Perbedaan antar daerah yang besar di bidang kemiskinan. Keragaman
antar daerah merupakan ciri khas Indonesia, di antaranya tercerminkan dengan
adanya perbedaan antara daerah pedesaan dan perkotaan. Di pedesaan, terdapat
sekitar 57 persen dari orang miskin di Indonesia yang juga seringkali tidak
memiliki akses terhadap pelayanan infrastruktur dasar hanya sekitar 50 persen
masyarakat miskin di pedesaan mempunyai akses terhadap sumber air bersih,
dibandingkan dengan 80 persen bagi masyarakat miskin di perkotaan. Tetapi
yang penting, dengan melintasi kepulauan Indonesia yang sangat luas, akan
ditemui perbedaan dalam kantong-kantong kemiskinan di dalam daerah itu
sendiri.
Studi-studi mengenai distribusi pendapatan di Indonesia pada umumnya
menggunakan data BPS mengenai pengeluaran konsumsi rumah tangga dari
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
Demikian pula pengertian pendapatan yang artinya pembayaran yang di
dapat karena bekerja atau menjual jasa tidak sama dengan pengertian kekayaan.
Kekayaan seseorang bisa jauh lebih besar dari pada pendapatannya.

92
Modul Perekonomian Indonesia

Boleh dikatakan bahwa baru sejak akhir 1970-an pemerintah Indonesia


ulai memperlihatkan kesungguhan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sejak saat itu aspek pemerataan dalam trilogi pembangunan semakin
di tekankan dan ini diidentifikasikan dalam delapan jalur pemerataan, sudah
banyak program-program dari pemerintah pusat hingga saat ini mencerminkan
upaya tersebut seperti:
a) Program serta kebijakan yang mendukung pembangunan industri kecil
b) Rumah tangga dan koperasi
c) IDT
d) Program keluarga sejahtera
e) Program keluarga berencana (kb)
f) Program makanan tambahan bagi anak sekolah dasar
g) Program transmigrasi
h) Peningkatan UMR atau provinsi (UMP)
i) Jaringan pengamana sosial yang di sponsori bank dunia

Faktor Penyebab Kesenjangan Pendapatan


Secara teoritis perubahan pola distribusi pendapatan di perdesaan di
sebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Akibat arus penduduk dari perdesaan ke perkotaaan yang selama Orde Baru
berlansung sangat pesat.
2. Struktur pasar dan besarnya distoris yang berbeda di perdesaan dengan
perkotaan.
3. Dampak positif dari proses pembanguan ekonomi nasional diantaranya:
 Semakin banyaknya kegiatan-kegiatan ekonomi di perdesaan di
luar sektor pertanian seperti industri manufaktur.
 Tingkat produktivitas dan pendapatan (dalam nilai riil) L di sektor
pertanian meningkat.
 Potensi SDA ( sumber daya alam) yang ada di perdesaan semakin
baik karena dimanfaatkan oleh penduduk desa (pemakain semakin
optimal)

93
Modul Perekonomian Indonesia

Tingkat kesenjangan distribusi pendapatan diIndonesia dapat juga di ukur dengan


metode Bank Dunia, yakni membagi jumlah populasi ke dalam tiga kelompok
yakni:
a. 40% berpedapatan rendah
b.40% berpendapatan menengah
c. 20 % berpendapatan tinggi

Tabel 4. Klasifikasi tingkat kesenjangan distribusi pendapatan


KLASIFIKASI DISTRIBUSI PENDAPATAN
Ketimpangan Parah 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati < 12
% pendapatan nasional
Ketimpangan Sedang 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 -
17 % pendapatan nasional
Ketimpangan Lunak 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati > 17
(Distribusi Merata) % pendapatan nasional

Adapun indikator – indikator kesenjangan pendapatan antara lain sebagai beikut :


1. UMR yang ditentukan pemerintah antara pegawai swasta dan pegawai
Pemerintah yang berbeda.
2. PNS ( golongan atas ) lebih sejahtera dibandingkan petani.
3. Pertanian kalah jauh dalam menyuplai Produk Domestik Bruto ( PDB )
yang hanya sekitar 9.3 % di tahun 2011, padahal Indonesia merupakan
Negara agraris.

Selain itu,penyebab kesenjangan pendapatan di negara Indonesia adalah :


a. Laju Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan penduduk Indonesia terus menigkat di setiap 10 tahun menurut hasil
sensus penduduk.Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesia semakin
terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang
bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan. Penghasilan yang
minim ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang harud ditanggung
membuat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.

94
Modul Perekonomian Indonesia

b. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.


Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong tenaga kerja ialah penduduk yang
berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara
yang satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah
minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua
penduduk kesenjangan dikatakan lunak,distribusi pendapatan nasional dikatakan
cukup merata.

c.Tingkat pendidikan yang rendah.


Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab
kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan
dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi
terutama industry, jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang
mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis.

d. Kurangnya perhatian dari pemerintah.


Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat
miskin dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat
memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di
negaranya. Faktor lain yang masih memperlambat pencapaian penurunan
kemiskinan sebagai berikut :
1. Belum meratanya program pembangunan,khususnya di pedesaan,luar
Pulau Jawa,daerah terpencil,dan daerah perbatasan. Sekitar 63.5%
penduduk miskin hidup di daerah pedesaan. Kemiskinan diluar Pulau
Jawa termasuk Nusa Tenggara, Maluku dan Papua juga lebih tinggi
dibandingkan di Pulau Jawa. Oleh karena itu, upaya penanganan
kemiskinan seharusnya lebih difokuskan di daerah-daerah tersebut.
2. Masih terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.
3. Masih besarnya jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin,baik
karena guncangan ekonomi,bencana alam,dan juga akibat kurangnya akses
terhadap pelayanan dasar dan sosial.

95

Anda mungkin juga menyukai