1.1 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Penduduk tergolong
tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku
di Indonesia adalah berumur 15 tahun-64 tahun. tenaga kerja merupakan salah satu faktor
produksi yang penting setiap negara . tanpa adanya tenaga kerja, faktor produksi alam dan
faktor produksi modal tidak bisa digunakan dengan optimal. Secara garis besar penduduk
suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Dan tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan dibagi menjadi dua, yaitu pekerja dang pengangguran.
Pada dasarnya ketenagakerjaan dapat di klasifikasikan menjadi tiga macam yakni tenaga
kerja terdidik, tenaga kerja terlatih dan tenaga kerja tidak terlatih.
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang pernah memperoleh pendidikan formal dalam
bidang tertentu tetapi mereka belum pernah dilatih dalam bidang tersebut. Tenaga kerja
terdidik ini diidentikkan dengan tenaga kerja yang belum berpengalaman.
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang telah bekerja dan pernah mengikuti latihan
sesuai dengan bidangnya misaknya seorang yang telah menamatkan studinya dalam bidang
perbankan, maka mereka dapat digolongkan sebagai tenaga kerja terlatih. Tenaga kerja
terlatih ini bisa disamakan dengan tenaga kerja yang sudah berpengalaman.
Tenaga kerja gyang tidak terlatih adalah tenaga kerja diluar tenaga kerja terdidik dan juga
tenaga kerja terlatih. Pada umumnya tenaga kerja tidak terlatih ini hanya mengenyam
pendidikan formal pada tingkatan bawah dan tidak mempunyai keahlian yang memadai
karena memang belum ada pengalaman kerja sehingga pekerjaan yang dikerjakannya
umumnya tidak memerlukan keahlian secara spesifik.
Dalam pembahasan ketenaga kerjaan tidak bisa dilepaskan dari pembahasan upah. Di
Indonesia dikenal beberaoa sistem pemberian upah, diantaranya adalah serrbagai berikut
1.2 Pengangguran
Pengangguran adalah mereka yang berusia kerja yang sedang tidak bekeeja dan tidak mencari
pekerjaan. Sebab umum yang mempengaruhi pengangguran adalah:
Angkatan kerja yang terus meningkat dan pertumbuhan kesempatan kerja yang tidak
seimbang.
Angkatan kerja yang mencari kerja tidak memenuhi persyaratan yang diminta oleh dunia
usaha.
Tingkat investasi yang rendah.
Sebab terjadinya pengngguran dapat dibedakan menjadi beberapa macam diantranya adalah:
Untuk mengatasi pengangguran ini, bisa dilakukan oleh pemerintah, perorangan dan
perusahaan.
PEMBANGUNAN EKONOMI
Masalah sosial baik dari sisi kesejahteraan, kemiskinan, dan pengangguran masih menjadi
pekerjaan rumah bagi negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini mendorong adanya
pembangunan ekonomi, sebagai upaya terencana, terprogram, sistematis dan berkelanjutan
untuk meningkatkan mutu hidup seluruh warga masyarakat. Pada gilirannya, pembangunan
ini akan berakibat positif pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, jika
berhasil.
Dalam pengertian pembangunan ekonomi ini, ada 3 elemen penting yang perlu disoroti,
diantaranya :
Setidaknya ada 2 indikator penting yang perlu disoroti dalam pembangunan ekonomi, yaitu
indikator ekonomi yang bisa dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi dengan adanya kenaikan
pendapatan per kapita, dan kesejahteraan ekonomi. Kedua, indikator sosial yang dinilai dari
indeks pembangunan manusia maupun indeks mutu hidup.
Pembangunan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :
Kekayaan alam
Jumlah dan kualitas penduduk
Sumber daya modal yang dimiliki
Penguasaan teknologi
Kondisi sosial budaya masyarakat
Kondisi politik
Berbagai bentuk permasalahan pembangunan ekonomi di Indonesia masih terus dihadapi oleh
pemerintah, antara lain dengan tingginya tingginya angka pengangguran, maraknya
kemiskinan, tingginya populasi penduduk, tingkat inflasi mengakibatkan rendahnya daya
beli, rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan per kapita, dan
komoditas ekspor didominasi sektor primer.
Dampak Positif
Dampak Negatif
Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik mengakibatkan adanya
kerusakan lingkungan hidup.
Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.
BAB III
KEUANGAN NEGARA
Bursa Efek merupakan sebuah pasar yang terorganisasi dimana para pialang
melakukan transaksi jual beli saham / surat berharga dengan berbagai perangkat aturan yang
ditetapkan di Bursa Efek tersebut. Bursa Efek merupakan tempat pertemuan pencari modal
dengan pihak yang memiliki uang dengan tujuan investasi.
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal
atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di
Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan
pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912,
perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan
pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah
kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan
operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977,
dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai
insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai
berikut:
· 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
Pemerintah Hindia Belanda.
· 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya
· Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan
Surabaya ditutup.
· 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
· 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952,
yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan
(Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah
RI (1950)
· 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
· 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan
dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati
sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go
public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
· 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru
mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar
Modal.
· 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan
kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing
menanamkan modal di Indonesia.
· 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu
BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
· 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan
Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
· 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan
Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
· 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
· 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer
JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
· 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
· 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
· 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan
berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
§ Misi :Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan
Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good
governance.
Core values
1. Teamwork
2. Integrity
3. Professionalism
4. Service Excellence
Core competencies
1. Building Trust
2. Integrity
3. Strive for Excellence
4. Customer Focus
4.4 Produk Bursa Efek Indonesia
Berikut ini beberapa produk yang ada dalam bursa efek Indonesia :
3.3.1 Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak
(badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal
tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset
perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau
memiliki saham
1. Dividen
2. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk
dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli
saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500
per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk
setiap saham yang dijualnya.
o Capital Loss
Capital Loss yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.
Misalnya saham PT. XYZ yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga
saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena
takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut
sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.
o Risiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan
tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas
terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan
perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut,
maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika
tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil
dari likuidasi tersebut.
BAB V
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Transaksi tersebut biasanya akan disertai dengan kebijakan ekonomi lainnya. Dengan
demikian, transaksi tersebut cenderung meningkatkan standar hidup suatu negara.
Sedangkan bursa internasional merujuk secara khusus pada pertukaran antara negara yang
berbeda. Beberapa teori sejarah mengatakan bahwa perdagangan semacam ini dimulai
dengan munculnya negara-bangsa modern pada penutupan Abad Pertengahan Eropa.
Ketika para pemikir dan filsuf politik mulai memeriksa sifat dan fungsi negara, perniagaan
dengan negara-negara lain menjadi topik khusus dari penyelidikan mereka.
Oleh karena itu, tidak mengejutkan untuk menemukan salah satu upaya paling awal untuk
menggambarkan fungsi bursa internasional di dalam tubuh pemikiran yang sangat
nasionalistik yang sekarang dikenal sebagai merkantilisme.
Sejalan dengan teori ini berbagai ukuran kesejahteraan negara, seperti standar hidup atau
pengembangan manusia, menggunakan merkantilisme sepanjang 1500-an hingga akhir 1700-
an.
Perkembangan ekonomi dicegah ketika negara-negara merkantilis membayar koloni sangat
sedikit untuk ekspor dan membebankan nilai tinggi untuk impor.
Kelemahan terbesar dari merkantilisme adalah bahwa setiap negara yang terlibat dalam
ekspor dibatasi dari impor. Hal ini merupakan hambatan lain dari pertumbuhan perniagaan
internasional.
Karyanya yang terkenal berjudul The Wealth of Nations (1776). Sebagian dari karya ini
merupakan risalah anti merkantilis. Dalam buku tersebut, Smith menekankan pentingnya
spesialisasi sebagai sumber peningkatan output, dan dia memperlakukan perdagangan
internasional sebagai contoh khusus spesialisasi.
Di dunia yang sumber daya produktifnya langka dan keinginan manusia tidak dapat
sepenuhnya dipenuhi, setiap negara harus berspesialisasi dalam produksi barang-barang yang
dilengkapi dengan baik untuk diproduksi.
Ia harus mengekspor hasil dari produksi ini atau dengan menukarkan barang-barang lain
sehingga tidak dapat dengan mudah berubah. Smith tidak memperluas ide-ide ini secara
panjang lebar, tetapi ekonom klasik lain, David Ricardo, mengembangkannya menjadi
prinsip keunggulan komparatif.
Smith menyatakan bahwa tarif dan kuota tidak boleh membatasi perniagaan internasional
yang seharusnya diizinkan mengalir sejalan dengan proses ekonomi.
Bertentangan dengan merkantilisme, Smith berpendapat bahwa negara harus fokus pada
produksi barang yang di dalamnya memiliki keunggulan absolut. Tidak ada negara yang
seharusnya mematikan semua produk yang dikonsumsinya.
Teori ini berbeda dari teori keunggulan komparatif dan keunggulan absolut karena teori ini
berfokus pada produksi metode perakitan. Sebaliknya, teori Heckscher-Ohlin menyatakan
bahwa seorang penduduk negara harus mengkhususkan diri pada produksi dan ekspor produk
yang berlimpah di daerahnya, karena akan sangat hemat biaya.
Teori Heckscher-Ohlin lebih disukai daripada teori Ricardo. Pada tahun 1953, pakar ekonomi
mengungkapkan sebuah studi, saat mereka menguji validitas teori Heckscher-Ohlin.
Studi ini menunjukkan bahwa AS lebih baik dalam modal dibandingkan dengan negara-
negara alternatif, sehingga AS akan mengekspor barang-barang padat modal dan mengimpor
barang-barang padat karya.
Akhirnya ekspor suatu negara menjadi impornya. Teori siklus hidup produk dikembangkan
sepanjang tahun 1960. Ini adalah teori yang dapat diterapkan yang terkait pada saat itu karena
Amerika Serikat mendominasi perdagangan dunia.
Saat ini, AS bukan lagi satu-satunya pencetus produk di dunia. Dewasa ini perusahaan-
perusahaan merancang produk baru dan memodifikasinya jauh lebih cepat daripada
sebelumnya.
Harga
Jika perusahaan asing dapat memproduksi atau menawarkan barang dan jasa dengan lebih
murah, maka mungkin menguntungkan untuk melakukan perdagangan luar negeri.
Kualitas
Perniagaan internasional juga bisa terjadi jika perusahaan luar negeri dapat menawarkan
barang dan layanan dengan kualitas unggul. Misalnya, Scotch Whiskey dari Skotlandia
dianggap lebih unggul daripada jenis lainnya. Skotlandia mengekspor sekitar 37 botol Scotch
per detik.
Ketersediaan
Jika tidak mungkin menghasilkan suatu produk di dalam negeri, seperti varietas buah atau
mineral khusus, maka sebuah negara akan memilih melakukan perniagaan internasional.
Misalnya, Jepang tidak memiliki cadangan minyak alami, dan karenanya, mengimpor semua
minyaknya.
Permintaan
Perniagaan internasional terjadi ketika permintaan untuk suatu produk atau jasa lebih di suatu
negara daripada apa yang dapat diproduksi di dalam negeri, maka mereka akan melakukan
impor.
Hal ini terutama karena semakin besar keragaman bahan baku yang tersedia dan semakin
besar ukurannya. Dengan demikian, partisipasi Amerika Serikat dalam perniagaan
internasional relatif rendah, yang diukur dengan persentase produk domestik bruto (PDB),
dan partisipasi dari bekas Uni Soviet bahkan lebih rendah lagi.
Namun, PDB AS sangat besar menurut standar dunia sehingga Amerika Serikat masih
menempati peringkat sebagai salah satu negara perdagangan terpenting di dunia. Beberapa
negara kecil di Eropa Barat, seperti Belanda, memiliki total ekspor dan impor yang
mendekati setengah dari PDB mereka.
Perdagangan Antar Negara Berkembang
Volume perdagangan terbesar terjadi antara negara-negara maju, yang kaya modal, terutama
antara para pemimpin industri seperti Australia, Belgia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia,
Jepang, Belanda, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Secara umum, ketika suatu negara matang secara ekonomi, partisipasinya dalam perdagangan
luar negeri tumbuh lebih cepat daripada PDB-nya.
Uni Eropa memberikan contoh mengesankan tentang keuntungan yang diperoleh dari
perdagangan bebas antara negara-negara tersebut. Bagian utama dari peningkatan pendapatan
riil di negara-negara Uni Eropa hampir pasti disebabkan oleh penghapusan hambatan
perdagangan.
Namun, pembentukan Uni Eropa tidak dapat diartikan sebagai cerminan dedikasi yang tidak
memenuhi syarat terhadap prinsip perdagangan bebas. Hal ini dikarenakan negara-negara Uni
Eropa mempertahankan tarif terhadap barang dari luar perserikatan.
Hal ini menyebabkan mereka sangat bergantung pada hasil dari ekspor satu atau dua
tanaman, seperti kopi, kakao, atau gula. Pasar untuk barang-barang semacam itu sangat
kompetitif, yaitu harga sangat peka terhadap setiap perubahan permintaan atau penawaran.
Rasio harga ekspor dengan harga impor seringkali memberikan efek yang menyakitkan pada
ekonomi domestik. Sehubungan dengan hampir semua komoditas utama yang penting, upaya
telah dilakukan pada stabilisasi harga dan kontrol output. Upaya-upaya ini telah menemui
berbagai keberhasilan.
Perdagangan antara negara maju dan negara kurang berkembang telah menjadi kontroversi
besar. Para kritikus menyebutkan eksploitasi tenaga kerja asing dan lingkungan serta
pengabaian kebutuhan tenaga kerja asli sering terjadi dalam perusahaan multinasional.
Para kritikus ini menyuarakan sejumlah keprihatinan tentang kekuatan dan ruang lingkup
WTO. Mereka mengkritik tentang dampak lingkungan, kesehatan dan keselamatan, hak-hak
pekerja rumah tangga, sifat demokratis WTO, kedaulatan nasional, dan kebijaksanaan jangka
panjang untuk mendukung komersialisasi dan perdagangan bebas.
5.7 Pengaruh Perniagaan Internasional
Namun, tidak setiap entitas tunggal memperoleh keuntungan dari bursa internasional.
Misalkan ada dua negara, Negara A dan Negara B. Dalam kasus tertentu negara A membuat
sesuatu dengan harga lebih mahal daripada produsen negara B.
Produsen di Negara A selanjutnya akan rugi karena konsumen akan membeli opsi Negara B.
Mereka memilih opsi itu karena lebih murah. Namun dari sisi konsumen, mereka
mendapatkan lebih banyak daripada kerugian yang ditanggung produsen dalam negeri.
Dengan perniagaan internasional, ada persaingan yang lebih besar dan harga yang lebih
kompetitif di pasar. Ini berarti bahwa konsumen memiliki lebih banyak pilihan yang lebih
terjangkau. Ekonomi dunia, yang didorong oleh penawaran dan permintaan, juga mendapat
manfaat.
Hal ini tentu saja memberikan tekanan yang positif terhadap semua negara karena diharuskan
untuk selalu menghasilkan yang terbaik. Dengan demikian, setiap konsumen di tiap negara
lah yang nantinya juga akan menikmati hasilnya.
Skala Ekonomi
Jika suatu negara ingin menjual barang-barangnya di pasar internasional, ia harus
menghasilkan lebih dari apa yang diperlukan untuk memenuhi permintaan domestik. Jadi
mereka harus menghasilkan volume yang lebih tinggi, yang mengarah ke skala ekonomis,
yang berarti biaya produksi setiap item berkurang.
Dengan demikian, akan terjadi surplus dari item yang akan diperdagangkan. Ini tentunya juga
akan menjadi kekuatan ekonomi bagi negara tersebut.
Kompetisi
Menjual barang dan jasa di pasar luar negeri juga mendorong persaingan di pasar tersebut. Di
satu sisi, hal itu baik untuk pemasok dan konsumen lokal juga. Pemasok harus memastikan
bahwa harga dan kualitasnya cukup kompetitif untuk memenuhi persaingan asing.
Di sisi konsumen, mereka juga diuntungkan karena bisa memperoleh banyak pilihan. Dan
lagi, kesemua pilihan tersebut memiliki harga terjangkau dengan kualitas yang baik.
Transfer Teknologi
Perniagaan internasional sering mengarah pada transfer teknologi dari negara maju ke negara
berkembang. Pemerintah di negara berkembang sering menetapkan istilah untuk perusahaan
asing yang melibatkan pengembangan kapasitas manufaktur lokal.