Anda di halaman 1dari 20

BAB I

KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN

1.1 Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Penduduk tergolong
tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku
di Indonesia adalah berumur 15 tahun-64 tahun. tenaga kerja merupakan salah satu faktor
produksi yang penting setiap negara . tanpa adanya tenaga kerja, faktor produksi alam dan
faktor produksi modal tidak bisa digunakan dengan optimal. Secara garis besar penduduk
suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Dan tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan dibagi menjadi dua, yaitu pekerja dang pengangguran.

Pada dasarnya ketenagakerjaan dapat di klasifikasikan menjadi tiga macam yakni tenaga
kerja terdidik, tenaga kerja terlatih dan tenaga kerja tidak terlatih.

 Tenaga kerja terdidik

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang pernah memperoleh pendidikan formal dalam
bidang tertentu tetapi mereka belum pernah dilatih dalam bidang tersebut. Tenaga kerja
terdidik ini diidentikkan dengan tenaga kerja yang belum berpengalaman.

 Tenaga kerja terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang telah bekerja dan pernah mengikuti latihan
sesuai dengan bidangnya misaknya seorang yang telah menamatkan studinya dalam bidang
perbankan, maka mereka dapat digolongkan sebagai tenaga kerja terlatih. Tenaga kerja
terlatih ini bisa disamakan dengan tenaga kerja yang sudah berpengalaman.

 Tenaga Kerja tidak terlatih

Tenaga kerja gyang tidak terlatih adalah tenaga kerja diluar tenaga kerja terdidik dan juga
tenaga kerja terlatih. Pada umumnya tenaga kerja tidak terlatih ini hanya mengenyam
pendidikan formal pada tingkatan bawah dan tidak mempunyai keahlian yang memadai
karena memang belum ada pengalaman kerja sehingga pekerjaan yang dikerjakannya
umumnya tidak memerlukan keahlian secara spesifik.

Dalam pembahasan ketenaga kerjaan tidak bisa dilepaskan dari pembahasan upah. Di
Indonesia dikenal beberaoa sistem pemberian upah, diantaranya adalah serrbagai berikut

 Upah berdasarkan waktu, yaitu penentuannya upahnya berdasarkan lamanya ia bekerja.


Dalam hal ini ada satu waktu yang di hitung per jam, per hari dan perbulan.
 Upah berdasarkan satuan hasil, yaitu penentuannya besarnya upah yang ditentukan pada
jumlah barang yang dihasilkan oleh pekerja.
 Upah borongan, yaitu penentuan besar upahnya ditentukan oleh kesepakatan bersama antara
pemberi ketja dan pekerja..
 Upah bonus, yaitu upah tambahan di luar gaji atau upah sebagai hadiah agar pekerja mau
bekerhja lebih baik dan lebih giat lagi.

1.2 Pengangguran

Pengangguran adalah mereka yang berusia kerja yang sedang tidak bekeeja dan tidak mencari
pekerjaan. Sebab umum yang mempengaruhi pengangguran adalah:

 Angkatan kerja yang terus meningkat dan pertumbuhan kesempatan kerja yang tidak
seimbang.
 Angkatan kerja yang mencari kerja tidak memenuhi persyaratan yang diminta oleh dunia
usaha.
 Tingkat investasi yang rendah.

Sebab khusus yang mempengaruhi pengangguran adalah:

 Tidak adanya lowongan pekerjaan.


 Tidak memenuhi persyaratan yang telah di tetapkan.
 Tidak ada kecocokan upah.
 Informasi yang tidak lengkap.

Sebab terjadinya pengngguran dapat dibedakan menjadi beberapa macam  diantranya adalah:

 Pengangguran musiman yaitu pengangguran yang disebabkan oleh perubahan musim,


umumnya di bidang pertanian.
 Pengangguran siklikal, yaitu pengangguran yang terjadi karena pengaruh siklus
konjungturdalam kehidupan ekonomi.
 Pengangguran friksional yaitu pengngguran yang sifatnya sementara yang disebabkan oleh
adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dan pembuka
lamaran kerja.

Untuk mengatasi pengangguran ini, bisa dilakukan oleh pemerintah, perorangan dan
perusahaan.

Cara mengatasi pengangguran Yang dilakukan oleh pemerintah:

 Merumuskan kebijakan dibidang investasi.


 Pemerintah melakukan pembangunan melalui proyek padaat karya.
 Meningkatkan transmigrasi sehingga dapat mengurangi pengangguran di daerah yang
memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.
 Mendirikan pusat-pusat latihan kerja yang bertujuan untuk melatih orang-orang menjadi
terampil dan kreatif.
 Mendorong majumya pendidikan karena dengan pendidikan yang memadai memungkinkan
seseorang untuk memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik.

Cara mengatasi pengangguran yang dilakukan oleh perorangan:

 Menanamkan jiwa usaha.


 Mencari informasi kerja yang lebih jelas.
 Meningkatkan kualitas diri.

Cara mengatasi pengngguran yang dilakukan oleh perusahaan:

 Mendirikan usaha padat karya.


 Memberikan informasi yang jelas tentang lowongan pekerjaan yang tersedia.
 Memberikan kesempatan magang bagi siswa yang masih bersekolah.
BAB II

PEMBANGUNAN EKONOMI

Masalah sosial baik dari sisi kesejahteraan, kemiskinan, dan pengangguran masih menjadi
pekerjaan rumah bagi negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini mendorong adanya
pembangunan ekonomi, sebagai upaya terencana, terprogram, sistematis dan berkelanjutan
untuk meningkatkan mutu hidup seluruh warga masyarakat. Pada gilirannya, pembangunan
ini akan berakibat positif pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, jika
berhasil.

Pembangunan ekonomi sendiri didefinisikan sebagai proses berkelanjutan yang memiliki


tujuan untuk meningkatkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) suatu negara dan pendapatan
per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang berdampak pada berbagai
aspek baik ekonomi, sosial, maupun Iptek.

Dalam pengertian pembangunan ekonomi ini, ada 3 elemen penting yang perlu disoroti,
diantaranya :

 Pembangunan sebagai suatu proses pembangunan merupakan suatu tahapan yang


harus dijalani masyarakat untuk mencapai kondisi adil, makmur, dan sejahtera.
 Pembangunan sebagai usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita.
 Peningkatan Pendapatan per Kapita berlangsung dalam jangka panjang artinya secara
rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.

Adapun tujuan dari pembangunan ekonomi di Indonesia selain untuk meningkatkan


pendapatan per kapita juga bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi
sebagai dampak pembangunan ini juga akan meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, mengurangi ketimpangan, dan mengurangi pengangguran.

Setidaknya ada 2 indikator penting yang perlu disoroti dalam pembangunan ekonomi, yaitu
indikator ekonomi yang bisa dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi dengan adanya kenaikan
pendapatan per kapita, dan kesejahteraan ekonomi. Kedua, indikator sosial yang dinilai dari
indeks pembangunan manusia maupun indeks mutu hidup.

2.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi 

Pembangunan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :

 Kekayaan alam
 Jumlah dan kualitas penduduk
 Sumber daya modal yang dimiliki
 Penguasaan teknologi
 Kondisi sosial budaya masyarakat
 Kondisi politik

2.2 Masalah yang dihadapi

Berbagai bentuk permasalahan pembangunan ekonomi di Indonesia masih terus dihadapi oleh
pemerintah, antara lain dengan tingginya tingginya angka pengangguran, maraknya
kemiskinan, tingginya populasi penduduk, tingkat inflasi mengakibatkan rendahnya daya
beli, rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan per kapita, dan
komoditas ekspor didominasi sektor primer.

2.3 Dampak yang ditimbulkan

Dampak Positif

 Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian akan berjalan lebih


lancar dan mampu mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.
 Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan pekerjaan yang
dibutuhkan oleh masyarakat, dengan demikian akan mengurangi pengangguran.
 Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya pembangunan ekonomi secara langsung
bisa memperbaiki tingkat pendapatan nasional.
 Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan struktur perekonomian
dari struktur ekonomi agraris menjadi struktur ekonomi industri, sehingga kegiatan
ekonomi yang dilaksanakan oleh negara akan semakin beragam dan dinamis.
 Pembangunan ekonomi menuntut peningkatan kualitas SDM sehingga dalam hal ini,
dimungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berkembang dengan pesat. Dengan
demikian, akan makin meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dampak Negatif

 Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik mengakibatkan adanya
kerusakan lingkungan hidup.
 Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.
BAB III

KEUANGAN NEGARA

3.1 Pengertian Keuangan Negara


Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dalam
penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan
bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi
objek, subjek, proses, dan tujuan.
Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal,
moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa
uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh subjek yang
memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah pusat, pemerintah
daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan
negara.
Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan
danpengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban.
Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum
yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana tersebut di atas
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
Berdasarkan pengertian keuangan negara dengan pendekatan objek, terlihat bahwa hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang diperluas cakupannya, yaitu termasuk
kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan.
Dengan demikian, bidang pengelolaan keuangan negara dapat dikelompokkan dalam:
a. subbidang pengelolaan fiskal,
b. subbidang pengelolaan moneter, dan 
c. subbidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan fiskal meliputi kebijakan dan kegiatan
yang berkaitan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mulai
dari penetapan Arah dan Kebijakan Umum (AKU), penetapan strategi dan prioritas
pengelolaan APBN, penyusunan anggaran oleh pemerintah, pengesahan anggaran oleh DPR,
pelaksanaan anggaran, pengawasan anggaran, penyusunan perhitungan anggaran negara (PAN)
sampai dengan pengesahan PAN menjadi undang-undang.
Pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan moneter berkaitan dengan kebijakan dan
pelaksanaan kegiatan sector perbankan dan lalu lintas moneter baik dalam maupun luar negeri.
Pengelolaan keuangan negara subbidang kekayaan Negara yang dipisahkan berkaitan dengan
kebijakan dan pelaksanaan kegiatan di sektor Badan Usaha Milik Negara/Daerah
(BUMN/BUMD) yang orientasinya mencari keuntungan (profit motive).
Berdasarkan uraian di atas, pengertian keuangan negara dapat dibedakan antara: pengertian
keuangan negara dalam arti luas, dan pengertian keuangan negara dalam arti sempit.
Pengertian keuangan negara dalam arti luas pendekatannya adalah dari sisi objek yang
cakupannya sangat luas, dimana keuangan negara mencakup kebijakan dan kegiatan dalam
bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Sedangkanpengertian keuangan negara dalam arti sempit hanya mencakup pengelolaan
keuangan negara subbidang pengelolaan fiskal saja.

3.2 Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara


Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara,
pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara professional terbuka,
danbertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-
Undang Dasar 1945.
 Aturan pokok Keuangan Negara telah dijabarkan ke dalamasas-asas umum, yang meliputi
baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas
tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas–asas baru sebagai
pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik (best practices) dalam pengelolaan
keuangan negara. Penjelasan dari masing-masing asas tersebut adalah sebagai berikut :
a.      Asas Tahunan, memberikan persyaratan bahwa anggaran Negara dibuat secara
tahunan yang harus mendapat persetujuan dari badan legislatif (DPR).
b.      Asas Universalitas (kelengkapan), memberikan batasan bahwa tidak diperkenankan
terjadinya percampuran antara penerimaan negara dengan pengeluaran negara.
c.      Asas Kesatuan, mempertahankan hak budget dari dewan secara lengkap, berarti
semua pengeluaran harus tercantum dalam anggaran. Oleh karena itu, anggaran
merupakan anggaran bruto, dimana yang dibukukan dalam anggaran adalah jumlah
brutonya.
d.      Asas Spesialitas mensyaratkan bahwa jenis pengeluaran dimuat dalam mata
anggaran tertentu/tersendiri dan diselenggarakan secara konsisten baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Secara kuantitatif artinya jumlah yang telah ditetapkan
dalam mata anggaran tertentu merupakan batas tertinggi dan tidak boleh dilampaui.
Secara kualitatif berarti penggunaan anggaran hanya dibenarkan untuk mata anggaran
yang telah ditentukan.
e.      Asas Akuntabilitas berorientasi pada hasil, mengandung makna bahwa setiap
pengguna anggaran wajib menjawab dan menerangkan kinerja organisasi atas
keberhasilan atau kegagalan suatu program yang menjadi tanggung jawabnya.
f.       Asas Profesionalitas mengharuskan pengelolaan keuangan negara ditangani oleh
tenaga yang profesional.
g.      Asas Proporsionalitas; pengalokasian anggaran dilaksanakan secara proporsional
pada fungsi-fungsi kementerian/lembaga sesuai dengan tingkat prioritas dan tujuan
yang ingin dicapai.
h.      Asas Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, mewajibkan adanya
keterbukaan dalam pembahasan, penetapan, dan perhitungan anggaran serta atas hasil
pengawasan olehlembaga audit yang independen.
i.       Asas Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri,
memberi kewenangan lebih besar pada Badan Pemeriksa Keuangan untuk
melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara secara objektif dan
independen.
Asas-asas umum tersebut diperlukan pula guna menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip
pemerintahan daerah.
Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di dalam undang-undang tentang Keuangan
Negara, pelaksanaan undang-undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi manajemen
keuangan negara, sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh landasan
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 
3.3 Ruang Lingkup Keuangan Negara
Ruang lingkup keuangan negara meliputi:
a.    hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
b.    kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c.    penerimaan negara;
d.    pengeluaran negara;
e.    penerimaan daerah;
f.     pengeluaran daerah;
g.    kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak–hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan negara/perusahaan daerah;
h.    kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i.      kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah; dan
j.      kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud meliputi kekayaan yang dikelola oleh
orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di
lingkungan kementeriannegara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.
Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas secara ringkas
dapat dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter,
dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi enam fungsi, yaitu:
a.    Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal. Fungsi pengelolaan
kebijakan ekonomi makro dan fiskal ini meliputi penyusunan  Nota Keuangan dan
RAPBN, serta perkembangan dan perubahannya, analisis kebijakan, evaluasi dan
perkiraan perkembangan ekonomi makro, pendapatan negara, belanja negara,
pembiayaan, analisis kebijakan, evaluasi dan perkiraan perkembangan fiskal dalam
rangka kerjasama internasional dan regional, penyusunan rencana pendapatan negara,
hibah, belanja negara dan pembiayaan jangka menengah, penyusunan statistik,
penelitian dan rekomendasi kebijakan di bidang fiskal, keuangan, dan ekonomi.
b.    Fungsi penganggaran. Fungsi ini meliputi penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan
kebijakan, serta perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur dan
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang APBN.
c.    Fungsi administrasi perpajakan.
d.    Fungsi administrasi kepabeanan.
e.    Fungsi perbendaharaan.
Fungsi perbendaharaan meliputi perumusan kebijakan, standard, sistem dan prosedur
di bidang pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara, pengadaan barang dan
jasa instansi pemerintah serta akuntansi pemerintah pusat dan daerah, pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran negara, pengelolaan kas negara dan perencanaan
penerimaan dan pengeluaran, pengelolaan utang dalam negeri dan luar negeri,
pengelolaan piutang, pengelolaan barang milik/kekayaan negara (BM/KN),
penyelenggaraan akuntansi, pelaporan keuangan dan sistem informasi manajemen
keuangan pemerintah.
f.     Fungsi pengawasan keuangan.
Sementara itu, bidang moneter meliputi sistem pembayaran, sistem lalu lintas devisa, dan
sistem nilai tukar. Adapun bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan meliputi
pengelolaan perusahaan negara/daerah.
BAB IV

BURSA EFEK INDONESIA

Bursa Efek merupakan sebuah pasar yang terorganisasi dimana para pialang
melakukan transaksi jual beli saham / surat berharga dengan berbagai perangkat aturan yang
ditetapkan di Bursa Efek tersebut. Bursa Efek merupakan tempat pertemuan pencari modal
dengan pihak yang memiliki uang dengan tujuan investasi.

4.1 Pengertian Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX))


merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek
Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk
menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai
pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember
2007.

BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System


(JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya.  Sejak
2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan dengan sistem baru bernama JATS-
NextG yang disediakan OMX.

4.2 Sejarah Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal
atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di
Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan
pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912,
perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan
pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah
kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan
operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977,
dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai
insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai
berikut:

·         14 Desember 1912 :  Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
Pemerintah Hindia Belanda.

·         1914 – 1918 :  Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

·         1925 – 1942 :  Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya
·         Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan
Surabaya ditutup.

·         1942 – 1952 :  Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

·         1952 :  Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952,
yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan
(Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah
RI (1950)

·         1956 :  Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

·         1956 – 1977 :  Perdagangan di Bursa Efek vakum.

·         10 Agustus 1977 :  Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan
dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati
sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go
public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

·         1977 – 1987 :  Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru
mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar
Modal.

·         1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan
kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing
menanamkan modal di Indonesia.

·         1988 – 1990 :  Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu
BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

·         2 Juni 1988 :  Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan
Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

·         Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang


memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif
bagi pertumbuhan pasar modal.

·         16 Juni 1989 :  Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan
Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

·         13 Juli 1992 :  Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

·         22 Mei 1995 :  Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer
JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

·         10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

·         1995 :  Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.


·         2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar
modal Indonesia.

·         2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

·         2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan
berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

4.3  Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia


Berikut visi dan misi bursa Efek Indonesia :

§  Visi  : Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.

§  Misi :Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan
Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good
governance.

Core values
1. Teamwork
2. Integrity
3. Professionalism
4. Service Excellence
Core competencies
1. Building Trust
2. Integrity
3. Strive for Excellence
4. Customer Focus
4.4  Produk Bursa Efek Indonesia
Berikut ini beberapa produk yang ada dalam bursa efek Indonesia :

3.3.1 Saham

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak
(badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal
tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset
perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau
memiliki saham

1. Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal


dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat
persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang dibagikan perusahaan
dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula
berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan
bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

2. Capital Gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk
dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli
saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500
per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk
setiap saham yang dijualnya.

Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain:

o   Capital Loss

Capital Loss yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.
Misalnya saham PT. XYZ yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga
saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena
takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut
sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.

o   Risiko Likuidasi

Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan
tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas
terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan
perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut,
maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika
tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil
dari likuidasi tersebut.
BAB V

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Pengertian perdagangan internasional adalah sebuah bentuk transaksi ekonomi yang


dilakukan antar negara. Ada banyak jenis barang yang bisa diperdagangkan, misalnya
barang-barang konsumsi, seperti televisi dan pakaian; barang modal, seperti mesin; dan
bahan baku dan makanan.
Transaksi lain melibatkan layanan, seperti layanan perjalanan dan pembayaran. Transaksi
bursa internasional difasilitasi oleh pembayaran keuangan internasional, tempat sistem
perbankan swasta dan bank sentral negara-negara dagang memainkan peran penting.

Perniagaan internasional, dan transaksi keuangan yang menyertainya, umumnya dilakukan


untuk tujuan menyediakan komoditas yang diperlukan oleh suatu negara.

Transaksi tersebut biasanya akan disertai dengan kebijakan ekonomi lainnya. Dengan
demikian, transaksi tersebut cenderung meningkatkan standar hidup suatu negara.

Sejarah Perdagangan Internasional


Barter, baik barang maupun jasa, di antara orang yang berbeda adalah sebuah praktik kuno.
Bahkan, bisa jadi bahwa praktek barter merupakan aktivitas yang umurnya setua sejarah
manusia.

Sedangkan bursa internasional merujuk secara khusus pada pertukaran antara negara yang
berbeda. Beberapa teori sejarah mengatakan bahwa perdagangan semacam ini dimulai
dengan munculnya negara-bangsa modern pada penutupan Abad Pertengahan Eropa.

Ketika para pemikir dan filsuf politik mulai memeriksa sifat dan fungsi negara, perniagaan
dengan negara-negara lain menjadi topik khusus dari penyelidikan mereka.

Oleh karena itu, tidak mengejutkan untuk menemukan salah satu upaya paling awal untuk
menggambarkan fungsi bursa internasional di dalam tubuh pemikiran yang sangat
nasionalistik yang sekarang dikenal sebagai merkantilisme.

5.1 Teori tentang Perdagangan Internasional


Merkantilisme
Merkantilisme merupakan teori perdagangan yang menyatakan bahwa negara-negara harus
mengakumulasi kekayaan uang, biasanya dalam gaya emas, dengan mendorong ekspor dan
mengecilkan impor.

Sejalan dengan teori ini berbagai ukuran kesejahteraan negara, seperti standar hidup atau
pengembangan manusia, menggunakan merkantilisme sepanjang 1500-an hingga akhir 1700-
an.
Perkembangan ekonomi dicegah ketika negara-negara merkantilis membayar koloni sangat
sedikit untuk ekspor dan membebankan nilai tinggi untuk impor.

Kelemahan terbesar dari merkantilisme adalah bahwa setiap negara yang terlibat dalam
ekspor dibatasi dari impor. Hal ini merupakan hambatan lain dari pertumbuhan perniagaan
internasional.

5.2 Teori Keunggulan Komparatif


Sekolah ekonomi klasik Inggris dimulai sebagai reaksi terhadap inkonsistensi pemikiran
merkantilis. Sekolah ini didirikan pada abad ke-18 dengan Adam Smith sebagai pendirinya.

Karyanya yang terkenal berjudul The Wealth of Nations (1776). Sebagian dari karya ini
merupakan risalah anti merkantilis. Dalam buku tersebut, Smith menekankan pentingnya
spesialisasi sebagai sumber peningkatan output, dan dia memperlakukan perdagangan
internasional sebagai contoh khusus spesialisasi.

Di dunia yang sumber daya produktifnya langka dan keinginan manusia tidak dapat
sepenuhnya dipenuhi, setiap negara harus berspesialisasi dalam produksi barang-barang yang
dilengkapi dengan baik untuk diproduksi.

Ia harus mengekspor hasil dari produksi ini atau dengan menukarkan barang-barang lain
sehingga tidak dapat dengan mudah berubah. Smith tidak memperluas ide-ide ini secara
panjang lebar, tetapi ekonom klasik lain, David Ricardo, mengembangkannya menjadi
prinsip keunggulan komparatif.

5.3 Teori Keunggulan Mutlak


Dalam teori ini, dinyatakan bahwa perniagaan internasional akan menghasilkan keuntungan
bagi negara yang mampu menyediakan produksi dengan harga yang lebih murah
dibandingkan lainnya. Pencipta dari teori ini tak lain dan tak bukan adalah Sang ilmuwan
sosial Skotlandia, Smith.

Smith menyatakan bahwa tarif dan kuota tidak boleh membatasi perniagaan internasional
yang seharusnya diizinkan mengalir sejalan dengan proses ekonomi.

Bertentangan dengan merkantilisme, Smith berpendapat bahwa negara harus fokus pada
produksi barang yang di dalamnya memiliki keunggulan absolut. Tidak ada negara yang
seharusnya mematikan semua produk yang dikonsumsinya.

Spekulasi keunggulan mutlak menghancurkan konsep merkantilisme bahwa bursa


internasional bisa menjadi permainan. Sejalan dengan teori keunggulan mutlak, perniagaan
internasional bisa menjadi permainan positif, karena ada keuntungan bagi masing-masing
negara untuk mengaitkan pertukaran.
Berbeda dengan merkantilisme, teori ini mengukur kekayaan negara berdasarkan standar
kehidupan rakyatnya dan bukan dengan emas dan perak.

5.4 Teori Heckscher-Olin


Pada awal dekade teori perdagangan dunia disebut sebagai teori proporsi masalah muncul
oleh dua ekonom Swedia, Eli Heckscher dan Bertil Ohlin. Teori ini juga disebut sebagai teori
Heckscher-Ohlin.

Teori Heckscher-Ohlin menekankan bahwa negara-negara harus keluar dan mengekspor


barang dagangan yang membutuhkan sumber daya yang baik dan mengimpor barang
dagangan yang membutuhkan sumber daya secara singkat.

Teori ini berbeda dari teori keunggulan komparatif dan keunggulan absolut karena teori ini
berfokus pada produksi metode perakitan. Sebaliknya, teori Heckscher-Ohlin menyatakan
bahwa seorang penduduk negara harus mengkhususkan diri pada produksi dan ekspor produk
yang berlimpah di daerahnya, karena akan sangat hemat biaya.

Teori Heckscher-Ohlin lebih disukai daripada teori Ricardo. Pada tahun 1953, pakar ekonomi
mengungkapkan sebuah studi, saat mereka menguji validitas teori Heckscher-Ohlin.

Studi ini menunjukkan bahwa AS lebih baik dalam modal dibandingkan dengan negara-
negara alternatif, sehingga AS akan mengekspor barang-barang padat modal dan mengimpor
barang-barang padat karya.

5.5 Teori Siklus Hidup Produk


Teori siklus hidup produk internasional dikembangkan oleh Raymond Vernon pada tahun
1960. Teori ini menekankan bahwa suatu perusahaan dapat mulai mengekspor produknya dan
kemudian memerangi investasi asing langsung karena produk bergerak melalui siklus
hidupnya.

Akhirnya ekspor suatu negara menjadi impornya. Teori siklus hidup produk dikembangkan
sepanjang tahun 1960. Ini adalah teori yang dapat diterapkan yang terkait pada saat itu karena
Amerika Serikat mendominasi perdagangan dunia.

Saat ini, AS bukan lagi satu-satunya pencetus produk di dunia. Dewasa ini perusahaan-
perusahaan merancang produk baru dan memodifikasinya jauh lebih cepat daripada
sebelumnya.

Faktor yang Mempengaruhi Perniagaan Internasional


Negara-negara melakukan perniagaan internasional, ketika tidak ada sumber daya atau
kapasitas yang cukup untuk memenuhi permintaan domestik. Jadi, dengan mengimpor
barang-barang yang dibutuhkan, suatu negara dapat mengoptimalkan penggunaan sumber
daya domestik mereka.
Kemudian, negara dapat mengekspor surplus di pasar internasional. Terutama, suatu negara
mengimpor barang dan jasa karena alasan berikut:

Harga
Jika perusahaan asing dapat memproduksi atau menawarkan barang dan jasa dengan lebih
murah, maka mungkin menguntungkan untuk melakukan perdagangan luar negeri.

Kualitas
Perniagaan internasional juga bisa terjadi jika perusahaan luar negeri dapat menawarkan
barang dan layanan dengan kualitas unggul. Misalnya, Scotch Whiskey dari Skotlandia
dianggap lebih unggul daripada jenis lainnya. Skotlandia mengekspor sekitar 37 botol Scotch
per detik.

Ketersediaan
Jika tidak mungkin menghasilkan suatu produk di dalam negeri, seperti varietas buah atau
mineral khusus, maka sebuah negara akan memilih melakukan perniagaan internasional.

Misalnya, Jepang tidak memiliki cadangan minyak alami, dan karenanya, mengimpor semua
minyaknya.

Permintaan
Perniagaan internasional terjadi ketika permintaan untuk suatu produk atau jasa lebih di suatu
negara daripada apa yang dapat diproduksi di dalam negeri, maka mereka akan melakukan
impor.

5.6 Pola Perdagangan Internasional


Tingkat Partisipasi Nasional
Tiap negara sangat bervariasi dalam hal perdagangan luar negeri mereka. Secara general
dapat dikatakan bahwa semakin besar suatu negara dalam ukuran fisik dan populasi, semakin
sedikit keterlibatannya dalam perdagangan luar negeri.

Hal ini terutama karena semakin besar keragaman bahan baku yang tersedia dan semakin
besar ukurannya. Dengan demikian, partisipasi Amerika Serikat dalam perniagaan
internasional relatif rendah, yang diukur dengan persentase produk domestik bruto (PDB),
dan partisipasi dari bekas Uni Soviet bahkan lebih rendah lagi.

Namun, PDB AS sangat besar menurut standar dunia sehingga Amerika Serikat masih
menempati peringkat sebagai salah satu negara perdagangan terpenting di dunia. Beberapa
negara kecil di Eropa Barat, seperti Belanda, memiliki total ekspor dan impor yang
mendekati setengah dari PDB mereka.
Perdagangan Antar Negara Berkembang
Volume perdagangan terbesar terjadi antara negara-negara maju, yang kaya modal, terutama
antara para pemimpin industri seperti Australia, Belgia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia,
Jepang, Belanda, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat.

Secara umum, ketika suatu negara matang secara ekonomi, partisipasinya dalam perdagangan
luar negeri tumbuh lebih cepat daripada PDB-nya.

Uni Eropa memberikan contoh mengesankan tentang keuntungan yang diperoleh dari
perdagangan bebas antara negara-negara tersebut. Bagian utama dari peningkatan pendapatan
riil di negara-negara Uni Eropa hampir pasti disebabkan oleh penghapusan hambatan
perdagangan.

Namun, pembentukan Uni Eropa tidak dapat diartikan sebagai cerminan dedikasi yang tidak
memenuhi syarat terhadap prinsip perdagangan bebas. Hal ini dikarenakan negara-negara Uni
Eropa mempertahankan tarif terhadap barang dari luar perserikatan.

Perdagangan Antar Negara Berkembang dan Maju


Masalah sulit sering muncul dari perdagangan antara negara maju dan negara berkembang.
Sebagian besar negara-negara berkembang memiliki ekonomi berbasis pertanian, dan banyak
menghasilkan produk tropis.

Hal ini menyebabkan mereka sangat bergantung pada hasil dari ekspor satu atau dua
tanaman, seperti kopi, kakao, atau gula. Pasar untuk barang-barang semacam itu sangat
kompetitif, yaitu harga sangat peka terhadap setiap perubahan permintaan atau penawaran.

Sebaliknya, harga barang-barang manufaktur, ekspor khas negara-negara maju, umumnya


jauh lebih stabil. Oleh karena itu, ketika harga komoditas ekspor berfluktuasi, negara
berkembang juga mengalami fluktuasi besar dalam “ketentuan perdagangan”.

Rasio harga ekspor dengan harga impor seringkali memberikan efek yang menyakitkan pada
ekonomi domestik. Sehubungan dengan hampir semua komoditas utama yang penting, upaya
telah dilakukan pada stabilisasi harga dan kontrol output. Upaya-upaya ini telah menemui
berbagai keberhasilan.

Perdagangan antara negara maju dan negara kurang berkembang telah menjadi kontroversi
besar. Para kritikus menyebutkan eksploitasi tenaga kerja asing dan lingkungan serta
pengabaian kebutuhan tenaga kerja asli sering terjadi dalam perusahaan multinasional.

Para kritikus ini menyuarakan sejumlah keprihatinan tentang kekuatan dan ruang lingkup
WTO. Mereka mengkritik tentang dampak lingkungan, kesehatan dan keselamatan, hak-hak
pekerja rumah tangga, sifat demokratis WTO, kedaulatan nasional, dan kebijaksanaan jangka
panjang untuk mendukung komersialisasi dan perdagangan bebas.
5.7 Pengaruh Perniagaan Internasional
Namun, tidak setiap entitas tunggal memperoleh keuntungan dari bursa internasional.
Misalkan ada dua negara, Negara A dan Negara B. Dalam kasus tertentu negara A membuat
sesuatu dengan harga lebih mahal daripada produsen negara B.

Produsen di Negara A selanjutnya akan rugi karena konsumen akan membeli opsi Negara B.
Mereka memilih opsi itu karena lebih murah. Namun dari sisi konsumen, mereka
mendapatkan lebih banyak daripada kerugian yang ditanggung produsen dalam negeri.

Dengan perniagaan internasional, ada persaingan yang lebih besar dan harga yang lebih
kompetitif di pasar. Ini berarti bahwa konsumen memiliki lebih banyak pilihan yang lebih
terjangkau. Ekonomi dunia, yang didorong oleh penawaran dan permintaan, juga mendapat
manfaat.

5.8 Manfaat Perdagangan Internasional


Keunggulan komparatif
Perdagangan semacam ini memungkinkan negara-negara untuk memiliki spesialisasi, yaitu
hanya memproduksi barang dan jasa yang sangat bagus kualitasnya.

Hal ini tentu saja memberikan tekanan yang positif terhadap semua negara karena diharuskan
untuk selalu menghasilkan yang terbaik. Dengan demikian, setiap konsumen di tiap negara
lah yang nantinya juga akan menikmati hasilnya.

Skala Ekonomi
Jika suatu negara ingin menjual barang-barangnya di pasar internasional, ia harus
menghasilkan lebih dari apa yang diperlukan untuk memenuhi permintaan domestik. Jadi
mereka harus menghasilkan volume yang lebih tinggi, yang mengarah ke skala ekonomis,
yang berarti biaya produksi setiap item berkurang.

Dengan demikian, akan terjadi surplus dari item yang akan diperdagangkan. Ini tentunya juga
akan menjadi kekuatan ekonomi bagi negara tersebut.

Kompetisi
Menjual barang dan jasa di pasar luar negeri juga mendorong persaingan di pasar tersebut. Di
satu sisi, hal itu baik untuk pemasok dan konsumen lokal juga. Pemasok harus memastikan
bahwa harga dan kualitasnya cukup kompetitif untuk memenuhi persaingan asing.

Di sisi konsumen, mereka juga diuntungkan karena bisa memperoleh banyak pilihan. Dan
lagi, kesemua pilihan tersebut memiliki harga terjangkau dengan kualitas yang baik.
Transfer Teknologi
Perniagaan internasional sering mengarah pada transfer teknologi dari negara maju ke negara
berkembang. Pemerintah di negara berkembang sering menetapkan istilah untuk perusahaan
asing yang melibatkan pengembangan kapasitas manufaktur lokal.

Lebih Banyak Tercipta Lapangan Pekerjaan


Peningkatan bursa internasional juga menciptakan peluang kerja di kedua negara. Itulah
alasan utama negara-negara perdagangan besar seperti AS, Jepang, dan Korea Selatan
memiliki tingkat pengangguran yang lebih rendah.

5.9 Kekurangan Perniagaan Internasional


Ketergantungan
Negara atau perusahaan yang terlibat dalam perdagangan luar negeri rentan terhadap
peristiwa global. Peristiwa yang tidak menguntungkan dapat memengaruhi permintaan
produk, dan bahkan dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan. Misalnya, perang dagang AS-
Cina baru-baru ini berdampak buruk pada industri ekspor Cina.

Berdampak Pada Perusahaan Baru


Perusahaan baru atau perusahaan kecil yang tidak memiliki banyak sumber daya dan
pengalaman mungkin merasa sulit untuk bersaing dengan perusahaan asing besar.

Ancaman Keamanan Nasional


Jika suatu negara terlalu bergantung pada impor untuk industri strategis, maka eksportir dapat
memaksanya untuk mengambil keputusan yang mungkin bukan untuk kepentingan nasional.

Tekanan Bagi Sumber Daya Alam


Suatu negara hanya memiliki sumber daya alam yang terbatas. Tapi, jika membuka pintunya
bagi perusahaan asing, hal itu bisa menguras sumber daya alam lebih cepat.

Meskipun perniagaan internasional memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri,


keuntungannya jauh melebihi kerugiannya. Saat ini, perdagangan internasional telah menjadi
kebutuhan. Walau demikian suatu negara harus menjaga keseimbangan yang tepat antara
impor dan ekspor untuk memastikan bahwa ekonomi tetap berada di jalur pertumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai