Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI MASA ORDE BARU DAN

REFORMASI

Tugas Paper Mata Kuliah Perbandingan Administrasi Publik


Dosen Pengampu: Dr.Drs. Mochammad Rozikin, M.AP.

Disusun oleh:
Shela Febri Anggraini
NIM. 205030100111093
Mata Kuliah Perbandingan Administrasi Publik
Kelas I

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pada hakikatnya diupayakan dalam rangka untuk mencapai suatu


kesejahteraan rakyat sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, dimana
tujuan dari berdirinya Negara Republik Indonesia adalah mewujudkan sebuah kesejahteraan
bangsa. Implementasi dari Pembukaan UUD 1945 tersebut kemudian diimplementasikan
dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, dimana dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa bumi, air,
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai Negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Konsep pembangunan dikembangkan secara mengedepan
khususnya sejak masa orde baru, dimana pada saat itu Orde Baru berupaya untuk mencapai
sebuah tingkat perekonomian yang maju. Tingkat perekonomian yang maju tersebut dilakukan
sebagai salah satu upaya untuk mengejar ketertinggalan ekonomi. Kekuatan politik Orde Baru
yang dipimpin oleh Presiden Soeharto menjadikan pembangunan ekonomi sebagai pusat
perhatian utama. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan dan harapan jika kehidupan ekonomi
semakin baik, maka akan mempermudah langkah pemerintah Orde Baru dalam memperoleh
dan memperkokoh legitimasi kekuasaan yang baru saja dicengkram serta dapat merebut
simpati dari rakyat.

Permasalahan ketidakadilan pada pembangunan yang dilaksanakan pada masa orde baru
menjadi salah satu penyebab kegagalan pembangunan orde baru yang memunculkan reformasi
di Indonesia. Pembangunan pada dasarnya harus mampu menciptakan keadilan, dimana
pengadilan-pengadilan harus berperan dapat bertindak secara adil terhadap sengketa-sengketa
yang diajukan oleh masyarakat. Reformasi merupakan suatu perubahan catatan kehidupan lama
kecatatan kehidupan baru yang lebih baik. Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998
merupakan suatu gerakan yang bertujuan melakukan perubahan dan pembaharuan, terutama
perbaikan tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hokum dan sosial. Persoalan
pokok yang mendorong atau menyebabkan lahirnya reformasi adalah kesulitan warga
masyarakat dalam memehuhi kebutuhan pokok. Harga-harga Sembilan bahan pokok
(sembako) seperti beras, terigu, minyak goreng, minyak tanah, gula,susu, telur, ikan kering dan
garam mengalami kenaikan yang tinggi. Bahkan, warga masyarakat harus antri untuk membeli
sembako. Sementra itu, di sisi lainnya, situasi politik dan kondisi ekonomi Indonesia semakin
tidak menentu dan tidak terkendali. Harapan masyarakat akan perbaikan politik dan ekonomi
semakin jauh dari kenyataan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pembangunan ekonomi?
2. Bagaimana strategi pembangunan ekonomi masa orde baru dan masa reformasi?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari pembangunan ekonomi.
2. Mengetahui strategi pembangunan ekonomi masa orde baru dan masa reformasi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi terdiri dari dua kata yaitu pembangunan dan ekonomi. Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia, pembangunan adalah hasil pekerjaan membangun,
sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan pengolahan barang industri,
pertanian dan perdagangan. Sedangkan menurut Rustan (2019), pengertian dari pembangunan
ekonomi merupakan sebuah proses kenaikan dari pendapatan total serta pendapatan perkapita
memperhitungkan dengan adanya pertambahan penduduk juga disertai perubahan fundamental
dari struktur ekonomi sebuah negara serta pemerataan pendapatan untuk para penduduk dari
suatu negara. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi terus
menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan, hakikat dari proses dan sifat
pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi bukan merupakan gambaran
ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita
riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih
banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita
berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.

Pembangunan merupakan lebih dari semata mata berbicara tentang bagaimana cara
meningkatkan pendapatan maupun cara meningkatkan jumlah barang dan jasa pada
perekonomian. Hal itu tidak hanya tentang pertumbuhan ekonomi, namun tentunya bagaimana
cara pertumbuhan tersebut bisa bermanfaat untuk warga negara. Adapun tujuan dari
pembangunan ekonomi adalah:

a. Meningkatkan ketersediaan barang dan jasa

Hal ini bukan hanya berbicara tentang produksi, namun juga mengenai bagaimana
proses memperluas distribusi barang dasar sebagai penunjang kehidupan seperti makanan
serta minuman, pendidikan, tempat tinggal, kesehatan maupun perlindungan.

b. Meningkatkan pendapatan per kapita

Pendapatan menjadi salah satu jalan untuk dapat menjadi lebih sejahtera. Selain itu,
untuk pendidikan yang lebih baik serta penyediaan yang lebih banyak dalam pekerjaan
merupakan sebuah tujuan penting lainnya. Pembangunan juga perlu perhatian yang lebih
besar pada nilai-nilai budaya serta manusia. Jadi, sifat sejahtera disini tidak hanya untuk
mengambil dimensi material namun juga immaterial.

c. Mendorong kebebasan untuk membuat pilihan ekonomi dan sosial secara bertanggung
jawab

Individu serta negara perlu bebas dari perbudakan, ketidaktahuan maupun


kesengsaraan. Peningkatan angka rata-rata harapan hidup merupakan sebuah contoh hasil
dari pembangunan ekonomi. Contoh lainnya yaitu tingkat melek huruf yang lebih tinggi,
produktivitas yang meningkat, serta pendidikan publik yang lebih baik.

Pembangunan ekonomi yang terus menerus berjalan ini mungkin saja berhasil, mungkin
pula tidak. Semuanya bisa dilihat melalui indikator dalam pembangunan ekonomi yang dapat
menunjukkan keberhasilan dari pembangunan ekonomi. Indikator dari keberhasilan
pembangunan ekonomi yang sudah digunakan oleh banyak negara, meliputi:

1. Struktur ekonomi. Sebagai contohnya, pergeseran dari sektor pertanian yang berubah
menjadi sektor industri.
2. Pendapatan per kapita. Perekonomian yang dikatakan stabil akan berdampak positif
pada angka pendapatan per kapita. Dengan naiknya dari pendapatan perkapita ini
menjamin akan kesejahteraan masyarakat.
3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM ini dapat dilihat dari umur panjang maupun
pengetahuan, hidup sehat, serta standar hidup layak.

Banyak faktor juga yang bisa mempengaruhi akan keberhasilan dari sebuah
pembangunan ekonomi, yaitu dari faktor ekonomi serta non-ekonomi. Faktor ekonomi yang
meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, keahlian, serta kewirausahaan. Sementara
itu, pada faktor non-ekonomi mencangkup kondisi politik, sosial budaya, kelembagaan, serta
sistem yang berlaku pada masyarakat.

Pembangunan ekonomi tidak hanya berpengaruh baik untuk para masyarakat serta
negara, namun juga memiliki dampak negatif. Dibawah merupakan beberapa dampak positif
maupun negatif yang dipengaruhi akibat dari sebuah pembangunan ekonomi nasional.

Dampak positif pembangunan ekonomi:

• Dengan melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan dari sebuah kegiatan


perekonomian akan dapat berjalan lebih lancar serta bisa mempercepat proses dari
pertumbuhan ekonomi.
• Pembangunan ekonomi akan membuat terbukanya suatu lapangan pekerjaan yang bisa
dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga bisa mengurangi dari pengangguran.
• Terciptanya bagian lapangan pekerjaan dari pembangunan ekonomi dapat membantu
memperbaiki dari sebuah tingkat pendapatan nasional.
• Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan dengan adanya sebuah perubahan
struktur perekonomian, yang berawal dari struktur ekonomi agraris hingga menjadi
struktur ekonomi industri, maka suatu kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh negara
akan menjadi semakin beragam serta dinamis.
• Pembangunan ekonomi akan menuntut peningkatan kualitas SDM, maka dapat
dimungkinkan ilmu pengetahuan serta teknologi akan semakin berkembang cepat.
Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan dampak negatif dari pembangunan ekonomi adalah:

• Dengan adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana serta berakibat kerusakan
dari lingkungan hidup.
• Industrialisasi akan menyebabkan berkurangnya bagian lahan pertanian.
• Tersingkirnya/hilangnya dari habitat alam, antara alam hayati maupun hewani.
• Akan terjadinya pencemaran udara, air, serta tanah dari perilaku akan ketidak
disiplinannya manusia.
2.2. Strategi Pembangunan Ekonomi Masa Orde Baru dan Reformasi
2.2.1. Pembangunan Ekonomi Masa Orde Baru

Pada awal kelahirannya, Orde Baru memang memfokuskan programnya terhadap


pembangunan ekonomi. Hal ini didasarkan kepada kondisi ekonomi Indonesia diawal Orde
Baru yang cukup memprihatinkan, sehingga fokus ekonomi harus berdasarkan pada amanat
pancasila untuk menciptakan kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam programnya
pemerintahan Orde Baru menetapkan dua kebijakan ekonomi, yakni jangka panjang dan jangka
pendek.

A. Program Jangka Pendek

Presiden Soeharto pada awal pemerintahannya dihadapkan pada masalah yang cukup
sulit dibidang ekonomi. Berbagai permasalahan terjadi seperti inflasi yang mencapai 650%
berakibat melonjaknya harga-harga kebutuhan. Selain itu alat-alat produksi mengalami
kerusakan terutama di sektor pertanian. Permasalah tersebut berakibat pada kurangnya
tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Rehabilitas dan stabilitas ekonomi menjadi
kebijakan awal pemerintahan Orde Baru dalam memulihkan kondisi tersebut. Rehabilitas
maksudnya perbaikan fisik terhadap prasarana-prasarana dan alat produksi. Dan stabilitas
dimaksudkan pengendalian inflasi supaya harga tidak melonjak terus menerus.

Program stabilitas dan rehabilitas ekonomi yang dilakukan pemerintahan Orde Baru
menumbuhkan hasil yang cukup baik. Tingkat inflasi semula mencapai 650% berhasil
ditekan menjadi 120 pada tahun 1969. Kerusakan sarana prasaran mulai diperbaiki dan
diremajakan. Pemerintah Orde Baru siap melaksanakan program jangka panjang khususnya
dibidang pertanian.

B. Program Jangka Panjang

Pada 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk pembangunan yang disebut
sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).

a) Repelita I (1969 – 1974)

Repelita I tersebut fokus pada rehabilitasi prasarana penting dan pengembangan iklim
usaha dan investasi. Repelita I sendiri adalah program kerja yang dirancang Kabinet
Pembangunan ini dengan tujuan:

• Meningkatkan taraf hidup rakyat


• Menetapkan dasar-dasar pembangunan
• Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan rakyat
• Perluasan lapangan kerja
• Kesejahteraan rohani rakyat
Program Repelita I berjalan mulai dari tanggal 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974.
Program ini dapat dikatakan berhasil karena mampu mencapai target-target yang
diinginkan.

b) Repelita II (1974 – 1979)


Repelita II fokus pada pencapaian pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, dan
pemerataan pembangunan dengan penekanan pada sektor pertanian dan industri yang
mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Program ini berjalan dari tanggal 1 April
1974 dan punya target-target:

• Tersedianya pangan dan sandang bermutu baik yang cukup bagi rakyat dengan harga
yang terjangkau
• Tersedianya bahan-bahan perumahan dan fasilitas-fasilitas umum yang diperlukan
untuk kepentingan rakyat banyak
• Meluasnya akses prasarana dengan keadaan sempurna
• Kesejahteraan rakyat yang lebih baik dan merata
• Meluasnya kesempatan kerja
Selain produksi di berbagai sektor industri, di masa Repelita II ini, pemerintah
menjalankan program transmigrasi supaya pemerataan pembangunan yang ingin dicapai
Orde Baru benar-benar tercapai sampai ke pelosok Indonesia. Secara keseluruhan, repelita
II berhasil diterapkan. Karena pada saat itu terdapat banyak pembangunan sekolah,
pengangkatan guru, bahkan penyediaan buku dan peningkatan mutu pendidikan. Pada msa
ini terdapat program wajib belajar 9 tahun. Namun, di sisi lain ekonomi Indonesia
menghadapi tantangan inflasi sehingga berlanjut pada program Repelita III.

c) Repelita III (1979 – 1984)

Program Repelita III mulai berjalan di tanggal 1 April 1979. Program ini punya
beberapa perbedaan dengan program-program Repelita sebelumnya. Pertama, program
yang ketiga ini berfokus pada pembangunan industri yang berorientasi ekspor. Hal ini
dilakukan karena Soeharto ingin Indonesia mampu memproduksi barang-barang yang
layak ekspor. Di masa ini juga terjadi banyak penyerapan tenaga kerja untuk mendukung
produksi barang-barang ekspor. Selain itu, pemerintah juga fokus pada pembangunan
pertanian sehingga Indonesia berhasil mencapai swasembada beras. Saat itu produksi beras
nasional mencapai 25,8 juta ton, melebihi kebutuhan nasional pada saat itu.

d) Repelita IV (1984 – 1989)

Pada Repelita IV selain berusaha mempertahankan kemajuan di sektor pertanian, juga


mulai bergerak menitikberatkan pada sektor industri khususnya industri yang
menghasilkan barang ekspor, industri yang menyerap tenaga kerja, industri pengolahan
hasil pertanian, dan industri yang dapat menghasilkan mesinmesin industri. Di periode
inilah industry logam dasar dan mesin dikembangkan besar-besaran untuk mempersiapkan
pembangunan di sektor industri.

e) Repelita V (1989 – 1994)

Sama seperti Repelita IV, fokus dari Repelita V juga masih di sector pangan, agrikultur
dan industri. Fokus dari Repelita V antara lain:

• Pemantapan swasembada pangan


• Peningkatan produksi pertanian
• Penyerapan tenaga kerja
• Menghasilkan mesin-mesin sendiri untuk industri
Dalam menganalisis konsep pembangunan ekonomi Orde Baru semenjak tahun 1966
hingga 1998, akan lebih jelas dan ringkas dengan membaginya dalam beberapa periode, antara
lain periode pemulihan ekonomi (1966-1973), periode oil boom (1974-1982) dan periode
liberalisasi ekonomi (1982-1997). Tiap-tiap periode atau tahapan tersebut memiliki ciri dan
karakteristiknya masing-masing sehingga sistematisasi pemahaman konsep pembangunan
ekonomi Orde Baru akan lebih mudah terbentuk.

A. Pemulihan Ekonomi (1996 – 1973)

Masalah ekonomi Orde Lama merupakan beban berat yang diwariskan pada Orde Baru,
segera setelah menggantikan kedudukan Orde Lama, Orde Baru pada tahun 1967 mengesahkan
Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA), diikuti dengan Undang-Undang
Penanaman Modal Dalam Negeri (UU PMDN) pada tahun 1968. Dua kebijakan tersebut pada
intinya memberikan peluang lebih luas bagi pemodal baik dari luar negeri maupun dalam
negeri untuk berinvestasi di Indonesia, inilah era di mana industrialisasi Orde Baru dimulai.

Dalam beberapa kurun waktu setelah dikeluarkannya kebijakan investasi di atas, tak dapat
dipungkiri memang terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. Sektor pertanian
memiliki laju pertumbuhan rata-rata naik dari 1,4% per tahun selama lima tahun pertama
dasawarsa 1960-an menjadi 3,8% dalam tahun-tahun sesudahnya sampai tahun 1971, dan
menjadi 3,7% selama periode 1971-1977. Tetapi setelah dasawarsa sesudah tahun 1965 bagian
GDP yang berasal dari sektor pertanian turun dari 52% menjadi 35%, sedangkan bagian GDP
yang berasal dari sektor pertambangan telah melonjak dari 3,7% menjadi 12%. Bagian dari
sektor pembangunan juga menunjukkan kenaikan besar, tetapi bagian dari sector-sektor lain
(industri, perdagangan dan pengangkutan) menunjukkan kenaikan yang relatif lebih lambat.
Pada tahun 1970-1977 tercatat saham sektor industri dalam GDP meningkat dari 9% menjadi
12%, namun pertumbuhan ini diikuti pula dengan penurunan saham sektor pertanian dan
meningkat tajamnya harga minyak dunia.

Perubahan dramatis terjadi pada tingkat investasi. Pengeluaran investasi naik dari 5% GDP
tahun 1966 menjadi 20% dalam tahun 1973. Hal inilah yang kemudian memicu terjadinya
boom dalam pembangunan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Di samping itu,
pembangunan juga mencakup sektor irigasi, pelistrikan, pengangkutan dan komunikasi.
Problem urgen yang dihadapi, semakin tahun jumlah lahan yang tersedia bagi kegiatan
bercocok tanam kian sempit sehingga pendapatan masyarakat pun kian minim, inilah yang
menyebabkan bangsa Indonesia sulit keluar dari kubangan kemiskinan serta julukan
“masyarakat agraris”.

B. Oil Boom (1974 – 1982)

Dalam periode oil boom kekayaan negara begitu melimpah akibat melonjaknya harga
minyak dunia, periode ini dapat pula dikatakan sebagai periode kejayaan Orde Baru di mana
pertamina memiliki peran sentral di dalamnya. 2 Dalam era ini pula, di mana pertumbuhan
ekonomi mencapai 7,8 % pemerintah berupaya mengembangkan industri substitusi impor yang
diharap dapat menggantikan penempatan angkatan kerja dalam sektor pertanian.

Pembangunan yang mengarah pada tujuan-tujuan sosial seperti perluasan kesempatan


kerja, distribusi pendapatan, perbaikan struktur pasar, pembangunan daerah, transmigrasi,
partisipasi masyarakat yang lebih besar dalam pembangunan dan perhatian pada sektor
pendidikan serta kesehatan sangat ketara dalam periode ini. Pemerintah menaikkan gaji
pegawai negeri hampir tiga kali lipat, membangun 15.000 sumber air dan 30.000 jamban umum
di pedesaan serta melakukan pendanaan yang cukup besar pula bagi program pekerjaan umum
di kabupaten dan desa-yang salah satunya diwujudkan melalui peraturan pemerintah No.10
terkait dorongan bagi pengusaha berbakat.

Periode oil boom pada awalnya memang meminimalisir ketimpangan ekonomi, namun
setelah periode ini berlalu kesenjangan ekonomi antara desa dengan kota, antargolongan
pendapatan dan antardaerah serta kemiskinan pada akhirnya justru meningkat tajam. Hal ini
membuktikan bahwa konsepsi trilogi pembangunan Orde Baru berupa pertumbuhan,
pemerataan dan stabilitas-praktis hanyalah “narasi agung” yang tak pernah terwujud. Di
samping itu, kekuasaan Soeharto yang “tak tergantikan” berikut deretan catatan korupsi yang
menyertainya kian membenarkan argumen Lord Acton, “Power tend to corrupt, and absolute
power corrupt absolutely”.

C. Liberalisasi Ekonomi (1982 – 1997)

Liberalisasi ekonomi yang dilakukan pemerintahan Soeharto antara lain dapat dilihat
dalam sektor industri, pertanian dan pangan. Liberalisasi ekonomi pada sektor industri
menunjuk pada kebijakan pemerintah yang lebih condong pada pemodal dalam menunjang
keuntungan produksinya yakni dengan dikeluarkannya UU No.25 Tahun 1997 yang antara lain
berisi tentang kontrol terhadap mogok kerja yang dilakukan buruh serta penunggalan organisasi
buruh, dapat dianalisis bahwa kesejahteraan buruh dalam hal ini ditentukan oleh kekuatan
pemodal. Upah mereka yang sangat murah dijadikan perangsang guna menarik investor asing
ke Indonesia. Inilah yang disebut Hartojo Wignjowijoto sebagai sistem ekonomi “mafioso”
atau dalam bahasa Didik J. Rachbini disebut dengan “kapitalisme primitif” yang dihasilkan
dari perkawinan konsep ekonomi neoklasik yang sangat liberal dengan rezim yang otoriter.

Dalam sektor pertanian, liberalisasi tampak pada kebijakan investasi asing Orde Baru
dalam hal pupuk kimia dan pestisida. Revolusi Hijau yang dilakukan Orde Baru sejak 1970-an
memang menghantarkan Indonesia pada negara swasembada beras, namun ada harga mahal
yang harus dibayar setelahnya. Ketergantungan sektor pertanian pada basis teknologi revolusi
industri berupa pupuk kimia dan pestisida menjadi momok kemudian. Akiba tekanan WTO,
dibuat kebijakan untuk meliberalisasi perdagangan yang menyebabkan sector pupuk kimia dan
pestisida dikuasai oleh korporasi transnasional raksasa. Dampaknya, petani dirugikan akibat
patokan harga yang terlalu tinggi dari perusahaan-perusahaan raksasa tersebut.

2.2.2. Pembangunan Ekonomi Masa Reformasi

Reformasi ekonomi menjadi hal yang sangat penting dilakukan untuk memangkas
hambatan yang menciptakan inefisiensi perekonomian, serta mendorong kinerja perekonomian
untuk mencapai potensi maksimal. Setelah masa orde baru, banyak dilakukan reformasi
ekonomi untuk memperbaiki perekonomian Indonesia. Pembangunan ekonomi pada masa
reformasi terbagi dalam beberapa periode sesuai dengan presiden yang menjabat pada masa
itu.

1) B.J Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)

Dalam menyelesaikan krisis moneter dan melaukan perbaikan ekonomi Indonesia, B.J
Habibie melakukan langkah-langkah antara lain sebagai berikut:
a. Merekapitulasi perbankan dan menerapkan indenpendensi Bank Indonesia agar bias
lebih focus untuk mengurusi perekonomian.
b. Mengesahkan Undang-Undang No.5 Tahun 1999 mengenai Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan yang tidak sehat. Kebijakan ini mengakhiri praktik monopoli
Bulog dan Pertamina.
c. Mengesahkan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 mengenai Perlindungan Konsumen.
d. Membentuk Lembaga yang memantau dan menyelesaikan masalah utang luar negeri.
Kebijakan ini efektif dalma merestrukturisasi utang negara.

Tindakan cepat pemerintah saat itu tampaknya membuahkan hasil. Setahun kemudian,
reformasi ekonomi yang dilaksanakan memiliki beberapa dampak, seperti nilai tukar rupiah
terhadap Dollar AS. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tampak membaik mejadi 2% dari
sebelumnya negative 13% dan inflasi berhasil diturunkan menjadi 2% dari 77,6%.

2) Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001)

Pada masa pemerintahan Gus Dur, pertumbuhan ekonomi meningkat lebih cepat.
Beberapa faktor seperti permintaan domestik yang meningkat, nilai tukar rupiah yang masih
kompetitif, dan kondisi ekonomi global yang membaik telah memungkinkan banyak sektor
ekonomi, termasuk UKM untuk memperluas operasinya. Beberapa kemajuan juga telah
dicapai, antara lain restrukturisasi perbankan, restrukturisasi utang luar negeri pemerintah, dan
penyelesaian masalah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) antara Bank Indonesia dan
pemerintah. Sebagai upaya untuk mengatasi krisis mata uang dan meningkatkan
perekonomian Indonesia, Gus Dur membentuk Dewan Ekonomi Nasional (DEN).

3) Megawati Soekarno Putri (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004)

Program pemulihan ekonomi yang dilakukan pada masa pemerintahaan Megawati adalah
privatisasi BUMN, pengelolaan utang luar negeri, restrukturisasi keuangan, dan usaha kecil
menengah. Seja pertengahan 2002, mulai terbangun opini public agar pemerintah tida
melanjutkan program bantuan IMF. Oleh karena itu, pemerintah membentuk tim antar-lembaga
yang menyusun exit strategy yang mempertimbangkan hal-hal seperti financing gap, yang
terkait dengan kebutuhan pembiayaan pemerintah, dan credibility gap yang terkait dengan
dampak negatif dari sentimen pasar ketika programIMF berakhir. Sebagai persiapan
berakhirnya program bantuan IMF, pada 15 September 2003 pemerintah menerbitkan “Paket
Kebijakan Ekonomi Pra dan Pasca IMF” yang juga dikenal sebagai “White Paper”. Secara
umum, peranan penting dari paket kebijakan tersebut adalah untuk memastikan kebijakan
reformasi pemerintah, terutama dalam perode pemilu. Sejumlah elemen utama dalampaket
kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menjaga stabilitas makroekonomi

Fokus dari usaha ini adalah untuk mencapai kondisi fiskal yang sehat serta mengurangi
laju inflasi dan menjaga persediaan cadangan devisa untuk kebutuhan jangka menengah.
Kebijakan fiskal untuk mencapai target tersebut mencakup: 1) mengurangi defisit anggaran
secara bertahap untuk mencapai posisi yang seimbang pada 2005-6; 2) mengurangi rasio
utang pemerintah terhadap PDB ke posisi yang aman; 3) mereformasi dan melakukan
modernisasi pada sistem perpajakan nasional untuk mengembangkan sumber pemasukan
negara yang dapat diandalkan; 4) meningkatkan efisiensi belanja pemerintah; dan 5)
mengembangkan sistem pengelolaan utang yang efektif.

b. Restrukturisasi dan reformasi pada sektor keuangan

Kebijakan dalam aspek ini difokuskan pada: mendirikan Jaring Pengaman Sistem
Keuangan melalui pendirian Lembaaga Penjamin Simpanan (LPS), pendirian fasilitas
pinjaman opsi terakhir di Bank Indonesia, serta penguatan sistem keuangan dengan
pendirian Otoritas Jasa Keuangan; melanjutkan program restrukturisasi dan perbaikan
kesehatan sektor perbankan, terutama bank milik negara yang dilakukan di bawah Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan beberapa institusi lain; memperketat
pengawasan aktivitas pencucian uang; memperbaiki kinerja pasar modal serta
pengawasannya; melakukan konsolidasi industry asuransi dan dana pension; meningkatkan
kinerja dan pengelolaan BUMN; dan mendukung pengembangan sistem akuntansi publik.

c. Meningkatkan investasi, ekspor, dan penyerapan tenaga kerja

Sejumlah inisiatif kebijakan kunci dilakukan untuk menciptakan iklim kondusif bagi
aktivitas sektor swaswa, mencakup: memperbaiki kebijakan investasi dan perdagangan
melalui layanan satu atap, serta Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan
Investasi (Timnas PEPI) untuk menangani persoalan inter-sektoral; meningkatkan
kepastian hokum dengan merevisi UU Kepailitan, serta mengharmonisasikan regulasi di
tingkat regional dengan regulasi di tingkat yang lebih tinggi untuk kepentingan publik;
membangun dan memperbaiki infrastruktur di bidang listrik, transportasi, telekomunikasi,
dan sumber daya air; meningkatkan transparansi pelayanan publik; dan meningkatkan
pemerataan melalui program pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan pekerjaan.
4) Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004 – 20 Oktober 2014)

Pencapaian terpenting yang berhasil dairaih pemerintah selama memimpin SBY tidak
sedikit berdampak pada kemampuan Indonesia dalam menjaga stabilitas nasional dan kondisi
makroekonomi dalam menghadapi krisis domestik dan global. Posisi utang negara era SBY
dinilai lebih aman. Rasio utang Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara besar
lainnya sebesar 23%. Presiden SBY menyadari pentingnya pembangunan infrastruktur bagi
perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah menyelenggarakan Infrastructure Summit pada
Januari 2005 untuk menarik partisipasi swasta dalam pengembangan infrastruktur. Namun
demikian, usaha ini kurang berhasil karena kegagalan pemerintah dalam menyelenggarakan
reformasi dan menghasilkan regulasi yang diperlukan untuk memperbaiki iklim investasi
infrastruktur.

Pada era pemerintahan Presiden Yudhoyono, terdapat tiga perubahan besar pada lanskap
politik dan ekonomi yang berpengaruh pada upaya serta praktik liberalisasi atau reformasi
ekonomi. Pertama, mulai ada peralihan otoritas dari presiden kepada parlemen. Tidak seperti
zaman Soeharto, kekuasaan presiden mulai dikurangi, dan parlemen memiliki kekuasaan dan
pengaruh yang lebih besar dalam menentukan arah kebijakan atau reformasi ekonomi tertentu.
Hal ini terutama ditunjukkan oleh SBY yang tampak kurang berani dalam melakukan reformasi
ekonomi yang diperlukan namun tidak populer, karena takut mengalami nasib yang sama
dengan dua presiden terdahulu yang dimakzulkan DPR. Kedua, menteri kunci yang terkait
ekonomi kini menjadi jabatan politik, dan lebih banyak diambil dari berbagai partai politik
(dikenal dengan Kabinet Pelangi pada pemerintahan SBY periode pertama). Hal ini dilakukan
sebagai upaya mendapatkan dukungan politik dari parlemen. Ketiga, desentralisasi serta
otonomi daerah, yang telah menyerahkan banyak tanggung jawab pengelolaan politik maupun
ekonomi kepada pemerintah daerah.

5) Joko Widodo (20 Oktober 2014 – sekarang)

Beberapa data menemukan bahwa selama pemerintahan Jokowi, pertumbuhan ekonomi


tahunan Indonesia jauh dari target yang ditetapkan. Pendekatan Jokowi untuk merangsang
pertumbuhan ekonomi adalah melalui reformasi ekonomi domestik yang terutama lebih
berfokus pada sisi penawaran (supply-side reforms), antara lain melalui pengembangan
infrastruktur dan perbaikan iklim investasi. Salah satu reformasi radikal yang dilakukan Jokowi
terjadi kurang dari sebulan setelah pelantikan, yaitu pemotongan signifikan dari subsidi bahan
bakar minyak (BBM) sebagai usaha untuk mengurangi beban fiskal. Langkah reformasi yang
berani ini berhasil menciptakan ruang fiskal yang sangat dibutuhkan untuk membiayai
sejumlah agenda pembangunan lainnya, terutama pembangunan infrastruktur.

Presiden Jokowi memutuskan untuk kembali melakukan langkah reformasi ekonomi


melalui peluncuran Paket Kebijakan Ekonomi pada September 2015. Hingga Juni 2016, telah
terdapat 12 Paket Kebijakan Ekonomi (PKE), yang masing-masing berusaha menyelesaikan
permasalahan kebijakan yang berbeda-beda. Paket kebijakan pertama bertujuan untuk
meningkatkan daya saing industri dalam negeri, mempercepat proyek strategis nasional, serta
meningkatkan investasi di sektor properti. Dua langkah penting dalam paket ini adalah
deregulasi dan debirokratisasi. Deregulasi dilakukan dengan melakukan tinjauan regulasi yang
komprehensif, serta menghilangkan regulasi yang berulang, tidak diperlukan, tumpang tindih,
atau yang tidak relevan. Sementara itu, debirokratisasi mencakup simplifikasi, delegasi
otoritas, serta elektronisasi dari berbagi prosedur untuk mendapatkan perizinan, dalam rangka
memfasilitasi pelaku usaha untuk berinvestasi di Indonesia.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses kenaikan dari pendapatan total serta
pendapatan perkapita memperhitungkan dengan adanya pertambahan penduduk juga disertai
perubahan fundamental dari struktur ekonomi sebuah negara serta pemerataan pendapatan
untuk para penduduk dari suatu negara. Terdapat beberapa strategi pembangunan ekonomi
yang dilakukan Indonesia baik pada masa orde baru maupun masa reformasi dalam upaya
untuk terus meningkatkan perekonomian nasional. Strategi pembangunan ekonomi pada masa
orde baru adalah dengan menetapkan dua kebijakan ekonomi, yakni jangka panjang dan jangka
pendek. Program jangka pendek mencakup program stabilitas dan rehabilitas ekonomi
sedangkan program jangka panjang melalui program Repelita I-V. Sedangkan pada masa
reformasi, pembangunan ekonomi dilakukan berbeda-beda sesuai dengan program yang
dilakukan oleh presiden yang menjabat pada saat itu.
DAFTAR PUSTAKA

Fuad, F. (2007). Hukum, Demokrasi dan Pembangunan Ekonomi. Lex Jurnalica Vol 5(1), 9-
17.
Haryo Aswicahyono, D. C. (2017). Perjalanan Reformasi Ekonomi Indonesia 1997-2016. CSIS
Working Paper Series, 1-16.
Maria Winda Klaudia, I. B. (2020). Perkembangan Politik dan Ekonomi Masyarakat Indonesia
Pada Masa Awal Reformasi Tahun 1998-1999. Jurnal Santiaji Pendidikan Vol 10(1),
1-7.
Miftahorrozi, d. (2022). Pengantar Ilmu Perekonomian, Investasi, dan Keuangan. Padang: PT
Global Eksekutif Teknologi.
Nugroho, W. B. (n.d.). Konstelasi Ekonomi, Sosial dan Politik di Era Orde Baru. Naskah
Pidato. Universitas Udayana, Bali.
Oktriwina, A. S. (2022, January 13). Kebijakan Ekonomi dan Pembangunan Masa Orde Baru
- Materi Sejarah Kelas 12. Retrieved from Zenius:
https://www.zenius.net/blog/kebijakan-ekonomi-pembangunan-orde-baru
Putra, O. D. (2019). Orde Baru. Retrieved from Pustekkom Kemdikbud:
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Orde%20Baru-BB/Topik-
2.html
Wijaya, R. (2021). Pengertian Pembangunan Ekonomi: Tujuan, Indikator, dan Tahapanya.
Retrieved from Gramedia Blog: https://www.gramedia.com/literasi/pembangunan-
ekonomi/

Anda mungkin juga menyukai