Pencanangan trilogi pembangunan ini menuai kontroversi karena pada pelaksanaannya mengakibatkan
hal-hal berikut:
a. Pelaksanaan stabilitas politik menghasilkan regulasi dimana diterbitkan sejumlah peraturan yang
mengakibatkan pengendalian pers dan pengendalian aksi mahasiswa. Dalam hal prosedural diterbitkan
Undang-Undang tentang Organisasi Massa dan Undang Undang Partai Politik.
b. Pertumbuhan ekonomi menghasilkan penanaman modal asing yang mengakibatkan hutang luar
negeri. Serbuan para investor asing ini kemudian melambat ketika terjadi jatuhnya harga minyak dunia,
yang mana selanjutnya dirangsang ekstra melalui kebijakan deregulasi (liberalisasi) pada tahun 1983-
1988. Tanpa disadari, kebijakan penarikan investor yang sangat liberal ini mengakibatkan undang-
undang Indonesia yang mengatur arus modal menjadi yang sangat liberal di lingkup dunia internasional.
Namun kebijakan yang sama juga menghasilkan intensifikasi pertanian di kalangan petani.
c. Dalam pemerataan hasil, pelaksanaannya membuka jalur-jalur distributif seperti kredit usaha tani dan
mitra pengusaha besar dan kecil seperti (bapak asuh)
b. Repelita II (1969-1979)
d. Repelita IV (1984-1989)
e. Repelita V (1989-1994)
A. Repelita I (1969-1974)
Tujuan Repelita I adalah meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi
pembangunan dalam tahap-tahap berikutnya. Kemudian, sasaran yang hendak dicapai dalam Repelita I
ialah sandang, pangan, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani. Selama program ini berjalan sampai 31 Maret 1974, secara keseluruhan Repelita I
berhasil dilaksanakan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
Dampak positif dari kebijakan ekonomi pemerintah orde baru salah satunya adalah Indonesia menjadi
negara yang mencapai swasembada pangan, khususnya di sektor pertanian.
Mengutip skripsi Politik Ekonomi pada Masa Pemerintahan Seoharto Tahun 1969-1989 Perspektif
Fikih Siyasah oleh Martaningrum, kebijakan perekonomian sangat dominan pada masa orde baru
sehingga memengaruhi stabilitas ekonomi.
Pada masa itu, kebijakan ekonomi lebih menitikberatkan pada politik pembangunan yang meliputi
seluruh sendi kehidupan masyarakat, terutama pembangunan di sektor ekonomi.
1. Swasembada Beras
Sejak 1968 sampai 1992, produksi padi sangat meningkat. Karena itu, Indonesia mejadi negara yang
mencapai swasembada pangan sejak 1984. Padahal sebelumnya Indonesia menjadi negara pengimpor
beras terbesar di dunia sejak 1970-an.
Meningkatknya ketersediaan pangan ini juga memiliki pengaruh sangat besar terhadap usaha
pemerintah dalam mengurangi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.
2. Kesejahteraan Penduduk
Melalui kebijakan ekonomi pada masa orde baru, pemerintah mengurangi kemiskinan di Tanah Air.
Strategi ini didahulukan dengan pembangunan pertanian disertai pemerataan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan dasar rakyat.
Kebutuhan dasar ini meliputi penyediaan kebutuhan pangan, peningkatan gizi, pemerataan pelayanan
kesehatan, keluarga berencana, pendidikan dasar, air bersih, perumahan sederhana, dan sebagainya.
Dengan diterapkan strategi ini, jumlah penduduk miskin di Indonesia menurun dari tahun ke tahun.
Secara sederhana, negara tinggal landas adalah negara industri yang dapat berkembang karena negara
tersebut menguasai dan mampu memanfaatkan teknologi modern.
Penguasaan dan pemanfaatan teknologi modern ini dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang
tepat. Selain itu, mampu menyediakan sumber daya manusia dalam jumlah maupun kualitas yang sesuai
keperluan pembangunan nasional.
Sejak permulaan pemerintahan orde baru di Indonesia, peranan birokrasi pemerintah dalam pelayanan
publik berkembang sangat pesat.
Tritura berisikan 3 tuntutan yang dipelopori oleh KAMI dan KAPPI, kesatuan-kesatuan aksi yang
tergabung dalam Front Pancasila. Berikut merupakan isi Tritura yang dilontarkan untuk pemerintah:
1. Pembubaran PKI
Isi Tritura yang pertama adalah terkait pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya.
Pasalnya, pada saat itu PKI sebagai partai politik yang ikut menjadi pemenang Pemilu I 1955, namun PKI
malah terlibat menjadi dalang dalam pemberontakan G30S/PKI.
Hal tersebutlah yang mendorong masyarakat, yang diwakilkan kaum muda (mahasiswa) agar
pemerintah membubarkan PKI dan seluruh ormas di bawahnya.
Perombakan kabinet tersebut dilakukan dalam upaya untuk pembersihan kabinet dari unsur-unsur G30S
PKI. Karena saat itu, anggota maupun simpatisan kabinet Dwikora sebagian besar berasal dari PKI.
Sehingga, mereka dianggap menjadi kekuatan politik yang dekat dengan pemerintah. Adanya kondisi
tersebutlah yang sorotan, dari adanya tuntutan untuk dibubarkan.
3. Turunkan Harga
Tuntutan penurunan harga (terutama harga pangan) di sini bertujuan untuk perbaikan ekonomi.
Pasalnya, kondisi perekonomian saat itu cukup buruk dan meresahkan.Di mana, banyak harga
kebutuhan pokok melambung tinggi. Oleh karena situasi inilah, yang membuat kaum muda bersama
sama partai politik, serta organisasi pemuda, melakukan gerakan moral (moral force).
Sistem pemerintahan presidensial bergantung pada tiga pilar utama, yaitu kewenangan konstitusional
yang cukup, dukungan politik yang minimal harus mencapai mayoritas sederhana di parlemen, dan
kontrol yang efektif. Formulasi berimbang dari ketiga unsur itu akan mewujudkan sistem presidensial
yang efektif, adil, dan demokratis. Demikian pidato pengukuhan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Denny Indrayana, Senin (6/2), di Yogyakarta. Meski demikian,
kewenangan konstitusional itu jangan terlalu besar sehingga sulit dikontrol. Namun, tak pula terlalu kecil
sehingga mudah dikontrol dan tak efektif.
Salah satu kebijakan politik luar negeri pada era orde baru adalah memperkuat kerja sama regional dan
internasional. Nah, upaya yang dilakukan adalah dengan ikut berperan dalam KTT nonblok dan berperan
dalam organisasi konferensi Islam (OKI). Selain itu, Indonesia juga mengirimkan kontingen Garuda dalam
misi perdamaian dan ikut serta dalam pembentukan ASEAN.
Indonesia keluar dari PBB pada 7 Agustus 1965 dan dikucilkan dari pergaulan internasional hingga
menyulitkan keadaan ekonomi dan politik.
Faktor utama keluarnya Indonesia dari PBB saat itu adalah diterimanya Malaysia sebagai anggota tidak
tetap PBB. Berdasarkan hasil sidang DPRGR, Indonesia kembali menjadi anggota PBB dan resmi aktif
menjadi anggota. Keaktifan Indonesia dalam PBB secara nyata tampak dengan terpilihnya Adam Malik
menjadi ketua Majelis UMum PBB.Pada tanggal 28 September 1966, Indonesia resmi aktif kembali
menjadi anggota PBB, teman-teman.
Diketahui pada tahun 1965 terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Nah,
untuk memulihkan hubungan diplomatik ini kemudian dilakukan penandatanganan perjanjian. Adam
Malik merupakan perwakilan Indonesia dan Malaysia diwakili Tun Abdul Razak pada 11 Agustus 1966 di
Jakarta. Sementara untuk pemulihan hubungan diplomatik dengan Singapura melalui pengakuan
kemerdekaan Singapura pada 2 Juni 1966.
1. Intensifikasi Pertanian
Cara ini dikenal juga dengan sebutan Panca Usaha Tani. Cara pertama ini meliputi pemilihan bibit unggul,
pengolahan tanah secara baik, pemupukan, irigasi, hingga pemberantasan terhadap hama.
2. Ekstensifikasi Pertanian
Cara ini adalah dengan memperluas lahan dengan membuka lahan-lahan baru.
3. Diversifikasi Pertanian
Cara ini ialah upaya menjadikan jenis tanaman di suatu lahan menjadi beraneka ragam dengan sistem
tumpang sari. Dengan diversifikasi pertanian, kegagalan panen pokok dapat dicegah.
4. Rehabilitasi Pertanian
Cara ini merupakan upaya dalam memulihkan produktivitas yang kritis atau membahayakan kondisi
lingkungan.
a. Meningkatkan sense of human rights dalam diri aparat penegak hukum, khususnya Kejaksaan Agung
dan kehakiman dan upaya penghapusan praktik-praktik impunitas.
b. Mencabut hak DPR dalam pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc dalam kasus pelanggaran HAM
berat.
e. Meratifikasi secara penuh konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial oleh pemerintah
Indonesia.
Membentuk Dewan Ekonomi Nasional yang berfungsi memberi nasehat kepada Presiden di
bidang ekonomi, dalam upaya mempercepat penanggulangan krisis dan penyehatan ekonomi nasional,
serta kesiapan dalam menanggapi dinamika globalisasi.
10). Inti dikeluarkannya memorandum era gusdur
Dalam menjalankan pemerintahannya, K.H. Abdurrahman Wahid banyak mengalami persoalan yang
harus dihadapi sebagai warisan persoalan dari masa Orde Baru. Adapun persoalan yang sangat menonjol
adalah sebagai berikut:
1. masalah KKN
2. pemulihan ekonomi
4. kinerja BUMN
5. pengendalian infiasi
8. penegakan hukum
9. penegakan HAM
Secara umum pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid belum mampu melepaskan krisis yang dialami
bangsa Indonesia. Pertentangan DPR dengan lembaga kepresidenan juga makin transparan, banyak
teguran DPR yang tidak diindahkan presiden.
DPR mengeluarkan Memorandum I untuk presiden pada tanggal 1 Pebruari 2001 yang disusul dengan
Memorandum II pada tanggal 30 April 2001.
Inti dari memorandum tersebut dibalas presiden Gusdur dengan mengeluarkan dekrit presiden pada
tanggal 23 Juli 2001 pada dini hari pukul 01.00 WIB. Isi Dekrit K.H. Abdurrahman Wahid (Gusdur)
tersebut pada intinya sebagai berikut:
2. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun badan-badan
yang diperlukan untuk menyelenggaraken. pemilu dalam waktu satu tahun.
3. Menyelamatkan gerakan reformasi total dari hambatan unsur-unsur Orde Baru dengan membekukan
Partai Golkar sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung.
Sementara itu, Amien Rais selaku ketua MPR menolak secara tegas dekrit presiden tersebut. Atas usulan
DPR maka MPR mempercepat sidang Istimewa. Hal tersebut merupakan puncak jatuhnya K.H.
Abdurrahman Wahid dari kursi kepresidenan. Dalam sidang Istimewa tersebut MPR menilai Presiden K.H.
Abdurrahman Wahid telah melanggar Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/2000, karena menetapkan
Komjen (pol.) Chaerudin sebagai pemangku sementara jabatan kepala Polri Selanjutnya, dalam Sidang
Istimewa MPR tanggal 23 Juli 2001 MPR memilih Megawati Soekamoputri sebagai Presiden RI
menggantikan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid berdasarkan Ketetapan MPR Nomor III Tahun 2001.
Keesokan harinya Hamzah Haz ketua umum PPP terpilih sebagai wakil presiden Republik
Indonesia.Dengan terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai presiden dan Hamzah Haz sebagai
wakilnya, maka berakhirlah kekuasaan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid. Beliau meninggal dunia pada
usia 69 tahun pada hari Rabu tanggal 30 Desember 2009 pukul 18.40 WIB di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo. Jakarta dan dimakamkan di Ponsok Pesantren Tebu Ireng. Jombang, Jawa Timur
K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur merupakan Presiden Indonesia ke-4. Beliau menjabat menjadi
presiden sejak 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001 setelah menggantikan Presiden Habibie. Pendiri
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini memiliki banyak kebijakan kontroversial selama ia menjabat sebagai
presiden. Mulai dari membubarkan dua departemen besar hingga mengancam untuk membubarkan
parlemen. Lebih lengkapnya lagi kali ini Yukepo udah merangkum beberapa. kebijakan kontroversial Gus
Dur yang masih diingat dan membekas di benak masyarakat Indonesia.
Sosok yang baru menjabat sebaga Presiden Republik Indonesia selama satu bulan ini langsung mencoba
merombak tatanan pemerintahan. Perombakan itu dilakukan dengan membubarkan dual departemen
besar yaitu Departemen Penerangan dan Departemen Sosial. Padahal kedua. departemen itu sudah
berdini sejak pemerintahan Presiden Soeharto dan Presiden Habibie. Pembubaran kedua departemen
itu tentunya dilakukan dengan sebuah alasan yang tak kalah kontroversial pula. la menginginkan peran
negara yang dikurangi sebaliknya malah mendorong masyarakat untuk memiliki andil yang lebih besar
dalam membenahi bangsa. Bahkan saat menyampaikan soal pembubaran dua departemen ujung
tombak pada masa orde baru tersebut di hadapan DPR, Gus Dur malah menyampaikan bahwa DPR tidak
berbeda dengan taman kanak-kanak. Jelas saja akibat hal ini Gus Dur menuai banyak kecaman.
2.Berkunjung itu Paska lengsernya penguasa Orde Baru yaitu Presiden Soeharto
pada tahun 1998, Gus Dur malah berkunjung ke kediaman Keluarga Cendana. Padahal pada saat itu
Soeharto dan keluarga sedang santer disoroti oleh publik. Tapi sebagai seorang presiden baru Gus Dur
malah menyambanginya. Anehnya lagi justru Gus Dur lah yang pertama kali menggagas bawa Soeharto
harus diadili dan. hartanya disita, kemudian dimaafkan.
Usul penghapusan TAP MPR ini juga yang termasuk paling kontroversial dan membuka luka lama
bagi bangsa Indonesia. Usul pencabutan TAP MPRS No. XXV/1966 mengenai pelarangan Partai Komunis
Indonesia (PKI) dan pelarangan penyebaran ajaran Marxisme/Leninisme serta komunisme di Indonesia.
Tentu saja usulan ini ditolak oleh seluruh fraksi MPR. Gak hanya MPR yang menolak bahkan aksi protes
juga dilakukan oleh para barisan muda Islam di beberapa penjuru Indonesia.
4.Dipecat dua menteri dengan dugaan korupsi
Di bulan April tahun 2000, Gus Dur memecat Jusuf Kalla yang merupakan seorang Menteri Negara
Perindustrian dan Laksamana Sukardi yang tidak lain adalah seorang Menteri Negara BUMN, Pemecatan
kedua menteri tersebut bukanlah tanpa alasan. Alasan Gus Dur adalah karena kedua menteri tersebut
terlibat kasus korupsi walaupun tidak ada cukup bukti untuk hal itu. Tidak lama kemudian Hamzah Haz
yang merupakan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan
Republik Indonesia mengundurkan diri karena menolak hubungan. kedekatan di antara Gus Dur
keformalan dengan Israel.
Seperti yang kita tahu bahwa Istana Kepresidenan memang sarat akan suasana yang formal bahkan
sakral. Namun di kepemimpinan Gus Dur, mindset tersebut berubah, Gus Dur sering menerima tamu
yang datang dari berbagai kalangan. Padahal gak semua orang bisa masuk Istana. Selain itu ia pernah
muncul di teras Istana dengan hanya menggunakan kaos dan celana pendek sambil melambai ke para
pewarta. Selain itu, Gus Dur juga sering kedatangan tamu hingga larut malam. Tentu saja hal hal
tersebut mengubah pandangan masyarakat tentang Istana.larut
6. Ancam parlemen
Satu lagi kebijakan Gus Dur yang paling kontroversial sepanjang sejarah. Beliau mengeluarkan ancaman
untuk membubarkan parlemen di akhir masa jabatannya. Beliau mengancam akan mengeluarkan dekrit
yang berisi (1) membubarkan MPR/DPR, (2) pengembalian kedaulatan ke tangan rakyat dan
mempercepat penyelenggaraan pemilu dalam tempo satu tahun, dan (3) menyelamatkan reformasi dari
hambatan Orde Baru dan membekukan Partai Golkar. Dekrit tersebut tidak mendapat dukungan
sehingga pada tanggal 23 Juli 2001, MPR resmi memberhentikan Gus Dur dari jabatannya sebagai
presiden dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri.
Konflik di Aceh adalah konflik yang paling lama dan paling buruk terjadi dalam sejarah Indonesia, lebih
dari 20 tahun. Konflik di Aceh secara singkat disebabkan karena masalah distribusi dan identitas, yang
berhubungan dengan faktor struktural, politik, ekonomi/sosial dan budaya. Efek utama dari konflik di
Aceh adalah rakyat sipil menjadi korban konflik, muncul gerakan-gerakan pemberontakan serta
separatis di Aceh, dan penggunaan cara represif melalui kekuatan militer oleh pemerintah, terutama
pada masa pemerintahan otoriter Orde Baru.
e. Perlucutan senjata
f.Tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan hidup berdampingan secara damai
a. Memperbaiki hubungan bilateral dan kawasan b. Indonesia kembali bergabung sebagai anggota PBB
Kelima sosok pengagas KAA itu adalah Ali Sastroamijoyo (Indonesia), Sir Jhon Kotelawala (Srilanka),
Muhammad Ali (Pakistan), Jawaharlal Nehru (India) dan U Nu (Burma/Myanmar).
ASEAN berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Berdirinya ASEAN ditandai dengan
peresmian Deklarasi ASEAN atau juga Deklarasi Bangkok yang ditandatangani oleh perwakilan kelima
negara pendiri ASEAN.
Yakni Adam Malik dari Indonesia, Narciso R. Ramos dari Filipina, Thanat Khoman dari Thailand. Juga Tun
Abdul Razak dari Malaysia, dan Rajaratnam dari Singapura.
1. Agenda Reformasii
Isi agenda reformasi yang selanjutnya adalah melakukan amendemen atau perubahan terhadap UUD
1945. Sewaktu Soeharto berkuasa, tidak ada hukum yang diterapkan untuk membatasi jabatan atas
presiden atau menteri. Oleh sebab itu, Soeharto bisa dibilang dapat memimpin selama yang ia mau.
Apabila amendemen UUD 1945 tidak dilakukan, maka pemimpin selanjutnya juga dapat melakukan hal
yang sama.
c. Otonomi daerah seluas-luasnya Agenda Reformasi di bidang pembagian kekuasaan antara pusat dan
daerah adalah otonomi daerah diperluas. Pada masa Orde Baru, Soeharto hanya melakukan
pengembangan di satu titik saja, yaitu di Pulau Jawa. Maka dari itu, pada era Reformasi, diharapkan
dapat membuka jalan bagi otonomi daerah. Dengan melebarkan otonomi daerah, diharapkan setiap
wilayah dapat mengembangkan daerahnya sendiri.
Sebelum menjadi Presiden Indonesia, Soeharto menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan
Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Setelah ia memimpin Indonesia, Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI) menjadi memiliki dua fungsi, yaitu fungsi keamanan dan sosial politik. Dwifungsi
menyebutkan bahwa ABRI memiliki dua tugas, yaitu pertama menjaga keamanan dan ketertiban negara
dan kedua memegang kekuasaan dan mengatur negara. Adanya dwifungsi menimbulkan permasalahan
pada masa Orde Baru. Pasalnya, dapat dikatakan bahwa ABRI menjadi sebuah kekuatan besar yang tidak
memihak rakyat sipil. Oleh sebab itu, pada era Reformasi, rakyat meminta dwifungsi ABRI dihapuskan.
Pada masa kepemimpinan Soeharto, terjadi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) secara masif, yang
menyebabkan Indonesia tidak lagi mampu berjalan sesuai dengan harapan bangsa. Oleh sebab itu,
rakyat Indonesia menuntut agar KKN dihapuskan guna menciptakan pemerintahan yang bersih.
f. Tegakkan supremasi hukum Pada era Orde Baru, hukum dibuat hanya untuk menghukum rakyat,
sementara para pejabat tinggi dapat berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Hal ini tentu
merugikan rakyat Indonesia. Supremasi hukum berupaya untuk menegakkan dan memosisikan hukum
pada tingkatan tertinggi. Oleh karena itu, pada era Reformasi, rakyat menuntut hukum bisa ditegakkan
lebih tegas guna mengatur siapa saja, termasuk para pejabat negara.
lima langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian. Kelima langkah tersebut
adalah;
(1) irigasi
(4) pemupukan
(5) pemberantasan hama. Ini menjadi pedoman bagi petani dalam aktivitasnya di sawah.