Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 3 BIROKARSI INDONESIA

NAMA : MAULITA SARI

NIM : 043008191

Keterkaitan antara pembangunan ekonomi dan birokrasi, memunculkan kesimpulan yang


memperlihatkan adanya kecenderungan kebijakan pembangunan ekonomi yang bersifat
teknokratis. Hal ini terjadi dari masa kepemimpinan Orde Baru hingga pasca reformasi. 

Berikan analisis saudara tentang kondisi politik dan ekonomi di kedua masa kepemimpinan
tersebut

Kondisi Politik dan Ekonomi Pada Masa Orde Baru

KEHIDUPAN POLITIK MASA ORDE BARU

Kalau kita bicara soal orde baru, pasti yang paling teringat adalah nama Soeharto. Ya, orde baru
dipimpin oleh Soeharto selama 32 tahun. Waktu yang tidak sebentar. Selama 32 tahun masa
kepemimpinannya, banyak kebijakan yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap proses
berjalannya Negara kita ini. Mulai dari kebijakan politik maupun kebijakan ekonomi.

Kebijakan politik yang dikeluarkan terbagi menjadi dua, yaitu kebijakan politik dalam negeri dan
luar negeri. Masing-masing kebijakan tentunya dikeluarkan berdasarkan kebutuhan Negara.
Idealnya, kebijakan yang dikeluarkan adalah yang menguntungkan dan mengedepankan
kepentingan rakyat banyak. Nah, kita lihat nih beberapa kebijakan politik pada masa orde baru.

Kebijakan Politik Dalam Negeri

1. Pelaksanaan pemilu 1971

Pemilu yang sudah diatur melalui SI MPR 1967 yang menetapkan pemilu akan dilaksanakan
pada tahun 1971 ini, berbeda dengan pemilu pada tahun 1955 (orde revolusi atau orde lama).
Pada pemilu ini para pejabat pemerintah hanya berpihak kepada salah satu peserta Pemilu yaitu
Golkar. Dan kamu tahu? Golkar lah yang selalu memenangkan pemilu di tahun selanjutnya yaitu
tahun 1977, 1982, 1987, 1992, hingga 1997.

2. Penyederhanaan partai politik

Penyederhanaan partai politik menjadi dua partai dan satu golongan karya yaitu:

Partai persatuan pembangunan(PPP) gabungan dari Nahdlatul Ulama, Parmusi, perti ,PSII

Partai Demokrasi Indonesia, gabungan Dari Partai Nasional, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI,
Parkindo
Golongan Karya/GOLKAR

3. Dwifungsi ABRI

Dwifungsi ABRI adalah peran ganda ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan sebagai
kekuatan sosial politik. Sebagai kekuatan sosial politik ABRI diarahkan untuk mampu berperan
secara aktif dalam pembangunan nasional. ABRI juga memiliki wakil dalam MPR yang dikenal
sebagai Fraksi ABRI, sehingga kedudukannya pada masa Orde Baru sangat dominan.

4. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4)

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P-4 atau Ekaprasetya Pancakarsa,
bertujuan untuk memberi pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat mengenai Pancasila.
Semua organisasi tidak boleh menggunakan ideologi selain Pancasila, bahkan dilakukan
penataran P4 untuk para pegawai negeri sipil.

Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia antara lain

1. Indonesia kembali menjadi anggota PBB

Pada saat Indonesia keluar dari PBB tanggal 7 Agustus 1965, Indonesia terkucil dari pergaulan
internasional dan menyulitkan Indonesia secara ekonomi maupun politik dunia. Keadaan ini
kemudian mendorong Indonesia untuk kembali menjadi anggota PBB berdasarkan hasil sidang
DPRGR. Pada tanggal 28 September 1966, Indonesia resmi aktif kembali menjadi anggota PBB.

2. Pemulihan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Singapura dan pemutusan


hubungan dengan Tiongkok

Pada tahun 1965, terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Untuk
memulihkan hubungan diplomatik, dilakukan penandatanganan perjanjian antara Indonesia yang
diwakili oleh Adam Malik dan Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul Razak pada tanggal 11
Agustus 1966 di Jakarta. Pemulihan hubungan diplomatik dengan Singapura melalui pengakuan
kemerdekaan Singapura pada tanggal 2 Juni 1966.

3. Memperkuat Kerja Sama Regional dan Internasional

Indonesia mulai memperkuat kerjasama baik regional dan internasional dengan melakukan
beberapa upaya, yaitu:

Turut serta dalam pembentukan ASEAN. Indonesia menjadi salah satu negara pendiri ASEAN

Mengirimkan Kontingen garuda dalam misi perdamaian

Ikut berperan dalam KTT Non Blok

Berperan dalam organisasi konferensi Islam


KEHIDUPAN EKONOMI MASA ORDE BARU

Pemerintahan orde baru memiliki slogan yang menunjukkan fokus utama mereka dalam
memberlakukan kebijakan ekonomi, yaitu Trilogi Pembangunan.

 Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi

Pemerataan pembangunan dan hasil hasilnya yang menuju kepada tercapainya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat

Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis

Bukan tanpa dasar, Trilogi Pembangunan dibuat karena Indonesia mengalami inflasi yang sangat
tinggi pada awal tahun 1966, kurang lebih sebesar 650% setahun. Nah, beberapa kebijakan
ekonomi yang dikeluarkan pada masa orde baru adalah:

1. Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)

Pada April 1969, pemerintah menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang
bertujuan untuk meningkatkan sarana ekonomi, kegiatan ekonomi serta kebutuhan sandang dan
pangan. Repelita ini akan dievaluasi selama lima tahun sekali.

a. Repelita I (1 April 1969-31 Maret 1974) Sasaran utama yang hendak dicapai adalah pangan,
sandang, papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pertumbuhan ekonomi
berhasil naik 3 sampai 5,7% sedangkan tingkat inflasi menurun menjadi 47,8%.

Namun, kebijakan pada masa Repelita I dianggap menguntungkan investor Jepang dan golongan
orang-orang kaya saja. Hal ini memicu timbulnya peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari
(Malari).

b. Repelita II (1 April 1974 - 31 Maret 1979) menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.

c. Repelita III (1 April 1979-31 Maret 1984) Pelita III menekankan pada Trilogi Pembangunan
dengan menekankan pada azas pemerataan, yaitu:

Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat

Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan

Pemerataan pembagian pendapatan

Pemerataan kesempatan kerja

Pemerataan kesempatan berusaha


Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan

Pemerataan penyebaran pembangunan

Pemerataan memperoleh keadilan 

d. Repelita IV (1 April 1984 - 31 Maret 1989) menitikberatkan pada sektor pertanian menuju
swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin
sendiri.

e. Repelita V (1 April 1989-31 Maret 1994) menitikberatkan pada sektor pertanian untuk
memantapkan swasembada pangan, meningkatkan produksi pertanian, menyerap tenaga kerja,
dan mampu menghasilkan mesin-mesin sendiri.

f. Repelita VI dimulai pada tahun 1994, pembangunan berfokus pada pada sektor ekonomi,
industri, pertanian dan peningkatan sumber daya manusia.

2. Revolusi Hijau

Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara
tradisional (peasant) ke cara modern (farmers). Untuk meningkatkan produksi pertanian
umumnya dilakukan empat usaha pokok, yang terdiri dari:

a. Intensifikasi, yaitu penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi pertanian untuk


memanfaatkan lahan yang ada guna memperoleh hasil yang optimal; Perubahan ini dilakukan
melalui program Panca Usaha Tani yang terdiri dari:

Pemilihan dan penggunaan Bibit Unggul atau Varietas Unggul

Pemupukan yang cukup

Pengairan yang Cukup

Pemberantasan hama secara intensif

Teknik penanaman yang baik 

b. Ekstentifikasi, yaitu perluasan lahan pertanian untuk memperoleh hasil pertanian yang lebih
optimal;

c. Diversifikasi (keanekaragaman usaha tani);

d. Rehabilitasi (pemulihan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis).
Kondisi Politik dan Ekonomi Pada Masa Reformasi

1. Masa Pemerintahan B.J. Habibie

Presiden ketiga Republik Indonesia ini hanya menjabat sebentar lho, Ia menjabat selama 1 tahun
5 bulan. Kok sebentar banget? Soalnya nih, bapak presiden kita yang terkenal dengan
kejeniusannya ini, pada saat itu dianggap sebagai perpanjangan tangan rezim orde baru. Jadi,
rakyat menuntut Habibie untuk segera melakukan pemilihan umum Squad.

Meskipun sebentar, kepemimpinan Pak Habibie keren banget lho. Bayangin deh, dalam waktu
singkat pemerintahannya berhasil menyelamatkan krisis moneter yang terjadi pada masa orde
baru. Dan pemerintahannya membentuk kabinet reformasi pembangunan. Kemudian
menelurkan beberapa kebijakan di bidang politik dan ekonomi.

Nah, berikut inilah upaya-upaya bidang politik yang dilakukan oleh pemerintahan Habibie:

 Mengganti 5 paket undang-undang dan 3 di antaranya diubah agar lebih demokratis


 Kebebasan rakyat dalam menyalurkan aspirasi
 Melakukan pencabutan terhadap pembredelan pers
 Jejak pendapat wilayah Timor-timur
 Memberikan abolisi (Hak kepala Negara untuk menghapuskan hak tuntutan pidana)
kepada 18 tahanan dan narapidana politik (orang-orang yang pernah mengkritik
presiden).
 Pengurangan jumlah anggota ABRI di MPR, dari 75 orang menjadi 38 orang.
 Polri memisahkan diri dari ABRI menjadi Kepolisian RI. Istilah ABRI berubah menjadi
TNI.

Selain upaya dalam bidang politik, ada juga upaya yang dilakukan dalam bidang ekonomi, di
antarnya:

 merekapitulasi perbankan dan menurunkan inflasi,


 merekonstruksi perekonomian nasional,
 melikuidasi bank-bank bermasalah,
 membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional
 menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga dibawah Rp 10.000,-
 mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli atau persaingan
tidak sehat
 mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

2. Masa Pemerintahan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Kamu tahu kan kalau Gus Dur itu adalah presiden RI ke-4? Tahu dong harusnya. Nah Gus Dur
menjabat mulai dari tahun 1999 sampai 2001. Terpilihnya Gus Dur sebagai presiden tidak
terlepas lho dari peran MPR yang pada saat itu menolak laporan pertanggungjawaban Presiden
Habibie. Akhirnya, Gus Dur terpilih deh jadi presiden melalui dukungan partai-partai islam yang
menjadi poros tengah. Sedangkan wakilnya, dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri yang
berhasil mengalahkan Hamzah Haz. Kemudian dilantik pada 21 Oktober 1999.

Setelah menjabat, pemerintahan Presiden Gus Dur mengelurkan beberapa kebijakan politik,
beberapa di antarnya adalah:

 Departemen Penerangan dibubarkan, dianggap mengganggu kebebasan pers.


 Departemen Sosial dibubarkan, dianggap sebagai sarang korupsi.
 Menyetujui penggantian nama Irian Jaya menjadi Papua pada akhir Desember 1999.
 Masyarakat etnis Tionghoa diperbolehkan untuk beribadah dan merayakan tahun baru
imlek.
 Diumumkannya nama-nama menteri Kabinet Persatuan Nasional yang terlibat KKN.
 Pencabutan peraturan mengenai larangan terhadap PKI dan penyebaran Marxisme dan
Leninisme.
 Membekukan MPR dan DPR.

Pada masa pemerintahan Gus Dur, kondisi perekonomian Indonesia mulai membaik nih
dibandingkan era sebelumnya. Misalnya nih, laju pertumbuhan PDB (nilai pasar semua barang
dan jasa yang diproduksi negara) mulai positif, laju pertumbuhan ekonomi yang hampir
mencapai 5% membuat Indonesia menuju pemulihan perekonomiannya.

Tapi Squad, ternyata banyak lho pihak yang tidak senang dengan beberapa kebijakan yang
dikeluarkan oleh Gus Dur. Banyak yang menganggap kebijakan Gus Dur terlalu sering menuai
kontroversi. Hingga mengakibatkan kredibilitas Gus Dur perlahan-lahan menurun.

Nah oleh sebab itu, kepemimpinan Gus Dur tidak berlangsung lama. Ia harus mundur dari
jabatannya pada 23 Juli 2001. Puncak jatuhnya itu ketika MPR yang saat itu dipimpin oleh Amin
Rais, atas usulan DPR mempercepat sidang istimewa MPR. MPR menilai Presiden Gus Dur
melanggar Tap. No. VII/MPR/2000 dan atas kebijakan-kebijakannya yang kontroversial. Setelah
Gus Dur lengser, kemudian jabatan presiden digantikan oleh wakilnya, yaitu Megawati
Soekarnoputri.

Sejak saat itu, pemilihan presiden kemudian dilakukan setiap 5 tahun sekali Squad. Setelah
Megawati selesai menjabat, terpilihlah Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan menjabat
selama 2 periode. Setelah SBY selesai menjabat, selanjutnya adalah Joko Widodo (Jokowi) yang
sampai hari ini masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai