KELOMPOK 5
AHMAD RAIHAN ALIEF FIROZ (05)
ELBA SHAFAZONTA GOYSESHA H (12)
OVI RISHITA DEWI (26)
TIKA DEWI SAFITRI (33)
Hambatan dan Tantangan
Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pada Masa 1966 - 1997
LATAR BELAKANG
Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk
memisahkan antara kekuasaanmasa Sukarno (Orde Lama) dengan
masa Suharto. Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru
setelah pemberontakan Gerakan 30 September tahun 1965. Orde baru
lahir sebagai upayauntuk: mengoreksi total penyimpangan yang
dilakukan pada masa Orde Lama, penataan kembali seluruh aspek
kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia,melaksanakan
Pancasila dan UUD1945 secara murni dan konsekuen dan menyusun
kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional
guna mempercepat proses pembangunan bangsa.
Setelah Orde Baru memegang kekuasaan dan mengendalikan
pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk terus-menerus
mempertahankan status quo. Hal ini menimbulkan adanya tantangan
dan hambatan yaitu semakin jauh dalam mewujudkan persatuan
dan kesatuan indonesia.
RUMUSAN MASALAH :
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa
Orde Baru pemerintahan pemerintah melakukan penyederhanaan dan
penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi tiga kekuatan sosial politik.
Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak didasarkan pada kesamaan
ideologi, tetapi lebih atas persamaan program. Tiga kekuatan sosial politik itu adalah
1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU,
Parmusi, PSII,
dan PERTI
2. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai
Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
3. Golongan Karya
Penyederhanaan partai-partai politik ini dilakukan pemerintah Orde Baru dalam
upaya menciptakan stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengalaman
sejarah pada masa pemerintahan sebelumnya telah memberikan pelajaran, bahwa
perpecahan yang terjadi dimasa Orde Lama, karena adanya perbedaan ideologi
politik dan ketidakseragaman persepsi serta pemahaman Pancasila sebagai
3. Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali pemilihan
umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu yang
diselenggarakan selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh
mayoritas suara dan memenangkan Pemilu.[butuh rujukan] Pada Pemilu 1997 yang
merupakan pemilu terakhir masa pemerintahan Orde Baru, Golkar memperoleh
74,51 % dengan perolehan 325 kursi di DPR dan PPP memperoleh 5,43 % dengan
perolehan 27 kursi.[butuh rujukan] Sedangkan PDI mengalami kemorosotan
perolehan suara dengan hanya mendapat 11 kursi di DPR.
Hal disebabkan adanya konflik intern di tubuh partai berkepala banteng tersebut.
PDI akhirnya pecah menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati Soekarno Putri yang
sekarang menjadi PDIP. Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama masa
pemerintahan Orde Baru telah menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia
telah berjalan dengan baik.
Kebijakan Ekonomi menjadi Hambatan dan Tantangan
untuk Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan NKRI tahun 1966
– 1997
1. Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
Di awal kekuasaannya, Pemerintah Orde Baru mewarisi kemerosotan ekonomi yang
ditinggalkan oleh pemerintahan sebelumnya.Kemerosotan ekonomi ini ditandai oleh
rendahnya pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang hanya mencapai 70
dollar AS, tingginya inflasi yang mencapai 65%, serta hancurnya sarana-sarana
ekonomi akibat konflik yang terjadi di akhir pemerintahan Soekarno.
Untuk mengatasi kemerosotan ini, pemerintah Orde Baru membuat program jangka
pendek berdasarkan Tap. MPRS No. XXII/MPRS/1966 yang diarahkan kepada
pengendalian inflasi dan usaha rehabilitasi sarana ekonomi, peningkatan kegiatan
ekonomi, dan pencukupan kebutuhan sandang.Program jangka pendek ini diambil
dengan pertimbangan apabila inflasi dapat dikendalikan dan stabilitas tercapai,
kegiatan ekonomi akan pulih dan produksi akan meningkat.
2. Swasembada Beras
Sejak awal berkuasa, pemerintah Orde Baru menitikberatkan fokusnya pada
pengembangan sektor pertanian karena menganggap ketahanan pangan adalah
prasyarat utama kestabilan ekonomi dan politik.Sektor ini berkembang pesat setelah
pemerintah membangun berbagai prasarana pertanian seperti irigasi dan perhubungan,
teknologi pertanian, hingga penyuluhan bisnis.Pemerintah juga memberikan kepastian
pemasaran hasil produksi melalui lembaga yang diberi nama Bulog (Badan Urusan Logistik).
Akan tetapi sector pertanian mengalami pemerosotan harga.
Berawal dari krisis moneter di kawasan Asia. Terjadi penurunan nilai tukar mata uang
negara-negara Asia terhadap mata uang Dolar AS. Hal ini sangat mempengaruhi aktivitas
perekonomian negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah menurun drastis
yang semula Rp. 2.500 per dolar AS pada tahun 1997 menjadi Rp. 15.000 per dolar AS pada
tahun 1998. Penurunan nilai tukar rupiah ini mengganggu kapitalisasi pasar modal, kegiatan
sektor industri dan perbankan.
Keuangan negara terkuras habis untuk mengatasi krisis moneter yang sudah berkembang
menjadi krisis ekonomi.
Pada awal 1998, pemerintah Orde Baru berusaha mengatasi krisis moneter dengan
memberlakukan uang ketat dan suku bunga bank yang tinggi. Namun semua usaha ini
mengalami kegagalan. Keadaan diperparah dengan tindakan para spekulan yang
memborong dolar AS sehingga menghabiskan persediaan dolar AS yang dimiliki pemerintah
Orde Baru. Para spekulan berharal memperoleh keuntungan dengan membeli dolar AS
karena nilai tukar rupiah terus menurun. Pada saatnya nanti mereka akan menjualnya
kembali dan memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. Pemerintah Orde Baru
3. Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi
Untuk mengatasi keadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan
pemerintah Orde Lama, pemerintah Orde Baru melakukan langkah-
langkah: