Anda di halaman 1dari 7

ESAI

PERBEDAAN SISTEM POLITIK DAN EKONOMI PADA MASA


ORDE BARU DAN MASA REFORMASI

DISUSUN OLEH:
Miftah Farid Alfarisi
XII IPA 1

GURU PEMBIMBING:
Dra. Farichah Indrawati

MADRASAH ALIYAH NEGERI BATAM


Jl. Brigjen Katamso No.10, Tj. Uncang, Kec. Sagulung, Kota
Batam, Kepulauan Riau
2023
Perbandingan Kebijakan Politik dan Kebijakan Ekonomi pada Masa
Orde Baru dan Masa Reformasi
Oleh : Miftah Farid Alfarisi – XII IPA 1

Orde Baru merupakan era kepemimpinan Presiden Soeharto selama 32 tahun pada 11 Maret
1966 hingga 1998. Sedangkan, era reformasi lahir setelah negara Indonesia mengalami berbagai
krisis yang melanda, mulai dari krisis kehidupan, ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya,
bahkan kepercayaan. Akibatnya, jatuhnya pemerintahan Soeharto selama 32 tahun dan berganti
menjadi era reformasi yang berlangsung mulai tahun 1998 hingga saat ini.
Dinamika masa pemerintahan Indonesia tidak pernah mencapai suatu masa yang stabil,
semuanya berjalan secara fluktuatif, bahkan hingga saat ini. Dalam tiap rentang masa
pemerintahan itu, Indonesia mengalami berbagai peningkatan yang mampu memperbaiki aspek-
aspek kehidupan serta penurunan yang membawa Indonesia menjadi negara yang tak pernah
putus akan problematikanya.
Perbedaan pemimpin pemerintahan serta tuntutan tiap masyarakat yang ingin dilayani
dengan sepenuh hati menjadi salah satu faktor pergantian roda pemerintahnan di Indonesia.
Memang, zaman kadang menuntut perubahan. Teknologiu yang semakin canggih perlu
mengganti keadaan-keaadaan yang sudah tidak relevan lagi. Sebagai pemerintah yang baik,
tentunya hal ini telah menjadi suatu kewajiban bagi mereka untuk mendengarkan dan
merealisasikan tuntutan rakyat.
Beda pemimpin, beda pula aksinya. Perbedaan itu dapat kita rasakan terlebih bila kita
sempat mencicipi berada dalam masa tersebut. Salah satu masa yang mengalami perubahan
signifikan adalah masa orde baru ke masa reformasi khususnya dalam bidang politik dan
ekonomi. Masyarakat menuntut perubahan agar terlepas dari segala hal tentang orde baru yang
dianggap tidak sejalan lagi dengan hatui nurani rakyat. Tiga puluh dua tahun bukan waktu yang
sebentar untuk menjalankan pemerintahan. Namun, apabila selama itu belum juga menghasilkan
kemakmuran, tidak salah apabila rakyat menuntut suatu era baru yang dapat membuka masa
depan menjadi lebih baik.

1
Rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto mampu berkuasa selama 32 tahun
di Republik Indonesia. Melalui proses yang cukup panjang, pemerintah Orde Baru berusaha
menciptakan stabilitas politik dan keamanan nasional pasca peristiwa 1965. Seperti halnya yang
ditegaskan oleh Ali Moertopo, bahwa stabilitas politik dan keamanan nasional merupakan syarat
utama bagi kelangsungan pembangunan1 Pada periode atau kurun waktu 1966-1980 bisa
dikatakan sebagai tahapan dari era konsolidasi Orde Baru dan Soeharto. Sebagai upaya untuk
menggantikan posisi Soekarno, kemunculan dari Jendral Soeharto yang bahkan sebelumnya
tidak dikenal, menjadi aktor yang cukup berperan dalam perubahan tatanan politik pasca
peristiwa 65. Namun pada awalnya perubahan yang dilakukan oleh Jendral Soeharto tidaklah
cukup radikal.

Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno.
Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh
Soekarno pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam
jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan
dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang
kaya dan miskin juga semakin melebar.

Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai
presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983,
1988, 1993, dan 1998. Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia
dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh
Soekarno pada akhir masa jabatannya.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, Negara bersama aparat ekonominya mendominasi
seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi swasta.
Sedangkan pada masa Orde Baru, pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi
nasional terutama pada usaha mengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara, dan
pengamaban kebutuhan pokok rakyat. Tindakan ini dilakukan pemerintah karena pada masa
awal tahun 1966 terjadi kenaikan harga sehingga inflasi hampir mancapai 65% setahun. Hal itu
telah menyebabkan kurang lancarnya pelaksanaan program pembangunan yang telah
direncanakan pemerintah.

1
Ali Moertopo, 1983, hlm. 26-28.

2
Reformasi merupakan perubahan yang radikal dan menyeluruh untuk perbaikan.
Reformasi menghendaki adanya perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
ke arah yang lebih baik secara konstitusional dalam berbagai bidang kehidupan. Ketika terjadi
krisis ekonomi, politik, hukum dan krisis kepercayan, maka seluruh rakyat mendukung adanya
reformasi dan menghendaki adanya pergantian pemimpin yang diharapkan dapat membawa
perubahan Indonesia di segala bidang ke arah yang lebih baik.
Pasca tumbangnya Orde Baru, terdapat dua metoda yang bisa ditempuh untuk menata
ulang kembali tata politik, yakni; suatu reformasi radikal terhadap institusi politik warisan Orde
Baru termasuk penggusuran besar-besaran para penjaga lembaga tersebut dalam bentuk
pemecatan, penggantian dan sebagainya, dikarenakan persoalan yang dihadapi ialah korupsi,
kolusi, nepotisme, sehingga konsekuensi paling logis ialah pembersihan institusi politik, dengan
kata lain metoda ini membawa gerakan reformasi lebih dekat kepada republikanisme. Hal kedua
yang dapat dilakukan ialah: lebih merupakan konsep demokratik klasik, dengan tekanan utama
diberikan pada persamaan, partisipasi rakyat dalam proses politik, dan memberikan focus pada
ide kebebasan dan kebersamaan. Tentunya pilihan pertama tidak dilakukan dengan sungguh-
sungguh, karena seluruh perhatian diarahkan pada pilihan kedua..
Pada masa reformasi ini perekonomian Indonesia ditandai dengan adanya krisis moneter
yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda ke
arah pemulihan. Walaupun ada pertumbuhan ekonomi sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5%
untuk tahun 1998 dimana inflasi sudah diperhitungkan namun laju inflasi masih cukup tinggi
yaitu sekitar 100%. Pada tahun 1998 hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan negatif, hal
ini berbeda dengan kondisi ekonomi tahun 1999.2 Kebijakan ini berbeda pada masing-masing
presiden yang pernah memimpin di masanya masing-masing.
Kehidupan politik di Indonesia pada masa orde baru dan masa reformasi sangat berbeda.
Perbedaan-perbedaan tersebut seperti :
Kebijakan Politik pada Masa Orde Baru
1. Pelaksanaan Demokrasi Pancasila
2. Banyak terjadi korupsi, kolusi dan nepotisme
3. Terjadi pembredelan beberapa surat kabar dan penahanan para jurnalis tanpa
persidangan
2
PROPAGANDA ORDE BARU 1966-1980, Dwi Wahyono, Hadi Gayung Kasuma

3
4. Adanya Dwifungsi ABRI
5. Mengembalikan Indonesia dari politik Nefos-Oldefos dan "Poros Jakarta -Pnom Penh -
Hanoi-Peking - Pyongyang" ke politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif
6. Indonesia kembali aktif di forum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
7. Membentuk Kabinet Pembangunan I demi kelancaran pembangunan

Kebijakan Politik Pada Masa Reformasi


1. Pers dibebaskan untuk menyampaikan pendapat dan melakukan kegiatan jurnalistik
2. Pelaksanaan pemilu yang multipartai berlangsung damai
3. Penyelesaian masalah Timor Timur Amandemen UUD telah mencapai amandemen ke
I, II, III dan IV
4. MPR telah melakukan tugasnya dengan baik
5. Adanya perbaikan dalam HAM terutama dari pemerintah sendiri
6. Semakin tinggi antusiasme warga dalam pemerintahan (membentuk partai politik)
7. Diterapkannya otonomi daerah sehingga kekuasaan tak mutlak di tangan penguasa

Kehidupan ekonomi di Indonesia pada masa orde baru dan masa reformasi sangat
berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut seperti :
Kebijakan Ekonomi pada Masa Orde Baru :
1. Membayar hutang dengan berhutang
2. Menetapkan UU tentang penanaman modal asing di Indonesia
3. Menggalang dana dari masyarakat agar gemar menabung
4. Peningkatan perekonomian yang cukup tinggi
5. Indonesia menjadi Negara swasembada beras
6. Pembangunan yang tidak merata
7. Terjadi krisis moneter pada 1997-1998

Kebijakan Ekonomi pada Masa Reformasi :


1. Krisis moneter perlahann dapat ditangani
2. Penurunan IHS (Indeks Harga Saham)
3. Membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)

4
4. Inflasi dapat diturunkan
5. Pengendalian stabilitas nilai rupiah

Ekonomi Indonesia sempat mengalami peningkatan pada awal masa orde baru. Tapi,
ujung orde baru adalah krisis moneter yang menandakan bahwa ekonomi pada masa orde baru
tidak sepenuhnya berhasil.
Di awal masa orde baru, Indonesia menghadapi masalah ekonomi salah satunya dengan
berhutang. Hutang yang ada mereka bayar dengan berhutang lagi kepada tempat lain untuk
kelancaran pembangunan. Jelas terlihat bahwa tidak ada penyelesaian secara bijak karena
pemasukan negara kita tidak bertambah, atau dengan kata lain permasalahan ini tidak
terselesaikan.
Pada masa ini pula pemerintah mengeluarkan UU Penanaman Modal Asing (PMA).
Dengan UU PMA, pemerintah ingin menunjukan kepada dunia internasional bahwa arah
kebijakan yang akan ditempuh oleh pemerintah Orde Baru, berbeda dengan Orde Lama. Orde
Baru tidak memusuhi investor asing dengan menuduh sebagai kaki tangan imperialisme.
Sebaliknya, aktivitas mereka dipandang sebagai prasyarat yang dibutuhkan oleh sebuah negara
yang ingin membangun perekonomiannya.3 Dengan bantuan modal mereka, selayaknya mereka
didorong dan dikembangkan untuk memperbanyak investasi dalam berbagai bidang ekonomi.

Meski pada awalnya orde baru mampu meningkatkan itu hal perekonomian Indonesia,
namun pada akhirnya terjadi pula krisis moneter. Jatuhnya nilai rupiah merupakan pemicu awal
bagi krisis ekonomi karena memberikan dampak yang sangat luas terhadap perekonomian
nasional. Depresiasi rupiah tersebut dimulai sejak pertengahan tahun 1997 akibat diterapkannya
kebijakan penghapusan band intervensi rupiah pada bulan Juni 1997. Diikuti dengan gejolak
politik yang menghangat menjelang Pemilu 1997, kepercayaan masyarakat terhadap rupiah
semakin menurun. Konsekuensinya adalah nilai rupiah mengalami depresiasi yang sangat tajam
pada Januari 1998 yaitu sebesar 265 persen dibandingkan nilai rupiah pada bulan sebelumnya.
Akhirnya yang terjadi adalah laju inflasi yang sangat tinggi. Permsalahan ini dapat
diatasi dalam era baru yaitu era reformasi. Hal itu dapat dilihat pada grafik berikut mengenai laju

3
Kementrian Pendidian dan Kebudayaan. 2015. Sejarah Indonesia. Jakarta:

5
inflasi di Indonesia sejak orde baru hingga reformasi. Tahun 1998 menjadi tahun yang buruk
bagi perekonomian Indonesia, dan laju inflasi saat itu sangat tinggi mencapai angka 60%.
Namun pada era reformasi hal tersebut perlahan dapat diatasi dan menjadikan ekonomi
Indonesia dapat tumbuh lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai