Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Orde Baru adalah suatu tatanan di mana rakyat, negara dan seluruh
kehidupan bernegara kembali kepada Pancasila dan pelaksanaan UUD
1945 yang murni dan konsisten. Dari beberapa pendapat tersebut, kami
menyimpulkan bahwa Orde Baru adalah sistem pemerintahan di Indonesia
yang menggantikan era sebelumnya, berdasarkan koreksi berbagai
penyimpangan. Kelahiran Orde Baru dimulai pada 11 Maret 1966, ketika
Presiden Soekarno menganugerahkan Order of Merit (Super Semer)
kepada Letnan Jenderal Suharto. Surat itu berisi instruksi presiden kepada
letnan. Sebagai Menteri Komando Tertinggi Angkatan Darat, Suharto akan
mengambil langkah-langkah untuk menjamin keamanan, ketentraman, dan
stabilitas pemerintahan, demi kepentingan bangsa dan keutuhan negara
Republik Indonesia.

Sebagai tindak lanjut dari instruksi Presiden pada bagian Surat Perintah
Sebelas Maret yang hingga saat ini menjadi kontroversi. Letjen Soeharto
mengambil berbagai kebijakan untuk memulihkan kembali kondisi negara,
salah satunya ialah pembubaran organisasi PKI dan ormas-ormasnya.
Selain itu, beliau juga membentuk Kabinet Ampera, suatu susunan kabinet
yang berisikan anggota TNI dan ekonom lulusan luar negeri, tujuannya
ialah untuk menciptakan perbaikan ekonomi dan stabilitas politik.
Puncaknya, pada Sidang Istimewa MPRS tanggal 7-12 Maret 1967 di
Jakarta, MPR secara resmi mengangkat Soeharto sebagai presiden
Republik Indonesia II.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kebijakan politik dan ekonomi presiden soeharto Ketika
menjabat
2. Bagaimana Dampak dri menguatnya peran negara terhadap kehidupan
berbangsa bernegara
3. Bagaimana krisis yang terjadi pada masa akhir orde baru dibidang
politik ekonomi dan hukum

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Kebijakan politik dan ekonomi presiden soeharto
Ketika menjabat
2. Untuk mengetahui Dampak dri menguatnya peran negara terhadap
kehidupan berbangsa bernegara
3. Untuk mengetahui krisis yang terjadi pada masa akhir orde baru
dibidang politik ekonomi dan hukum
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kebijakan politik dan ekonomi presiden soeharto Ketika menjabat


Pemerintahan Suharto telah meninggalkan warisan ketidakstabilan
ekonomi, sosial dan politik. Tim ekonomi Orde Baru yang dipimpin
oleh Wakil Perdana Menteri Sri Sultan Hamenku Bwono IX telah
menyiapkan serangkaian langkah darurat untuk menstabilkan
perekonomian nasional, dengan bantuan teknis dari Dana Moneter
Internasional (IMF). Dalam menghadapi inflasi yang tinggi dan
pemulihan ekonomi, pemerintah membuat rencana program stabilisasi
ekonomi yang komprehensif yang disebut Paket Kebijakan Stabilisasi
dan Pemulihan Ekonomi

(Paket Oktober 1966). Paket ini membekukan peran penanaman modal


asing dan dalam negeri, dan dengan diterbitkannya Undang-Undang
Penanaman Modal Asing/PMA (1967) dan Undang-Undang
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), menerapkan kebijakan
“deregulasi” untuk mengubah sistem komando menjadi mekanisme
pasar. empat pilar kebijakan, antara lain: , 1968). Kebijakan disiplin
fiskal dan anggaran berimbang yang menekankan penghematan belanja
dan subsidi pemerintah, dan kebijakan moneter sebagai pengendalian
jumlah uang beredar: suku bunga bank, suku bunga pinjaman (rata-rata
bulanan 6-9%), suku bunga deposito (rata-rata 5%).%/ Bulan) .

Pemulihan neraca pembayaran juga merupakan kebijakan ekonomi


melalui fasilitasi impor dan ekspor, sistem nilai tukar tunggal melalui
mekanisme pasar, peningkatan arus masuk modal, dan negosiasi utang
luar negeri, turun dari 635,3 persen pada tahun 1966 menjadi 9,9
persen pada tahun 1969. . Jumlah uang beredar juga turun dari 763
persen (1966) menjadi 121 persen (1968). Pengurangan peredaran
uang dilakukan dengan membatasi penciptaan uang melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan pinjaman perbankan.

Pemilu pada masa Orde Baru memiliki keunikan tersendiri dari pada
pemilu yang terjadi sebelum dan sesudahnya. Seperti yang kalian
pelajari diatas, keunikan tersebut disebabkan oleh kebijakan fusi partai,
sehingga pemilihan umum sejak tahun 1977 hanya dikuti oleh 3 partai
politik. Pelaksanaan Pemilu sendiri pada masa orde baru berlangsung
enam kali, yakni 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pada pemilu
1971, peserta partai politik masih cukup banyak yakni 10 partai politik,
pada pemilu ini Golongan Karya meraih suara terbanyak. Pemilu
selanjutnya dimulai sejak tahun 1977 hingga 1997 partai peserta
pemilu diikuti oleh tiga partai politik yakni PPP, Golongan Karya dan
PDI, pada pelaksanaan pemilu itu pula Golongan Karya meraih suara
terbanyak.

konsep Dwi Fungsi ABRI berawal dari konsep "jalan tengah" yang di
kemukakan oleh Jendral A.H.Nasution. Dwi Fungsi ABRI diterapkan
untuk memberi kesempatan yang luas kepada perwira tentara untuk
berpartisipasi dalam bidang non militer. Kebijakan ini bertujuan agar
stabilitas politik tetap berjalan dengan baik. Melalui dwi fungsi ABRI,
para pewira militer memegang posisi penting pada masa pemerintahan
Orde Baru seperti menjadi walikota, gubernur, duta besar, peradilan
dll.
Contoh kegiatan ABRI Masuk Desa (AMD)
Peninggalan dwifungsi ABRI pun sampai saat ini masih dapat
ditemukan, meskipun pelaksanaan dan kebijakannya telah dihapus.
Salah satu peninggalan tersebut ialah banyaknya penamaan jalan
terutama di daerah yang menggunakan nama AMD. AMD sendiri
merupakan singkatan dari ABRI Masuk Desa. Salah satu program
pemerintah yang berkaitan dengan pembangunan desa dalam rangka
mengabdi kepada masyarakat. Program dwifungsi ABRI dihapus
sejalan dengan agenda reformasi 98 yang menandai berakhirnya masa
pemerintahan Orde Baru.

2. Dampak dri menguatnya peran negara terhadap kehidupan berbangsa


bernegara

Pada masa pemerintahan Orde Baru, peran negara atau pemerintah


menguat. Hal tersebut memberikan dampak positif dan negatif di
berbagai bidang, salah satunya bidang politik. Dalam bidang politik,
dampak menguatnya peran negara masa Orde Baru, yakni
pemerintahan yang dijalankan secara sentralistik atau terpusat,
dominasi Golkar dalam penyelenggaraan pemilu serta pemerintahan,
stabilitas politik cenderung kondusif, dan dibatasinya hak-hak
bersuara. Pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan dampak positif
dan negatif. Dampak positif tercatat dalam bentuk penurunan angka
kemiskinan absolut yang diikuti dengan perbaikan indikator
kesejahteraan rakyat secara rata-rata seperti penurunan angka kematian
bayi dan angka partisipasi pendidikan terutama pendidikan tingkat
dasar yang semakin meningkat.

Dampak negatif adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup


dan sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar golongan
pekerjaan dan antar kelompok dalam masyarakat terasa tajam.
Pembangunan yang menjadi ikon pemerintah Orde Baru ternyata
menciptakan kelompok masyarakat yang terpinggirkan (marginalisasi
sosial) di sisi lain. Di pihak lain pembangunan di masa Orde Baru
menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang syarat dengan KKN
(Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Pembangunan hanya mengutamakan
pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi
dan sosial yang demokratis dan berkeadilan. Meskipun berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi secara fundamental
pembangunan nasional sangat rapuh. Di bidang politik, pemerintah
Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan
benar kepada rakyat Indonesia. Pada masa Orde Baru, Golkar menjadi
mesin politik guna mencapai stabilitas yang diinginkan. 

3. Krisis Yang Terjadi Pada Masa Akhir Orde Baru Dibidang Politik
Ekonomi Dan Hukum
Menjelang akhir pemerintahan Orde Baru, krisis keuangan, sosial,
politik, hukum dan kepercayaan melanda masyarakat Indonesia.
Situasi ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia terjebak dalam krisis
multi-sisi dengan dampak yang besar. Krisis multidimensi adalah
krisis yang terjadi secara serentak di berbagai wilayah. Krisis tersebut
telah membawa perubahan besar bagi masyarakat Indonesia.
Krisis Multidimensi adalah krisis yang melanda Indonesia pada tahun
1997-1998. Berikut kronologi krisis multidimensi tersebut:

Krisis Mata Uang


Pada awal tahun 1997, negara-negara di Asia Tenggara, termasuk
Indonesia, mengalami goncangan ekonomi. Ini karena destabilisasi
ekonomi dunia, yang telah berkembang menjadi krisis mata uang. Di
Indonesia, banyak perusahaan bangkrut, banyak karyawan di-PHK,
dan 20 juta orang di-PHK. Tingkat kemiskinan di Indonesia meningkat
pesat sebagai akibat dari pemutusan hubungan kerja dan kenaikan
harga komoditas. Bahkan, angka kemiskinan mencapai 50% dari total
penduduk. Krisis ekonomi semakin genting pada tanggal 4 Mei 1998,
ketika harga bahan bakar minyak naik dan tarif dasar listrik naik.

Krisis Politik
Setelah pemilihan umum 1997 dan Majelis Umum MPR pada Maret
1998, Suharto diangkat kembali sebagai Presiden Republik Indonesia
untuk masa jabatan 1998-2003. Pelantikan ketujuh Suharto ditolak
oleh mahasiswa dan sebagian besar masyarakat Indonesia. Penolakan
tersebut dikarenakan berbagai ketidakadilan yang terjadi pada masa
Orde Baru, di antaranya nilai-nilai demokrasi yang tidak dijalankan
dengan baik, banyak jajaran pemerintahan yang melakukan nepotisme,
dan ketidakadilan dalam ranah keadilan.

Krisis Sosial
Pada awal tahun 1998, kerusuhan anti-Cina pecah di beberapa kota.
Tiaong Hoa menjadi sasaran kemarahan karena dianggap terlalu
dominan dalam perekonomian Indonesia. Terjadi pula kerusuhan dan
penjarahan yang merupakan tanda-tanda krisis sosial saat itu.
Krisis Hukum
Pasal 24 UUD 1945 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman adalah
independen dan independen dari pemerintah (cabang eksekutif).
Namun, banyak teknik telah berkembang di bidang peradilan, dan
yang bersalah dapat dibiarkan tanpa hukuman dan yang tidak bersalah
dapat dipenjarakan. Penyimpangan-penyimpangan tersebut
menimbulkan keinginan untuk melakukan reformasi di bidang hukum.

Krisis Kepercayaan
Pemerintah Orde Baru telah gagal menegakkan praktik demokrasi
dengan baik. Kondisi tersebut diperparah dengan maraknya praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Selain itu, terjadinya berbagai
krisis telah meningkatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap
pemerintah.
BAB III
KESIMPULAN

Pemerintahan Suharto telah meninggalkan warisan ketidakstabilan


ekonomi, sosial dan politik. Tim ekonomi Orde Baru yang dipimpin
oleh Wakil Perdana Menteri Sri Sultan Hamenku Bwono IX telah
menyiapkan serangkaian langkah darurat untuk menstabilkan
perekonomian nasional, dengan bantuan teknis dari Dana Moneter
Internasional (IMF). Dalam menghadapi inflasi yang tinggi dan
pemulihan ekonomi, pemerintah membuat rencana program stabilisasi
ekonomi yang komprehensif yang disebut Paket Kebijakan Stabilisasi
dan Pemulihan Ekonomi. Pada masa pemerintahan Orde Baru, peran
negara atau pemerintah menguat. Hal tersebut memberikan dampak
positif dan negatif di berbagai bidang, salah satunya bidang politik.
Dalam bidang politik, dampak menguatnya peran negara masa Orde
Baru, yakni pemerintahan yang dijalankan secara sentralistik atau
terpusat, dominasi Golkar dalam penyelenggaraan pemilu serta
pemerintahan,Menjelang akhir pemerintahan Orde Baru, krisis
keuangan, sosial, politik, hukum dan kepercayaan melanda masyarakat
Indonesia. Situasi ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia terjebak
dalam krisis multi-sisi dengan dampak yang besar. Krisis multidimensi
adalah krisis yang terjadi secara serentak di berbagai wilayah. Krisis
tersebut telah membawa perubahan besar bagi masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
o http://rinahistory.blog.friendster.com/2008/11/indonesia-masa-orde-baru/
Diakses pada hari Selasa tanggal 9 Oktober 2012 pukul 15.42 WIB
o http://www.crayonpedia.org/mw/
BSE:Berakhirnya_Masa_Orde_Baru_dan_Lahirnya_Reformasi_9.2_
%28BAB_13%29
Diakses pada hari Selasa tanggal 9 Oktober 2012 pukul 16.00 WIB
o http://kapasmerah.wordpress.com/2008/01/27/kronologi-kelengseran-
soeharto-mei-1998/http://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru
Diakses pada hari Selasa tanggal 9 Oktober 2012 pukul 16.45 WIB
o Wismuliani, Endar dkk. 2009. IPS: untuk SMP dan MTs Kelas IX. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 189 – 198.
o Murkhan, Munawar dkk. 2007. SEJARAH 3: untuk SMA/MA Kelas XII
IPA. Jakarta: PT.Galaxy Puspa Mega, h. 3 – 32.

Anda mungkin juga menyukai