Anda di halaman 1dari 12

LAHIRNYA PEMERINTAHAN ORDE BARU

DI SUSUN OLEH :

Meylanda Polimango ( 911421151 )


Moh. Fauzan S. Maladjai ( 911421190)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

T.A 2021/2022
Lahirnya Pemerintahan Orde Baru

A. Pengertian Orde Baru

Orde baru (orba) adalah sebutan bagi masa pemerintahan (rezim) Soeharto
yang menggantikan Soekarno sebagai presiden RI ke-2 yang dimulai pada
tahun 1966. Arti orde baru adalah sebuah tata tertib atas kehidupan rakyat,
bangsa, dan negara Indonesia yang kembali dilaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara konsekuen dan murni. Pemerintahan Indonesia sempat
terancam bahaya dengan paham komunis pada peristiwa pemberontakan
G30S / PKI, dan pemerintahan orde baruikberatkan Pancasila dan UUD
1945 sebagai ideologi dasar negara Indonesia. Masa orde baru kemudian
dilanjutkan dengan orde reformasi berakhir pada tahun 1998 dan ditandai
dengan lengsernya presiden Soeharto dari jabatannya setelah memiliki
lebih dari 30 tahun.

Awal dari masa pemerintahan di era Orde Baru muncul setelah


dikeluarkannya surat perintah yang berlaku selama kurang lebih 32 tahun
pada 11 Maret 1966 hingga 1988. Diangkatnya Soeharto menjadi Presiden
Indonesia juga menandakan era Orde Baru menggantikan Presiden
Soekarno sebelumnya. Penamaan Orde Baru ini digunakan sebagai
perbandingan dengan masa sebelumnya, yaitu Orde Lama.

1
Di masa orde baru ini, sistem pemerintahannya masih menggunakan
presidensial dimana keputusan eksekutif ada ditangan presiden serta
memiliki bentuk pemerintah yaitu republik. Dasar konstitusi dari negara
Indonesia adalah UUD 1945. Berdasarkan Encyclopaedia Britannica
(2015), pada masa Orde Baru ini pemerintah menekankan pada adanya
stabilitas nasional baik dalam program politiknya dan juga rehabilitas
ekonomi yang ada, serta berkepribadian dan juga fokus pada bidang sosial
budaya.

Pada masa ini juga terjadi kemajuan dalam demokrasi di Indonesia.


Dimana seperti yang dapat dilihat dari hasilnya, inflasi menurun dan mata
uang Indonesia menjadi lebih stabil. Namun, walaupun mengalami
perkembangan tersebut, kekuasaan dari seluruh pemerintahan pada saat itu
ada di tangan presiden seutuhnya. Hal itu yang menyebabkan runtuhnya era
Orde Baru dikarenakan adanya krisis moneter di tahun 1997. Setelah
adanya krisis tersebut, kondisi ekonomi negara Indonesia semakin
memburuk, dan hal ini bukan hanya dialami Indonesia saja namun juga
berbagai negara lain. Kondisi yang terjadi pada saat itu membuat korupsi,
kolusi, serta nepotisme atau KKN menjadi semakin tinggi dan angka
kemiskinan juga meningkat.

Adanya ketimpangan yang mencolok antara kedua pihak tersebut,


memicunya gerakan demokrasi dalam rangka menuntut adanya perbaikan
ekonomi dan juga reformasi total pada pemerintahan Indonesia.

2
Era Orde Baru yang ada berakhir pada tahun 1998 dengan pengunduran diri
Soeharto sebagai presiden yang membuat kemunculan era reformasi.

B. Ciri-ciri Pemerintahan pada Orde Baru

1. Kuatnya Pengaruh Militer atau Dwifungsi ABRI

Ciri yang pertama dari pemerintahan pada Orde Baru adalah kuatnya
pengaruh militer dan ABRI. Hal ini memang sudah terlihat sejak Orde
Lama, dimana dalam kabinet Dwikora berisikan dari banyak perwira tinggi
Angkatan Darat.

Namun, pada Orde Baru terjadi perubahan dimana fungsi ABRI dalam
tingkat sipil menjadi lebih kuat lagi. Partai Golongan Karya yang
merupakan mesin politik utama dari pemerintah Orde Baru berisikan
banyak anggota militer.

ABRI yang ada juga memiliki kegiatan sipil yang terdiri dari ABRI Masuk
Desa, dan juga menduduki jabatan sipil serta militer disaat yang
bersamaan. Selain itu, banyak anggota ABRI yang menjadi komisaris
berbagai perusahaan besar di Indonesia, yang menjadi salah satu tanda
adanya KKN di dalam pemerintahan Orde Baru.

Dwi Fungsi ABRI maksudnya adalah bahwa ABRI memiliki dua fungsi,
yaitu:

1. fungsi sebagai pusat kekuatan militer yang melindungi segenap


bangsa Indonesia, dan
3
2. fungsi sebagai kekuatan sosial yang secara aktif melaksanakan
kegiatan-kegiatan pembangunan nasional.

Melalui fungsi atau peran ganda ini, ABRI diizinkan untuk memegang
jabatan dalam pemerintahan, termasuk walikota, pemerintah provinsi, duta
besar, dan jabatan lainnya. Setelah berakhirnya masa kepemimpinan Orde
Baru, Dwi Fungsi ABRI mulai dihapuskan.

2. Terbatasnya Pilihan Politik

Ciri yang kedua dari pemerintahan pada Orde Baru adalah terbatasnya
pilihan politik. Hal ini dapat dilihat melalui pemilu pada tahun 1971 yang
diikuti oleh setidaknya sembilan partai politik serta satu golongan karya,
dan bandingkan dengan pemilu pada tahun 1977 yang hanya diikuti oleh
dua partai politik yaitu PDI dan PPP serta satu golongan karya.

Hal yang terjadi ini dilakukan untuk membatasi adanya ideologi baru yang
berkembang. Hal ini dikarenakan, pemerintah mengira bahwa kekacauan
yang terjadi di Orde Lama disebabkan banyaknya ideologi baru yang
berkembang. Penyederhanaan tersebut diharapkan dapat menciptakan
kestabilan dalam politik pemerintah.

3. Pembangunan yang Masi

4
Ciri yang ketiga dari pemerintahan pada Orde Baru adalah pembangunan
yang masif, hal ini dikarenakan pemerintah pada masa ini memfokuskan
dan menjadikan pembangunan infrastruktur fisik maupun non-fisik sebagai
prioritas tertingginya.

Hal yang dilakukan ini merupakan sebuah respon dari adanya kekacauan
ekonomi pada tahun 1965. Pemerintah Indonesia membuka keran modal
asing serta dalam negeri sebagai usahanya untuk membuka pintu usaha di
Indonesia. Diharapkan dengan adanya hal tersebut pembangunan yang ada
dapat berlangsung dengan lancar serta perekonomian kembali normal.

4. Pemerintahan Sentralistik

Ciri yang keempat dari pemerintahan pada Orde Baru adalah pemerintahan
yang sentralistik yang pada dasarnya sudah berjalan sejak awal
kemerdekaan Indonesia terjadi. Hal ini terjadi karena sistem kenegaraan
yang masih belum rekat dan setara di berbagai daerah.

Pemerintahan yang bersifat sentralistik ini membuat adanya kendali pusat


terhadap pemerintahan yang ada di daerah, hal ini dikarenakan segala
keputusan yang diambil harus melalui pemerintah pusat terlebih dahulu.

C. Perkembangan Ekonomi, Politik, dan Sosial Pada Masa Orde Baru

 Kehidupan ekonomi dan politik

Ekonomi Indonesia pada sejarah Orde Baru membaik dalam waktu singkat.
Hal ini terjadi karena bantuan aliran modal yang dibuka lebar melalui
5
konsorsium IGGI. Rezim Orde Baru dapat membuat kestabilan ekonomi
bahkan sebelum tahun 1970. Pembangunan ekonomi nasional Orde Baru
dilakukan melalui Repelita. Program Repelita ini didasarkan atas
pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional.

Sementara pada perkembangan politik, masa Orde Baru selama 32 tahun


memiliki proses politik sangat dinamis. Pemerintah berhasil
menyelenggarakan 6 kali pemilu pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,
dan 1998. Namun, semua proses demokrasi tersebut dimenangkan oleh
Golongan Karya dan Presiden Soeharto untuk menjabat kembali. Hal itu
disebabkan oleh pengerahan kekuatan-kekuatan penyokong Orde Baru
untuk mendukung Golkar. Kekuatan-kekuatan penyokong Golkar adalah
aparat pemerintah (pegawai negeri sipil) dan Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ABRI). Kedua aparat pemerintah tersebut bahkan
konon diwajibkan untuk bersumpah agar selalu memilih partai Golkar
dalam pemilihan umum. Dengan dukungan pegawai negeri sipil dan ABRI,
Golkar dapat dengan leluasa menjangkau masyarakat luas di berbagai
tempat dan tingkatan. Dari tingkatan masyarakat atas sampai bawah, dan
dari kota sampai pelosok desa. Hal ini dinilai sebagai cara pemerintah
mempertahankan kekuasaannya.

 Kehidupan Sosial Pada masa Orde Baru

Pemerintah Orde Baru berhasil mewujudkan stabilitas politik dan


menciptakan suasana aman bagi masyarakat Indonesia. Perkembangan

6
ekonomi pun berjalan dengan baik dan hasilnya dapat terlihat dengan
nyata.

Dua hal ini menjadi faktor pendorong keberhasilan pemerintah Orde Baru
dalam melaksanakan perbaikan kesejahteraan rakyat. Keberhasilan tersebut
dapat dilihat dari:

1) penurunan angka kemiskinan,


2) penurunan angka kematian bayi, dan
3) peningkatan partisipasi pendidikan dasar.

Program-program untuk perbaikan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan


pada masa Orde Baru antara lain adalah sebagai berikut.

1. Transmigrasi

Transmigrasi adalah program yang dibuat oleh pemerintah Indonesia untuk


memindahkan penduduk dari suatu daerah yang padat penduduk ke daerah
lain yang masih lowong Indonesia. Masyarakat yang bersedia pindah ke
daerah kecil diberikan modal, lahan, dan pelatihan untuk memulai usaha
agrikultur di tempat yang ditentukan. Daerah yang menjadi tujuan
transmigrasi antara lain adalah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

2. Keluarga Berencana (KB)

7
merupakan program pemerintah yang dirancang untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk. Pengendalian penduduk dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas rakyat Indonesia dan peningkatan kesejahteraannya.
pada tahun 1967 pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 2,6% dan
pada tahun 1996 telah menurun drastis menjadi 1,6%.

3. Puskesmas dan Posyandu

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu


(Posyandu) merupakan dua fasilitias kesehatan yang didirikan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
masyarakat.Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah
pelayanan kesehatan menyeluruh (komprehensif) yang meliputi pelayanan
pengobatan (kuratif), upaya pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan
(promotif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Pelayanan kesehatan
yang diberikan Posyandu antara lain adalah Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), KB, Gizi, Penanggulangan Diare, dan Imunisasi.

 Pendidikan

Pada masa Orde Baru, dimunculkan sebuah konsepsi pendidikan yang


dikenal dengan sekolah pembangunan. Konsepsi ini diajukan oleh Mashuri
S.H selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayan. Dalam konsepsi sekolah
pembangunan, para siswa dikenalkan kepada jenis-jenis dan lapangan serta
lingkungan kerja, terutama jenis lapangan kerja yang diperlukan oleh
pembangunan nasional.
8
Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat melihat kemungkinan untuk
memberikan jasa melalui karyanya. Anak-anak didik tidak hanya diberi
pelajaran teori, tetapi juga diperkenalkan kepada sejumlah pekerjaan yang
kira-kira dapat mereka lakukan. Dalam rangka memberikan kesempatan
belajar yang lebih luas, pemerintah Orde Baru melaksanakan program-
program berikut.

1) Instruksi Presiden (Inpres) Pendidikan Dasar. Adanya Instruksi


Presiden ini membuat jumlah sekolah dasar meningkat pesat.
Tercatat pada periode 1993/1994 hampir 150.000 unit SD Inpres
(Instruksi Presiden) telah dibangun.
2) Program Pemberantasan Buta Huruf yang dimulai pada tanggal 16
Agustus 1978.
3) Program Wajib Belajar yang dimulai pada tanggal 2 Mei 1984.
4) Gerakan Orang Tua Asuh (GNOTA).

 Kebudayaan

Pada masa Orde baru, usaha peningkatan dan pengembangan seni dan
budaya diarahkan kepada upaya memperkuat kepribadian, kebanggaan, dan
kesatuan nasional. Oleh karena itu, dilakukan pembinaan dan
pengembangan seni secara luas melalui sekolah seni, kursus seni,
organisasi seni dan wadah-wadah kegiatan seni lainnya.

9
Selain itu, dilakukan pula upaya-upaya penyelamatan, pemeliharaan, dan
penelitian warisan sejarah budaya nasional. Upaya tersebut diwujudkan
dengan menginventarisasi peninggalan purbakala yang meliputi 1165 situs
purbakala dan rehabilitasi serta perluasan museum-museum.

D. Runtuhnya Orde Baru

Berakhirnya masa Orde Baru di Indonesia ditandai dengan adanya krisis


ekonomi yang melanda sejak tahun 1997. Krisis tersebut membuat nilai
tukar rupiah jatuh. Badai krisis moneter berlarut-larut akhirnya memancing
kelompok kritis di masyarakat. Kelompok kritis menilai permasalahan
ekonomi ini bertumpu pada kesalahan urus pemerintah Orde Baru. Situasi
yang awalnya hanya berupa krisis ekonomi berkembang menjadi krisis
kepercayaan. Kepercayaan terhadap pemerintah menurun sehingga memicu
kerusuhan, demonstrasi besar, bahkan penjarahan terutama di Jakarta.
Kemarahan masyarakat, terutama di kalangan mahasiswa semakin menjadi
setelah Soeharto dicalonkan kembali sebagai Presiden Republik Indonesia
pada pemilu ke-6. Para mahasiswa akhirnya menuntut adanya reformasi
pada tahun 1998. Reformasi ini memiliki beberapa tuntutan penting,
seperti:

 Penghapusan Dwifungsi ABRI.


 Penurunan maupun pengadilan terhadap Soeharto dan kroni-
kroninya.
 Penghapusan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
10
 Penegakan supremasi hukum.
 Amandemen UUD 1945.
 Pelaksanaan otonomi daerah seluas-luasnya.

Melihat tuntutan reformasi semakin besar, Presiden Soeharto akhirnya


menyampaikan pengunduran diri pada tanggal 21 Mei 1998. Berakhirnya
masa jabatan Soeharto inilah yang menjadi tanda runtuhnya Orde Baru dan
berganti menjadi era Reformasi.

11

Anda mungkin juga menyukai