Pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif
tercatat dalam bentuk penurunan angka kemiskinan absolut yang diikuti dengan perbaikan
indikator kesejahteraan rakyat secara rata-rata seperti penurunan angka kematian bayi dan angka
partisipasi pendidikan terutama pendidikan tingkat dasar yang semakin meningkat.
Dampak negatif adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber
daya alam, perbedaan ekonomi antar golongan pekerjaan dan antar kelompok dalam masyarakat
terasa tajam.
Pembangunan yang menjadi ikon pemerintah Orde Baru ternyata menciptakan kelompok
masyarakat yang terpinggirkan (marginalisasi sosial) di sisi lain. Di pihak lain pembangunan di
masa Orde Baru menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang syarat dengan KKN (Korupsi,
Kolusi, Nepotisme). Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi
kehidupan politik, ekonomi dan sosial yang demokratis dan berkeadilan. Meskipun berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi secara fundamental pembangunan nasional sangat
rapuh.
Di bidang politik, pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang
baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Pada masa Orde Baru, Golkar menjadi mesin politik
guna mencapai stabilitas yang diinginkan. Sementara dua partai lainya yaitu Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) hanya sebagai boneka agar tercipta
citra sebagai negara Demokrasi. Peleburan (fusi) parpol diciptakan tidak lain agar pemerintah
bisa mengontrol parpol.
Dengan menguatnya peran negara pada masa Orde Baru berdampak terhadap kehidupan
masyarakat. Dampaknya sebagai berikut.
1. Dampak dalam Bidang Politik
a. Adanya Pemerintahan yang Otoriter
Presiden mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam mengatur jalannya
pemerintahan.
b. Dominasi Golkar
Golkar merupakan mesin politik Orde Baru yang paling diandalkan dalam
menjadi satu-satunya kekuatan politik di Indonesia yang paling dominan.
c. Pemerintahan yang Sentralistis
Menguatnya peran negara juga menyebabkan timbulnya gaya pemerintahan yang
sentralistis yang ditandai dengan adanya pemusatan penentuan kebijakan publik pada
pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya diberi peluang yyang sangat kecil untuk
mengatur pemerintahan dan mengelola anggaran daerahnya sendiri.
2. Dampak dalam Bidang Ekonomi
a. Munculnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
b. Adanya Kesenjangan Ekonomi dan Sosial
Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan terbukanya akses dan distribusi
yang merata sumber-sumber ekonomi kepada masyarakat. Hal ini mengakibatkan
kesenjangan sosial di masyarakat.
c. Konglomerasi
Pola dan kebijakan perekonomian yang ditempuh pemerintah Orde Baru
berdampak pada munculnya konglomerasi di seluruh sektor usaha di Indonesia.
Pemerintahan Orde Baru pada awalnya memperkirakan bahwa konglomerasi ini akan
menjadi penggerak ekonomi nasional, namun pada kenyataannya pada konglomerat
lebih mementingkan bisnisnya daripada negara.
Murba
Parmusi
PSI
NU
Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai
tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan
penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak
lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program. Penggabungan
tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu :
Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilahh yang selantunya ikut menjadi
penyebab terpuruknya perekonomian nasional Indonesia menjelang akhir
tahun 1997.
Kabinet yang pertama kali dibentuk adalah Kabinet AMPERA dengan tugas
menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan
pembangunan nasional yang disebut DWI DHARMA KABINET AMPERA. Adapun
programnya antara lain:
a. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama sandang dan pangan
b. Melaksanakan Pemilu
c. Melaksanakan Politik Luar Negeri yang Bebas dan Aktif
d. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk. Jika
dilihat dari sumber internet lain, maka rencana programnnya adalah :
1) Untuk memuwujudkan kehidupan politik yang lebih baik, pada 23 Mei 1970,
disusun rencana pemilihan umum.
2) Kehidupan ekonomi segera direhabilitasi mengingat kondisi yang sangat
memperhatikan dengan kenaikan harga kebutuhan pokok yang sangat tinggi,
hingga mencapai 650 %.
3) Menyusun dan melaksanakan pembangunan nasional.
Keempat program ini disebut dengan Catur Karya Kabinet Ampera (Kabinet
Amanat Penderitaan Rakyat).
Kebijakan sosial politik orde baru, dalam bidang politik salah satu langkah
yang dilakukan oleh Seokarno adalah melakukan fusi partai politik. Praktik tersebut
dilakukan pada tahun 1975, dengan berdasar pada UU No. 3 tahun 1975 menghasilkan
komposisi sebagai berikut :
a. Kelompok Demokrasi Pembangunan ( 11 Januari 1973 ) kelompok ini terdiri
atas
partai Nasional Indonesia, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, ikatan pendukung
kemerdekaan dan Partai MURBA.
b. Kelompok Persatuan Pembangunan ( 5 Januari 1973 ) kelompok ini terdiri
atas
Nahdlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia, Partai Sarikat Islam Indonesia
dan
Partai Islam Persatuan Tarbiyah Indonesia.
c. Kelompok Golongan Karya yang terdiri berbagai organisasi profesi, seperti
Organisasi Buruh, Organisasi Pemuda, Organisasi Tani dan Nelayan, Organisasi
Semiman, dan Organisasi Masyarakat. Muncul pula berbagai organisasi profesi
seperti Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia, Federasi Buruh Seluruh
Indonesia, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, dan Kabinet Nasional Pemuda
Indonesia.
Peran negara juga sangat kuat karena didukung oleh pemusatan dan penguatan
: sektor militer, ekonomi dan budaya (ketiganya merupakan pijakan bagi Soeharto untuk
membangun pemerintahan yang kuat).
a. Sektor Militer : memperbaiki kinerja AD
b. Sektor Ekonomi : menambah dana bantuan LN
c. Sektor Budaya : menyebarkan organisasi turunan golkar keseluruh pelosok tanah air.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
a.
b.
c.
d.
e.
Pada tahun 1971 Golkar yang menjadi alat kekuasaan pemerintah pada waktu
itu menjadi pemenang pemilu.
Untuk memenangkan Golkar,seluruh pegawai negeri sipil diharuskan
menylurkan aspirasinya melalui partai ini.Dengan dukungan ABRI/TNI dan
birokrasi , Golkar memenangkan pemilu hingga tahun 1997.
a. Dampak positif
Harga Sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako) dan BBM yang murah
Pendidikan yang murah untuk semua jenjang pendidikan
Terbukanya kesempatan kerja
Rakyat pernah mengalami swasembada pangan
b. Dampak Negatif
Pemerintahan Orde Baru yang bersifat sentralistik telah memasung kebebasanrakyat
3. Dampak Menguatnya Peran Negara terhadap Kehidupan Media Massa Pers merupakan
salah satu tiang penyangga demokrasi
Pada masa awal merintahan Soeharto, sehubungan antara pers dan pemerintah
cukup baik. Namun, hubungan baik antara pers dan pemerintah hanya berlangsung
lebih kurang delapan tahun.Pemerintah Orde Baru mulai represif setelah meletus
peristiwa kerusuhan15 Januari 1974 (Peristiwa MalariaMahasiswa merasa tidak puas
atas kondisi perekonomian nasional yangterkesan dimonopoli dan didikte oleh pihak
Jepang peristiwa tersebut mendapatsorotan tajam pers di Jakarta diberangus untuk
beberapa waktu. Izin terbit baruakan dikeluarkan menanatangani surat pembayaran
maaf kepada pemerintah.
Sejarah membuktikan, peranan negara yang terlalu kuat dan dominan dalam
mengatur sendi-sendi kehidupan rakyatnya akan berdampak tidak baik bagi
kehidupan demokrasi dan kebebasan warganegara. Pemerintah Orde Baru dalam
perjalanannya menunjukkan gejala-gejala tersebut. Walaupun semangat Orde Baru
pada awalnya amat luhur, yaitu menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen, perjalanan politiknya diwarnai oleh usaha-usaha pemanfaatan
Pancasila dan UUD 1945 itu untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan.
Tindakan-tindakan pelanggengan kekuasaan ini berbanding lurus dengan makin
menguatnya lembaga kepresidenan dalam kehidupan kenegaraan. Lembaga
kepresidenan pada akhirnya menjadi center of power, menjadi pusat segala kekuasaan
yang berjalan. Karena presiden merupakan kepala negara, maka dengan terpusatnya
kekuasaan pada tangan presiden mengkibatkan peranan negara makin lama makin
kuat dan mendominasi seluruh alat-alat negara yang ada dibawahnya.
Dalam pasal-pasal UUD 1945 (sebelum amandemen) yang mengatur tentang
kewenangan presiden, secara eksplisit dapat kita tangkap bahwa kewenangan presiden
memang begitu besar dalam mengatur alat-alat negara. Kewenangan ini benar-benar
dimanfaatkan oleh Orde Baru untuk melanggengkan sekaligus mempertahankan
kekuasaannya, sehingga kekuasannya dapat berjalan sedemikian lama. Dalam hal ini
pasal 7 UUD 1945 (sebelum amandemen) punya peranan besar, pasal ini
menyebutkan bahwa masa jabatan presiden berlangsung selama 5 tahun dan
selanjutnya dapat dipilih kembali, tidak ada pembatasan maksimal sampai berapa kali
presiden boleh menduduki jabatannya. Presiden menafsirkan pasal ini dengan dengan
terus menerus mencalonkan dirinya kembali setiap lima tahun.
Selain itu, faktor-faktor yang menyebabkan presiden dapat berkuasa begitu
lama bisa kita simpulkan dari pemaparan sebelumnya mengenai aspek-aspek politik
dalam pemerintahan Orde Baru, yaitu: kontrol presiden yang besar terhadap
rekrutmen politik baik pada institusi pemerintah maupun non-pemerintah; posisi
presiden sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata; otoritas personal (gelar)
presiden yang dijadikan sumber legitimasi kekuasaan; dan sumberdaya keuangan
presiden yang amat besar.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, struktur kinerja dan peran Negara
menjadi sangat kuat karena didukung oleh pemusatan dan epnguatan 3 sektor utama,
yaitu sektor militer, ekonomi, dan budaya. Soeharto berpendapat bahwa menguatnya
negara merupakan langkah yang jitu dalam mendukung kelancaran pembangunan.
Penguatan sektor militer dilakukan dengan cara memperbaiki kinerja
Angkatan Darat. Penguatan sektor ekonomi dilakukan dengan menambah jumlah dana
bantuan luar negeri. Penguatan sektor budaya dilakukan dengan cara menyebarkan
organisasi-organisasi turunan Golongan Karya ke seluruh pelosok Indonesia.
Kekuatan ketiga dari sektor itulah yang menjadi dasar pijkan oeharto untuk
membangun pemerintahan yang kuat. Menurutnya, semua lini kehidupan masyarakat
harus dikuasai secara optimal untuk menciptakan sebuah sistem pemerintahan sosial
dan politik yang efisien dan tepat guna.
Menguatnya peran negara dalam kehidupan masyarakat Indonesia dimasa
Orde Baru merupakan kekuatan utama bagi Soeharto dalam meraih kepentingan
nasional dan internasional. Dalam hal politik dan partisipasi masyarakat, terjadi fusi
partai-partai politik dalam 3 organisasi berikut ini.
1. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
Pembredelan 1994 ibarat hujan, jika bukan badai dalam ekologi politik
Indonesia secara menyeluruh. Sebelum dibredel pada 21 Juni 2004,
Tempo menjadi majalah berita mingguan yang paling penting di
Indonesia. Pemimpin Editornya adalah Gunawan Mohammad yang
merupakan seorang panyair dan intelektual yang cukup terkemuka di
Indonesia. Pada 1982 majalah Tempo pernah ditutup untuk sementara
waktu, karena berani melaporkan situasi pemilu saat itu yang ricuh.
Namun dua minggu kemudian, Tempo diizinkan kembali untuk terbit.
Pemerintah Orde Baru memang selalu was-was terhadap Tempo,
sehingga majalah ini selalu dalam pengawasan pemerintah. Majalah ini
memang popular dengan independensinya yang tinggi dan juga
keberaniannya dalam mengungkap fakta di lapangan. Selain itu
kritikan- kritikan Tempo terhadap pemerintah di tuliskan dengan katakata yang pedas dan bombastis. Goenawan pernah menulis di majalah
Tempo, bahwa kritik adalah bagian dari kerja jurnalisme. Motto Tempo
yang terkenal adalah enak dibaca dan perlu. Meskipun berani
melawan pemerintah, namun tidak berarti Tempo bebas dari tekanan.
Apalagi dalam hal menerbitkan sebuah berita yang menyangkut politik
serta keburukan pemerintah, Tempo telah mendapatkanberkali-kali
maendapatkan peringatan. Hingga akhirnya Tempo harus rela
dibungkam dengan aksi pembredelan itu. Namun perjuangan Tempo
tidak berhenti sampai disana. Pembredelan bukanlah akhir dari riwayat
Tempo. Untuk tetap survive, ia harus menggunakan trik dan
startegi.Salah satu trik dan strategi yang digunakan Tempo adalah yang
pertama adalah mengganti kalimat aktif menjadi pasif dan yang kedua
adalah stategi pinjam mulut. Semua strategi itu dilakukan Tempo untuk
menjamin kelangsungannya sebagai media yang independen dan
terbuka. Tekanan yang dating bertubi-tubi dari pemerintah tidak
meluluhkan semangat Tempo untuk terus menyampaikan kebenaran
kepada masyarakat. Setelah pembredelan 21 Juni 1994, wartawan
Tempo aktif melakukan gerilya, seperti dengan mendirikan Tempo
Interaktif atau mendirikan ISAI (Institut Studi Arus Informasi) pada
tahun 1995. Perjuangan ini membuktikan komitmen Tempo untuk
menjunjung kebebasan pers yang terbelenggu ada pada zaman Orde
Baru. Kemudian Tempo terbit kembali pada tanggal 6 Oktober 1998,
setelah jatuhnya Orde Baru.
menjadi sangat kuat karena didukung oleh pemusatan dan penguatan 3 sektor
utama,yaitu sektor militer,ekonomi dan budaya. Menurut pak Harto penguatan negara
merupakan langkah yang jitu dalam mendukung kelancaran pembangunan, adapun
cara yang dilakukan meliputi :
1. Adanya monoloyalitas PNS yang menjadi penyumbang suara terbesar pada waktu
Menguatnya peran negara di masa Orde Baru juga tidak terlepas dari
strategi agresi yang diterapkan oleh Soeharto. Salah satu strateginy adalah sistem
reward and punishment, yakni pemberian 'hadiah' bagi orang-orang yang pro terhadap
pak Harto dan hukuman bagi pihak-pihak yang kontra terhadap pak Harto.
Salah satu rekaman kelam sejarah Indonesia pada masa Orde Baru
adalah terjadinya Peristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Pada Peristiwa Malari, 3
orang mahasiswa ditangkap oleh aparat dan diadili pada 2 Agustus 1947. Mereka
adalah Hariman Siregar, Sjahrir, dan Muhammad Aini Chalid.
Pengarang lain yang hadir pada masa itu adalah Remy Sylado,
Yudhistira Ardhinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Adjidarma, dan Kurniawan
Junaidi. Hadir jenis sastra lainnya yang disebut sastra, yang di pelopori oleh Hilman
dengan serial Lupus-nya. Teater yang paling menonjol adalah Teater Koma yang
dibentuk oleh Riantimo, dengan banyak pertunjukan yang dilakukan di berbagai
teater.