Masa pemerintahan orde baru dimulai pada tahun 1967. Presiden Soekarno secara
resmi menyerahkan mandatnya kepada jenderal Soeharto melalui Supersemar (Surat
Perintah Sebelas Maret). Latar belakang dikeluarkannya Supersemar adalah akibat peristiwa
Gerakan 30 September 1965 (Gestapu, Gestok, atau G30S /PKI), yaitu aksi kudeta PKI
(Partai Komunis Indonesia) yang menculik dan membunuh beberapa perwira TNI AD dan
beberapa orang penting lainnya. .
Kejadian ini memicu kekacauan negara. Pembantaian anggota PKI terjadi di mana-
mana, dan keamanan negara menjadi tidak terkendali. Rakyat Indonesia melakukan demo
besar-besaran yang menuntut pembubaran PKI dan pengadilan bagi tokoh-tokoh PKI.
Melalui bantuan Angkatan ’66, masyarakat Indonesia mengajukan Tritura atau Tiga Tuntutan
Rakyat, yaitu:
Soeharto secara resmi diangkat sebagai presiden RI ke-2 pada 22 Februari 1967,
melalui Ketetapan MPRS No. XV / MPRS / 1966 dan sidang istimewa MPRS (Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara) pada tanggal 7 – 12 Maret 1967.
2. Situasi/Kondisi Bangsa Indonesia Masa ORDE BARU di Bidang :
A. Politik
Orde baru yang dipimpin oleh Soeharto selama 32 tahun. Dalam masa 32 tahun dalam
kepemimpinannya, banyak kebijakan yang berpengaruh cukup besar pada proses
berjalannya Negara Indonesia. Mulai dari kebijakan politik ataupun kebijakan
ekonomi. Kebijakan politik yang digunakan terbagi menjadi dua, yakni kebijakan politik dalam
negeri dan luar negeri. Masing-masing dari kebijakan dikeluarkan berdasar kebutuhan
Negara. Jadi, kebijakan yang dikeluarkan ialah yang memberi manfaat serta memajukan
kepentingan rakyat banyak.
Pemilu yang telah diatur dengan SI MPR 1967 yang menetapkan pemilu akan
diselenggarakan pada tahun 1971 ini, berbeda halnya dengan pemilu tahun 1955 pada
orde revolusi atau orde lama. Dalam pemilu ini, para pejabat pemerintah hanya berpihak
pada salah satu peserta Pemilu yakni Golkar. Jadi, Golkar lah yang selalu memenangkan
pemilu di tahun berikutnya yaitu tahun 1977, 1982, 1987, 1992, sampai 1997.
Penyederhanaan partai politik terdiri dari dua partai serta satu golongan karya yaitu:
c. Dwifungsi ABRI
Ketika tahun 1965, terjadi pertikaian antara Indonesia dengan Malaysia dan
Singapura. Untuk memulihkan dan memperbaiki hubungan diplomatik, diadakan
penandatanganan perjanjian antara Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik dan
Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul Razak pada tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta.
Pemulihan hubungan diplomatik dengan Singapura lewat pengakuan kemerdekaan
Singapura pada tanggal 2 Juni 1966.
Turut andil dalam pembentukan ASEAN. Indonesia sebagai salah satu pendiri
ASEAN.
Mengirim kontingen Garuda dalam rangka misi perdamaian.
Ikut berperan dalam Organisasi Konferensi Islam/OKI.
B. Sosial
Untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat pada waktu itu yang berada dalam
keadaan terpuruk, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan pada orde baru yang
menjadi ciri pokok orde baru seperti Gerakan Orang Tua Asuh, Program Keluarga Berencana
dengan slogan “Dua Anak Cukup”, transmigrasi, dan gerakan wajib belajar 9 tahun.
C. Ekonomi
Pemerintahan orde baru mempunyai slogan yang mengungkapkan fokus utama mereka
dalam memperlakukan kebijakan ekonomi, yakni Trilogi Pembangunan.
Bukan tanpa dasar atau landasan, Trilogi Pembangunan diciptakan karena Indonesia
mengalami inflasi yang sangat tinggi pada awal tahun 1966, kurang lebihnya sejumlah 650%
setahun. Beberapa kebijakan ekonomi yang diterapkan pada masa orde baru ialah:
Sasaran utama yang akan diraih adalah pangan, sandang, papan, perluasan lapangan
kerja dan kesejahteraan rohani. Pertumbuhan ekonomi berhasil naik sebesar 3 hingga
5,7%, sementara tingkat inflasi menurun menjadi 47,8%. Namun, kebijakan pada masa
Repelita I dirasa hanya menguntungkan pihak investor Jepang serta golongan orang-
orang kaya saja. Hal ini membangkitkan munculnya peristiwa Malapetaka Lima Belas
Januari/ Malari.
Mengutamakan sektor pertanian dan industri yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan baku.
Repelita III menegaskan pada Trilogi Pembangunan dengan memusatkan pada asas
pemerataan, yaitu:
b. Revolusi Hijau
Revolusi Hijau pada hakikatnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari
sistem tradisional/peasant ke sistem modern /farmers. Guna meningkatkan produksi
pertanian biasanya dilancarkan empat usaha pokok, yang terdiri dari :
1. Intensifikasi
3. Diversifikasi
Diversifikasi atau keanekaragaman usaha tani.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi yakni pemulihan daya produktivitas sumber daya pertanian yang telah
kritis.
D. Budaya
Pada masa Orde Baru muncul istilah Angkatan 66 dalam dunia kesastraan Indonesia.
Kelahiran Angkatan 66 dikarenakan adanya kemelut dalam segala bidang kehidupan akibat
G 30 S/PKI.Penamaan Angkatan 66 Pertama kali diangkat oleh H.B Jassin dalam artikelnya,
"Angkatan 66 Bangkitnya Satu Generasi" yang dimuat dalam majalah Horison. Pengarang
dan sastrawan periode ini memiliki cita-cita memurnikan kembali Pancasila. Semangat
pembaruan sangat menonjol pada angkatan ini. Sastrawan Angkatan 66 Sebagai Berikut.
a. Taufiq Ismail karyanya Sebuah Jaket Berlumur Darah, Harmoni, Karangan Bunga,
Serta Tirani dan Benteng.
b. Goenawan Muhammad Karyanya Senja pun jadi kecil, Kota pun Jadi Putih.
c. Saini K.m karyanya Nyanyian Tanah Air (1968).
d. Sapardi Djoko Damono Karnyanya Duka Mu Abadi (1969).
e. Toeti Heraty Noerhadi karyanya Sajak-sajak 33 dan Seserpih Pinang Sekapur Sirih.
Kongres kebudayaan ini memperoleh tanggapan pers yang luar biasa dari semua
jenis penerbitan. Pencetus gagasan dan inisiatif penyelenggaraan kongres disambut
sebagai ide dan langkah hebat.
3. RUNTUHNYA MASA ORDE BARU
1. Krisis Moneter
Faktor penyebab yang pertama adalah krisis moneter atau krisis keuangan yang
terjadi di wilayah Asia Timur yang kemudian berimbas pula pada Indonesia. Akibat
adanya krisis tersebut di tahun 1997 menyebabkan pelemahan di berbagai sektor
keuangan Indonesia, termasuk turunnya nilai tukar rupiah, penarikan saham-saham pada
sektor penanaman modal, dan kondisi ekonomi negara yang menjadi kacau. Kondisi
tersebut pula yang kemudian menyebabkan berbagai macam masalah dan konflik
menghantam stabilitas nasional Indonesia, termasuk dalam sistem pemerintahan orde
baru dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Keadaan krisis moneter yang juga menyerang Indonesia akhirnya juga berdampak
pada utang luar negeri Indonesia yang semakin membengkak, baik untuk pemerintah
maupun utang pihak swasta. Keadaan ini disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika, dimana utang Indonesia menggunakan mata uang tersebut.
Kondisi tersebutlah yang menyebabkan utang luar negeri Indonesia pada masa orde baru
menjadi semakin membengkak.
3. Penyimpangan UUD
Dalam UUD 1945 pasal 33, disebutkan bahwa sistem perekonomian Indonesia harus
berdasar pada asas demokrasi ekonomi. Namun pada masa orde baru, justru sistem
ekonomi hanya dikuasai oleh beberapa golongan kaya saja, seperti konglomerat. Kondisi
ini juga memunculkan berbagai macam monopoli ekonomi, sehingga sistem ekonomi
Indonesia pada masa itu lebih condong pada sistem kapitalis. Oleh sebab itulah
disebutkan terjadinya penyimpangan UUD atau penyimpangan konstitusi pada masa orde
baru.
Pada masa orde baru memang pola pemerintahan yang berlangsung lebih mengarah
pada pola pemerintahan terpusat yang juga menjadi ciri-ciri pemerintahan orde
baru, yakni terpusat di Jakarta. Kondisi ini memberikan wewenang penuh pada peranan
pemerintah pusat dalam mengatur masyarakatnya secara keseluruhan. Namun kondisi
tersebut justru menimbulkan adanya kondisi dimana pembangunan daerah menjadi tidak
merata, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial.
5. Krisis Politik
Penyebab keruntuhan orde baru selanjutnya adalah adanya krisis politik di Indonesia.
Hal ini dibuktikan dengan masa orde baru yang sarat dengan KKN atau Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme, serta adanya pembatasan kekuatan politik. Salah satu yang mencolok
adalah adanya pembatasan partai politik yang menyebabkan banyak aspirasi rakyat tidak
tersampaikan. Sehingga menimbulkan kondisi dimana secara tidak langsung rakyat harus
mematuhi kehendak penguasa tanpa boleh membantah. Bahkan ketika ada yang
mengkritik kebijakan pada masa orde baru akan langsung di hukum penjara karena
dianggap telah mengganggu stabilitas negara.
6. Tragedi Dimana-mana
Kondisi memburuk pada masa orde baru juga ditandai dengan munculnya berbagai
macam tragedi besar di Indonesia. Salah satu yang sangat membekas dalam sejarah
Indonesia adalah tragedi Trisakti, dimana adanya aksi demo oleh mahasiswa, dosen,
serta staf kampus Trisakti pada 12 Mei 1988. Demo ini dilakukan untuk meminta
pemerintah melakukan reformasi diberbagai aspek, baik pemerintah, ekonomi, maupun
politik melalui sidang istimewa MPR.
Namun sayangnya aksi ini menjadi suatu tragedi berdarah, dimana empat mahasiswa
Trisakti di tembak oleh aparat. Kejadian tersebut kemudian memicu aksi kekerasan dan
kerusuhan di berbagai wilayah Indonesia, sehingga membuat kondisi dan stabilitas
Indonesia menjadi kacau hingga menjadi catatan terburuk dalam sejarah Indonesia.
7. Krisis Hukum
Krisis hukum di Indonesia pada masa orde baru juga menambah penyebab
keruntuhannya. Dimana sistem peradilan pada masa orde baru tidak dapat dijadikan
sebagai patokan atau barometer untuk mengharapkan pemerintah berlaku adil atau
sesuai dengan harapan masyarakat. Kondisi ini menimbulkan sisi tidak percaya
masyarakat terhadap hukum yang berlaku di Indonesia pada masa itu.
8. Krisis Kepercayaan
Orde baru yang memang kental dengan praktek-praktek KKN menyebabkan Indonesia
mengalami krisis kepercayaan oleh masyarakat terhadap pemerintahnya. Krisis
kepercayaan ini juga membuat para investor kemudian banyak yang menarik seluruh
modal yang telah ditanamkan di Indonesia, sehingga menimbulkan krisis yang
berkepanjangan.
Terlebih lagi aksi dan tragedi yang banyak terjadi diberbagai daerah atau wilayah juga
menguatkan adanya sisi ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan orde baru,
hingga menimbulkan aksi demo besar-besaran menuntut lengsernya Soeharto dari
jabatannya masa itu sebagai presiden.
Dimana mereka dilarang untuk mengeluarkan pendapat bahkan hingga dianggap sebagai
orang asing atau tidak dianggap sebagai warga negara Indonesia. Tentunya kondisi tersebut
melanggar nilai HAM dan juga merusak makna Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia.