Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SEJARAH WAJIB

CINTYA RETNO ANGELA


XII-IPS II
10
1.Latar Belakang Lahirnya Orde Baru

Masa pemerintahan orde baru dimulai pada tahun 1967. Presiden Soekarno secara
resmi menyerahkan mandatnya kepada jenderal Soeharto melalui Supersemar (Surat
Perintah Sebelas Maret). Latar belakang dikeluarkannya Supersemar adalah akibat peristiwa
Gerakan 30 September 1965 (Gestapu, Gestok, atau G30S /PKI), yaitu aksi kudeta PKI
(Partai Komunis Indonesia) yang menculik dan membunuh beberapa perwira TNI AD dan
beberapa orang penting lainnya. .

Kejadian ini memicu kekacauan negara. Pembantaian anggota PKI terjadi di mana-
mana, dan keamanan negara menjadi tidak terkendali. Rakyat Indonesia melakukan demo
besar-besaran yang menuntut pembubaran PKI dan pengadilan bagi tokoh-tokoh PKI.
Melalui bantuan Angkatan ’66, masyarakat Indonesia mengajukan Tritura atau Tiga Tuntutan
Rakyat, yaitu:

Menuntut pemerintah untuk membubarkan PKI beserta organisasi-organisasi


pendukungnya, seperti Gerwani, Lekra, BTI, Pemuda Rakyat, dan sebagainya.

Menuntut pemerintah untuk melakukan pembersihan kabinet Dwikora (Dwi Komando


Rakyat) dari unsur-unsur PKI, seperti wakil Perdana Menteri I, Drs. Soebandrio.

Menuntut pemerintah untuk menurunkan harga bahan pokok dan memperbaiki


ekonomi. Kondisi ekonomi Indonesia tidak stabil sejak era kemerdekaan, dan makin
memburuk pada pertengahan tahun 60-an.

Presiden Soekarno menanggapi tuntutan tersebut dengan melakukan reshuffle pada


kabinet Dwikora. Namun reshuffle tersebut dinilai kurang memuaskan karena masih terdapat
unsur PKI di dalamnya. Saat itu negara mengalami masa-masa genting dan kekuasaan
presiden semakin lemah. Akhirnya pada tanggal 11 Maret 1966, Soekarno menandatangani
surat penunjukan Soeharto sebagai presiden RI ke-2, yang dikenal dengan nama
Supersemar.

Soeharto secara resmi diangkat sebagai presiden RI ke-2 pada 22 Februari 1967,
melalui Ketetapan MPRS No. XV / MPRS / 1966 dan sidang istimewa MPRS (Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara) pada tanggal 7 – 12 Maret 1967.
2. Situasi/Kondisi Bangsa Indonesia Masa ORDE BARU di Bidang :

A. Politik

Orde baru yang dipimpin oleh Soeharto selama 32 tahun. Dalam masa 32 tahun dalam
kepemimpinannya, banyak kebijakan yang berpengaruh cukup besar pada proses
berjalannya Negara Indonesia. Mulai dari kebijakan politik ataupun kebijakan
ekonomi. Kebijakan politik yang digunakan terbagi menjadi dua, yakni kebijakan politik dalam
negeri dan luar negeri. Masing-masing dari kebijakan dikeluarkan berdasar kebutuhan
Negara. Jadi, kebijakan yang dikeluarkan ialah yang memberi manfaat serta memajukan
kepentingan rakyat banyak.

1. Kebijakan politik dalam negeri

Kebijakan dalam Negeri, dapat kita lihat sebagai berikut :

a. Pelaksanaan pemilu 1971

Pemilu yang telah diatur dengan SI MPR 1967 yang menetapkan pemilu akan
diselenggarakan pada tahun 1971 ini, berbeda halnya dengan pemilu tahun 1955 pada
orde revolusi atau orde lama. Dalam pemilu ini, para pejabat pemerintah hanya berpihak
pada salah satu peserta Pemilu yakni Golkar. Jadi, Golkar lah yang selalu memenangkan
pemilu di tahun berikutnya yaitu tahun 1977, 1982, 1987, 1992, sampai 1997.

b. Penyederhanaan Partai Politik

Penyederhanaan partai politik terdiri dari dua partai serta satu golongan karya yaitu:

 Partai Persatuan Pembangunan/PPP koalisi dari partai Nahdlatul Ulama, Perti,


PSII dan Parmusi.
 Partai Demokrasi Indonesia koalisi dari partai Nasional Indonesia, partai Murba,
partai Katolik, IPKI dan Parkindo.
 Golongan Karya atau Golkar.

c. Dwifungsi ABRI

Dwifungsi ABRI merupakan peran ganda ABRI sebagai kekuatan pertahanan


keamanan dan kekuatan sosial politik. Peran sebagai kekuatan sosial politik ABRI
ditugaskan untuk mampu berperan aktif dalam pembangunan nasional. ABRI juga
mempunyai wakil dalam MPR yang diketahui sebagai Fraksi ABRI, sehingga posisinya
pada masa Orde Baru sangat dominan.

d. Pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (P-4)

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) atau Ekaprasetia


Pancakarsa, mempunyai tujuan untuk memberi pemahaman pada semua lapisan
masyarakat tentang Pancasila. Seluruh organisasi tidak diperkenankan memakai ideologi
selain Pancasila, bahkan dilaksanakan penataran P4 bagi para pegawai negeri sipil.

2. Kebijakan politik luar negeri Indonesia

Kebijakan politik luar Negeri, dapat kita lihat sebagai berikut:

a. Indonesia menjadi anggota PBB kembali


Sewaktu Indonesia keluar dari PBB tanggal 7 Agustus 1965, Indonesia terkucilkan
dari pergaulan internasional dan menyusahkan Indonesia dalam ekonomi maupun
politik dunia. Kondisi ini lalu mendorong Indonesia kembali lagi menjadi anggota PBB
menurut hasil sidang DPRGR. Jadi, pada tanggal 28 September 1966, Indonesia resmi
aktif kembali menjadi bagian anggota PBB.

b. Pemulihan hubungan diplomatik antara Malaysia dengan Singapura serta


pemutusan hubungan dengan Tiongkok

Ketika tahun 1965, terjadi pertikaian antara Indonesia dengan Malaysia dan
Singapura. Untuk memulihkan dan memperbaiki hubungan diplomatik, diadakan
penandatanganan perjanjian antara Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik dan
Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul Razak pada tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta.
Pemulihan hubungan diplomatik dengan Singapura lewat pengakuan kemerdekaan
Singapura pada tanggal 2 Juni 1966.

c. Memperkuat kerja sama regional serta Internasional

Indonesia mulai menguatkan kerjasama regional dan internasional dengan


menggunakan beberapa upaya, yaitu:

 Turut andil dalam pembentukan ASEAN. Indonesia sebagai salah satu pendiri
ASEAN.
 Mengirim kontingen Garuda dalam rangka misi perdamaian.
 Ikut berperan dalam Organisasi Konferensi Islam/OKI.

B. Sosial

Untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat pada waktu itu yang berada dalam
keadaan terpuruk, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan pada orde baru yang
menjadi ciri pokok orde baru seperti Gerakan Orang Tua Asuh, Program Keluarga Berencana
dengan slogan “Dua Anak Cukup”, transmigrasi, dan gerakan wajib belajar 9 tahun.

C. Ekonomi
Pemerintahan orde baru mempunyai slogan yang mengungkapkan fokus utama mereka
dalam memperlakukan kebijakan ekonomi, yakni Trilogi Pembangunan.

 Pertumbuhan ekonomi yang lumayan tinggi.


 Penyeimbangan pembangunan beserta hasilnya yang mengarahkan pada terwujudnya
keadilan sosial untuk seluruh rakyat.
 Stabilitas Nasional yang sehat serta dinamis.

Bukan tanpa dasar atau landasan, Trilogi Pembangunan diciptakan karena Indonesia
mengalami inflasi yang sangat tinggi pada awal tahun 1966, kurang lebihnya sejumlah 650%
setahun. Beberapa kebijakan ekonomi yang diterapkan pada masa orde baru ialah:

a.Rencana pembangunan lima tahun/Repelita

Pada April 1969, pemerintah merancang Rencana Pembangunan Lima Tahun


(Repelita) dengan tujuan untuk meningkatkan sarana dalam ekonomi, kegiatan ekonomi dan
kebutuhan sandang serta pangan. Sistem Repelita akan dievaluasi selama lima tahun sekali.

1. Repelita I pada tanggal 1 April 1969-31 Maret 1974

Sasaran utama yang akan diraih adalah pangan, sandang, papan, perluasan lapangan
kerja dan kesejahteraan rohani. Pertumbuhan ekonomi berhasil naik sebesar 3 hingga
5,7%, sementara tingkat inflasi menurun menjadi 47,8%. Namun, kebijakan pada masa
Repelita I dirasa hanya menguntungkan pihak investor Jepang serta golongan orang-
orang kaya saja. Hal ini membangkitkan munculnya peristiwa Malapetaka Lima Belas
Januari/ Malari.

2. Repelita II pada tanggal 1 April 1974 - 31 Maret 1979

Mengutamakan sektor pertanian dan industri yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan baku.

3. Repelita III pada tanggal 1 April 1979-31 Maret 1984

Repelita III menegaskan pada Trilogi Pembangunan dengan memusatkan pada asas
pemerataan, yaitu:

 Pemerataan akan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.


 Pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan dan pelayanan.
 Pemerataan pembagian penghasilan.
 Pemerataan kesempatan bekerja.
 Pemerataan kesempatan dalam berusaha.
 Pemerataan kesempatan bergabung dalam pembangunan.
 Pemerataan dalam penyebaran pembangunan.
 Pemerataan dalam memperoleh keadilan.

4. Repelita IV pada tanggal 1 April 1984 - 31 Maret 1989

Memusatkan pada sektor pertanian ke arah swasembada pangan dengan


meningkatkan industri yang bisa menghasilkan mesin sendiri.

5. Repelita V pada tanggal 1 April 1989-31 Maret 1994

Memfokuskan pada sektor pertanian untuk meningkatkan swasembada pangan,


meningkatkan produksi pertanian, menyerap tenaga kerja dan cakap menghasilkan
mesin-mesin sendiri.

6. Repelita VI dimulai pada tahun 1994

Pembangunan berpusat pada pada sektor ekonomi, industri, pertanian dan


peningkatan potensi sumber daya manusia.

b. Revolusi Hijau

Revolusi Hijau pada hakikatnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari
sistem tradisional/peasant ke sistem modern /farmers. Guna meningkatkan produksi
pertanian biasanya dilancarkan empat usaha pokok, yang terdiri dari :

1. Intensifikasi

Intensifikasi yakni penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi pertanian


untuk mengoptimalkan lahan yang ada untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Perubahan ini dilangsungkan melewati program Panca Usaha Tani yang terdiri dari:

 Pemilihan dan pemakaian bibit/varietas unggul.


 Pemupukan yang pas.
 Pengairan yang pas.
 Pemberantasan hama dengan intensif .
 Teknik/Cara penanaman yang baik.
2. Ekstensifikasi

Ekstensifikasi yakni perluasan lahan pertanian untuk mendapatkan hasil pertanian


yang lebih maksimal.

3. Diversifikasi
Diversifikasi atau keanekaragaman usaha tani.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi yakni pemulihan daya produktivitas sumber daya pertanian yang telah
kritis.
D. Budaya
Pada masa Orde Baru muncul istilah Angkatan 66 dalam dunia kesastraan Indonesia.
Kelahiran Angkatan 66 dikarenakan adanya kemelut dalam segala bidang kehidupan akibat
G 30 S/PKI.Penamaan Angkatan 66 Pertama kali diangkat oleh H.B Jassin dalam artikelnya,
"Angkatan 66 Bangkitnya Satu Generasi" yang dimuat dalam majalah Horison. Pengarang
dan sastrawan periode ini memiliki cita-cita memurnikan kembali Pancasila. Semangat
pembaruan sangat menonjol pada angkatan ini. Sastrawan Angkatan 66 Sebagai Berikut.

a. Taufiq Ismail karyanya Sebuah Jaket Berlumur Darah, Harmoni, Karangan Bunga,
Serta Tirani dan Benteng.
b. Goenawan Muhammad Karyanya Senja pun jadi kecil, Kota pun Jadi Putih.
c. Saini K.m karyanya Nyanyian Tanah Air (1968).
d. Sapardi Djoko Damono Karnyanya Duka Mu Abadi (1969).
e. Toeti Heraty Noerhadi karyanya Sajak-sajak 33 dan Seserpih Pinang Sekapur Sirih.

Pada tahun 1991 diselenggarakan kongres kebudayaan. Kongres kebudayaan ini


diadakan di TMII, Jakarta. Dalam kongres tersebut terdapat lima subtema pembahasan
sebagai berikut.

a. "Warisan Budaya : Penyaringan dan Pengembangan".


b. "Kebudayaan Nasional : Kini dan Nanti".
c. "Daya Cipta dan Perkembangan Kebudayaan".
d. "Kebudayaan dan Sektor-sektor Kehidupan Masyarakat".
e. "Kebudayaan Nasional dan Dunia".

Kongres kebudayaan ini memperoleh tanggapan pers yang luar biasa dari semua
jenis penerbitan. Pencetus gagasan dan inisiatif penyelenggaraan kongres disambut
sebagai ide dan langkah hebat.
3. RUNTUHNYA MASA ORDE BARU

1. Krisis Moneter

Faktor penyebab yang pertama adalah krisis moneter atau krisis keuangan yang
terjadi di wilayah Asia Timur yang kemudian berimbas pula pada Indonesia. Akibat
adanya krisis tersebut di tahun 1997 menyebabkan pelemahan di berbagai sektor
keuangan Indonesia, termasuk turunnya nilai tukar rupiah, penarikan saham-saham pada
sektor penanaman modal, dan kondisi ekonomi negara yang menjadi kacau. Kondisi
tersebut pula yang kemudian menyebabkan berbagai macam masalah dan konflik
menghantam stabilitas nasional Indonesia, termasuk dalam sistem pemerintahan orde
baru dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

2. Utang Luar Negeri

Keadaan krisis moneter yang juga menyerang Indonesia akhirnya juga berdampak
pada utang luar negeri Indonesia yang semakin membengkak, baik untuk pemerintah
maupun utang pihak swasta. Keadaan ini disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika, dimana utang Indonesia menggunakan mata uang tersebut.
Kondisi tersebutlah yang menyebabkan utang luar negeri Indonesia pada masa orde baru
menjadi semakin membengkak.

3. Penyimpangan UUD

Dalam UUD 1945 pasal 33, disebutkan bahwa sistem perekonomian Indonesia harus
berdasar pada asas demokrasi ekonomi. Namun pada masa orde baru, justru sistem
ekonomi hanya dikuasai oleh beberapa golongan kaya saja, seperti konglomerat. Kondisi
ini juga memunculkan berbagai macam monopoli ekonomi, sehingga sistem ekonomi
Indonesia pada masa itu lebih condong pada sistem kapitalis. Oleh sebab itulah
disebutkan terjadinya penyimpangan UUD atau penyimpangan konstitusi pada masa orde
baru.

4. Pola Pemerintahan Terpusat

Pada masa orde baru memang pola pemerintahan yang berlangsung lebih mengarah
pada pola pemerintahan terpusat yang juga menjadi ciri-ciri pemerintahan orde
baru, yakni terpusat di Jakarta. Kondisi ini memberikan wewenang penuh pada peranan
pemerintah pusat dalam mengatur masyarakatnya secara keseluruhan. Namun kondisi
tersebut justru menimbulkan adanya kondisi dimana pembangunan daerah menjadi tidak
merata, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial.

5. Krisis Politik

Penyebab keruntuhan orde baru selanjutnya adalah adanya krisis politik di Indonesia.
Hal ini dibuktikan dengan masa orde baru yang sarat dengan KKN atau Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme, serta adanya pembatasan kekuatan politik. Salah satu yang mencolok
adalah adanya pembatasan partai politik yang menyebabkan banyak aspirasi rakyat tidak
tersampaikan. Sehingga menimbulkan kondisi dimana secara tidak langsung rakyat harus
mematuhi kehendak penguasa tanpa boleh membantah. Bahkan ketika ada yang
mengkritik kebijakan pada masa orde baru akan langsung di hukum penjara karena
dianggap telah mengganggu stabilitas negara.

6. Tragedi Dimana-mana

Kondisi memburuk pada masa orde baru juga ditandai dengan munculnya berbagai
macam tragedi besar di Indonesia. Salah satu yang sangat membekas dalam sejarah
Indonesia adalah tragedi Trisakti, dimana adanya aksi demo oleh mahasiswa, dosen,
serta staf kampus Trisakti pada 12 Mei 1988. Demo ini dilakukan untuk meminta
pemerintah melakukan reformasi diberbagai aspek, baik pemerintah, ekonomi, maupun
politik melalui sidang istimewa MPR.

Namun sayangnya aksi ini menjadi suatu tragedi berdarah, dimana empat mahasiswa
Trisakti di tembak oleh aparat. Kejadian tersebut kemudian memicu aksi kekerasan dan
kerusuhan di berbagai wilayah Indonesia, sehingga membuat kondisi dan stabilitas
Indonesia menjadi kacau hingga menjadi catatan terburuk dalam sejarah Indonesia.

7. Krisis Hukum

Krisis hukum di Indonesia pada masa orde baru juga menambah penyebab
keruntuhannya. Dimana sistem peradilan pada masa orde baru tidak dapat dijadikan
sebagai patokan atau barometer untuk mengharapkan pemerintah berlaku adil atau
sesuai dengan harapan masyarakat. Kondisi ini menimbulkan sisi tidak percaya
masyarakat terhadap hukum yang berlaku di Indonesia pada masa itu.

8. Krisis Kepercayaan

Orde baru yang memang kental dengan praktek-praktek KKN menyebabkan Indonesia
mengalami krisis kepercayaan oleh masyarakat terhadap pemerintahnya. Krisis
kepercayaan ini juga membuat para investor kemudian banyak yang menarik seluruh
modal yang telah ditanamkan di Indonesia, sehingga menimbulkan krisis yang
berkepanjangan.

Terlebih lagi aksi dan tragedi yang banyak terjadi diberbagai daerah atau wilayah juga
menguatkan adanya sisi ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan orde baru,
hingga menimbulkan aksi demo besar-besaran menuntut lengsernya Soeharto dari
jabatannya masa itu sebagai presiden.

9. Penyimpangan Asas Bhinneka Tunggal Ika

Penyebab yang terakhir adalah adanya penyimpangan terhadap asas Bhinneka


Tunggal Ika, dimana ditandai dengan adanya diskriminasi dimana-mana pada masa orde
baru. Salah satu yang menonjol adalah adanya diskriminasi oleh pemerintah terhadap
masyarakat keturunan Tiong Hoa.

Dimana mereka dilarang untuk mengeluarkan pendapat bahkan hingga dianggap sebagai
orang asing atau tidak dianggap sebagai warga negara Indonesia. Tentunya kondisi tersebut
melanggar nilai HAM dan juga merusak makna Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai